Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2020


UNIVERSITAS TADULAKO

“OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT

Disusun Oleh:
Dewi Kurnia Saraswati
N111 17 118

Pembimbing:
dr. Christin Rony Nayoan, Sp. THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

1
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Dewi Kurnia Saraswati

No. Stambuk : N 111 17 118

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

Judul Refarat : Otitis Media Supuratif Akut

Bagian : Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tengorok-Kepala Leher

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher


RSUD Undata Palu
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Tadulako

Palu, Maret 2020

Pembimbing Klinik Mahasiswa

dr. Christin R. Nayoan, Sp. THT-KL Dewi Kurnia Saraswati

2
BAB I
PENDAHULUAN

Otitis Media Supuratif Akut (OMSA) merupakan inflamasi akut telinga


tengah yang berlangsung kurang dari tiga minggu. Yang dimaksud dengan telinga
tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani
dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba
Eustachius.1 . Otitis media (OM) ini merupakan salah satu penyakit yang sering
dijumpai di seluruh dunia dengan angka kejadian yang bervariasi pada tiap-tiap
negara. Otitis Media berdasarkan durasi penyakitnya dibagi atas akut (<
3minggu), subakut (3-12 minggu) dan kronis (>12 minggu) 2. Otitis media
berdasarkan gejala klinisnya dibedakan atas 4 kelompok yaitu miringitis, otitis
media supuratif akut (OMSA), otitis media sekretori (OMS) dan otitis media
supuratif kronis (OMSK).3
Perjalanan OMSA terdiri atas beberapa aspek yaitu terjadi secara
mendadak, di lanjutkan efusi telinga tengah yang dapat berkembang menjadi pus
oleh karena adanya infeksi mikroorganisme, dan akhirnya muncul tanda inflamasi
akut, antara lain otalgia, iritabilitas, dan demam.2
Prevalensi tertinggi OMA di dunia terjadi di Afrika Barat dan Tengah
(43,37%), Amerika Selatan (4,25%), Eropa Timur (3,96%), Asia Timur (3,93%),
Asia Pasifik (3,75%), dan Eropa Tengah (3,64%). Di Inggris, sebanyak 30% anak
– anak mengunjungi dokter anak setiap tahunnya karena OMA. Di Amerika
Serikat, sekitar 20 juta anak – anak menderita OMA setiap tahunnya. Di Asia
Tenggara, Indonesia termasuk keempat negara dengan prevalensi gangguan
telinga tertinggi (4,6%). Tiga negara lainnya adalah Sri Lanka (8,8%), Myanmar
(8,4%) dan India (6,3%).4
Di Indonesia sendiri belum ada data baku tentang prevalensi otitis media
supuratif akut. Berdasarkan survei kesehatan indra pendengaran pada 7 provinsi di
Indonesia didapatkan prevalensi penyakit telinga tengah populasi segala umur di
Indonesia sebesar 3,9%. 4
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius.
Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga

3
merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat,
diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media
sebelum usia tiga tahun dan hamper dari setengah mereka mengalami tiga kali
atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode
sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi
pada usia 3-6 tahun.2
Penyebab otitis media yaitu bakteri aerob seperti Streptococus aures,
Pneumokok, Hemolyticus influenza, Escherichia coli, Streptococus
anhemolitikus, Streptococus hemolyticus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas
aeruginosa. Otitis Media Akut dihasilkan saat patogen yang berasal dari
nasofaring bertemu dengan cairan inflamasi yang terkumpul di telinga tengah.
Poliferasi patogen pada ruang ini akan berujung pada timbulnya tanda dan gejala
tipikal dari infeksi akut telinga tengah. Diagnosis untuk OMSA memerlukan
adanya cairan di telinga tengah ditandai dengan imobilitas membran timpani.4
Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi, gejala
klinis, prosedur penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan otitis media akut.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga
tengah dalam waktu yang singkat yang berlangsung selama 3 minggu atau
kurang karena infeksi bakteri piogenik dan mengeluarkan nanah. Bakteri
piogenik sebagai penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus
hemolitikus, Stafilokokus aureus, dan Pneumokokus. Kadang-kadang
bakteri penyebabnya yaitu Hemofilus influenza, Escheria colli,
Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aerugenosa.
Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling sering kita temukan
pada pasien anak berumur di bawah 5 tahun.1,2,4

