MALPOSISI JANIN
PENYUSUN :
Marwan
K1A1 15 077
PEMBIMBING :
Dr.dr.Hj.Juminten Saimin, Sp.OG (K)
i
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Marwan
Telah menyelesaikan referat dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada Bagian
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .........…………..………………… i
HALAMAN PENGESAHAN .............…..……………………… ii
DAFTAR ISI ...........…………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......……………………………… 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi . .....……………………………… 2
B. Faktor Resiko dan Insidensi . .....……………………………… 2
C. Patogenesis . .....……………………………… 3
D. Diagnosa . .....……………………………… 11
E. Tatalaksana . .....……………………………… 13
F. Prognosis . .....……………………………… 13
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan …………………………………... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan pervaginam umum terjadi pada janin dengan presentasi
belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil dan posisi ubun-ubun
kecil di depan (kiri depan, kanan depan). Posisi ubun-ubun kecil
transversal dan ubun-ubun kecil posterior dianggap sebagai malposisi
janin. Janin yang mengalami malposisi menyebabkan tingkat komplikasi
perinatal yang lebih tinggi.11
Insidensi ubun-ubun kecil belakang (Occiput Posterior ) persisten
berkisar dari 5 -12% . Occiput Posterior kanan paling umum (60%) terjadi
diikuti oleh Occiput Posterior kiri (30%) dan Occiput Posterior murni
(10%). Occiput posterior dua kali lebih umum pada wanita nulipara
dibandingkan wanita multipara. Kejadian Occiput Posterior bervariasi
tergantung pada waktu dalam persalinan. Kebanyakan penelitian
menggunakan ultrasonogram sebagai modalaitas andalan untuk menilai
posisi kepala janin di seluruh persalinan, dilaporkan bahwa sekitar 50%
janin yang diamati memulai persalinan dalam posisi occiput transversal
(OT) dengan sisanya mengalami occiiput anterior (OA) dan Occiput
Posterior (OP). Persalinan yang dimulai dalam posisi Occiput Posterior
(OP), sebagian besar (80-90%) akan berotasi ke Occiput Posterior (OA)
sebelum persalinan spontan atau dengan intervensi.11
Malposisi janin telah dikaitkan dengan peningkatan komplikasi ibu
dan bayi baru lahir. Ada sejumlah penelitian yang menemukan bahwa
posisi OP berhubungan dengan persalinan lama, peningkatan angka
laserasi perineum derajat ketiga atau keempat, perdarahan postpartum,
korioamnionitis, dan kelahiran operatif, baik pelahiran per vaginam
dengan forceb dan persalinan sesar. