Anda di halaman 1dari 7

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan dengan cara ultrasonografi (USG) yang dapat

ditemukan secara kebetulan saat USG rutin atau pada saat perawatan antenatal

untuk kondisi lain.USG dapat digunakan untuk mendapatkan ukuran kualitatif untuk

mengukur volume cairan ketuban (AFV).Salah satu metode USG untuk menilai

volume adalah dengan mengukur single deepest pocket (SDP) yaitu mengukur

kedalaman kantong yang terlihat paling besar mengelilingi janin. Kisaran normal

untuk kantong vertikel terdalam adalah 2 cm -8 cm untuk kehamilan tunggal

manakala untuk kehamilan ganda adalah 2.2 cm -7.5 cm (Muanaba, 2007).

< 1 cm Oligohidramnion berat

1-2 cm Oligohidramnion ringan

2-8 cm Normal

8-12 cm Polihidramnion

12-16 cm Polihidramnion sedang

> 16 cm Polihidramnion berat

Tabel 1 : ukuran single deepest pocket ( SDP ) (Schorge, 2008).

Metode yang lain untuk menilai AF disebut indeks cairan ketuban

(AFI).Dihitung dengan membagi uterus hamil menjadi empat kuadran dan

meletakkan transduser di perut ibu sepanjang sumbu longitudinal.Dilakukan

pengukuran garis tengah vertikel kantong cairan amnion yang paling besar di

masing-masing kuadran dengan transduser diletakkan tegak lurus terhadap lantai

kemudian dijumlahkan hasilnya.Hasil pengukuran dijumlah dan dicatat sebagai AFI.

Nilai normal berkisar 5-25 cm (Schorge, 2008).


Tabel 2 Kategori Diagnostik Amnionic Fluid Index (AFI)

Gambar 1. Pengukuran cairan amnion berdasarkan empat kuadran

(Gabber et.al., 2012)

Kecurigaan terjadinya oligohidramnion dari pemeriksaan fisik adalah

bila tinggi fundus uteri lebih rendah dari yang diharapkan atau dari usia

kehamilan yang seharusnya. Pada pemeriksaan Ultrasonografi ditemukan

(Prawirohardjo, 2010) :

 Jumlah cairan amnion < 300 ml

 Ukuran kantung amnion vertikal ≥ 2 cm tidak ada

 AFI < 95 persentile untuk usia kehamilan tertentu


 Pada kehamilan aterm AFI < 5 cm

MANIFESTASI KLINIS OLIGOHIDRAMNION

Pada ibu yang mengalami oligohidramnion biasanya uterusnya akan tampak

lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotement, ibu merasa nyeri di perut

pada setiap pergerakan anak, sering berakhir dengan partus prematurus, bunyi

jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas,

persalinan lebih lama biasanya, sewaktu ada his akan sakit sekali, dan bila ketuban

pecah air ketubannya sedikit sekali bahkan tidak.

PENATALAKSANAAN

Supaya volume cairan ketuban kembali normal, pada umumnya akan

dianjurkan ibu hamil untuk menjalani pola hidup sehat, terutama makan makanan

dengan asupan gizi berimbang. Ibu hamil juga direkomendasikan untuk menjalani

pemeriksaan USG setiap minggu bahkan lebih sering untuk mengamati apakah

jumlah cairan ketuban terus berkurang atau tidak. Jika indikasi berkurangnya cairan

ketuban tersebut terus menerus berlangsung, disarankan supaya persalinan

dilakukan lebih awal dengan bantuan induksi untuk mencegah komplikasi selama

persalinan dan kelahiran (Leveno et.al., 2009).

Jika wanita mengalami oligohidramnion di saat-saat mendekati persalinan,

dapat dilakukan tindakan memasukan larutan salin kedalam rahim. Infus cairan

kristaloid untuk mengganti cairan amnion yang berkurang secara patologis sering

digunakan selama persalinan untuk mencegah penekanan tali pusat. (Leveno et.al.,

2009). Bentuk amnioctic infusion ialah (Muanaba, 2007) :


1. Bolus amniotic infusion

 Berkan infuse sebanyak 10-15cc/menit sampai tercapai jumlah 800 cc.