2.2 Anatomi Telinga

Gambar 2.1 Anatomi Telinga

5
Telinga terdiri dari bagian luar, tengah dan dalam. Telinga bagian luar
terdiri dari aurikula, meatus acusticus externus dan dan membran timpani
bagian luar. Telinga tengah terdiri dari membran timpani bagian dalam,
cavitas timpani yang berisi ossicula auditiva, muskulus, cellulae mastoid;
aditus ad antrum dan tuba auditiva. Telinga dalam terdiri dari labirintus
osseus dan labirintus membranaceus. Labirintus osseus yaitu koklea dan
labirintus membranacea terbagi menjadi labirintus vestibularis (sakulus,
utrikilus, canalis semisirkularis), duktus koklearis (skala vestibule, skala
media, skala timpani), sakus duktus endolimpatikus.1,3,4,10
A. Telinga Luar

Gambar 2.2 Anatomi Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari daun telinga dan liang
telinga sampai membran timpani, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 ± 3 cm.
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar
serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang
telinga.Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.

6
B. Telinga Tengah

Gambar 2.3 hubungan topografik antara cavitas tympani dan struktur-


struktur di sekitar
Telinga tengah terdiri dari membrane timpani bagian dalam,
cavitas timpani yang berisi ossikula auditiva, muskulus, celulae mastoid;
aditus ad antrum dan tuba auditiva, telinga tengah berbentuk kubus,
dengan:

Gambar 2.4 struktur batas-batas telinga

7
1. Atap kavum timpani.
Dibentuk oleh lempengan tulang yang tipis disebut tegmen
timpani. Tegmen timpani memisahkan telinga tengah dari fossa
kranial dan lobus temporalis dari otak. Bagian ini juga dibentuk oleh
parspetrosa tulang temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis
sutura petroskuama. Dinding ini hanya dibatasi oleh tulang yang tipis
atau ada kalanya tidak ada tulang sama sekali (dehisensi).4
2. Lantai kavum timpani
Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum
timpani dari bulbus jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali
hingga infeksi dari kavum timpani mudah merembet ke bulbus vena
jugularis.4
3. Dinding medial.
Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga
dalam, ini juga merupakan dinding lateral dari telinga dalam.
Dinding ini pada mesotimpanum menonjol ke arah kavum timpani
yang disebut promontorium tonjolan ini oleh karena di dalamnya
terdapat koklea. Di dalam promontorium terdapat beberapa saluran-
saluran yang berisi saraf-saraf yang membentuk pleksus timpanikus.
Di belakang dan atas promontorium terdapat fenestra vestibuli atau
foramen ovale (oval windows). Di atas fenestra vestibuli sebagai
tempat jalannya nervus fasialis. Kanalis ini di dalam kavum timpani
tipis sekali atau tidak ada tulang sama sekali (dehisensi).4
4. Dinding posterior
Dinding posterior dekat ke atap, mempunyai satu saluran disebut
aditus, yang menghubungkan kavum timpani dengan atrum mastoid
melalui epitimpanum. Di bawah aditus terdapat lekukan kecil yang
disebut fossa inkudis yang merupakan suatu tempat prosesus brevis
dari inkus dan melekat pada serat-serat ligamen.4
5. Dinding anterior
Dinding anterior kavum timpani agak sempit, tempat
bertemunya dinding medial dan dinding lateral kavum timpani.

