Anda di halaman 1dari 156

Pemicu 4 Reproduksi

Rilianda L Simbolon
405140172
LI 1 Penyulit Persalinan
• Persalinan pre term (3A)
• Ruptur Uteri (2)
• Ketuban Pecah Dini (3A)
• Distosia (3B)
• Partus lama (3B)
• Prolaps tali pusat (3B)
• Ruptur sevix (3B)
• Ruptur Perineum tingkat 1-2 (4A)
• Ruptur Perineum tingkat 3-4 (3B)
• Retensi plasenta (3B)
• Inversion uteri (3B)
• Perdarahan post partum (3B)
• Endometritis (3B)
• Subinvlusio uterus (3B)
• Bayi post matur (3A)
Ruptur Perineum
Pertus Lama
• Partus lama adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang
mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul
komplikasi ibu maupun janin

• Tanda- tanda kelelahan dan dehidrasi:


– Dehidrasi: nadi cepat dan lemah
– Meteorismus
– Febris
– His hilang atau melemah
• Tanda- tanda infeksi intra uterin
– Keluar air ketuban berwarna keruh kehijauan dan berbau
– kadang bercampur mekonium
– Suhu rektal > 37,6° C
Kriteria Diagnosis
Tanda- tanda rahim robek (ruptur uteri)
– Perdarahan melalui ostium uteri eksternum
– His hilang
– Bagian anak mudah diraba dari luar
– Periksa dalam: bagian terendah janin mudah didorong ke atas
– Robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.
Tanda- tanda gawat janin
– Air ketuban bercampur mekonium
– Denyut jantung janin takikardi/ bradikardi/ ireguler
– Gerak anak berkurang/ hiperaktif (gerakan yang convulsive)
Kriteria Diagnosis
Keadaan umum Ibu: Auskultasi
– Dehidrasi – Denyut jantung janin:
• Takikardi/ bradikardi
– Panas • Ireguler
– Meteorismus • Negatif (bila anak sudah mati)
– Syok Pemeriksaan dalam
– Anemia – Keluar air ketuban yang keruh
dan berbau bercampur
– Oliguria mekonium.
Palpasi – Bagian terendah anak sukar
digerakkan bila rahim belum
– His lemah atau hilang robek, tetapi mudah didorong
– Gerak janin tidak ada bila rahim sudah robek,
disertai keluarnya darah.
– Janin mudah diraba – Suhu rektal > 37,6° C
Penyulit
Ibu Janin
1. Infeksi sampai sepsis 1. Gawat janin dalam rahim
sampai meninggal
2. Asidosis, dan
gangguan elektrolit 2. Lahir dalam asfiksia berat
sehingga dapat
3. Dehidrasi, syok, menimbulkan cacat otak
kegagalan fungsi menetap
organ-organ 3. Trauma persalinan: patah
4. Robekan jalan lahir tulang dada, lengan, kaki,
kepala karena
5. Robek pada buli- buli pertolongan persalinan
vagina, rahim dan dengan tindakan.
rektum.
Buku saku
pelayanan
Tatalaksana Persalinan lama
• Tatalaksana Umum
Segera rujuk ibu ke rumah sakit yg memiliki pelayanan
seksio sesarea

• Tatalaksana Khusus
Tentukan penyebab persalinan lama.
– Power: His tidak adekuat (his dengan frekuensi <3x/10 menit
dan durasi setiap kontraksinya <40 detik)
– Passenger: malpresentasi, malposisi, janin besar (lihat bab
4.18)
– Passage: panggul sempit, kelainan serviks atau vagina, tumor
jalan lahir
– Gabungan dari faktor-faktor di atas

Buku saku pelayanan kesehatan ib


Tatalaksana Persalinan lama
• Sesuaikan tatalaksana dengan penyebab dan situasi. Prinsip umum:
– Lakukan augmentasi persalinan dengan oksitosin dan/atau amniotomi bila terdapat
gangguan Power. Pastikan tidak ada gangguan passenger atau passage.
– Lakukan tindakan operatif (forsep, vakum, atau seksio sesarea) untuk gangguan
Passenger dan/atau Passage, serta untuk gangguan Power yang tidak dapat diatasi
oleh augmentasi persalinan
– Jika ditemukan obstruksi atau CPD, tatalaksananya adalah seksio sesarea.
• Berikan antibiotika (kombinasi ampisilin 2 g IV tiap 6 jam dan gentamisin 5
mg/kgBB tiap 24 jam) jika ditemukan:
– Tanda-tanda infeksi (demam, cairan pervaginam berbau), ATAU
– Ketuban pecah lebih dari 18 jam, ATAU
– Usia kehamilan <37 minggu
• Pantau tanda-tanda gawat janin.
• Catat hasil analisis dan seluruh tindakan dalam rekam medis lalu jelaskan pada
ibu dan keluarga hasil analisis serta rencana tindakan selanjutnya.

Buku saku pelayanan kesehatan ib


Inversi Uteri
• Keadaan dimana lapisan dalam
uterus (endometrium) turun dan
keluar lewat ostium uteri
eksternum, yang dapat bersifat
inkomplit sampai komplit
Inversi Uterus
• Faktor yang memungkinkan inversi uterus terjadi:
– Atonia uterus
– Serviks yang masi terbuka lebar
– Adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah
(misalnya karena plasenta akreta, inkreta, dan perkreta,
yang tali pusatnya ditarik keras dari bawah)
– Ada tekanan dari pada fundus uteri dari atas (manuver
Crede)
– Tekanan intraabdominal yang keras dan tiba-tiba
(misalnya batuk keras atau bersin)
Tanda Inversi Uterus
• Syok karena kesakitan
• Perdarahan banyak bergumpal
• Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau
tanpa plasenta yang masih melekat
Tindakan
• Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk
cairan/darah pengganti dan pemberian obat
• Memberikan tokolitik/MgSO4 untuk melemaskan uterus
yang terbalik sebelum dilakukan reposisi manual yaitu
mendorong endometrium ke atas masuk ke dalam vagina
dan terus melewati serviks sampai tangan masuk ke
dalam uterus pada posisi normalnya
Tatalaksana Inversio Uteri
Retensi plasenta
• Plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir
• Etiologi : adhesi kuat antar plasenta-uterus
• Plasenta akreta  implantasi menembus desidua basalis & membran
nitabuch
• Plasenta inkerta  menembus miometrium
• Plasenta perkreta  menembus perimetrium

• Faktor presidiposisi plasenta akreta


– Plasenta previa, bekas seksio sesarea, pernah kuret berulang, dan
multiparitas
• Sebagian kecil dari plasenta masih tertinggal dalam uterus  rest
placenta  menimbulkan PPP primer atau sekunder
• Bila kala uri berlangsung tidak lancar, atau setelah
melakukan placenta manual/menemukan adanya
kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan
pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan
dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi
rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah
terjahit-> adanya sisa plasenta
• Tatalaksana sisa plasenta-> eksplorasi ke dalam
rahim dengan cara manual/digital atau kuret dan
pemberian uterotonika
• Anemia setelah perdarahan -> transfusi darah
sesuai keperluan
Perdarahan Postpartum
• Perdarahan >500mL setelah bayi lahir
• Efek perdarahan tergantung volume ibu saat hamil, tingkat
hipervolemi dan kadar Hb
• Etiologi  atonia uteri, robekan jalan lahir, retensi plasenta,
sisa plasenta, gangguan koagulasi, inversi uterus
• Perdarahan post partum primer  dalam 24jam pertama
postpartus
• Perdarahan post partum sekunder / late  setelah 24jam
persalinan
Diagnosis PPP
• Gejala PPP baru tampak saat kehilangan darah
sekitar 20%.
• Tampak pucat
• Nadi dan pernapasan ↑, TD ↓
• Syok
• Uterus membesar dan lembek saat palpasi 
atonia uteri
• Uterus bekontraksi dengan baik  perlukaan
saat kelahiran
PPP – Atonia Uteri
• Tonus / kontraksi uterus lemah  tidak mampu menutup
pendarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
• Melahirkan plasenta w/ peregangan tali pusar dalam kondisi
atonia uteri  inversi uteri
• FR  regangan rahim berlebih, persalinan lama, mioma uteri,
korioamnionitis, riwayat atonia
• SS  setelah kala 1 & 2 : perdarahan aktif >>, bergumpal ,
fundus uteri masih tinggi, kontraksi lemah dan lembek, pasien
mengalami syok
PPP – Atonia Uteri
• Tatalaksana :
• Masase fundus uteri
• Uterotonic agent  oksitosin, derivat ergot (ergometrin,
methergine), carboprost tromethamine, misoprostol
• Kompresi bimanual internal/eksternal
• Kondom kateter
• Operasi  ligasi a.uterina/a.ovarica, operasi ransel B Lynch
histerektomi supravaginal/total abdominal
• Pencegahan :
• Manajemen aktif kala 3
• Beri oksitosin segera setelah kala 2
PPP – Gang.Koagulasi
• Dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan
• SS : perdarahan tidak berhenti, encer # gumpal, setelah dijahit
timbul hematoma pd bekas jahitan, suntikan
• Terapi : transfusi darah, plasma beku segar, trombosit,
fibrinogen / EACA
Gejala & Tanda Yang Selalu Ada Gejala & Tanda Yang Diagnosis
Kadang-kadang Ada Kemungkinan
• Uterus tidak berkontraksi dan • Syok Atonia uteri
lembek
• Perdarahan segera setelah anak
lahir (Perdarahan Pascapersalinan
Primer atau P3)(a)
• Perdarahan segera (P3) (a) • Pucat Robekan jalan lahir
• Darah segar yang mengalir segera • Lemah
setelah bayi lahir (P3) • Menggigil
• Uterus kontraksi baik
• Plasenta lengkap
• Plasenta belum lahir setelah 30 • Tali pusat putus akibat Retensio plasenta
menit traksi berlebihan
• Perdarahan segar (P3) (a) • Inversio uteri akibat
• Uterus kontraksi baik tarikan
• Perdarahan lanjutan
• Plasenta atau sebagian selaput • Syok neurogenik Tertinggalnya
(mengandung pembuluh darah) • Pucat dan limbung sebagian plasenta
tidak lengkap
• Perdarahan segera (P3) (b)
Gejala & Tanda Yang Selalu Ada Gejala & Tanda Yang Diagnosis
Kadang-kadang Ada Kemungkinan
• Sub-involusi uterus • Anemia • Perdarahan
• Nyeri tekan perut bawah • Demam terlambat
• Perdarahan > 24 jam setelah • Endometritis atau
persalinan. Perdarahan sekunder sisa plasenta
atau P2S. Perdarahan bervariasi (terinfeksi / tidak)
(ringan/berat, terus-
menerus/tidak teratur) dan
berbau (jika disertai infeksi)

• Perdarahan segera (P3) (a) • Syok Robekan dinding


(Perdarahan intraabdominal dan/ • Nyeri tekan perut uterus (ruptur uteri)
atau vaginum) • Denyut nadi ibu cepat
• Nyeri perut berat (kurangi dengan
ruptur)

(a) Perdarahan sedikit apabila bekuan darah pada serviks atau posisi telentang menghambat aliran darah keluar
(b) Inversi komplit mungkin tidak menimbulkan perdarahan
Perdarahan Post-Partum
Ketuban Pecah Dini (KPD)
• Pecahnya selaput Faktor predisposisi
ketuban sebelum • Riwayat ketuban pecah
persalinan dini pada kehamilan
• Insidens sebelumnya
– Kejadian KPD berkisar 5- • Infeksi traktus genital
10% dari semua kelahiran,
dan KPD preterm terjadi • Perdarahan antepartum
1% dari semua kehamilan. • Merokok
– 70% kasus KPD terjadi
pada kehamilan cukup
bulan.
Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini (KPD)
• Berkurangnya as. askorbik sebagai komponen kolagen
• Kekurangan tembaga dan askorbik yang berakibat
pertumbuhan struktur abnormal (merokok)
• Inkompetensi serviks
• Polihidramnion
• Riwayat KPD sebelumya, trauma, kehamilan kembar
• Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
• Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia
kehamilan 23 minggu
• Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Konfirmasi Diagnosa Ketuban Pecah Dini
(KPD)
• Test lakmus (test nitrazin).
– Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya cairan ketuban (allkalis).
– Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu.
• Test Pakis
– Dengan meneteskan cairan ketuban pada obyek
gelas dan biarkan kering.
– Pemeriksaan mikroskopis menujukkan kristal cairan
amnion dan gambaran daun pakis
Komplikasi Ketuban Pecah Dini (KPD)
• Persalinan Prematur
• Infeksi
– Pada ibu: korioamnionitis
– Pada bayi: septikemia, pneumonia, omfalitis
• Hipoksia dan asfiksia
• Sindrom deformitas janin
– Hipoplasia pulmonal
– Potter’s fascia
– Deformitas ekstremitas
Tatalaksana Ketuban Pecah Dini (KPD)
Tatalaksana Umum – Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai
• Berikan eritromisin 4x250 mg selama kondisi ibu dan janin
10 hari – Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu,
• Rujuk ke fasilitas yang memadai / di usia kehamilan 32-33 minggu, bila dapat
dilakukan pemeriksaan kematangan paru
dan hasil menunjukkan bahwa paru sudah
Tatalaksana Khusus matang (komunikasikan dan sesuaikan
• >34 minggu: dengan fasilitas perawatan bayi preterm)
Lakukan induksi persalinan dengan • <24 minggu:
oksitosin bila tidak ada kontraindikasi – Pertimbangan dilakukan dgn melihat risiko
• 24-33 minggu: ibu dan janin
– konseling pada pasien. Terminasi kehamilan
– Bila terdapat amnionitis, abrupsio
mungkin jd pilihan
plasenta, dan kematian janin,
lakukan persalinan segera. – Jika terjadi infeksi (korioamnionitis)  talak
korioamnionitis
– Berikan deksametason 6 mg IM tiap
12 jam selama 48 jam atau
betametason 12 mg IM tiap 24 jam
selama 48 jam.
Distosia Bahu
• Keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu
anterior tidak dapat lewat dibawah simfisis
pubis
• Kepala bayi tetap melekat erat di vulva atau
bahkan tertarik kembali (turtle sign)
• Makrosomia > 4500 gr, IMT > 30 kg, diabetes
mellitus, persalinan lama
FAKTOR RISIKO DISTOSIA BAHU
• Makrosomia (> 4000 g)
• DM gestasional
• Multiparitas
• Persalinan post term

Medical Mini Notes. Obstetrics. Medical Mini


Notes Production; 2014.
GEJALA RISIKO DISTOSIA BAHU
• Kepala seperti tertahan di dalam vagina
• Kepala lahir namun tidak terjadi rotasi eksterna
• Kepala sempat keluar namun tertarik kembali ke
dalam vagina (turtle sign)

