Anda di halaman 1dari 17

Referat

Retardasi Mental

Disusun Oleh:
Priska Amelia Belopandung
11.2018.012

Pembimbing:
dr. Evalina Asnawi, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

PERIODE 5 DESEMBER 2018 – 3 JANUARI 2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................3

ABSTRAK.................................................................................................................................4

ABSTRACT...............................................................................................................................5

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................6

1.1 Latar Belakang.................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................7

2.1.Definisi .............................................................................................................7
2.2.Diagnosis..........................................................................................................7
2.2.1. Retardasi Mental Ringan........................................................................9
2.2.2. Retardasi Mental Sedang........................................................................9
2.2.3. Retardasi Mental Berat.........................................................................10
2.2.4. Retardasi Mental Sangat Berat .............................................................10
2.3.Diagnosa Banding..........................................................................................10
2.4.Epidemiologi .................................................................................................11
2.5.Etiologi ...........................................................................................................11
2.5.1. Kondisi Genetik....................................................................................11
2.5.2. Masalah dalam kehamilan....................................................................12
2.5.3. Masalah perinatal..................................................................................12
2.5.4. Masalah paska kelahiran.......................................................................12
2.5.5. Gangguan metabolisme........................................................................12
2.5.6. Paparan terhadap jenis penyakit tertentu atau racun.............................13
2.5.7. Kekurangan yodium (kretinisme).........................................................13
2.5.8. Malnutrisi..............................................................................................13
2.6.Penatalaksanaan.............................................................................................13
2.7.Perjalanan gangguan dan prognosis...............................................................14
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
karunia-Nya yang memberikan kesehatan, keselamatan, dan membimbing penulis sehingga
dapat menyelesaikan referat ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Evalina
Asnawi, Sp.KJ selaku pembimbing. Tujuan pembuatan referat ini merupakan salah satu
syarat dari kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana bagian
ilmu Kesehatan Jiwa.

Penulis menyadari bahwa pembuatan referat ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis akan sangat terbuka dan dengan senang hati
menerima segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga referat ini bisa
berguna bagi semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Jakarta, 27 Desember 2018

Penulis

3
ABSTRAK

Retardasi mental merupakan tingkat fungsi kecerdasan yang secara signifikan berada di
bawah rata-rata sebagaimana diukur oleh tes inteligensi yang dilaksanakan secara individu
dan dilihat sebagai suatu kondisi kronis dan tidak dapat diubah sejak munculnya pada usia 18
tahun. Seseorang yang mentalnya mengalami retardasi akan sulit menyesuaikan diri karena
rendahnya tingkat kecerdasan, sehingga tidak mungkin memenuhi tuntutan-tuntutan
masyarakat. Prevalensi penderita retardasi mental 1-3% pada populasi umum. Insiden
retardasi mental 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan,
dimana kejadian tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak usia 6 sampai 17 tahun.
Pada sekitar 30 hingga 50 persen kasus, etiologinya tidak teridentifikasi bahkan setelah
evaluasi diagnostik menyeluruh. Beberapa orang memiliki kelainan bawaan otak; yang lain
mengalami kerusakan otak pada periode kritis dalam perkembangan sebelum atau sesudah
kelahiran. Penyebab keterbelakangan yang didapat termasuk mengalami hampir tenggelam,
cedera otak traumatis, dan keganasan sistem saraf pusat. Pada penderita dengan retardasi
mental belum ditemukan obat yang berfungsi untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit
ini. Penanganan yang diberikan bertujuan untuk memaksimalkan dan mengoptimalkan
kemampuan adaptasi sosial atau menyesuaikan diri dengan masyarakat, fungsi intelegensi,
kemampuan melakukan aktifitas sehari – hari serta mengontrol emosi pasien.

