Anda di halaman 1dari 20

CSS : DISABILITAS

INTELEKTUAL
Preseptor :
dr. Nyi Raden Febrianti Santiardi Danasasmita, Sp.KJ

Fadilla Putri Amalya


Lidwina Chandra
DEFINISI
• American Association on Intellectual and Developmental Disability (AAIDD), DI
(dahulu dikenal dengan retardasi mental) adalah disabilitas yang dikarakterisasi
dengan keterbatasan signifikan pada fungsi intelektual serta perilaku adaptif yang
berkembang sebelum usia 18 tahun. Dari definisi tersebut, konsensus internasional
menentukan bahwa asesmen adaptasi sosial dan intelligence quotient (IQ) dapat
digunakan untuk menilai tingkat disabilitas intelektual.
KRITERIA DIAGNOSIS (DSM-5)
• Disabilitas intelektual adalah gangguan dengan onset selama periode perkembangan yang mencakup
defisit fungsi intelektual dan adaptif dalam ranah konseptual, sosial, dan praktis. Tiga kriteria
berikut harus dipenuhi:
a. Kekurangan dalam fungsi intelektual, seperti penalaran, pemecahan masalah, perencanaan,
pemikiran abstrak, penilaian, pembelajaran akademik, dan pembelajaran dari pengalaman,
dikonfirmasi oleh baik penilaian klinis dan uji kecerdasan individual yang terstandardisasi.
b. Defisit pada persimpangan adaptif antara standar sosial budaya pembangunan infrastruktur
multinasional untuk kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial. Tanpa dukungan yang
berkelanjutan, defisit adaptif membatasi fungsi dalam satu atau lebih kegiatan kehidupan
sehari-hari, seperti komunikasi, partisipasi sosial, dan kehidupan mandiri, di berbagai
lingkungan, seperti rumah, sekolah, pekerjaan, dan komunitas.
c. Onset defisit intelektual dan adaptif terjadi selama periode perkembangan.
DERAJAT KEPARAHAN (DSM-5)
• Mild • Severe
 85% kasus  4% kasus
 IQ 50-70  IQ 20-35
 Biasanya anak-anak tidak teridentifikasi hingga kelas 1-2 SD,  Biasanya pada masa kanak-kanak, dapat berkomunikasi dan
ketika beban akademik bertambah belajar berhitung serta mengetahui kata-kata penting
 Dapat hidup secara mandiri dengan dukungan yang baik dan  Pada masa dewasa, dapat beradaptasi pada situasi hidup yang
dapat berkeluarga. disupervisi, seperti pada group home, serta dapat mengerjakan
sesuatu yang tidak membutuhkan keterampilan dengan
• Moderate supervisi.
 10% kasus • Profound
 IQ 35-50  1-2% kasus
 Kebanyakan anak dapat berkomunikasi dengan baik pada  IQ <20
masa kanak-kanak awal
 Dapat mempelajari keterampilan perawatan diri dan
 Kesulitan terdapat pada akademik, biasanya sulit untuk komunikasi dengan pelatihan yang baik.
mencapai kelas 2-3 SD.
 Dapat melakukan pekerjaan dengan sedikit keterampilan
dibawah supervisi
KLASIFIKASI RETARDASI MENTAL (PPDGJ
III)
317 (F70) Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)
• Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik kelas, selalu memerlukan bantuan untuk
mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal
yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80% dari anak RM termasuk pada golongan ini. Mereka dapat menempuh
Pendidikan SD hingga tamat SMA. Ciri-cirinya tampak lamban, membutuhkan bantuan tentang masalah
kehidupannya, Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai ingkat, dan masalah
kemampuan berbicara yang mempengaruhi perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa.
318.0 (F71) Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)
• Umumnya ada profil kesenjangan (discrepancy) dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi
dalam keterampilan visuo-spasial dari pada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa, sedangkan yang lainnya sangat
canggung namun dapat mengadakan interaksi sosial dan percakapan sederhana. Tingkat perkembangan bahasa
bervariasi: ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi
seadanya untuk kebutuhan dasar mereka
• Anak ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya senditi, pada umumnya tidak mampu menyelesaikan
pendidikan dasarnya, dengan angka kejadian sekitar 12% dari seluruh kasus RM. Anak pada golongan ini
membutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus dan dukungan pelayanan.
KLASIFIKASI RETARDASI MENTAL (PPDGJ
III)
318.1 (F72) Retardasi mental berat (IQ 20-34)
• Pada umumnya mirip dengan retardasi mental sedang dalam hal: gambaran klinis, terdapatnya etiologi organik, dan
kondisi yang menyertainya, tingkat prestasi yang rendah. Kebanyakan penyandang retardasi mental berat menderita
gangguan motoric yang mencolok atau deficit lain yang menyertai, menunjukan adanya kerusakan atau penyimpangan
perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.
• Angka kejadiannya 8% dari seluruh RM. Mereka memiliki lebih dari 1 gangguan organic yang menyebabkan