Medical Mini Notes. Obstetrics. Medical Mini


Notes Production; 2014.
TATALAKSANA DISTOSIA BAHU
• Ask for help
• Lift the buttocks and legs (McRoberts Maneuver)
• Anterior disimpaction of shoulder
– Suprapubic pressure (Massanti)
– Rotate to oblique (Rubin)
• Rotation of the posterior shoulder
– Woodscrew Maneuver
• Manual removal of posterior arm (Schwartz)
• Episiotomy
• Roll over → onto 2 – 4 or knee chest (Gaskin)

Medical Mini Notes. Obstetrics. Medical Mini


Notes Production; 2014.
HAL-HAL YANG HARUS DIHINDARI
• Panik
• Penarikan kepala
• Penekanan pada fundus
• Memutar kepala secara tajam dengan os.
coccygis sebagai tumpuan

Medical Mini Notes. Obstetrics. Medical Mini


Notes Production; 2014.
Prolaps tali pusat
IUFD

Definition: dead fetuses or newborns weighing > 500gm


Or > 20 wks gestation

4.5/ 1000 total births

Diagnosis
Absence of uterine growth
Serial ß-hcg
Loss of fetal movement
Absence of fetal heart
Disappearance of the signs & symptoms of pregnancy
X-ray Spalding sign
Robert’s sign
U/S 100% accurate Dx
Causes OF IUFD Maternal 5-10%
•Antiphospholipid antibody
•DM
Fetal causes 25-40% •HPT
•Chromosomal anomalies •Trauma
•Birth defects •Abnormal labor
•Non immune hydrops •Sepsis
•Infections •Acidosis/ Hypoxia
Placental 25-35% •Uterine rupture
•Abruption •Postterm pregnancy
•Cord accidents •Drugs
•Placental insufficiency •Thrombophilia
•Intrapartum asphyxia •Cyanotic heart disease
•P Previa •Epilepsy
•Twin to twin transfusion S •Severe anemia
•Chrioamnionitis Unexplained 25-35%
2-Evaluation of still born infants

Infant desciption Placenta


•Malformation •Weight
•Skin staining •Staining
•Degree of maceration •Adherent clots
•Color-pale ,plethoric •Structural abnormality
Umbilical cord •Velamentous insertion
•Prolapse •Edema/ hydropic changes
•Entanglement-neck, arms, ,legs Membranes
•Hematoma or stricture •Stained
•Number of vessels •Thickening
•Length
Amniotic fluid
•Color-meconium, blood
•Volume
3-Investigations Fetal inveswtigations
•Fetal autopsy
Maternal investigations •Karyotype
•CBC (spcimen taken from cord
•Bl Gp & antibody screen blood, intracardiac blood,
•HB A1 C body fluid, skin, spleen,
•Kleihauer Batke test Placental wedge, or amniotic
•Serological screening for Rubella Fluid)
•Fetography
•CMV, Toxo, Sphylis, Herpes & •Radiography
Parovirus
•Karyotyping of both parents (RFL,
Placental investigations
Baby with malformation
•Chorionocity of placenta in
•Hb electrophorersis
twins
•Antiplatelet anbin tibodies
•Cord thrombosis or knots
•Throbophilia screening (antithrombin
•Infarcts, thrombosis,abruption,
Protein C & S , factor IV leiden,
•Vascular malformations
Factor II mutation, , lupus anticoagulant,
•Signs of infection
anticardolipin antibodies)
•Bacterial culture for Ecoli,
•DIC
Listeria, gp B strpt.
Etiologi & Klasifikasi Ruptur Uterus
Etiologi Ruptur Uterus
• Cedera / kelainan tlh ada
• Trauma
• Komplikasi persalinan pada
uterus yg sebelumnya tdk pny
jar. parut
• Terpisahnya parut bekas
histerektomi caesar (tersering)
• Riwayat bedah / tindakan
menyebabkan trauma spt
kuretase, perforasi, miomektomiKlasifikasi Ruptur Uterus:
• Stimulasi uterus > / ≠ sesuai 1. Komplet: semua lapisan dinding uterus
indikasi dgn menggunakan terpisah
oksitosin (dlu sering, skrg 2. Inkomplet (dehisensi uterus): otot uterus
jarang!) terpisah tapi peritoneum viseral intak
Sumber: Obstetri William Ed 23. Jakarta: EGC, 2010. Bag 4. Bab 26. Hal 559. & Bag 7. Bab 35. Hal 823-825.
Jenis Ruptur Uterus
1. Ruptur TRAUMATIK 2. Ruptur SPONTAN
• Uterus tahan trauma tumpul dmn perempuan hamil yg
pny trauma tumpul abdomen hrs dipantau u/ cari tanda • Miller & Paul (1996): 1 dari
ruptur uterus + solutio plasenta.
• Miller & Paul (1996): trauma e/ ruptur uterus 3 dari >
15.000 kelahiran.
150 perempuan.
• Tjd pd wanita dgn paritas ↑.
• Dulu E/: versi podalik internal & ekstraksi.
• E/: pelahiran dgn forceps yg sulit & pembesaran janin • Stimulasi persalinan dgn
tdk lazim (spt hidrosefalus & ekstraksi bokong)
• Trauma tumpul < 1% kasus berat mungkin tjd pd uterus
oksitosin dihub dgn ruotur
jar. parut & krn tumbukan gaya >. uterus pd perempuan paritas
• Gaya destruktif stlh tabrakan 25 mil / jam → tekanan
intrauterus 500 mmHg pd wanita yg pasang sabuk
↑.
pengaman dgn benar. • Agen uterotonik – ruptur dmn
• Pearlman & Cunningham (1996): blow out fundus
uterus + dekapatasi janin pd hamil 20 minggu stlh di induksi menggunakan gel
tabrakan ↑.
PGE2 / tab vagina PGE1 → u/
• Weir (2008): avulsi uterus supraserviks & trasneksi janin
22 minggu. induksi / stimulasi persalinan
• Ruptur uterus + janin meninggal sulit diagnosis bahkan pd perempuan↑ hrs hati2X.
dgn CT Scan.