Kata kunci : retardasi mental, menyesuaikan diri, kecerdasan

4
ABSTRACT

Mental retardation is a level of intelligence function that is significantly below the average as
measured by intelligence tests carried out individually and seen as a chronic condition and
cannot be changed since the emergence at the age of 18 years. Someone who is mentally
retarded will find it difficult to adjust because of the low level of intelligence, so that it is
impossible to meet the demands of society. The prevalence of mental retardation patients 1-
3% in the general population. The incidence of mental retardation is 1.5 times more in men
than in women, where the incidence is highest in school-age children with a peak age of 6 to
17 years. In about 30 to 50 percent of cases, the etiology is not identified even after a
thorough diagnostic evaluation. Some people have congenital brain disorders; others
experience brain damage in a critical period in the development before or after birth. Causes
of underdevelopment include almost drowning, traumatic brain injury, and central nervous
system malignancy. In patients with mental retardation no drug has been found to treat or
cure this disease. Handling given aims to maximize and optimize social adaptability or adjust
to society, the function of intelligence, the ability to carry out daily activities and control the
emotions of patients.

Keywords: mental retardation, adjust to society, intilligence

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intelektual adalah totalitas
pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman. Retardasi
mental (RM) adalah kelainan genetik yang utama pada fungsi intelektual keseluruhan di
bawah rata-rata dan adanya penurunan dalam perilaku adaptif.1
Anak-anak atau seseorang yang mentalnya mengalami retardasi akan sulit
menyesuaikan diri karena rendahnya tingkat kecerdasan, sehingga tidak mungkin memenuhi
tuntutan-tuntutan masyarakat. Biasanya orang-orang seperti ini dimasukkan ke dalam suatu
lembaga meskipun ada juga yang tetap dijaga di rumah. RM pada anak kecil sering
terlewatkan oleh dokter. Penyebab RM banyak dan termasuk faktor genetik dan lingkungan.
Setidaknya 30 hingga 50 persen kasus, dokter tidak dapat menentukan etiologi meskipun
evaluasi menyeluruh. Diagnosis sangat tergantung pada riwayat medis pribadi dan keluarga
yang komprehensif, pemeriksaan fisik lengkap dan penilaian perkembangan anak yang
cermat.2
Berdasarkan statistik (menurut American Psychiatric Association) 2,5% dari
populasi menderita retardasi mental dan 85% diantaranya merupakan retardasi mental ringan.
Di Amerika Serikat Tahun 2001-2002 lebih kurang 592.000 atau 1,2 % anak usia sekolah
mendapat pelayanan retardasi mental.3 Berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial
(PPLS) tahun 2011, terdapat 30.460 anak dari 130.572 yaitu sekitar 23,32% anak penyandang
disabilitas dari keluarga miskin yang mengalami retardasi mental di Indonesia.4

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Definisi retardasi mental yang akurat dan konsisten sangat penting karena dampaknya
pada prevalensi, atau jumlah, dari mereka yang mengalami ini. Retardasi mental merupakan
tingkat fungsi intelektual yang secara signifikan berada di bawah rata-rata sebagaimana
diukur oleh tes inteligensi yang dilaksanakan secara individu dan dilihat sebagai suatu
kondisi kronis dan tidak dapat diubah sejak munculnya pada usia 18 tahun.5

Individu dengan gangguan kepribadian menunjukkan pola maladaptif, tidak fleksibel


serta mendarah daging yang berhubungan dan mengesankan lingkungan dan dirinya sendiri.
Gejala gangguan kepribadian yaitu aloplastik (mampu mengadaptasi dan mengubah
lingkungan eksternal) dan egosintonik (dapat diterima oleh ego), serta tidak merasa cemas
dengan perilaku maladaptifnya karena tidak secara rutin merasakan sakit dari apa yang
dirasakan oleh masyarakat sebagai gejalanya. Individu mungkin menyangkal masalahnya,
dianggap tidak termotivasi untuk melakukan pengobatan, menolak bantuan psikiatrik dan
dianggap tidak mempan terhadap pemulihan.5

