Anda di halaman 1dari 27

JURNAL READING

PRETERM PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANES: MATERNAL AND PERINATAL


OUTCOME (2018)

Disusun oleh:
Bunga Octavia (1820221112)

Dibimbing oleh:
dr. Juniaty Caroline Simanjuntak, Sp.OG, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR MINGGU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2020
PENDAHULUAN

• Persalinan dimulai 24 jam setelah PROM terjadi pada 81%


Premature rupture of membrane (PROM) pasien yang mengandung bayi lebih besar dari 2500 gram
atau ketuban pecah dini di definisikan namun usia kehamilan lebih muda (BMK).
sebagai pecah secara spontan membrane
amnion ditandai dengan keluarnya cairan
ketuban paling tidak1 jam sebelum proses • Hanya 48% pasien yang mengalami persalinan dalam waktu
melahirkan tiga hari setelah terjadi PROM.

Jika >37 minggu disebut KPD


Jika 28-37 minggu disebut preterm KPD
INSIDENSI PROM

PROM terjadi sekitar 10% dari seluruh kehamilan dan 70% adalah kasus kehamilan cukup
bulan.

preterm PROM: suatu kondisi yang terjadi pada 3% dari seluruh kehamilan dan
bertanggung jawab dari sekitar 30% dalam seluruh kelahiran prematur.

Preterm PROM meningkatkan risiko prematuritas dan mengarah ke komplikasi


perinatal dan neonatal lain dengan resiko 1-2% dari kematian janin

Pada ibu: Meningkatkan kejadian chorioamnionitis,


disfungsi persalinan, meningkatkan angka caesar,
perdarahan postpartum, dan endometritis

Pada janin: meningkatkan terjadinya penyakit hialin


membran, perdarahan intraventrikular, sepsis, prolaps
tali pusat, gawat janin dan peningkatan keguguran
TUJUAN PENELITIAN

Mengamati hasil pada ibu dan bayi pada pasien dengan ketuban pecah dini preterm

Mempelajari komplikasi yang terjadi pada ibu dengan KPD preterm

Mengetahui morbiditas dan mortalitas pada perinatal pada KPD preterm dan
mempelajari cara persalinan pada KPD preterm
METODE PENELITIAN

Sumber data : 100 pasien dengan ketuban pecah dini di Kriteria inklusi
antara usia kehamilan 28-37 minggu yang di rawat di Seluruh wanita hamil dengan kehamilan tunggal
ruang persalinan dipelajari setelah mempertimbangkan antara usia kehamilan 28-37 minggu dengan ketuban
kriteria inklusi dan eksklusi. pecah dini.
Desain study: Penelitian observasional prospektif Kriteria eksklusi
berbasis rumah sakit. Kehamilan ganda (gemeli)
Study period : Selama periode satu tahun dari Maret Intrauterine growth restriction (IUGR)
2013 sampai Februari 2014. Uterine Anomali
Tempat pengambilan data : rumah sakit tingkat 3 Fetus anomaly
Myoma Uteri
Gangguan hipertensi dan hipertensi pada kehamilan
Diabetes gestasional
Perdarahan antepartum
Gagal ginjal kronik
Penyakit jantung
• Data detail: Usia, status sosial ekonomi, onset waktu bocor, jumlah cairan
yang hilang, warna, bau, perdarahan pervaginam dan persepsi gerakan janin.

• Pemeriksaan umum: BB dan TB di ukur, pemeriksaan sistemik termasuk


METODE pemeriksaan kardiovaskular pemeriksaan sistem respirasi dan sistem CNS.
PENGUMPULAN
DATA • Di pemeriksaan obstetric: Tinggi fundus uteri, letak, presentasi dan posisi
dari janin, kondisi dari uterus entah kontraksi atau relaksasi, dan DJJ dicatat.

• Pemeriksaan speculum: Warna, bau dari cairan di catat, dikumpulkan dan


dikenakan kertas lakmus, swab serviks diambil dan dikirim untuk
pemeriksaam gram dan kultur.
• Pemeriksaan laboratorium: Hitung total, hitung jenis dan C-reactive Protein
di periksa. Antibiotik profilaksis diberikan injeksi ampicilin 1 gram IV setiap 6
jam sekali.
METODE
• Waktu untuk induksi harus dicatat. Proses dalam melahirkan dimonitor,
PENGUMPULAN interval induksi dan PROM untuk interval induksi dicatat. Nadi ibu, tekanan
DATA darah, denyut jantung janin dicatat secara berkala.

• Kemajuan persalinan dipantau, jika terdapat kegawatan pada janin atau


komplikasi obstetric lainnya, kelahiran dipercepat dengan instrumen atau
sectio caesaria jika diperlukan.
• Segera setelah melahirkan, APGAR Score 1 dan 5 menit setelah bayi lahir,
berat badan jenis kelamin, anomali kongenital, komplikasi segera dan cidera
jalan lahir, tanda dari asfiksia, aspirasi mekonium, sepsis, dan complikasi lain
dicatat.

• Bayi-bayi tersebut di awasi sampai pada periode postnatal. Morbiditas dan


DATA YANG mortalitas neonatal dicatat.
DICATAT • Ibu diawasi pada apakah ada komplikasi seperti PPH dan sisa plasenta

• Mereka ditindaklanjuti pada masa nifas, tanda-tanda vital seperti temperatur,


nadi, tekanan darah, dan frekuensi monitor. Para ibu ditanya secara spesifik
apakah lochea berbau busuk, dan adanya demam. Luka episiotomy dan luka
sectio caesaria diobservasi, dan follow up yang teratur dilakukan. Morbiditas
ibu seperti sepsis di masa nifas. Infeksi saluran kencing dan respirasi serta
luka infeksi dicari apakah ada.
Semua data yang relevan dikumpulkan dan dimasukan ke
ANALISIS komputer menggunakan komputer berbasis software SPSS untuk
STATISTIK analisis yang tepat. Data kuantitatif akan dianalisis dengan Proporsi
dan Chi-Square p<0.05 tingkat signifikasi.
HASIL

• Diamati bahwa ketika durasi PPROM meningkat,


morbiditas ibu juga meningkat.
• Di penelitian ini 81.25% pasien memiliki morbiditas
ibu ketika durasi PROM lebih dari 24 jam
HASIL

• Namun tidak terlihat kematian ibu pada penelitian ini.


• Dalam penelitian ini demam merupakan penyebab paling
banyak yaitu 12% kasus
HASIL

• Cara melahirkan sesuai paritas tidak menunjukan perbedaan yang signifikan


antara ND dan Forceps namun LSCS lebih banyak pada multipara daripada
primipara.
• Tidak terdapat signifikasi antara kelompok primigravida dan kelompok
multigravida.
HASIL

• Indikasi utama LSCS: malpresentasi (sungsang dan letak lintang ) 36%, diikuti
dengan fetal distress 24%, kegagalan induksi 12%.
• Indikasi lain yaitu oligohidramnion dan riwayat LSCS sebelumnya presentase
masing-masing adalah 12%.
HASIL

• Pada penelitian ini morbiditas perinatal adalah 33%. Ada berbagai penyebab
termasuk hiperbilirubinemia (69.69%), Respiratory Distress syndrome (RDS)
(63.63%).
• Kasus lainnya yaitu Necrotizing enterocolitis (NEC), Prematurity of retina
(ROP), hipoksia iskemik ensephalopaty (HIE), perdarahan intraventricular
(IVH), asfiksia.
HASIL

• Pada penelitian ini, kematian perinatal adalah 15%. Penyebab paling banyak
yaitu respiratory distress syndrome (RDS) (53%), diikuti dengan sepsis
(26.7%) dan kelahiran asfiksia (20%).
• Dalam penelitian ini teramati bahwa semakin durasi PPROM meningkat,
morbiditas dan mortalitas perinatal juga meningkat.
HASIL

• Morbiditas perinatal adalah 60,71% dan kematian perinatal adalah 28,57%


dengan PPROM untuk melahirkan interval lebih dari 36 jam.
• Penelitian menurut Russel memperlihatkan bahaya infeksi pada ibu dan janin
meningkat akibat durasi dari PPROM.
HASIL

• Pada penelitian ini teramati bahwa berat lahir meningkatkan morbiditas


perinatal dan kematian perinatal menurun.

• Kematian perinatal tertinggi (66.6%) ketika berat lahir lebih dari 1000 gram
dan tidak terlihat kematian bayi pada berat kehamilan lebih dari 2000 gram.
• Usia Ibu: Pada penelitian ini PPROM terjadi di 79% dalam kasus dengan
kelompok usia 20-29 tahun.

• Sosial-ekonomi: Pada penelitian ini pasien dengan sosial ekonomi yang


rendah yaitu 58% dan sosial ekonomi menengah yaitu 30%.
DISKUSI
• Paritas : Multiparitas adalah risiko untuk PPROM akibat infeksi yang sudah
lama, trauma sebelumnya pada serviks dan os. Patulous.
• Cara persalinan : Pada penelitian kami persalinan normal yaitu 65%
sebanding dengan penelitiann sebelumnya. LSCS lebih banyak terjadi pada
saat serviks belum matang, dan induksi dilakukan dibandingkan dengan kasus
dengan skor Bishop> 5.
DISKUSI
• Durasi PPROM berbanding terbalik dengan usia kehamilan ketika ketuban
pecah.