Sumber: Obstetri William Ed 23. Jakarta: EGC, 2010. Bag 7. Bab 35. Hal 823-825. & Bag 8. Bab 42. Hal 990.
Diagnosis & Prognosis Ruptur Uterus
Diagnosis: Prognosis:
• Pola DJJ tdk teratur + deselerasi denyut • Peluang kelangsungan hidup janin tdk baik
jantung variasi → bs jadi lambat, bradikardi & mortalitas: 50-75%.
& kematian.
• Kondisi janin tergantung derajat
• Ruptur Uterus = Solusio Plasenta → pd implantasi plasenta intak (dpt berubah
wanita sedikit rasa nyeri / nyeri tekan. (krn t/
hitungan menit).
analgesia epidural / narkotika u/ mengurangi
rasa nyeri → nyeri tdk terlalu sakit); tanda jd • Peluang kelangsungan hidup janin: lahir
jelas gawat janin & hipovolemi pd ibu akibat segera (laparotomi); klu ≠ hipoksia akibat
perdarahan trsmbunyi. pemisahan plasenta & hipovolemia ibu ≠
dpt dihindari.
• Bag terendah janin masuk panggul saat
persalinan, hilangnya station dideteksi dgn • Ruptur + pemisahan plasenta total segera
periksa panggul. → < janin u/ intak dpt selamat.
• Sbgian / slrh tbh janin keluar dri ruptur • Swedish Birth Registry (2007): risiko
uterus → palpasi abdomen / periksa dalam kematian neonatus stlh ruptur uterus: 5%
u/ identifikasi bag terendah janin tlh pindah (↑60X dri kehamilan ≠ ruptur uterus).
dri pintu msk panggul. • MFMU Network: 7 dari 114 ruptur uterus
(6%: hypoxic ischemic encephalopathy).
Sumber: Obstetri William Ed 23. Jakarta: EGC, 2010. Bag 4. Bab 26. Hal 559.
Ruptur Serviks
• Bibir serviks uteri merupakan jaringan yang mudah mengalami perlukaan
pada waktu persalinan.
• Robekan serviks bisa menimbulkan perdarahan banyak khususnya bila jauh
ke lateral karena di tempat itu terdapat ramus desendens dari arteri
uterine.
• E/:
1. Makrosomia
2. Malpresentasi
3. Partus presipitatus
4. Distosia bahu
• Manfes Klinis:
1. Kontraksi uterus baik.
2. Perdarahan pervaginam terus menerus, warna merah segar.
3. Plasenta lahir lengkap.
PF, PP, Talak & DD Ruptur Serviks
• PF:
1. Kontraksi uterus baik.
2. Plasenta lengkap.
3. Perlukaan dapat diraba dengan 2 jari.
4. Inspekulo erlithat robekan pada dinding serviks.
• PP: pemeriksaan darah lengkap, faktor pembekuan, waktu perdarahan.
• Talak:
1. Infus & transfusi jika perlu.
2. Serviks ditarik dgn forceps, dijahit tanpa melibatkan endoserviks.
3. Pasang tampon vagina selama 24 jam.
4. Antibiotik profilaksis.
• DD:
1. Atonia Uteri
2. Retensio Plasenta
3. Ruptur Uteri
4. Perlukaan vagina, vulva, perineum
5. Episiotomy
Urinary Incontinence (UI)
• Urinary incontinence: involuntary
leakage of urine.
• This is in contrast to urine that leaks
from extra-urethral sources (w/ stulas
or congenital malformations of lower
urinary tract).
• Stress urinary incontinence (SUI):
involuntary leakage of urine w/
increases in intra-abdominal pressure.
• Urgency urinary incontinence:
involuntary leakage accompanied
immediately preceded by perceived
strong imminent need to void.
• Overactive bladder, describes urinary
urgency w/ or without incontinence &
usually w/ increased day time urinary
frequency & nocturia
Source: Williams Gynecology 3rd Ed. New York: Mc-Graw-Hill, 2016. Sc 3. Ch 23. Pg 514.
Types of UI - Involuntary loss of
urine(International Continence
Society (ICS)
• Stress Urinary Incontinence (SUI), primary focus
– Weakened pelvic floor muscles
• Urge Incontinence
– Involuntarily release of urine due to feeling the need or urge to urinate
• Neurogenic
– Defective CNS inhibitor response
• Functional
– Has the urge to urinate, but cannot physically make it to bathroom due to limited
mobility.
– Confusion, dementia, poor eyesight, poor mobility, poor dexterity, etc.
• Overflow
– Inability to stop bladder from “dribbling”, feeling as bladder is “overflowing”
• Mixed
– Common in older females, retention of urination, sometimes caused by extreme
constipation (pressure against bladder), medications, urinary tract infections
UI Causes & Affects
• Lack of strength of the pelvic floor muscles
– Affects normally during excess intra-abdominal pressure:
coughing, laughing, sneezing, exercising, and other activities
that increase pressure
– Urethra is supported by fascia of pelvic floor; in increased
intra-abdominal pressure, urethra can drop causing
involuntary release of urine
– In women: menopause, childbirth, and pregnancy
• Affects
– Quality of life reduced
• Emotional
• Social
• Physical
• Sexual
Treatments
• Nonsurgical (primary focus)
– Pelvic Floor Training (a.k.Kegel exercises), is highly urged by
doctors before seeking surgical means of treatment along
with/without biofeedback, electro-stimulation, and vaginal
cones
• Surgical
– Modified Burch Colposuspension
• Attaching via a tension free fashion of the vaginal wall to the
Coopers’ ligament
– Retropubic Tension-free vaginal tape
• placing below the urethra a polypropylene mesh tape
– Transobturator urethral tape suspension
• Similar to the retropubic tension-free vaginal tape but is
done by inserting the tape via the small incision points in the
groin
Nonsurgical Treatment
• Pelvic Floor Training (Kegel exercises)
– Strengthening by contacting and releasing the pubococcygeus muscles
• Helps tighten the sphincter that controls urinary disposal
• Biofeedback
– Devices are used to make the user aware of various physiological
functions
– Typically done using a sensor and feedback monitor
– Electromyograph(EMG),feedback thermometer, electrodermograph,
electrocardiograph(ECG), etc.
• Electrical Stimulation
– Electrodes are attached to the vagina externally(interferential) or
internally
– The current forces the muscles to contract similarly to exercising them
• Vaginal Cones
– Weighted cones placed in the vagina and held in place by contracting
Questionnaire of UI

Source: Williams Gynecology 3rd Ed. New York: Mc-Graw-Hill, 2016. Sc 3. Ch 23. Pg 523.
Trombosis vena dalam (DVT)
• =gumpalan darah (juga disebut trombus) yang
terbentuk pada vena dlm tubuh
Diagnosis DVT
• Anamnesis (faktor risiko)
• PF
• USG
• D-dimer level
• Contrast venography (kontras diinjeksi lalu
dilakukan pencitraan dgn CTscan / MRI
Tromboflebitis

• =peradangan vena yang


terjadi dikaitkan dengan
bekuan intervaskular atau
trombus
Tipe Tromboflebitis

• Pelvio tromboflebitis
– mengenai vena-vena dinding uterus & ligamentum
latum:
• vena ovarika, vena uterina dan vena hipogastika
– Vena yg plg sering terkena:
• vena ovarika dextra perluasan infeksi dari vena ovarika
sinistra ke vena renalis
• perluasan infeksi dari vena ovarika dextra adalah ke vena
cava inferior.
• Tromboflebitis femoralis (Flegmasia alba dolens)
– mengenai vena-vena pada tungkai misalnya pada
vena femoralis, vena poplitea dan vena safena
Gejala Tromboflebitis