2.2 Diagnosis
Intelegensia bukan merupakan karakteristik yang berdiri sendiri, melainkan harus
dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan khusus yang berbeda. Orang yang demikian
mungkin memperlihatkan hendaya berat dalam satu bidang tertentu (misalnya bahasa) atau
mungkin mempunyai suatu area keterampilan tertentu yang lebih tinggi (misalnya tugas
visuospasial) pada RM berat. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam menentukan
kategori diagnostik di mana seseorang penyandang RM harus diklasifikasikan.6
American Association on Mental Retardation (AAMR) menggunakan suatu
pendekatan multi-dimensional atau biopsikososial yang mencakup 5 dimensi, yaitu:6
1. Kemampuan intelektual
2. Perilaku adaptif
3. Partisipasi, interaksi dan peran sosial
4. Kesehatan fisik dan mental
5. Konteks: termasuk budaya dan lingkungan

7
Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV–TR (DSM IV–TR), yang termasuk ke
dalam retardasi mental adalah sama dengan definisi AAMR tetapi ditambahkan batas derajat
IQ 70 dan RM sendiri dibagi dalam 4 kategori yaitu ringan, sedang, berat dan sangat berat.
kriteria diagnostik untuk RM sendiri, yaitu:7
1. Fungsi intelektual dibawah rata-rata (IQ 70 atau kurang)
2. Kekurangan atau gangguan dalam perilaku adaptif (kekurangan individu untuk
memenuhi tuntutan standard perilaku sesuai dengan usianya dari lingkungan
budayanya) dalam sedikitnya 2 hal yaitu: komunikasi, self-care, kehidupan
rumah tangga, keterampilan sosial/interpersonal, menggunakan sarana
komunitas, mengarahkan diri sendiri, keterampilan akademis fungsional,
pekerjaan, waktu senggang, kesehatan dan keamanan.
3. Awitan terjadi sebelum usia 18 tahun
Menurut Kendall dan Hammen, tingkat retardasi mental dibagi berdasarkan tingkah
laku adaptif secara ringan, sedang dan berat mulai dari usia prasekolah, sekolah dan usia
dewasa atau >21 tahun.5

Tabel 1. Tingkat-tingkat Retardasi Mental dan Tingkah Laku Adaptif untuk Rentang Kehidupan5

8
2.2.1 Retardasi Mental Ringan
Kelompok ini bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara 50
sampai 69. Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai tingkat,
dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi perkembangan kemandirian dapat
menetap sampai dewasa, tetapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk
keperluan sehari-hari. Sebagian besar dapat hidup mandiri penuh dalam merawat diri,
keterampilan praktis dan keterampilan rumah tangga, walaupun perkembangannya perlahan
dari seharusnya. Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat
akademis dan jika terdapat tekanan emosional dan sosial, maka kelompok ini tidak mampu
mengatasi hal tersebut (misalnya tuntutan pernikahan dan pengasuhan anak).6,7
Kebutuhan terapi dan dukungan untuk di terapi timbul dari diri sendiri. Hampir mirip
dengan orang yang mempunyai intelegensi normal dibandingkan dengan retardasi mental
goloingan yang lain. Pada kelompok ini juga banyak diidentifikasi penyebabkan dari organik
tetapi tidak mayoritas.6,7
2.2.2 Retardasi Mental Sedang
Kelompok ini IQ biasanya berada dalam rentang 35 sampai 49 dan lambat dalam
mengembangkan pemahaman dan penggunaan bahasa, prestasi akhir yang dapat dicapai
dalam bidang ini terbatas. Keterampilan merawat diri dan keterampilan motorik juga
terlambat. Oleh sebab itu, mereka memerlukan pengawasan seumur hidup. Sebagian besar
dapat belajar keterampilan dasar yang dibutuhkan seperti untuk membaca, menulis, dan