• Banyak penelitian memperlihatkan di usia kehamilan (23-28 minggu), 30-40%


kehamilan akan lebih cepat lebih dari satu minggu setelah PPROM. 20% akan
maju lebih dari 4 minggu.
DISKUSI
• Di sisi lain, dalam kehamilan (32-34 minggu) lebih sedikit wanita akan
melahirkan setelah satu minggu dan 40% akan melahirkan dalam waktu 3
hari.
Indikasi LSCS
Pada penelitian ini LSCS dilakukan pada 25% kasus, indikasi utama yaitu
DISKUSI malpresentasi 28%, diikuti dengan fetal distress 24%, kegagalan induksi 12% dan
letak lintang 8% sebanding dengan penelitian dari Kamala Jayaram, indikasi yaitu
kegagalan induksi, fetal distress dan malpresentasi.
Pemeriksaan Tanda Infeksi
• Pemeriksaan seperti hitung total total, C-reactive protein dan swab vagina
yang untuk kultur dan uji sensitivitas dilakukan untuk mengevaluasi bukti
infeksi. Leukositosis dapat mengevaluasi bukti terjadinya infeksi.
DISKUSI
• Dalam penelitian ini: 10 kasus flora normal vagina, 4 kasus E. coli, 2 kasus
Klebsiella, 2 kasus streptokokus Grup B, 1 kasus staphylococcus Aureus, 1
kasus koagulase negatif Staphylococcus, 1 kasus koagulase positif
staphylococcus dan 2 kasus spesies candida diisolasi.
AFI <5 dan LSCS
• Temuan penelitian ini berkorelasi dengan penelitian oleh Tavassoli et al
bahwa PPROM dengan oligohidramnion dikaitkan dengan fase laten yang
lebih pendek, tingkat C / S yang lebih tinggi, tingkat kematian neonatal dini
yang lebih tinggi dan APGAR score yang lebih rendah. Oleh karena itu,
DISKUSI disarankan untuk mempertimbangkan AFI sebagai indeks prognosis pada
pasien dengan PROM. Ketika durasi PPROM meningkat, morbiditas ibu juga
meningkat.

• Morbiditas ibu dalam penelitian ini adalah 16%. Dalam penelitian ini 84%
pasien sehat. Morbiditas demam terlihat pada 12% kasus, 2% kasus
mengalami perdarahan postpartum.
• Dalam penelitian ini morbiditas perinatal adalah 33% dari yang 23% adalah
hiperbilirubinemia 10% sepsis dan 21% RDS. Dalam penelitian ini, kematian
DISKUSI perinatal adalah 15%. Penyebab paling umum adalah sindrom gangguan
pernapasan (53%) diikuti oleh sepsis (26,7%) dan kelahiran asfiksia (20%).
Morbiditas dan mortalitas perinatal dalam kaitannya dengan durasi
PPROM
• Dalam penelitian ini, seiring meningkatnya durasi PPROM, morbiditas dan
mortalitas perinatal juga meningkat.
• Ketika durasi PPROM hingga ke masa persalinan lebih dari 36 jam,
morbiditas Perinatal adalah 60,71% dan mortalitas perinatal adalah 28,57%.
• Studi oleh Russell menunjukkan bahwa bahaya infeksi pada ibu dan janin
DISKUSI meningkat dengan durasi PPROM.
• Morbiditas perinatal dan mortalitas menurun dengan meningkatnya berat
lahir. Saat beratnya <1000 g morbiditas perinatal adalah 83,3% dan mortalitas
adalah 66,6%. Ini berkurang menjadi 8,33% morbiditas dan tidak ada
kematian ketika berat lahir meningkat menjadi> 2500 g.
• PPROM adalah salah satu penyebab penting kelahiran prematur yang dapat
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang tinggi bersama
dengan morbiditas ibu.

• Hal yang penting bahwa pasien harus mendapat informasi tentang komplikasi
ibu, janin dan neonatal, terlepas dari penjelasan mengenai tatalaksana.
KESIMPULAN
• Penilaian risiko yang melibatkan variabel demografis bersama dengan riwayat
kelahiran prematur sebelumnya harus dicatat untuk mengidentifikasi kasus
berisiko tinggi sebelum terjadi pecah ketuban.

• Kortikosteroid antenatal harus diberikan pada wanita dengan PPROM.

• Pemberian antibiotik rutin mengurangi morbiditas ibu dan bayi baru lahir.

Anda mungkin juga menyukai