• Nyeri, hangat, nyeri tekan, bengkak, kemerahan, &


iritasi jaringan/kulit disekitar area yang terkena
• Demam
• Nyeri saat fleksi pergelangan kaki
• Bengkak pd pergelangan kaki atau kaki terutama
jika hanya salah satu sisi
• superficial vein thrombophlebitis  terlihat
merah2 (seperti tali (pembuluh darah)) di bawah
kulit
Malposisi
• Def: Posisi abnormal verteks kepala janin
(dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda)
terhadap panggul ibu
• Faktor Predisposisi
– Ibu dengan diabetes mellitus
– Riwayat hidramnion dalam keluarga
• Diagnosis
– Posisi abnormal verteks kepala janin (dengan ubun-
ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu
• Tatalaksana
– Rotasi spontan dapat terjadi pada 90% kasus.
– Jika terdapat tanda persalinan macet, denyut jantung
janin >180 atau <100 pada fase apapun, lakukan seksio
sesarea.
– Jika ketuban utuh, pecahkan ketuban.
– Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada
tanda obstruksi, lakukan augmentasi persalinan dengan
oksitosin.
– Jika pembukaan serviks lengkap dan tidak ada kemajuan
fase pengeluaran, periksa kemungkinan obstruksi:
• Jika tidak ada obstruksi, akhiri persalinan dengan ekstraksi
vakum/ forsep bila syarat-syarat dipenuhi
• Bila ada tanda obstruksi atau syarat-syarat pengakhiran
persalinan tidak dipenuhi, lakukan seksio sesarea
Malpresentasi
• Def: Malpresentasi meliputi semua presentasi
selain verteks
• Faktor Predisposisi:
– Wanita multipara
– Kehamilan multipel (gemeli)
– Polihidramnion / oligohidramnion
– Plasenta previa
– Kelainan bentuk uterus atau terdapat massa (mis.
mioma uteri)
– partus preterm
• Presentasi:
– Dahi: SC
– Muka:
• Dagu Anterior: pembukaan lengkap – spontan per
vaginam ; pembukaan belum lengkap; tdk ada kemajuan –
SC
• Dagu Posterior : SC
– Majemuk: Prolaps ekstremitas bersamaan dengan bagian terendah janin
(kepala/bokong)
• Coba reposisi: posisi Trendelenburg (knee-chest position);
berhasil – persalinan normal
– Bokong/ sungsang
• presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni,
dan presentasi kaki (footling).
• Persalinan lama: indikasi seksio sesarea
• Seksio sesarea lebih aman dan direkomendasikan pada:
– Presentasi bokong pada primigravida
– Double footling breech
– Pelvis yang kecil atau malformasi
– Janin yang sangat besar
– Bekas seksio sesarea dengan indikasi CPD
– Kepala yang hiperekstensi atau defleksi
• Persalinan pervaginam hanya bila:
– Persalinan sudah sedemikian maju dan pembukaan sudah
lengkap
– Bayi preterm yang kemungkinan hidupnya kecil
– Bayi kedua pada kehamilan kembar
Malpresentasi
• Malpresentasi meliputi semua presentasi selain
verteks
• Faktor predisposisi
– Wanita multipara
– Kehamilan multipel (gemeli)
– Polihidramnion / oligohidramnion
– Plasenta previa
– Kelainan bentuk uterus atau terdapat massa (mis.
mioma uteri)
– partus preterm
Presentasi Dahi

• Pemeriksaan abdominal
– kepala janin lebih separuhnya di
atas pelvis, denyut jantung janin
sepihak dengan bagian kecil
• Pemeriksaan vaginal
– oksiput lebih tinggi dari sinsiput,
teraba fontanella anterior dan
orbita
– bagian kepala masuk pintu atas
panggul (PAP) adalah antara tulang
orbita dan daerah ubun-ubun besar
• Ini adalah diameter yang PALING
besar, sehingga sulit lahir
pervaginam
Presentasi Muka

• Pemeriksaan abdominal
– lekukan akan teraba antara daerah oksiput
dan punggung (sudut Fabre)
– denyut jantung janin sepihak dengan
bagian kecil janin
• Pemeriksaan vaginal:
– muka dengan mudah teraba, teraba mulut
dan bagian rahang mudah diraba, tulang
pipi, tulang orbita; kepala janin dalam
keadaan defleksi maksimal
• Untuk membedakan mulut dan anus:
– Anus merupakan garis lurus dengan tuber
iskhii
– Mulut merupakan segitiga dengan
prominen molar
Presentasi Bokong

• Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen.


• Pemeriksaan abdominal
– kepala terletak di bagian atas
– bokong pada daerah pelvis
– auskultasi menunjukkan denyut jantung janin lokasinya
lebih tinggi
• Pemeriksaan vaginal
– teraba bokong atau kaki
– sering disertai adanya mekonium
presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni, dan presentasi kaki
(footling)
Komplikasi Presentasi Bokong
• Komplikasi pada janin: • Komplikasi pada ibu:
– Kematian perinatal – Pelepasan plasenta
– Prolaps tali pusat – Perlukaan vagina atau
– Trauma pada bayi akibat: serviks
tangan dan kepala yang – Endometritis
menjuntai, pembukaan
serviks yang belum lengkap,
CPD
– Asfiksia karena prolaps tali
pusat, kompresi tali pusat,
pelepasan plasenta dan
kepala macet
– Perlukaan / trauma pada
organ abdominal atau pada
leher
Tatalaksana Presentasi Bokong
Tatalaksana umum
• Persalinan pada presentasi kaki
• Persalinan lama pada presentasi sebaiknya dilahirkan dengan
sungsang adalah indikasi seksio seksio sesarea. Persalinan
sesarea. pervaginam hanya bila:
• Seksio sesarea lebih aman dan – Persalinan sudah sedemikian
direkomendasikan pada: maju dan pembukaan sudah
– Presentasi bokong pada lengkap
primigravida – Bayi preterm yang kemungkinan
– Double footling breech hidupnya kecil
– Pelvis yang kecil atau malformasi – Bayi kedua pada kehamilan
– Janin yang sangat besar kembar
– Bekas seksio sesarea dengan
indikasi CPD
• Kepala yang hiperekstensi atau
defleksi
Tatalaksana Presentasi Bokong
Tatalaksana Khusus
• Tentukan apakah persalinan • Sebelum in partu,
pervaginam mungkin
dilakukan. Persalinan usahakan melakukan versi
pervaginam oleh tenaga luar apabila syarat
penolong yang terlatih akan
cenderung aman bila: dipenuhi, yaitu:
• Pelvis adekuat – Pembukaan serviks masih <
– Presentasi bokong 3 cm
lengkap/murni
– Kepala fleksi – Usia kehamilan ≥ 37 minggu
– Tidak ada riwayat seksio – Ketuban intak dan air
searea karena CPD
– Janin tidak terlalu besar
ketuban cukup
– Tidak ada komplikasi /
kontraindikasi (IUGR,
perdarahan, bekas seksio,
Letak lintang
Diagnosis Tatalaksana
• Pemeriksaan abdominal: • Tatalaksana Umum : -
– sumbu panjang janin teraba • Tatalaksana Khusus
melintang, TIDAK teraba
– Lakukan versi luar bila
bagian pada pelvis inlet
permulaan in partu dan
sehingga terasa kosong
ketuban intak
• Pemeriksaan vaginal: – Bila ada kontraindikasi versi
– sebelum in partu TIDAK ada luar, lakukan seksio sesarea
bagian terendah yang teraba – Lakukan pengawasan adanya
di pelvis, sedangkan saat in prolaps tali pusat
partu yang teraba adalah – Dapat terjadi ruptura uteri
bahu, siku atau tangan bila ibu tidak diawasi
Hypoglycemia in the newborns
• any value of blood glucose <50 mg/dL in neonates  vigorously treated
– blood glucose levels begin to rise & achieve values of 50 mg/dL or higher after 12-24 hr

• e/  diabetic mothers  polyhydramnios, preeclampsia, pyelonephritis, preterm


labor, and chronic hypertension >>
• Poorly controlled maternal diabetes & congenital anomalies  fetal loss
• Most infant from diabetic mothers  large for gestational age
• Diabetes + vascular disease  infant growth restricted
• neonatal mortality rate is >5 times
Infants at Highest Risk
• < 37 weeks gestation
• Infant of a diabetic mother
• Small for gestational age
• Large for gestational age
• Stressed/ill infants
• Exposure to certain medications
– Treatment of preterm labor
– Treatment of hypertension
– Treatment of type 2 diabetes
– Benzothiazide diuretics
– Tricyclic antidepressants in the 3rd trimester

Karlsen, 2006
• Pathophysiology
Hyperinsulinism &
hyperglycemia  fetal
acidosis (stillbirth >)