9
berhitung. Autisme pada masa anak atau gangguan perkembangan prevasif terdapat pada
sebagian kecil kasus, serta adanya menyandang etiologi organik sebelumnya.6,7
2.2.3 Retardasi Mental Berat
Kelompok ini memiliki IQ dengan rentang 20 sampai 34 dan pada umumnya mirip
dengan RM sedang dalam hal gambaran klinis, terdapatnya suatu etiologi organik dan kondisi
yang menyertainya, serta prestasi yang rendah. Sebagian besar menderita hendaya motorik
yang mencolok dan defisit lain yang menyertai, kemudian menunjukkan adanya kerusakan
atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.6,7
2.2.4 Retardasi Mental Sangat Berat
Kelompok ini biasanya memiliki IQ dibawah 20 dengan kemampuan sangat terbatas
dalam penggunaan bahasa, hanya dapat memahami atau mematuhi permintaan dasar.
Sebagian besar dari mereka tidak dapat bergerak atau sangat terbatas dalam gerakannya dan
terdapat adanya disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat sehingga mempengatuhi
mobilitas (epilepsi dan hendaya). Etiologi organik juga dominan ditemukan dalam kelompok
ini.6,7

2.3 Diagnosa Banding

Pada RM terdapat gangguan dalam bidang intelektual dan perilaku adaptif bersifat
menyeluruh, sedangkan pada gangguan belajar dan gangguan komunikasi terbatas pada suatu
bidang/aspek tertentu. Gangguan ini mungkin terdapat bersama RM bila gangguan tersebut
lebih menonjol daripada RM. Pada Gangguan Perkembangan Pervasif terdapat kerusakan
kualitatif (qualitative impairment) dalam komunikasi dan interaksi sosial sedangkan anak
dengan RM mampu untuk mengadakan relasi dengan orang lain meskipun dengan cara yang
imatur bila dibandingkan dengan anak yang sebaya.6,7

Diagnosa Dementia ditegakkan bila terdapat kerusakan kognitif yang spesifik dan
ganda serta gangguan daya ingat pada saat pemeriksaan yang tadinya tidak terdapat.
Diagnosa Dementia dapat ditegakkan pada setiap usia sedangkan RM hanya sebelum usia 18
tahun. Secara teoritis diagnosis Dementia dan RM dapat ditegakkan bila kerusakan pada otak
terjadi postnatal tetapi karena sulit untuk menentukan derajat fungsional premorbid maka
tidak dianjurkan untuk menegakkan diagnosis ganda sebelum 4-6 tahun atau pada kasus
dengan gejala-gejala yang dapat diterangkan oleh diagnosis RM saja.6,7

Defisit sensoris (kemampuan pendengaran yang buruk dan kehilangan penglihatan),


gangguan komunikasi, dan kejang tak terkontrol dapat menyerupai retardasi mental;
10
gangguan neurologis progresif tertentu munculannnya dapat menyerupai retardasi
mental sebelum terjadinya regresi. Lebih dari setengah anak-anak yang menderita serebral
palsi atau autisme juga menderita retardasi mental. Serebral palsi dengan retardasi mental
tampak pada kemampuan motoriknya, dimana pada serebral palsi kemampuan motorik lebih
dipengaruhi dibandingkan kemampuan kognitif, dan disertai adanya refleks patologis dan
perubahan tonus. Pada autisme, kemampuan adaptif sosial lebih dipengaruhi dibandingkan
kemampuan non verbal, dimana pada retardasi mental biasanya terdapat lebih banyak defisit
pada kemampuan sosial, motorik, adaptif dan kognitif.3

2.4 Epidemiologi
Prevalensi penderita retardasi mental 1-3% pada populasi umum. Insiden retardasi
mental 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dimana
kejadian tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak usia 6 sampai 17 tahun. Menurut
data Sensus Nasional Biro Pusat Statistik 2003 jumlah penyandang cacat di Indonesia sebesar
0,7% dari jumlah penduduk Indonesia. Data dari World Health Organization (WHO) jumlah
anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0-18
tahun atau sebesar 6.230.000 pada tahun 2007.8,9