keterlambatannya sehingga memerlukan supervisi ketat dan pelayanan khusus.
318.2 (F73) Retardasi mental sangat berat (IQ <20)
• Pemahaman dan penggunaan Bahasa terbatas, paling banter mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan
sederhana. Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar tentang memilih dan mencocokan mungkin dapat dicapainya, dan
dengan pengawasan dan petunuk yang tepat penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan rumah
tangga.
• Biasanya ada disabilitas neurologic dan fisik lain yang berat yang mempengaruhi mobilitas seperti epilpsi dan hendaya
daya lihat dan daya dengat. Sering ada gangguan perkembangan pervasive dalam bentuk sangat khususnya autism yang
tidak khas, terutama pada penderita yang dapat bergerak. Individu pada tahap ini memerlukan latihan yang ekstensif untuk
melakukan self-care yang sangat mendasar seperti makan, BAB, dan BAK.
KLASIFIKASI RETARDASI MENTAL
F78 Retardasi Mental lainnya
(PPDGJ III)
• Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat Retardasi mental intelektual dengan memakai
prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adaya hendaya sensorik atau fisik, seperti
buta, bisu tuli, dan penyandang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
F79 Retardasi Mental YTT
• Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk menggolongkannya dalam salah
satu katergori tersebut diatas.
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi terjadinya DI di negara berkembang yaitu 10-15 per 1000 anak. Insidensi mild DI sulit
untuk dideteksi sampai masa kanak-kanak menengah. Insidensi tertinggi disabilitas intelektual
dilaporkan pada masa anak sekolah yaitu usia 10 sampai 14 tahun. DI ini lebih sering pada laki laki
sebesar 1,5 kali lipat dari perempuan.
KOMORBIDITAS
• 2/3 orang yang mengalami DI biasanya terdapat gangguan psikiatri lainnya. Terjadinya gangguan
psikiatri ini tergantung derajat keparahan dari DI itu sendiri.
• 40,7% DI pada anak usia 8-18 tahun biasanya terdapat minimal 1 gangguan psikiatri lainnya seperti
conduct disorder.
• Gangguan psikiatri lainnya meliputi gangguan mood, skizofrenia, dan ADHD
ETIOLOGI
1. Faktor Genetik 6. Acquired Childhood Disorder
o Penyebab Gen Tunggal o Infection
o Penyebab visible and submicroscopic chromosomal
o Head Trauma
2. Adrenoleukodystrophy
3. Maple syrup urine disease
o Asphyxia
4. Gangguan defisiensi enzim lainnya 7. Environmental and Sociocultural
5. Acquired and Developmental Factor factor
o Prenatal
o Rubella (German measles) dan Syphilis
o Toxoplasmosis
o Herpes simplex virus
o Human Immunodeficiency Virus (HIV)
o Fetal Alcohol Syndrome
o Prenatal Drug Exposure
o Complication of Pregnancy
o Perinatal Period
MANIFESTASI KLINIS
• Manifestasi klinis dari retardasi mental dapat bervariasi,utamanya berdasarkan tingkat retardasi
mental. Pada retardasi mental ringan, gejala biasanya belum nampak hingga anak memasuki usia
sekolah dasar, dimana anak mengalami kesulitan dalam menulis, membaca, dan berhitung sehingga
hanya mampu bersekolah hingga kelas 4,5, atau 6. Anak sulit berkonsentrasi dan kurang dewasa
dalam hal adaptasi sosial dan kemandirian.
• Orang dengan retardasi mental berat hingga sangat berat biasanya didiagnosis pada usia lebih dini,
lebih sering dengan kondisi medis tertentu misalnya kelainan dismorfik, dan memiliki gangguan
mental dan perilaku. Sebaliknya, orang dengan retardasi mental ringan didiagnosis pada usia yang
lebih tua (biasanya saat tuntutan akademik lebih menonjol), jarang dengan kondisi medis tertentu dan
biasanya nampak seperti orang normal. Orang dengan retardasi mental sedang memiliki gambaran
keduanya.
ANAMNESIS
• Identitas pasien
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Keluhan utama : belum dapat bicara dengan jelas dan sulit diatur 
• Keluhan tambahan : tidak ada kontak mata, belum bisa membedakan warna dan bentuk, juga
belum mengetahui bagian-bagian tubuhnya.
• Apakah ada gejala lain yang menyertai?
• Kata-kata apa saja yang dapat dikatakan oleh anak?
• Apakah ada gangguan pendengaran pada anak tersebut?
• Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat keluarga
 Riwayat Prenatal
• Apakah ada kelainan selama kehamilan?
• Apakah ibu rutin dalam memeriksa selama kehamilan?
• Apakah ibu memakai obat-obatan teratogenik, perokok atau pengguna alkohol?
• Apakah selama kehamilan ibu mengalami infeksi atau trauma?
• Apakah bayi lahir premature atau tidak?
 Riwayat perinatal
• Apakah saat persalinan ada gangguan atau tidak?
• Dengan cara apa persalinannya, apakah dengan per vaginam atau caesar?
• Apakah saat persalinan memakai alat bantu, forcep, vacum dll?