Seperation of placenta when


delivery  interrupts glucose
infusion to neonates +
hyperinsulinism 
hypoglycemia
• Clinical manifestations
– Body fat > + enlarged viscera 
large & plump baby
– Puffy, plethoric facies
– If there is vascular disease (mom)
/ preterm baby  normal / low
birth weight
– RDS >>, hyperbilirubinemia >>,
polycythemia, RVT >>
– Congenital anomalies >
– Cardiac malformations >
– Hypoglycemia
• jittery, tremulous, and
hyperexcitable (1st 3 days of life)
• hypotonia, lethargy, poor sucking
• Tachypnea
Signs & Symptoms of Hypoglycemia

• Jitteriness • Poor suck


• Irritability • Tachypnea
• Hypotonia • Cyanosis
• Lethargy • Apnea
• High-pitched cry • Seizures
• Hypothermia • Cardiac arrest

Verklan & Walden, 2004


Treatment
• Oral feedings as tolerated
• If glucose is very low or the infant is not able to feed
orally:
– 2ml/kg of D10W IV bolus
– Follow up screenings within 30 minutes
– Repeat bolus if glucose is < 50 mg/dl
– If unable to stabilize glucose consider increasing IV rate or
glucose concentration

Karlsen, 2006
• Treatment
– Mother
• Treatment of infants of diabetic mothers should be initiated before birth
• glucose control
• dietary advice, glucose monitoring, metformin, & insulin therapy
– Baby
• undergo blood glucose determination within 1 hr of birth  every hour
for the next 6-8 hr
• clinically well and normoglycemic infant  oral or gavage feeding with
breast milk / formula
• Inability to tolerate oral feeding  IV infusion rate of 4-8 mg/kg/min
• Hypoglycemia  intravenous infusion of glucose
– Bolus injection of hypertonic glucose  AVOID!  hyperinsulinemia 
rebound hypoglycemia
– Acute symptomatic hypoglycemia
• IV administration 2 mL/kg of D10 W, followed by a
continuous infusion of glucose at 6-8 mg/kg/min
– Seizures are present
• IV administration 4 mL/kg bolus of D10 W
– persistent neonatal or infantile hypoglycemia
• IV glucose infusion to 10-15 mg/kg/min or more
Prevention
• Increase awareness of conditions that
predispose an infant to hypoglycemia
• Early screening of at-risk infants
• Early and frequent feedings
• Maintain temperature
Hipoglikemia
• Glukosa darah < 45 mg / dL , BL >= 4000 gr
• Sel – sel otak dan saraf dapat rusak -> retardasi
mental
• Lemas, kejang, gangguan napas
• Etiologi :
Peningkatan pemakaian glukosa
Penurunan produksi/simpanan glukosa
Peningkatan pemakaian glukosa dan atau
penurunan produksi glukosa
Hipoglikemia
• Kadar glukosa darah (strip reagen (glucose
sticks) atau darah vena)
• Hipoglikemia berat dan infus glukosa > 1 minggu
→ cari etiologi
• Bayi yang mempunyai faktor risiko hipoglikemia
→ periksa kadar glukosa darah dalam usia 1 – 2
jam
• asupan oral + infus dekstrosa 10% 2 cc/kg
Pemantauan Hipoglikemia
• Biasanya pulih dalam 2 – 3 hari
– Bila > 7 hari → konsul ke bagian endokrin anak

• Neonatus berisiko tinggi → pantau nilai glukosa


s/d asupannya penuh dan 3x pengukuran
normal (sebelum pemberian minum glukosa
darah > 45 mg/dl)
Hipotermia
• Suhu tubuh < 36,5 (gerak tangis lemah, badan
kaku )
• Neonatus prematur
• Evaporasi , konduksi, konveksi radiasi
• Pertahankan suhu ruangan 24 -26 dengan
pemancar panas / inkubator
• Perawatan metode kanguru
Fetal Hypoxia
• Low levels of oxygen in the fetus, commonly as
a result of diminished placental perfusion,
uteroplacental insufficiency, or compression
of the umbilical cord.
• Three categories are proposed for the origins of
fetal hypoxia:
– pre-placental hypoxia
• Main causes: a hypoxic environment (high-altitude) & pre-
existing maternal cardiovascular disease
• cyanotic heart disease, heart failure, pulmonary hypertension,
Maternal anemia, infections, & chronic inflammation
– utero-placental hypoxia
• is related to abnormal placentation early in gestation and to placental
vascular disease later in pregnancy
• i.e., gestational hypertension, pre-eclampsia
– post-placental hypoxia (fetal)
• diminished uterine artery flow
– (i.e., mechanical compression, rupture, and thrombotic occlusion)
• progressive fetal cardiac failure
– (i.e., complete congenital heart block, complex congenital heart
malformations)
• important genetic anomalies
• Diagnosis:
– Doppler Ultrasound
• Frequent hypoxia-mediated complications :
– IUGR, meconium aspiration, metabolic and
hematologic disturbances, cognitive dysfunction,
and cerebral palsy.
Hypoglycemia in the newborns
• any value of blood glucose <50 mg/dL in neonates 
vigorously treated
– blood glucose levels begin to rise & achieve values of 50 mg/dL or
higher after 12-24 hr

• e/  diabetic mothers  polyhydramnios, preeclampsia,


pyelonephritis, preterm labor, and chronic hypertension >>
• Poorly controlled maternal diabetes & congenital anomalies
 fetal loss
• Most infant from diabetic mothers  large for gestational age
• Diabetes + vascular disease  infant growth restricted
• neonatal mortality rate is >5 times
• Pathophysiology
Hyperinsulinism &
hyperglycemia  fetal
acidosis (stillbirth >)

Seperation of placenta when


delivery  interrupts glucose
infusion to neonates +
hyperinsulinism 
hypoglycemia
• Clinical manifestations
– Body fat > + enlarged viscera 
large & plump baby
– Puffy, plethoric facies
– If there is vascular disease (mom)
/ preterm baby  normal / low
birth weight
– RDS >>, hyperbilirubinemia >>,
polycythemia, RVT >>
– Congenital anomalies >
– Cardiac malformations >
– Hypoglycemia
• jittery, tremulous, and
hyperexcitable (1st 3 days of life)
• hypotonia, lethargy, poor sucking
• Tachypnea
• Treatment
– Mother
• Treatment of infants of diabetic mothers should be initiated before birth
• glucose control
• dietary advice, glucose monitoring, metformin, & insulin therapy
– Baby
• undergo blood glucose determination within 1 hr of birth  every hour
for the next 6-8 hr
• clinically well and normoglycemic infant  oral or gavage feeding with
breast milk / formula
• Inability to tolerate oral feeding  IV infusion rate of 4-8 mg/kg/min
• Hypoglycemia  intravenous infusion of glucose
– Bolus injection of hypertonic glucose  AVOID!  hyperinsulinemia 
rebound hypoglycemia
– Acute symptomatic hypoglycemia
• IV administration 2 mL/kg of D10 W, followed by a
continuous infusion of glucose at 6-8 mg/kg/min
– Seizures are present
• IV administration 4 mL/kg bolus of D10 W
– persistent neonatal or infantile hypoglycemia
• IV glucose infusion to 10-15 mg/kg/min or more
Infection of neonatal infant
• 2% fetus infected in utero; 10% infants have
infections in 1st mo of life

• Clinical manifestations
– Bacterial sepsis
– Systemic inflammatory response syndrome
Pathogenesis
Etiology
• Onset of neonatal infections

Most important predisposing factor of neonatal infection  prematurity & low birth
weight
SEPSIS NEONATORUM
• Sindrom klinis penyakit sistemik e.c. infeksi dalam 1 bulan
pertama kehidupan
• Infeksi bakteri, virus, jamur, protozoa
• Insiden :
– 1 – 8 dari 1000 kelahiran hidup
– Pada bayi dengan berat < 1500 g → ↑ jadi 13 – 27 dari
1000 kelahiran hidup
• Mortalitas → 13 – 25%