8
Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan
terdiri dari lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada
saat memasuki tulang tengkorak dan sebelum berbelok ke anterior.
Dinding ini ditembus oleh saraf timpani karotis superior dan inferior
yang membawa serabut-serabut saraf simpatis ke pleksus timpanikus
dan oleh satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis internal.
Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba
eustachius.4
6. Dinding lateral
Dinding lateral kavum timpani adalah bagian tulang dan
membran. Bagian tulang berada di atas dan bawah membran
timpani.4

Cavitas tympani berisi osikula auditiva, muskulus, celulae mastoid;


aditus ad antrum dan tuba auditiva.
1. Osikula auditiva
Berfungsi untuk menghantarkan suara dari udara ke koklea
Terdiri dari maleus, incus dan stapes
2. Muskulus
Terdiri dari m. tensor tympani dan m. stapedius, diinervasi oleh N.
facialis dan N. trigeminus dimana berfungsi untuk membatasi gerak
dari tulang auditiva.
Perlekatan dari m. tensor tympani dan pars ossea tuba auditiva
menuju kolum mallei, berfungsi untuk mengatur keseimbangan
tekanan udara antara cavum tympani dengan dunia luar.
3. Perlekatan dari m.stapedius dari piramida menuju ke collom
stapedius, berfungsi untuk meredam suara yang keras, frekwensi
rendah dan amplitude yang tinggi.
Celulae mastoid.
4. Aditus ad antrum.
Merupakan muara atau lubang yang menghubungkan cavum
tympani dengan antrum mastoid.

9
5. Tuba auditiva
Tuba auditiva adalah saluran yang menghubungkan rongga
telinga tengah dengan nasofaring.
Tuba auditiva memiliki arti klinis karena nasofaring memiliki
banyak flora normal, sehingga jika tekanan cavum tympani lebih
rendah maka udara akan masuk dari nasofaring ke cavum tympani
sehingga flora normal akan ikut masuk, hail ini dapat memicu
infeksi diauris media.
Tuba auditiva dibagi menjadi 2 bagian:
- 1/3 bagian superior, tersusun oleh tulang.
- 2/3 bagian inferior, tersusun oleh kartilago yang berbentuk
huruf U.
Fungsi dari Tuba auditiva.
- Drainase, berdasarkan gerakan membuka tuba dan gerakan
silia di mukosa tuba dimana gerakan silia seperti lecutan
cambuk yang bergerak dari arah cavum tympani ke
nasofaring sehingga menghambat pergerakan kuman yang
akan masuk ke auris media. Juga untuk mengeluarkan produk
atau kotoran dari auris media.
- Proteksi, dilakukan oleh jaringan limpoid dan sel goblet dari
mukosa tuba, sel goblet menghasilkan lisosom yang bersifat
bakterisid.
- Aerasi, yaitu menjaga keseimbangan tekanan udara dalam
telinga terhadap dunia luar melalui proses membuka-menutup
tuba, sebagai contoh saat menelan tuba akan membuka.4

Gambar 2.5 Anatomi Telinga Tengah

10
C. Telinga dalam terdiri dari:
a) Labirin osseus: koklea atau rumah siput, yang berupa setengah
lingkaran.
b) Labirin membranaseus, terdiri dari:
1. Labirin Vestibuler, yang terdiri dari saculus, utrikulus dan 3
buah kanalis semisirkularis.
2. Duktus koklearis, yang terdiri dari skala vestibule (berisi
perilimfe), skala media (berisi endolimpe dan terdapat bagian
yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan
pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel
rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis korti, yang
membentuk organ korti)dan sekala tympani (berisi perilimfe)
3. Saccus dan ductus endolimfaticus.

D. Vaskularisasi Telinga
Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirintin cabang A.
Cerebelaris anteroinferior atau cabang A. Basilaris atau A. Verteberalis.
Arteri ini masuk ke meatus akustikus internus dan terpisah menjadi A.
Vestibularis anterior dan A. Kohlearis communis yang bercabang
menjadi A. Kohlearis dan A. Vestibulokohlearis. A. Vestibularis
anterior memperdarahi N. Vestibularis, utrikulus dan sebagian duktus
semisirkularis. A.Vestibulokohlearis sampai di mediolus daerah putaran
basal kohlea terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan cabang
kohlea. Cabang vestibular memperdarahi sakulus, sebagian besar
kanalis semisirkularis dan ujung basal kohlea. Cabang
kokleamemperdarahi ganglion spiralis, lamina spiralis ossea, limbus
dan ligamen spiralis. A. Kohlearis berjalan mengitari N. Akustikus di
kanalis akustikus internus dan didalam kohlea mengitari modiolus.
Vena dialirkan ke V. Labirintin yang diteruskan ke sinus petrosus
inferior atau sinus sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus
vestibularis dan kohlearis ke sinus petrosus superior dan inferior.4

11
E. Inervasi Telinga
N. Vestibulokohlearis yang dibentuk oleh bagian kohlear dan
vestibular, didalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral
akar N. Fasialis dan masuk batang otak antara pons dan medula. Sel-sel
sensoris vestibularis dipersarafi oleh N. Kohlearis dengan ganglion
vestibularis (scarpa) terletak didasar dari meatus akustikus internus. Sel-
sel sensoris pendengaran dipersarafi N. Kohlearis dengan ganglion
spiralis corti.

