Anda di halaman 1dari 49

RESPONSI

TONSILITIS KRONIS

Pembimbing : dr. I Ketut Suanda, Sp.THT-KL

Oleh :
Made Shanty Wardana
Luh Made Hannisa Sandha
I Komang Aditya Arya P.
OUTLINE
Pendahuluan

Tinjauan Pustaka

Laporan Kasus

Pembahasan
PENDAHULUAN

Tonsilitis merupakan salah satu penyakit ISPA yang sering


dijumpai, terutama pada anak-anak. Tonsilitis kronis adalah
peradangan tonsil palatina yg berkelanjutan

Disebabkan karena anak sering terkena ISPA atau tonsillitis


akut yang tidak diterapi adekuat

Ditandai dengan : sakit tenggorok berulang, rasa ada yang


mengganjal di tenggorokan dan napas berbau penyebab
tersering ketidakhadiran anak ke sekolah
Dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik ke daerah
sekitar tonsil atau pun komplikasi jauh sehingga pasien
harus mendapat pengobatan adekuat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TONSIL

ANATOMI :
Suatu massa jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus.

Berdasarkan lokasinya, tonsil terbagi:


Tonsila lingualis radiks lingual
Tonsila palatina (tonsil) isthmus faucium antara arcus
glossopalatinus dan arcus glossopharingeus.
Tonsila pharingica (adenoid)dinding dorsal dari nasofaring.
Tonsila tubaria lateral nasofaring di sekitar ostium tuba
auditiva.
Plaques dari Peyer (tonsil perut) ileum.
Pada Tonsila lingualis, tonsila palatina dan tonsila pharingica
terdapat cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran napas
yang dikenal dengan Cincin Waldeyer.

Kumpulan jaringan ini melindungi anak dari infeksi yang masuk


melalui udara dan makanan.

Cincin Waldeyer menjadi hipertrofi fisiologis pada masa kanak-


kanak yang kemudian menjadi atrofi pada masa pubertas.
Struktur yang terdapat disekitar tonsila palatina adalah :
Anterior : arcus palatoglossus
Posterior : arcus palatopharyngeus
Superior : palatum mole
Inferior : 1/3 lidah posterior
Medial : orofaring
Lateral : M. constrictor pharyngis superior
Gambar 2.1 Penampang Tonsil
2.1.2 VASKULARISASI

Arteri terutama masuk melalui polus caudalis, tetapi juga bisa


melalui polus cranialis.
Darah vena dari tonsil terutama dibawa oleh r. tonsillaris v.
lingualis membentuk pleksus venosus yang mempunyai
hubungan dengan pleksus pharyngealis.
Vena paratonsil dari palatum mole menuju ke bawah melewati
bagian atas tonsillar bed untuk menuangkan isinya ke dalam
pleksus pharyngealis.
2.1.3 INERVASI

Innervasi terutama dilayani oleh n. IX (glossopharyngeus)


n. palatina minor (cabang ganglion sphenopalatina)

Pemotongan pada n. IX menyebabkan anestesia pada semua


bagian tonsil
2.1.4 FISIOLOGI

Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu:


1. Menangkap dan mengumpulkan benda asing dengan efektif
2. Tempat produksi antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma yang
berasal dari diferensiasi limfosit B.
Fungsi imunitas tonsil didukung secara anatomis dimana
daerah faring merupakan lengkungan yang dilalui oleh material
yang melewati tonsil.
Bentuk tonsil yang tidak datar mengakibatkan terjadinya
turbulensi udara saat terjadi proses pernapasan.

Dengan demikian kesempatan kontak berbagai agen yang


ikut dalam proses fisiologis pada permukaan penyusun
Cincin Waldeyer semakin besar.
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 TONSILITIS KRONIS

DEFINISI
Peradangan tonsil palatina yang menetap sebagai
kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi subklinis.
Tonsilitis berulang sering terjadi pada anak dan diantara
serangan terkadang tonsil tampak sehat.
Namun dapat dijumpai keadaan tonsil membesar disertai
hiperemi ringan serta detritus yang mengenai pilar anterior.
2.2.2 ETIOPATOGENESIS

Bakteri penyebab tonsilitis flora normal di saluran nafas atas


patogen.
Adanya invasi bakteri patogen baik secara inhalan maupun
ingestan.
Bakteri penyebab terdiri dari bakteri aerob gram positif maupun
gram negatif.
Penyebab terbanyak : Streptococcus hemolyticus group A
mencapai 50-80%.
Bakteri lain adalah Streptococcus hemolyticus group B,C dan
G, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Kleibsiella
sp, Haemofilus influenzae dan lain-lain
Bakteri menginfiltrasi jaringan tonsil

timbul reaksi radang lokal dan terbentuk detritus.