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
KLASIFIKASI SEPSIS NEONATORUM
• Early onset sepsis (EOS)
– Timbul dalam 3 hari pertama. Gangguan multisistem
dengan gejala pernapasan menonjol. Onset tiba-tiba dan
cepat berkembang menjadi syok sepsis dengan mortalitas
>>
• Late onset sepsis (LOS)
– Timbul setelah usia 3 hari (sering > 1 minggu). Sering
ditemukan fokus infeksi dan sering disertai meningitis
• Sepsis nosokomial
– Pada bayi risiko tinggi dan dirawat. Berkaitan dengan
monitor invasif dan teknik yang digunakan di ruang intensif
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
FAKTOR RISIKO INFEKSI BAKTERI
BERAT
• Ibu demam (suhu > 37,9 oC sebelum atau
selama persalinan)
• Ketuban pecah > 18 jam sebelum persalinan
• Cairan amnion yang berbau busuk

World Health Organization Indonesia. Buku saku


pelayanan kesehatan anak di rumah sakit: pedoman bagi
rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/kota.
Jakarta: WHO Indonesia; 2008.
KECURIGAAN BESAR SEPSIS
• Bayi berusia s/d 3 hari
– Riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam dengan
kecurigaan infeksi berat, atau KPD
– Bayi memiliki 2 / > gejala yang tergolong kategori A,
atau 3 / > gejala yang tergolong kategori B
• Bayi berusia > 3 hari
– Bayi memiliki 2 / > gejala yang tergolong kategori A,
atau 3 / > gejala yang tergolong kategori B

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
KELOMPOK TEMUAN YANG
BERHUBUNGAN DENGAN SEPSIS
Kategori A Kategori B
Kesulitan bernapas (misalnya : apnea, Tremor
napas > 60 x/menit, retraksi dinding dada,
grunting pada waktu ekspirasi, sianosis
sentral)
Kejang Letargi / lunglai
Tidak sadar Mengantuk / aktivitas <<
Suhu tubuh tidak normal (sejak lahir & Iritabel / rewel, muntah, perut kembung
tidak memberi respon terhadap terapi) /
suhu tidak stabil setelah pengukuran suhu
normal selama 3x / >
Persalinan di lingkungan yang kurang Air ketuban bercampur mekonium
higienis
Kondisi memburuk secara cepat dan Malas minum, sebelumnya minum dengan
dramatis baik
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
DIAGNOSIS SEPSIS NEONATORUM
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
ANAMNESIS SEPSIS NEONATORUM
• Riwayat ibu → infeksi intrauterin, demam dengan
kecurigaan infeksi berat, atau KPD
• Riwayat persalinan tindakan, penolong persalinan,
lingkungan persalinan yang kurang higienis
• Riwayat lahir asfiksia berat, BKB, BBLR
• Riwayat air ketuban keruh, purulen, atau bercampur
mekonium
• Riwayat bayi malas minum, penyakit cepat memberat
• Riwayat keadaan bayi lunglai, mengantuk, aktivitas <<
atau iritabel / rewel, muntah, perut kembung, tidak
sadar, kejang
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
PEMERIKSAAN FISIK SEPSIS
NEONATORUM
• Keadaan umum
– Suhu tubuh tidak normal → sering hipotermia
– Letargi / lunglai, mengantuk atau aktivitas berkurang
– Malas minum (sebelumnya minum dengan baik)
– Iritabel / rewel
– Kondisi memburuk dengan cepat dan dramatis

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
PEMERIKSAAN FISIK SEPSIS
NEONATORUM
• Gastrointestinal
– Muntah, diare, perut kembung, hepatomegali
– Tanda muncul setelah hari ke-4
• Kulit
– Perfusi kulit <<, sianosis, petekie, ruam, sklerema, ikterik
• Kardiopulmonal
– Takipneu, distres respirasi (napas cuping hidung,
merintih, retraksi), takikardia, hipotensi
• Neurologis
– Iritabilitas, kesadaran ↓, kejang, ubun-ubun menonjol,
kaku kuduk (meningitis)
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
PEMERIKSAAN PENUNJANG SEPSIS
NEONATORUM
• Jumlah leukosit dan hitung jenis secara serial→ menilai
perubahan e.c. infeksi, adanya leukositosis / leukopeni,
neutropenia, ↑ rasio neutrofil imatur/total (I/T) > 0,2
• ↑ protein fase akut (C-reactive protein), IgM
• Sampel darah, urin, cairan serebrospinal → pemeriksaan
kultur (ditemukan kuman), pengecatan Gram, uji kepekaan
kuman
• Analisis gas darah → hipoksia, asidosis metabolik, asidosis
laktat

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
PEMERIKSAAN PENUNJANG SEPSIS
NEONATORUM
• Meningitis pada late onset sepsis, cairan
serebrospinal :
– ↑ leukosit terutama PMN
– Jumlah leukosit ≥10/ml (usia < 7 hari) atau ≥20/ml
(usia > 7 hari)
– ↑ kadar protein
– ↓ kadar glukosa
– Pewarnaan Gram → ditemukan kuman

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
PEMERIKSAAN PENUNJANG SEPSIS
NEONATORUM
• Gangguan metabolik → hipoglikemi /
hiperglikemi, asidosis metabolik
• ↑ kadar bilirubin

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
PEMERIKSAAN PENUNJANG SEPSIS
NEONATORUM
• Foto toraks → jika terdapat gejala distres pernapasan
– Pneumonia kongenital → konsolidasi bilateral / efusi pleura
– Pneumonia e.c. infeksi intrapartum → infiltrasi dan destruksi
jaringan bronkopulmoner, atelectasis segmental atau lobaris,
gambaran retikulogranular difus (seperti penyakit membran
hialin), efusi pleura
– Pneumonia e.c. infeksi pascanatal → gambaran sesuai pola
kuman
• CT scan kepala → bila terdapat gejala neurologis
– Obstruksi cairan serebrospinal, infark, atau abses
• USG
– Ventrikulitis
• Lainnya
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
TATALAKSANA CURIGA SEPSIS
NEONATORUM
• AB
– Awal → ampisilin, gentamisin
– Bila organisme tidak ditemukan dan bayi tetap menunjukkan
tanda infeksi setelah 48 jam → ganti ampisilin dengan
sefotaksim, gentamisin tetap dilanjutkan
– Sepsis nosokomial → sesuaikan dengan pola kuman setempat
– Jika disertai meningitis → AB diberikan dengan dosis
meningitis selama 14 hari untuk kuman gram positif dan 21
hari untuk kuman gram negatif
– Terapi lanjutan → berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas,
gejala klinis, pemeriksaan laboratorium serial seperti CRP