2.3 Fisiologi pendengaran


Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi sumber
bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui
udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran
timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani
dan tingkap lonjong. Energi getar yang telahdiamplifikasi ini akan
diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui
membrana reissner yang mendorong endolimfa, sehingga kan
menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi streosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka
dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keeadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter kedalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai
korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis. 5,6

12
Gambar 2.6 Proses mendengar suara

2.4 Epidemiologi
60-80% bayi memiliki paling sedikit satu episode OMSA, dan 90%
terjadi pada usia 2-3 tahun. Di Amerika Serikat angka kejadian tertinggi dari
OMSA terjadi pada usia 6-24 bulan, frekwensi OMSA terjadi pada masa
anak-anak, remaja dan dewasa, biasanya anak laki-laki lebih sedikit
dibandingkan dengan anak perempuan. Secara langsung atau tidak langsung
kerugian akibat OMSA untuk biaya
pengobatan dan waktu yang hilang untuk sekolah dan bekerja mendekati
angka tiga milyar pada tahun 1995.6

2.5 Etiologi
Kuman penyebab utama pada OMSA adalah bakteri pyogenik, seperti
Streptokokus haemolitikus, stafilakokus aureus, Pneumokokus. Selain itu
juga kadang-kadang ditemukan juga Haemopilus influenza, Esherichia colli,
streptokokus anhemolitikus, proteus vulgaris dan pseudomonas auregenosa.
Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia 5 tahun..1

2.6 Patofisiologi

13
Telinga tengah biasanya steril, suatu hal yang mengagumkan
menimbang banyaknya flora organisme yang terdapat di dalam nasopharing
dan faring. Gabungan aksi fisiologis silia, enzim penghasil mucus (misalnya
muramidase) dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme petahanan bila
telinga terpapar dengan mikroba kontaminan ini saat menelan. Otitis media
akut terjadi bila mekanisme fisiologis ini terganggu. Sebagai mekanisme
pelengkap pertahanan di permukaan, suatu anyaman kapiler sub epitel yang
penting menyediakan pula faktor–faktor humoral, leukosit polimorfonuklear
dan sel fagosit lainnya. Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu faktor
penyebab dasar pada otitis media akut. 7,8
Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena tuba eustachiusnya
pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Normalnya lapisan mukosa
pada telinga tengah menyerap udara pada telinga tengah, namun jika udara
tidak dapat dialirkan karena adanya obstruksi relatif tuba eusthachius maka
akan terjadi tekana negative dan menimbulkan effuse serosa. Efusi ini pada
telinga tengah merupakan media yang fertile untuk perkembangbiakan
mikroorganisme dan dengan adanya infeksi saluran napas atas dapat terjadi
invasi virus dan bakteri ke telinga tengah, berkolonisasi dan menyerang
jaringan dan menimbulkan infeksi. Meskipun infeksi saluran napas terutama
disebabkan oleh virus namun sebagian besar infeksi otitis media akut
disebabkan oleh bakteri piogenik. Bakteri yang sering ditemukan antara lain
Streptococcus pneumoniae, Haemophillius influenza dan Sterptococcus beta
hemolitikus. Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan organisme
penyebab tersering pada semua kelompok umur . Hemophilus influenza
adalah patogen yang sering ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun,
meskipun juga merupakan patogen pada orang dewasa. Gejala klasik otitis
media akut antara lain berupa nyeri, demam, malaise dan kadang – kadang
nyeri kepala di samping nyeri telinga; khusus pada anak – anak dapat terjadi
anoreksia, mual dan muntah. Demam dapat tinggi pada anak kecil namun
dapat pula tidak ditemukan pada 30% kasus. Seluruh atau sebagian
membrane timpani secara khas menjadi merah dan menonjol dan pembuluh
– pembuluh darah di atas membrane timpani dan tangkai maleus berdilatasi