Reaksi radang dan infeksi yang terus menetap

Sumbatan pada kripta tonsil

sehingga terjadi penurunan integritas epitel kripta

bakteri lain/flora normal masuk ke parenkim tonsil.

Pada tonsil yang normal jarang ditemukan adanya bakteri


pada kripta, namun pada tonsilitis kronis bisa ditemukan
bakteri yang berlipat ganda. Bakteri yang menetap di
dalam kripta tonsil menjadi sumber infeksi yang berulang
terhadap tonsil.
2.2.3 FAKTOR PREDISPOSISI

Rangsangan kronis (rokok, makanan)


Higiene mulut yang buruk
Cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)
Alergi (iritasi kronis dari alergen)
Daya tahan tubuh menurun
Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
2.2.4. MANIFESTASI KLINIS

Keluhan pasien berupa mengganjal di tenggorokan, terasa


kering dan pernapasan berbau, sakit tenggorokan dan sakit
menelan yang berulang.
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil yang
dapat dijumpai, yaitu :
Pembesaran tonsil
hipertrofi dan perlengketan tonsil ke jaringan sekitar.
Pembesaran ini dapat disertai dengan kripte yang melebar dan
ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.
Tonsil kecil
tonsil yang mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam di
dalam tonsillar bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang
melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.
Rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur
jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak
permukaan medial kedua tonsil

T0 : Tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat


T1 : < 25 % volume tonsil dibandingkan dengan volume
nasofaring
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume
nasofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume
nasofaring
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume
nasofaring
Gambar 2.2 Derajat Pembesaran Tonsil
2.2.5 PATOLOGI

Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil.


Proses radang berulang epitel mukosa dan jaringan limfoid
terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid
akan diganti oleh jaringan parut.
Jaringan parut akan mengerut kripte tonsil melebar.
Kripte akan tampak diisi oleh detritus
Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya
timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsil.
2.2.6 DIAGNOSIS

Anamnesa
keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus atau
berulang
sakit waktu menelan
napas berbau
malaise
tidur mengorok
sakit pada sendi
kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher
Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan
parut.
Sebagian kripte mengalami stenosis, eksudat (purulen)
Pada beberapa kasus, kripte membesar dengan gambaran
seperti keju atau dempul yang terlihat pada kripte.
Pada tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan dan seringkali
dianggap sebagai kuburan dimana tepinya hiperemis dan
sejumlah kecil sekret purulen yang tipis terlihat pada kripte
Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan
hapusan tonsil (swab).
Biakan kuman dengan derajat keganasan yang rendah, seperti
Streptokokus hemolitikus, Streptokokus viridans, Stafilokokus,
Pneumokokus.
2.2.7 DIAGNOSIS BANDING

1. Penyakit dengan pembentukan pseudomembran menutupi tonsil

Tonsilitis difteri
. Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae.
. Gejala umum, yaitu demam subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu
makan, badan lemah, nadi lambat dan keluhan nyeri menelan.
. Gejala lokal, berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih
kotor yang makin lama makin meluas dan membentuk
pseudomembran
Angina Plaut Vincent

Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39C), nyeri di mulut,


gigi dan kepala, sakit tenggorok, badan lemah, gusi mudah
berdarah dan hipersalivasi.
Pada pemeriksaan tampak membran putih keabuan di tonsil,
uvula, dinding faring, gusi dan prosesus alveolaris.
Mukosa mulut dan faring hiperemis.
2. Penyakit kronik faring granulomatus

Faringitis tuberkulosa
Faringitis luetika
Aktinomikosis faring
2.2.8 KOMPLIKASI

Komplikasi dekat

Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya
trismus dan abses.
Abses Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil.
Krista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan
fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil
berwarna putih atau berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.
Tonsilolith (kalkulus dari tonsil)
Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam
jaringan tonsil membentuk bahan keras seperti kapur.
Sinusitis
Rinitis kronik
Otitis media
Komplikasi jauh
Demam rematik dan penyakit jantung rematik
Glomerulonefritis
Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis
Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura
Artritis dan fibrositis
2.2.9 PENATALAKSANAAN