2.5 Etiologi

Sekitar 3% dari populasi mempunyai IQ kurang dari 70, kurang dari setengah kasus
tersebut disebabkan oleh retardasi mental. Sejumlah faktor lingkungan, genetik, atau banyak
faktor dapat menyebabkan keterbelakangan mental. Diyakini juga bahwa faktor perilaku atau
masyarakat seperti kemiskinan, malnutrisi, penggunaan obat-obatan ibu dan alkohol, serta
pengurangan stimulus yang parah dapat berkontribusi pada MR. Sayangnya, pada sekitar 30
hingga 50 persen kasus, etiologinya tidak teridentifikasi bahkan setelah evaluasi diagnostik
menyeluruh. Beberapa orang memiliki kelainan bawaan otak; yang lain mengalami kerusakan
otak pada periode kritis dalam perkembangan sebelum atau sesudah kelahiran. Penyebab
keterbelakangan yang didapat termasuk mengalami hampir tenggelam, cedera otak traumatis,
dan keganasan sistem saraf pusat. Penyebab MR paling umum di negara-negara industri
adalah sindrom alkohol janin dengan tingkat kejadian 1 dari 100 kelahiran. Penyebab MR
kedua yang diketahui adalah Down Syndrome, atau trisomi 21, dengan angka kejadian 1 dari
800-1.000 kelahiran.10

2.5.1 Kondisi genetik

11
Sejumlah gangguan gen tunggal menyebabkan keterbelakangan mental. Banyak dari
ini terkait dengan karakteristik fisik atipikal atau dismorfik. Kondisi tersebut termasuk
sindrom X rapuh, neurofibromatosis, tuberous sclerosis, sindrom Noonan dan sindrom
Cornelia de Lange.11

Sebanyak seperempat orang dengan keterbelakangan mental memiliki kelainan


kromosom yang terdeteksi. Anak-anak dengan sindrom Down (trisomi 21) biasanya memiliki
karakteristik fisik yang sangat dikenali, tetapi fitur yang terkait dengan kelainan kromosom
lain, seperti sindrom Klinefelter (47, XXY), mungkin tidak sejelas anggota keluarga atau
dokter. Anak-anak lain mungkin memiliki penghapusan atau duplikasi kromosom tertentu
yang jarang dilaporkan; dengan demikian, fenotipe masih belum ditentukan.11

2.5.2 Masalah dalam kehamilan


Kecacatan mental dapat terjadi ketika janin tidak berkembang di dalam ibu dengan
benar. Selain itu, penyebab prenatal termasuk infeksi bawaan seperti cytomegalovirus,
toksoplasmosis, herpes, sifilis, rubella dan virus human immunodeficiency virus; demam ibu
yang berkepanjangan di trimester pertama; pajanan terhadap antikonvulsan atau alkohol; dan
fenilketonuria ibu (PKU) yang tidak diobati. Komplikasi prematuritas, terutama pada bayi
dengan berat badan lahir rendah, atau paparan timbal setelah melahirkan juga dapat
menyebabkan keterbelakangan mental.12

2.5.3 Masalah perinatal


Penyebab perinatal meliputi kehamilan lanjut (komplikasi kehamilan, penyakit pada
ibu seperti penyakit jantung dan ginjal, diabetes, dan disfuksi plasenta), selama persalinan
(persalinan berat), berat lahir rendah, berat lahir rendah, asfiksia lahir, persalinan sulit dan /
atau rumit dan trauma lahir), neonatal (4 minggu pertama kehidupan) (septikemia, berat
penyakit kuning, hipoglikemia).13

2.5.4 Masalah paska kelahiran

Masalah postnatal termasuk bayi dan anak-anak. Ini melibatkan infeksi otak seperti
TBC, ensefalitis Jepang, dan meningitis bakteri. Serta cedera kepala, pajanan timbal kronis,
malnutrisi berat dan berkepanjangan dan remimulasi kotor.14,15

2.5.5 Gangguan metabolisme

12
Gangguan metabolisme adalah kemungkinan penyebab lain keterbelakangan mental.
Dalam beberapa kasus (misalnya: PKU, hipotiroidisme), retardasi dapat dicegah dengan
pengobatan dini.16