 Tetesan dikurangi sampai terdapat tambahan 250 cc untuk

mengurangi kompresi terhadap plasenta dan lainnya.

2. Continous amniotic infusion

 Diberikan 10 cc/menit selama 1 jam

 Diikuti 3cc/menit sampai kompresi menghilang.

Amniotic infusion ada kemungkinan berhasil tetapi jika tetap terjadi fetal

distress makan tindakan obstetrinya adalah dilakukan seksio sesarea. Sekiranya ibu

dan janin masih dalam kondisi stabil ,evaluasi keadaan fetal dan maternal agar tetap

dalam kondisi optimal. Tindakan konservatif yang dilakukan ialah :

 Tirah baring

 Amniotic infusion

 Pemantauan kesejahteraan janin (denyut jantung janin )

KOMPLIKASI

Oligohidramnion yang terjadi oleh sebab apapun akan berpengaruh buruk

kepada janin. Komplikasi yang sering terjadi adalah PJT, hipoplasia paru, deformitas

pada wajah dan skelet, kompresi tali pusat dan aspirasi mekonium pada masa

intrapartum, dan kematian janin (Leveno, 2009). Mekanisme atau patofisiologi

terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan dengan adanya sindroma potter, dimana

keadaan tersebut merupakan suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan

gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion. Oligohidroamnion

menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari
dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu

karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh akan menjadi

abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.

Oligohidroamnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru (hipoplasia

paru) sehingga pada saat lahir paruu tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada

sindroma potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan baik karena

kegagalan pembentukan ginjal atau yang disebut agenesis ginjal bilateral ataupun

karena penyakit ginjal lainnya yang akan menyebabkan ginjal gagal berfungsi.

Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan amnion sebagai urin dan dengan

tidak adanya cairan amnion menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma potter

(Leveno, 2009).

PROGNOSIS

Prognosis janin buruk pada oligohidramnion awitan dini dan hanya separuh

janin yang bertahan hidup. Sering terjadi persalinan premature dan kematian

neonatus. Oligohidramnion pada kehamilan lanjut akan dapat terjadi cacat bawaan,

cacat karena tekanan atau kulit menjadi tebal dan kering. Selain itu, akibat tekanan

dari semua sisi, penampakan janin menjadi aneh, dan kelainan otot-rangka,

misalnya kaki ganda (clubfoot) sering terjadi (Prawirohardjo, 2010).


KESIMPULAN

Oligohidramnion adalah suatu keadaan abnormal dimana volume cairan

amnion kurang dari normal. Volume ketuban normal seharusnya mencapai 300 -500

ml, tetapi pada kasus oligohidramnion volume air ketuban kurang dari normal.

Jumlah cairan ketuban dapat dipantau melalui USG tepatnya menggunakan

parameter AFI dengan jumlah kurang dari 5cm.

Secara umum, oligohidramnion yang terjadi pada awal kehamilan jarang

dijumpai dan sering memiliki prognosis buruk. Sebaliknya, berkurangnya volume

cairan mungkin cukup sering ditemukan pada kehamilan yang berlanjut melewati

aterm. Resiko penekanan tali pusat dan pada gilirannya distres janin, meningkat

akibat berkurangnya cairan amnion pada semua persalinan, apalagi kehamilan

postmatur. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat oligohidramnion adalah

agenesis ginjal, hipoplasia paru, defek muskuloskeletal, wajah tertekan yang khas,

dan akhirnya kematian janin.


DAFTAR PUSTAKA

Gabber, Steven G. 2012. Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies, 6th Ed.

USA: W.B. Saunders, Elsevier

Leveno J, Kenneth et all. 2009. Oligohidramnion; dalam buku Panduan Ringkas

Obstetri Williams. Edisi Ke-21. Jakarta: EGC; hal 120-123

Muanaba I , Chandranita M.Fajar M.Kelainan pada amnion, tali pusat dan

plasenta.Pengantar Kuliah Obstetri.Penerbit Buku Kedokteran

EGC;Jakarta.2007.h.499-503

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Schorge, Schaffer, Halvorson, Hoffman, Bradshaw, Cunningham. Disorders of

amnionic fluid volume Williams gynaecology. China: McGraw-Hill’s; 2008.

Anda mungkin juga menyukai