14
dan menjadi menonjol. Secara singkatnya dapat dikatakan terdapat abses
telinga tengah.7,8
Genetik, infeksi, imunologi dan lingkungan merupakan factor
presdiposisi pada anak-anak untuk terkena infeksi telinga. Pada banyak
kasus pencetus OMA disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas yang
mengakibatkan kongesti, bengkak dari mukosa nasalis, nasopharynx dan
tuba eustachius. Sumbatan dari isthmus tuba auditiva akibat dari
penimbunan secret dari telinga tengah: hasil perlawanan tubuh terhadap
bakteri atau virus yang berupa nanah sebagai penyebab utama OMA.
Perluasan radang atau infeksi dari hidung atau nasopharinx kedalam cavum
tympani dimungkinkan akibat ada hubungan langsung hidung dan cavum
tympani melalui tuba eustachius serta persamaan jenis mukosa antara kedua
tempat tersebut.5,8
Pembengkakan pada jaringan sekitar saluran tuba eustachius dapat
menyebabkan lender yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah berkumpul di
belakang gendang telinga. Jika lender dan nanah bertambah banyak,
pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang
kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga
dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami
sekitar 24 db (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat
menyebabkan gangguan pendengaran hingaa 45 db (kisaran pembicaraan
normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,
cairan yang banyak tersebut dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya.1,9
Pada anak lebih mudah terserang OMSA disbanding orang dewasa
karena beberapa hal :
 System kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.
Saluran Eustachius pada anak masih lebih lurus secara horizontal dan
lebih pendek bila dibandingkan dengan orang dewasa sehingga ISPA
lebih mudah menyebar ke telinga tengah.
 Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas berperan
dalam kekebalan tubuh) pada anak relative lebih besar disbanding orang

15
dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara eustachius sehingga
adenoid yang besar mengganggu terbukanya saluran eustachius. Selain
itu saluran eustachius sendiri dapat terinfeksi dimana infeksi tersebut
kemudian menyebar ketelinga tengah lewat saluran eustachius.2,10
2.7 Manifestasi Klinis
Perubahan mukosa tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi
menjadi 5 stadium:1,3,5
A. Stadium Oklusi Tuba Eustachius.

Gambar 2.7 Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi


membrane tympani akibat terjadinya tekanan negative dalam telinga
tengah, akibat absorbsi udara, hal ini diakibatkan oleh adanya radang di
mukosa hidung dan nasofaring karena infeksi saluran nafas atas berlanjut
ke mukosa tuba eustachius. Keadaan ini mengakibatkan fungsi tuba
eustachius dan mukosa cavum tympani. Akibatnya mukosa tuba
eustachius mengalami edema yang akan menyempitkan lumen tuba
eustachius. Keadaan ini mengakibatkan fungsi tuba eustachius terganggu
(fungsi ventilasi dan drainase). Gangguan fungsi ini antara lain
menyebabkan berkurangnya pemberian oksigen kedalam cavum tympani
berkurang (hipotensi), menjadi kurang dari 1 atm dan disebut vacum.
Kondisi vakum selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan
pada mukosa tympani, berupa:
 Peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan limfe.

16
 Peningkatan permeabilitas dinding sel.
 Terjadinya proliferasi sel kelenjar mukosa.
Perubahan yang terjadi pada mukosa cavum tympani tersebut,
mengakibatkan terjadinya perembesan cairan kedalam cavum tympani
(transudasi). Keadaan ini disebut sebagai Hidrops ex vacuo. Kadang-
kadang membrane tympani tampak normal (tidak ada kelainan) atau
berwarna keruh pucat. Dimana gangguan telinga yang dirasakan
akibatnya vacuum hydrops ex vacuo. Keluhan yang dirasakan: telinga
terasa penuh (seperti kemasukan air), pendengaran terganggu, nyeri pada
telinga (otalgia), tinnitus.
Pada pemeriksaan otoskopi didapat gambaran membrane tympani
berubah menjadi retraksi/tertarik ke medial (dengan tanda-tanda) lebih
cekung, brevis lebih menonjol, manubrium mallei lebih horizontal dan
lebih pendek, plika anterior tidak tampak lagi dan refleks cahaya hilang
atau berubah
B. Stadium Hiperemis.