2.5.6 Paparan terhadap jenis penyakit tertentu atau racun

Penyakit seperti batuk rejan, campak, atau meningitis dapat menyebabkan cacat
mental jika perawatan medis tertunda atau tidak memadai. Paparan racun seperti timah atau
merkuri juga dapat mempengaruhi kemampuan mental.17,18

2.5.7 Kekurangan yodium (kretinisme)

Kekurangan yodium yang mempengaruhi sekitar 2 miliar orang di seluruh dunia


adalah penyebab utama kecacatan mental yang dapat dicegah di wilayah negara berkembang
di mana kekurangan yodium bersifat endemik. Kekurangan yodium juga menyebabkan
gondok, pembesaran kelenjar tiroid. Kurangnya ketersediaan yodium yang memadai dari ibu
membatasi pertumbuhan otak janin, dan menyebabkan kondisi yang disebut hipotiroidisme.
Lebih umum daripada kretinisme fullfledged, seperti retardasi yang disebabkan oleh
defisiensi yodium parah, ringan gangguan kecerdasan. Daerah-daerah tertentu di dunia karena
kekurangan alami dan kelambanan pemerintah sangat terpengaruh. India adalah yang paling
menonjol, dengan 500 juta menderita kekurangan, 54 juta dari gondok, dan 2 juta dari
kretinisme. Di antara negara-negara lain yang terkena defisiensi yodium, Cina dan
Kazakhstan sudah mulai mengambil tindakan, sedangkan Rusia belum.19

2.5.8 Malnutrisi

Malnutrisi adalah penyebab umum berkurangnya kecerdasan di beberapa bagian


dunia yang dipengaruhi oleh kelaparan, seperti Ethiopia.20,21

2.6 Penatalaksanaan
Pada penderita dengan retardasi mental belum ditemukan obat yang berfungsi untuk
mengobati atau menyembuhkan penyakit ini. Penanganan yang diberikan bertujuan untuk
memaksimalkan dan mengoptimalkan kemampuan adaptasi sosial, fungsi intelegensi,
kemampuan melakukan aktifitas sehari – hari serta mengontrol emosi pasien.

Penatalaksanaannya meliputi 3 (tiga) aspek, yaitu:6

1. Pendekatan yang berhubungan dengan etiologi


2. Terapi untuk gangguan fisik dan mental yang menyertai RM

13
3. Pendidikan yang sesuai ( seperti di Sekolah Luar Biasa Negeri C dan C1)
4. Kelas dan panti khusus
5. Pusat latihan kerja

2.7 Perjalanan Gangguan dan Prognosis

Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik.
Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi
mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya
umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi
mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.

Prognosis jangka panjang dari retardasi mental tergantung dari penyebab


dasarnya, tingkat defisit adaptif dan kognitif, adanya gangguan perkembangan dan medis
terkait, dukungan keluarga, dukungan sekolah/masyarakat, dan pelayanan dan training yang
tersedia untuk anak dan keluarga. Saat dewasa, banyak penderita retardasi mental yang
mampu memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosialnya secara mandiri. Mereka mungkin saja
membutuhkan supervisi secara periodik, terutama di saat mengalami masalah sosial maupun
ekonomi. Kebanyakan penderita dapat hidup dengan baik dalam masyarakat, baik secara
mandiri maupun dalam supervisi. Angka harapan hidup tidak terpengaruh oleh adanya
retardasi mental ini.