 Riwayat postnatal
• Perkembangan motorik halus dan kasar  • Perkembangan psikososial
• Perkembangan berbahasa • Perkembangan kognitif 
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum
• Kesan keadaan sakit
• Glasgow comma scale : compos mentis/sopor
• Gambaran umum:
a. Penampilan, perilaku, aktivitas psikomotor 
b. Sensorium dan kognitif 
• Antropometri
a. Tinggi badan :
b. Berat badan :
• Tanda vital : Nadi, tekanan darah, pernafasan, dan suhu
• Status Generalis
• Kepala – Ekstremitas (Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG/LABORATORIUM
• Pemeriksaan darah lengkap
• Kromosom kariotipe: apabila ada kemungkinan bahwa retardasi mental
yang dialami pasien berhubungan dengan kromosom, hal ini bisa
dilakukan juga bila ibu terpajan zat-zat teratogen, adanya kelainan
kongenital.
• EEG: bisa dijadikan salah satu pemeriksaan penunjang apabila ada gejala
kejang dan kesulitan bahasa yang berat.
• CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging): apabila dicurigai adanya kelainan otak yang luas, kejang lokal,
tumor intrakranial.
• FFT, play audiometri : untuk mengetahui apakah pasien mengalami
gangguan pendengaran yang ada hubungannya dengan gangguan bicara
pada pasien
DIAGNOSIS BANDING

DD Manifestasi Klinis Pertimbangan lain

1. Autisme - Fungsi interaksi sosial abnormal Perhatikan keseharian aktivitas anak


- Gangguan komunikasi (Anak sedang hal monotan dan
- Gangguan emosi benda berputar)
2. Cerebral palsy tipe sedang-berat - Retardasi mental Pemeriksaan fisik kepala & tubuh
- Gangguan komunikasi kaku

3. Down Syndrome - Retardasi mental Pemeriksaan kromosom


- Gangguan komunikasi

4. Attention Deficit & Hyperactivity Suasana hati (mood) labil Perhatikan aktivitas sosial anak
Disorder (ADHD)
 Pencegahan (Tindakan Preventif)
• Primer : Skrining, Edukasi, Konseling genetik & keluarga
• Sekunder Meningkatkan perhatian pada komplikasi medis dan psikiatri akibat
DI dapat mengurangi rangkaian penyakit
• Tersier Meminimalisasi sequele atau konsekuensi dari disabilitas
 Intervensi
• Pendidikan akademik dan pelatihan pada kemampuan adaptasi, sosial dan vokasi.
• Perilaku: meningkatkan kemampuan sosial dan mengontrol serta meminimalisasi
perilaku yang agresif dan destruktif.
• Kognitif: menghilangkan pemahaman yang salah dan pelatihan relaksasi
• Sosial: meningkatkan kualitas dan kuantitas kompetensi sosial (Special olympic)
• Psikofarmaka: memberikan obat psikofarmaka dengan mengikuti literatur yang
valid dan algoritma yang sesuai evidence-based.
PELAYANAN DAN DUKUNGAN
• Intervensi awal
• Memberikan pelayanan pada tiga tahun kehidupan pertama anak dengan DI, yang disediakan
oleh pemerintah dengan bentuk pelayanan seperti adanya kunjungan rutin ke rumah untuk
beberapa jam setiap minggu. Program ini harus didapatkan untuk setiap keluarga yang
memiliki anak dengan DI menggunakan Individualized Family Service Plan (IFSP) dengan
mengidentifikasi intervensi spesifik dan penyediaan pelayanan terbaik baik keluarga dan anak.
• Sekolah
• Dari usia 3 tahun hingga 21 tahun, sekolah memiliki tanggung jawab hukum untuk
menyediakan pendidikan yang layak untuk anak dengan DI.
• Dukungan Organisasi
• Program Special Olympic juga membuat anak dengan DI berpartisipasi dalam kompetisi
olahraga dan tim. Banyak sekali organisasi yang menyediakan program untuk mendukung
keberadaan anak DI.
REFERENSI
• Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 11th Edition. Chapter 31: Child Psychiatry.

Anda mungkin juga menyukai