Gambar 2.7 Stadium Hiperemis

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di


membrane tympani atau seluruh membrane tympani tampak hiperemis
serta edema secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
yang serousa sehingga masih sukar terlihat.
C. Stadium Supurasi (Bombans).

17
Gambar 2.9 Stadium Supurasi

Edeme yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel
epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum
tympani, menyebabkan membrane tympani menonjol (bulging) kearah
liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan
suhu meningkat, seerta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di cavum tympani tidak berkurang, maka terjadi
iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis
pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan sub mukosa. Nekrosisi ini
pada membrane tympani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan
kekuningan. Ditempat ini akan terjadi rupture.
Pada orang dewasa biasanya datang dengan keluhan otalgia hebat,
pada penderita bayi dan anak rewel dan gelisah, demam tinggi dan ISPA
yang disertai biasanya masih ada. Pada pemeriksaan otoskopi: pada
meatus akustikus externus tidak didapatkan secret, membrane timpani
tampak hiperemi, cembung kea rah lateral (bombans), Terkadang tampak
adanya pulsasi (keluar nanah dari lubang perforasi sesuai dengan
denyutan nadi.

D. Stadium Perforasi.

18
Gambar 2.10 Stadium Perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic


atau virulensi kuman yang tinggi, maka terjadi rupture membrane
tympani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga
luar, akibatnya nyeri yang dirasakan penderita berkurang. Selain itu
disebabkan oleh tekanan yang tinggi pada cavum tympani akibat
kumpulan mucous, ahkirnya menimbulkan perforasi pada membrane
tympani.
Keluhan yang di rasakan sudah banyak berkurang, karena tekanan di
cavum tympani sudah banyak berkurang, selain itu keluar cairan dari
telinga, penurunan pendengaran dan keluhan infeksi saluran nafas atas
masih di rasakan, pada pemeriksaan otoskopi meatus externus masih
didapati banyak mukopus dan setelah dibersihkan akan tampak
membrane tympani yang hiperemis dan perforasi paling sering terletak di
sentral
E. Stadium Resolusi
Bila membrane tympani tetap utuh, maka keadaan membrane tympani
berlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka
secret akan berkuran dan mongering. Bila daya tahan tubuh baik dan
virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. Pada stadium ini kebanyakan yang masih dirasakan adanya
gangguan pendengaran, keluhan sebelumnya sudah tidak dirasakan lagi.
Pada pemeriksaan otoskopi meatus akustikus externus bersih dari secret,
membrane tympani tidak tampak lagi, warnanya sudah kembali lagi
seperti mutiara, yang masih tampak adalah perforasi pars tensa.
2.8 Gejala Klinis

19
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMSA) tergantung dari
stadium penyakit dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa
demam tinggi dan suhu tubuh menurun pada stadium perforasi. Gejala
klinik otitis media supuratif akut (OMSA) berdasarkan umur penderita,
yaitu :1,4,10
 Bayi dan anak kecil.
Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas), sulit tidur, tiba-tiba
menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang
memegang telinga yang sakit. Anak yang sudah bisa bicara. Gejalanya :
biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk
pilek.
 Anak lebih besar dan orang dewasa.
Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan
pendengaran berkurang).
2.9 Diagnosis
Diagnosis OMSA harus memenuhi tiga hal berikut:1,8,12
A. Penyakitnya timbul mendadak (akut)
B. Ditemukanya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan disuatu rongga
tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di
antara tanda berikut:
1. Menggembungnya gendang telinga.
2. Terbatas/tidak gerakan gendang telinga.
3. Adanya bayangan cairan dibelakang gendang telinga.
4. Cairan yang keluar dari telinga.
C. Adanya tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan
adanya salah satu tanda berikut:
1. Kemerahan pada gendang telinga
2. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
Anak dengan OMSA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat
menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah, serta