14
BAB III
KESIMPULAN

Retardasi mental merupakan tingkat fungsi kecerdasan yang secara signifikan berada
di bawah rata-rata sebagaimana diukur oleh tes inteligensi yang dilaksanakan secara individu
dan dilihat sebagai suatu kondisi kronis dan tidak dapat diubah sejak munculnya pada usia 18
tahun. Tingkat kecerdasan seseorang juga bukan merupakan karakteristik yang berdiri
sendiri, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan khusus yang
berbeda. Orang yang demikian mungkin memperlihatkan hendaya berat dalam satu bidang
tertentu (misalnya bahasa) atau mungkin mempunyai suatu area keterampilan tertentu yang
lebih tinggi (misalnya tugas visuospasial) pada RM berat. Hal ini akan menimbulkan
kesulitan dalam menentukan kategori diagnostik di mana seseorang penyandang RM harus
diklasifikasikan.
Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik.
Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi
mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya
umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi
mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Armates,V. (2009). Mental retardation: definitions, etiology, epistemology and


diagnosis. Journal of sports & health research.1(2), 112-122.

2. Rutter, L.Q. (2006). First Diagnosis of Severe Mental and Physical Disability: A
Study of Doctor–Parent Communication. Journal of Child Psychology & Psychiatry,
35(7): 1273-1287.

3. Shapiro Bruce K, Batshaw Mark L. Mental Retardation (Mental Disability). In:


Shreiner Jennifer, editor. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier;2007. p. 191-7.

4. Mujaddid. Kesehatan anak dengan disabilitas. Dalam: Situasi Penyandang Disabilitas.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2014.h.25.

5. Semiun Y. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius. 2006.h.265.

6. Kaligis F, Pleyte WEH. Retardasi Mental. Dalam: Buku Ajar Psikiatri. Ed. 3. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017.h.486-91.

7. Maslim R. Buku Saku: Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK Unika Atmajaya. 2013.h.119-21.

8. Chelly J, Khelfaoui M, Francis F, Cherif B, Bienvenu T. Genetics and


pathophysiology of mental retardation. European J Hum Genet. 2006;14:701-13.

9. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelayanan kesehatan anak di sekolah luar biasa
(SLB) bagi petugas kesehatan. 2010.

10. Campbell, J.M., Morgan, S.B., & Jackson, J.N. (2004). Autism spectrum disorders
and mental retardation. In Brown R.T. (Ed) Handbook of pediatric psychology in
school settings. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

11. Baraitser M, Winter RM. London dysmorphology database. New York: Oxford
University Press, 1996.

12. Strømme, P., & Hagberg, G. (2007). Aetiology in severe and mild mental retardation:
a population-based study of Norwegian children. Developmental Medicine & Child
Neurology, 42(2):76-86.

13. Kolevzon, A., Gross, R., & Reichenberg, A. (2007). Prenatal and Perinatal Risk
Factors for Autism: A Review and Integration of Findings. Arch Pediatr Adolesc
Med, 161(4):326-333.

14. Leonard, H., & Xingyan Wen, X. (2002). The epidemiology of mental retardation:
Challenges and opportunities in the new millennium. Mental Retardation and
Developmental Disabilities Research Reviews, 8(3):117-134.

16
15. Zoghbi, H. (2003). Postnatal Neurodevelopmental Disorders: Meeting at the Synapse?
Science, 302:826-830.

16. Scriver, C. R. (1995). The metabolic and molecular bases of inherited disease.
(Seventh edition). New York: McGraw-Hill.

17. Aicardi, J. (1998). The etiology of developmental delay. Seminars in Pediatric


Neurology, 5(1):15-20.

18. Daily, D.K., Ardinger, H.H., & Holmes, G.E. (2000). Identification and evaluation of
mental retardation. American Family Physician, 61(4):1059-1067.

19. McNeil, D.G. (2006). In Raising the World’s I.Q., the Secret’s in the Salt. New York
Times, December 16.

20. Durkin, M.S., Khan, N.Z., Davidson, L.L., Huq, S., Munir, S., Rasul, E., & Zaman,
S.S. (2000). Prenatal and postnatal risk factors for mental retardation among children
in Bangladesh. Am. J. Epidemiol. 152(11):1024-1033.

21. Wines, M. (2006). Malnutrition Is Cheating Its Survivors, and Africa’s Future. New
York Times, December 28.

17

Anda mungkin juga menyukai