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
TATALAKSANA CURIGA SEPSIS
NEONATORUM
Dosis dalam mg
Antibiotik Cara Pemberian
Hari 1 - 7 Hari 8 / >
Ampisilin IV, IM 50 mg/kg setiap 12 50 mg/kg setiap 8
jam jam
Ampisilin IV 100 mg/kg setiap 12 100 mg/kg setiap 8
(meningitis) jam jam
Sefotaksim IV 50 mg/kg setiap 8 50 mg/kg setiap 6
jam jam
Sefotaksim IV 50 mg/kg setiap 6 50 mg/kg setiap 6
(meningitis) jam jam
Gentamisin IV, IM < 2 kg : 3 mg/kg 1x 7,5 mg/kg setiap 12
sehari jam
> 2 kg : 5 mg/kg 1x 7,5 mg/kg setiap 12
sehari jam
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
TATALAKSANA CURIGA SEPSIS
NEONATORUM
• Respirasi
– Menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen →
mencegah hipoksia
– Kasus tertentu → mungkin perlu ventilator mekanik
• KV
– Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan
– Pantau tekanan darah dan perfusi jaringan → deteksi
dini syok
– Gangguan perfusi → volume expander (NaCl fisiologis,
darah, atau albumin) 10 ml/kgBB dalam 30 menit, dapat
diulang 1 – 2 x. Monitor juga keseimbangan cairan
– Beberapa keadaan → inotropik (dopamin / dobutamin)
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
TATALAKSANA CURIGA SEPSIS
NEONATORUM
• Hematologi
– Jika diperlukan → transfusi komponen
– Atasi kelainan yang mendasari
• Tunjangan nutrisi adekuat

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
TATALAKSANA CURIGA SEPSIS
NEONATORUM
• Manajemen khusus
– Pengobatan terhadap tanda khusus lain / penyakit
penyerta serta komplikasi yang terjadi → misalnya :
kejang, gangguan metabolik, hematologi, respirasi,
GI, kardiorespirasi, hiperbilirubin
– Kasus tertentu → diperlukan imunoterapi dengan
pemberian Ig, Ab monoklonal, atau transfusi tukar
(jika tidak terdapat perbaikan klinis dan
laboratorium setelah pemberian AB adekuat)

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
TATALAKSANA CURIGA SEPSIS
NEONATORUM
• Bedah
– Kasus tertentu → hidrosefalus dengan akumulasi
progresif, enterokolitis nekrotikan
• Rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi
lainnya
• Tumbuh kembang
– Komplikasi yang sering terjadi pada penderita sepsis
(terutama jika disertai meningitis) → gejala sisa
neurologis → retardasi mental, gangguan
penglihatan, sukar belajar, kelainan tingkah laku
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
PENCEGAHAN SEPSIS NEONATORUM
• Mencegah dan mengobati ibu demam dengan
kecurigaan infeksi berat / infeksi intrauterin
• Mencegah dan pengobatan ibu KPD
• Antenatal care yang baik
• Mencegah aborsi berulang, cacat bawaan
• Mencegah persalinan prematur

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
PENCEGAHAN SEPSIS NEONATORUM
• Pertolongan persalinan yang bersih dan aman
• Melakukan resusitasi dengan benar
• Melakukan tindakan pencegahan infeksi
• Melakukan identifikasi awal terhadap faktor
risiko sepsis, kemudian → pengelolaan yang
efektif

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED, editors. Pedoman pelayanan medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2010.
Bacterial sepsis
• Signs & symptoms
– temperature instability,
hypotension, poor perfusion
– pallor and mottled skin,
metabolic acidosis
– tachycardia or bradycardia,
apnea, respiratory distress,
grunting
– cyanosis, irritability, lethargy,
seizures, feeding intolerance
– abdominal distention,
jaundice, petechiae,
purpura, and bleeding
• Diagnosis
• Complications • Differential diagnosis
– respiratory failure
– Pulmonary hypertension
– ardiac failure, shock, renal
failure, liver dysfunction
– cerebral edema or
thrombosis, adrenal
hemorrhage
– DIC
Systemic inflammatory response
syndrome
Complications
• Complications of bacteremic infections
– endocarditis, septic emboli, abscess formation, septic
joints with residual disability, osteomyelitis and bone
destruction
• Candidemia
– Vasculitis, endocarditis, and endophthalmitis, abscesses
in the kidneys, liver, lungs, and brain
• Sepsis  neonatal bacterial meningitis (20% - 25%)
–  ventriculitis, cerebritis, and brain abscess
• seizure duration >72 hr, coma, need for inotropic
agents, leukopenia  death risk >
Evaluations for infection of the newborn
Prevention
Hypothermia
• Treatment
– cared for at or near their neutral thermal environment
• a set of thermal conditions, including air and radiating surface
temperatures, relative humidity, and airflow, at which heat
production is minimal and the infant’s core temperature is
within the normal range
– Incubators or radiant warmers can be used
– maintains the infant’s core temperature at 36.5-37.0°C
– heat shield or head cap & body clothing may be required
to keep an extremely LBW preterm infant
– Kangaroo mother care with direct skin-to-skin contact
Vacum
• Indikasi:
• Suatu persalinan buatan di mana – Ibu
• Untuk memperpendek kala II, misalnya :
janin dilahirkan dengan ekstraksi
– Penyakit jantung kompensata
tenaga negatif (vakum) pada – Penyakit paru-paru fibrotik
kepalanya • Waktu : kala II yang memanjang
– Janin
• Alat ini dinamakan ekstraktor • Gawat janin
vakum atau ventouse • Kontraindikasi;
• Syarat-syarat ekstraksi vakum – Ibu
• Ruptura uteri membakat
sama dengan ekstraksi cunam,
• Pada penyakit dimana ibu tidak boleh mengejan
namun disini lebih luas : – Janin
– Pembukaan > 7 cm (hanya pada • Malpresentasi
multigravida) • After coming head
• Janin preterm
– Penurunan kepala janin boleh
pada hogde II • Komplikasi
– Ibu
• Harus ada kontraksi rahim dan • Perdarahan
ada tenaga mengejan • Trauma jalan lahir
• Infeksi
– Janin
• Ekskoriasi kulit kepala
• Sefalhematoma
• Subgaleal hematoma
• Nekrosis kulit kepala yang dapat menimbulkan alloplesia
Operative Vaginal Delivery : Forceps
• applied to the fetal head, outward traction
generates forces that augment maternal
pushing to deliver the fetus vaginally.
• The most important function is traction, also
be used for rotation, particularly from occiput
transverse and posterior positions.
• indicated in any condition threatening the
mother or fetus that is likely to be relieved by
delivery
• Fetal indication : nonreassuring fetal heart
rate pattern and premature placental
separation
• Maternal indication : heart disease,
pulmonary injury or compromise, intrapartum
infection, and certain neurological conditions.
Most common indication :
• Exhaustion
• prolonged second-stage labor :
- Nulliparas  > 3 hours with or > 2
hours without regional analgesia
- parous women  > 2 hours with and
> 1 hour without regional analgesia.
Sectio Caesar
• Sectio caesarea  pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau
vagina atau suatu histerotomi untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.

Jenis – jenis operasi sectio


caesarea
Seksio sesarea klasik
Seksio sesarea
transperitoneal profunda
Seksio sesarea diikuti dengan
histerektomi
Seksio sesarea
ekstraperitoneal
Indikasi Sectio Caesaria Komplikasi Sectio Caesaria

Ibu
• Panggul sempit absolut •Infeksi puerperal ( Nifas )
• Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi •Ringan, dengan suhu meningkat dalam
• Stenosis serviks / vagina beberapa hari
• Plasenta previa •Sedang, suhu meningkat lebih tinggi
• Disproporsi sefaloservik disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung
• Ruptur uteri
•Berat, peritonealis, sepsis dan usus
• His lemah / melemah paralitik
•Perdarahan
Janin •Banyak pembuluh darah yang terputus
dan terbuka
• Bayi besar ( BBL  4,2 kg ) •Perdarahan pada plasenta bed
• Kelainan letak (janin dalam •Luka kandung kemih, emboli paru
posisi sungsang atau dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi
melintang) •Kemungkinan rupture tinggi spontan
• Gawat janin pada kehamilan berikutnya
• Hydrocephalus

Anda mungkin juga menyukai