20
rewel. Namun gejala-gejala ini ( kecuali keluarnya cairan dari telinga) tidak
sepesifik untuk OMSA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop, dengan otoskop dapat
dilihat gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang
telinga menjadi kemerahan atau agak kuning atau suram, serta cairan di liang
telinga.
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan tympanosentesis
(penusukan terhadap gendang telinga). Namun tympanosintesis tidak
dilakukan pada sembarAng anak. Indikasi dilakukannya tympanosentesis
antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia 6 minggu dengan riwayat
perawatan intensif di rumah sakit anak dengan gangguan kekebalan tubuh,
anak yang tidak memberikan respon pada pemberian antibiotic atau dengan
gejala yang sangat berat dan komplikasi.

2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan OMSA tergantung pada stadium penyakitnya.1,4,8
A. Pada stadium oklusi tujuannya adalah mengembalikan fungsi tuba
eustachius secepatnya. Untuk itu digunakan tetes hidung yang berfungsi
sebagai vasokonstriktor untuk mengatasi penyempitan tuba akibat edema.
Obat yang dapat digunakan adalah solution efedrin 1% untuk orang
dewasa dan 0.25-0.5% untuk bayi danak-anak. Obat lain untuk mengatasi
ISPA misalnya golongan aspirin.
B. Pada stadium hiperemis, terapi yang di \berikan adalah antibiotic, obat
tetes hidung dan analgetik. Antibiotic yang dianjurkan adalah golongan
ampicillin dan penisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuscular
agar didapatkan kosentrasi yang lebih adekuat di dalam darah, pemberian
dianjurkan selama 7 hari. Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50-
100 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis.
C. Pada stadium supurasi, selain antibiotic, idealnya harus dilakukan
miringotomi, bila membrane masih utuh, sehingga rupture membrane
tympani dapat dihindari.

21
D. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar, pengobatan
yang dilakukan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta
antibiotic yang adekuat.
E. Pada stadium resolusi ini penderita sudah tidak memerlukan obat-obatan
lagi, karena ISPA juga sudah sembuh. Penderita disarankan untuk
menjaga kebersihan telinga, tidak boleh kemasukan air atau dikorek-korek
guna menghindari kekambuhan.
Terapi Bedah
1. Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada membran timpani untuk
drainase cairan dari telinga tengah atau untuk mengambil
biakan.Prosedur ini dilakukan di bawah mikroskop operasi dengan
anestesi lokal atau umum. Dibuat suatu insisi lurus melengkung 2 mm
dari tepi membrane timpani, dimulai dari bawah dan dilanjutka ke atas
depan atau belakang. Insisi dibuat pada kuadran anteroinferior atau
posteroinferior untuk menghindari trauma pada rangkaian
osikula.Secara teknis lebih mudah membuat insisi pada kuadran
posteroinferior, da daerah ini kurang peka.Pisau tidak boleh
dimasukkan lebih dari 2 mm guna mencegah terkenanya dinding
medial telinga tengah, yang dapat menimbulka nyeri dan
pendarahan.Lebih jauh, dapat pula terbentuk celah atau tonjolan vena
jugularis ke dalam basis telinga tengah.Terputusnya rangkaian osikula
dapat dihindari dengan melakukan insisi pada kaudran inferior.
Kerusakan fenestra rotundum dihindari dengan insisi haya melalui
membrane timpani da membatasi kedalaman insisi.1,2

Gambar 2.11.Miringotomi (insisi radial).

22
2.9 Komplikasi
Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara
kronik dari satu atau dua telinganya. Jika gendang telinga telah pecah lebih
dari 2 minggu, resiko infeksi menjadi sangat umum. Umumnya penanganan
yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya selama
beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.
Otitis media yang tidak diobati dapat mnyebar ke jaringan sekitar
telinga tengah, termasuk otak. Namun umumnya komplikasi ini jarang
terjadi, salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan
OMA yang tidak diobati.
Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan hilangnya
pendengaran permanent, cairan di telinga tengah dan otitis media kronik
dapat mngurangi pendengaran anak serta dapat menyebabkan masalah
dalam kemampuan bicara dan bahasa.1,6