Pengobatan tonsilitis meliputi medikamentosa dan


pembedahan.
Terapi medikamentosa mengatasi infeksi yang terjadi baik
pada tonsilitis akut maupun tonsilitis rekuren
Antibiotik pilihan berupa penisilin. Pada kasus yang berulang
akan meningkatkan terjadinya perubahan bakteriologi sehingga
perlu diberikan antibiotik alternatif selain jenis penisilin.
Terapi medikamentosa lainnya yang dapat diberikan meliputi
obat kumur antiseptik dan terapi simtomatik.
INDIKASI TONSILEKTOMI
1. Obstruksi : 2. Infeksi :
. Hiperplasia tonsil dengan
obstruksi Tonsilitis kronis (sering
. Gangguan tidur (Sleep berulang)
Apnea) Tonsilitis dengan :
. Kegagalan untuk bernapas Abses peritonsiler
. Cor Pulmonale Abses kelenjar limfe leher
Obstruksi jalan napas akut
. Gangguan menelan
. Gangguan bicara
Gangguan klep jantung
. Kelainan orofacial/dental
Tonsilitis persisten
yang menyebabkan jalan
Tonsilolithiasis Carrier
napas sempit.
3. Streptococcus
Neoplasia benigna/maligna
Otitis Media Kronis yang
berulang
THE AMERICAN ACADEMY OF OTOLARYNGOLOGY-
HEAD AND SURGERY (AAO-HNS)

1. Indikasi Absolut
Pembengkakakn tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia
berat, gangguan tidur dan komlikasi kardiopulmoner
Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase
Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi
2. Indikasi Relatif
Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik
yang adekuat
Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi
medis
Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik
dengan pemberian antibiotik -laktamase resisten
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : GAA
Umur : 6 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Danau Tamblingan No. 30, Denpasar
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Tanggal Pemeriksaan : 13 Desember 2016
Anamnesis
Keluhan Utama:
Nyeri tenggorok
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien dibawa ibunya ke poli THT RSUD Wangaya dengan
keluhan nyeri tenggorok yang sering kambuh-kambuhan sejak 1
tahun lalu.
Nyeri tenggorok memberat sejak 2 bulan yang lalu.
Timbul saat pasien menelan dirasakan menusuk dan menetap
sepanjang hari.
Kambuh terutama saat pasien banyak mengonsumsi es krim dan
minuman dingin berpengawet.
Keluhan lain rasa ada yang mengganjal di tenggorokan,
mendengkur sejak 3 minggu terakhir, napas berbau,
tenggorokan terasa berlendir. Keluhan nyeri telinga, batuk dan
pilek disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan serupa dalam 1 tahun terakhir
sempat berobat namun kembali kambuh. Tidak pernah menjalani
operasi pengangkatan amandel. Riwayat batuk pilek berulang
(+). Riwayat penyakit asma dan penyakit sistemik lain disangkal.
Riwayat Alergi
-
Riwayat Pengobatan
Ibu pasien pernah memberikan obat untuk nyeri tenggorokan saat
pertama kali keluhan dirasakan, namun lupa nama obatnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
-
Riwayat Sosial
Pasien merupakan siswa kelas 1 SD dan sehari-harinya aktif di
sekolah. Pasien sangat senang mengonsumsi ice cream dan
minuman dingin berpengawet. Pasien juga gemar mengonsumsi
makanan yang pedas dan panas. Ibu pasien sehari-hari memasak
masakan menggunakan penyedap rasa.
PEMERIKSAAN FISIS
Status General
Kepala : Normocephali
Status Present Mata : anemis -/-, ikterus -/-, allergic
Keadaan Umum: Baik shiner (-/-)
THT : Sesuai status lokalis
Kesadaran : CM
Leher : Kelenjar getah bening tidak
TD : 100/60 teraba
mmHg Toraks :
Nadi : 92 kali Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Respirasi : 22 kali Pulmo : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Temperatur : 37,0C
BB : 32 Kg Abdomen : Distensi (-), Bising usus (+)
Normal,
Hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas: Hangat + + , edema -


-
STATUS THT
TELINGA

Telinga Kanan Kiri


Daun Telinga Normal Normal
Nyeri Tekan Tragus Tidak ada Tidak Ada
Nyeri Tekan Aurikuler Tidak ada Tidak ada
Liang Telinga Lapang Lapang
Discharge Tidak ada Tidak ada
Membran timpani Intak Intak
Tumor Tidak Ada Tidak ada
Mastoid Normal Normal
STATUS THT
HIDUNG

Hidung Kanan Kiri


Hidung Luar Normal Normal
Kavum Nasi Lapang Lapang
Septum Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi
Discharge Tidak ada Tidak ada
Mukosa Merah Muda Merah muda
Tumor Tidak ada Tidak ada
Sinus Normal Normal
Konka Normal Normal
STATUS THT
TENGGOROKAN
Dispneu Tidak ada Tonsil Kanan Kiri

Sianosis Tidak ada - Grade T4 T3

Suara Normal - Mukosa Minimal Minmal


Hiperemia
Stridor Tidak ada - Kripta (+) (+)

Mukosa Merah muda - Detritus (-) (-)

Dinding Sulit - Peritonsil Mukosa : Merah Mukosa : Merah

Belakang dievaluasi muda Muda


Pus : (-) Pus : (-)
Faring - Uvula Hiperemia (-), Deviasi (+) arah Kiri

- Palatum Mole Hiperemia (-)