2.10 Prognosis
Prognosis pada OMA baik bila diberikan terapi yang adekuat (antibiotic
yang tepat dan dosis cukup). 1

BAB III
KESIMPULAN

Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah
dalam waktu yang singkat yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena
infeksi bakteri piogenik dan mengeluarkan nanah. Bakteri piogenik sebagai
penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus,

23
dan Pneumokokus. Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling sering
kita temukan pada pasien anak berumur di bawah 5 tahun. Perjalanan OMSA
terdiri atas beberapa aspek yaitu terjadi secara mendadak, di lanjutkan efusi
telinga tengah yang dapat berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi
mikroorganisme, dan akhirnya muncul tanda inflamasi akut, antara lain otalgia,
iritabilitas, dan demam.
Diagnosis OMSA harus memenuhi tiga hal yaitu, pertama : penyakitnya
timbul mendadak (akut), kedua: ditemukanya tanda efusi (efusi: pengumpulan
cairan disuatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya
salah satu di antara tanda menggembungnya gendang telinga, terbatas/tidak
gerakan gendang telinga, adanya bayangan cairan dibelakang gendang telinga, dan
ketiga : cairan yang keluar dari telinga dan adanya tanda atau gejala peradangan
telinga tengah, yang dibuktikan adanya salah satu tanda berikut seperti kemerahan
pada gendang telinga dan nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas
normal.
Penatalaksanaan tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada
stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian
antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan
pada otitis media adalah untuk mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba
Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki sistem
imum lokal dan sistemik serta menghindari komplikasi intrakranial dan
ekstrakranial yang mungkin terjadi. Pada stadium hiperemis, diberikan antibiotik,
obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus
sebaiknya dilakukanmiringotomi. Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci
telinga H2O23% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat. Pada stadium
resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi
dan perforasi membran timpani menutup.

24
ALGORITMA

Anak-anak :
1. Otholgia

Anamnesis 2. Febris
3. Riw. ISPA sebelumnya
Otoskop :
4. Keluar cairan
1. Gendang telinga yang
Remaja atau orang dewasa :
menggembung
1. Otholgia
2. Perubahan warna gendang
Pemeriksaan fisik
2. Ada gangguan pendengaran
telinga menjadi kemerahan
3. Telinga terasa penuh
atau agak kuning dan suram
4. Keluar cairan
3. Cairan di liang telinga. Pada bayi
Pemeriksaan penunjang: 25
1. Demam tinggi
Timpanometri 2. Anak gelisah dan susah tidur
Diagnosis banding: 3. Diare
1. Miringitis bulosa 4. Kejang-kejang
DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,


Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi
kelima. Jakarta: FKUI, 2017

26
2. Adams L George, Boies R Lawrence, Higler A Peter. BOIES: Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2015
3. Lalwani K. Anil, editor. Otitis Media. Current Diagnosis and Treatment:
Otolaryngology Head and Neck Surgery. Second Edition. New York: Mc
Graw Hill, 2012
4. Paulsen F., Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Jilid 2 Volume 3.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2015
5. Maqbool, M. Otitis Media Supurative Acute. In: textbook of Ear, Nose
and Throath Disease. Elevent edition. Ew Delhi. 2014.
6. Bansal, M. Otitis Media Acute. In: Disease of Ear, ose and Throat. First
edition. London. 2013
7. Sedjawidada, R. Diktat kuliah THT. Makassar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
8. Adams L George, Boies R Lawrence, Higler A Peter. BOIES: Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2015
9. Lalwani K. Anil, editor. Otitis Media. Current Diagnosis and Treatment:
Otolaryngology Head and Neck Surgery. Second Edition. New York: Mc
Graw Hill, 2012
10. Maqbool, M. Otitis Media Supurative Acute. In: textbook of Ear, Nose
and Throath Disease. Elevent edition. Ew Delhi. 2011.
11. Bansal, M. Otitis Media Acute. In: Disease of Ear, ose and Throat. First
edition. London. 2013
12. Sedjawidada, R. Diktat kuliah THT. Makassar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.

27

Anda mungkin juga menyukai