RESUME

Pasien laki-laki 6 tahun pelajar kelas 1 SD


keluhan utama nyeri tenggorok kambuh-kambuhan sejak 1 tahun lalu.
Pasien juga merasa rasa ada yang mengganjal di tenggorokan dan tidur
mendengkur
Nafas kadang berbau. Terdapat riwayat batuk pilek berulang. Keluarga
pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Pada pemeriksaan fisik telinga kondisi telinga masih dalam batas normal.
Pada pemeriksaan hidung, didapatkan kedua cavum nasi normal, mukosa
merah muda.
Pada pemeriksaan tenggorok, terdapat pembesaran tonsil grade T3 pada
tonsil kiri dan T4 pada tonsil kanan dengan keadaan tonsil hiperemis dan
kripte melebar.
LAPORAN KASUS

Gambar 3.1 Pembesaran Tonsil


Pasien
Diagnosis Kerja
Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut

Penatalaksanaan
Medikamentosa :
Azitromicin 1 x 320 mg tab (PO)

Operatif :
Usulan untuk dilakukan prosedur tonsilektomi
KIE

KIE kepada pasien dan orangtua mengenai penyakit, perjalanan


penyakit dan komplikasi yang mungkin terjadi
Pasien disarankan untuk menghindari faktor pencetus timbulnya
nyeri tenggorokan seperti hindari konsumsi makanan dan
minuman dingin, berminyak dan berpengawet.
Pasien disarankan untuk berkumur menggunakan mouth wash
untuk menjaga kebersihan rongga mulut
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita menjelang
operasi disarankan untuk berolahraga teratur, makan makanan
bergizi dan istirahat yang cukup.
PEMBAHASAN

ANAMNESIS
TEORI KASUS
Penderita tonsilitis kronis Anak laki-laki usia 6 tahun
sering datang dengan dengan keluhan utama nyeri
keluhan berupa : tenggorok kambuh-
- rasa sakit tenggorok kambuhan selama 1 tahun
berulang, dan semakin memberat sejak
- sakit waktu menelan, 2 bulan yang lalu. Keluhan
- napas berbau, nyeri tenggorok terutama
- malaise, saat pasien menelan dan
- tidur mengorok, menetap sepanjang hari.
- sakit pada sendi, Sejak 3 minggu terakhir
- kadang-kadang demam pasien tidur mendengkur
- nyeri pada leher dan napasnya berbau.
ANAMNESIS
TEORI KASUS
Faktor predisposisi : - Pasien sangat senang
- paparan kronis rokok dan mengonsumsi ice cream
makanan/minuman dan minuman dingin
pengawet berpengawet. Pasien juga
- higiene mulut yang buruk gemar mengonsumsi
- cuaca, makanan yang pedas dan
- alergi, panas
- penurunan daya tahan tubuh
- pengobatan tonsilitis akut - Pasien pernah mengalami
yang tidak adekuat. keluhan serupa dalam 1 tahun
terakhir dan sempat
berobat namun kembali
kambuh
PEMERIKSAAN FISIK
TEORI KASUS
Tonsil besar Pada pemeriksaan tenggorok
Hipertrof, perlengketan tonsil didapatkan pembesaran tonsil
ke jaringan sekitar, kripte grade T3 pada tonsil kiri dan T4
melebar, eksudat purulen pada tonsil kanan, tonsil
Tonsil kecil hiperemis, kripte melebar
Hipotrofi, terpendam di dalam dan uvula deviasi ke arah kiri
tonsillar bed, tepi yang
hiperemis, kripte melebar ,
eksudat purulen.
PENATALAKSANAAN
TEORI KASUS
Medikamentosa Medikamentosa :
- Indikasi : Infeksi tonsilitis akut, Azitromicin 1 x 320 mg tab (PO)
tonsilitis rekuren dan
tonsilitis kronis Operatif :
eksaserbasi akut. Pro Tonsilektomi
- Antibiotik jenis penisilin
merupakan antibiotik pilihan
pada sebagian besar kasus
Pembedahan
Tonsilektomi merupakan
terapi definitif pada tonsillitis
kronis yang sudah
menimbulkan gejala obstruksi
saluran napas Indikasi
KESIMPULAN

Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil palatina yang menetap


sebagai kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi
subklinis
Pada kasus ini tonsillitis kronis terjadi pada anak laki-laki, usia 6
tahun dengan faktor predisposisi paparan kronis
makanan/minuman berpengawet dan terapi tonsillitis akut yang
tidak adekuat
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah pemberian antibiotic
Azithromycin dan pro-tonsilektomi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai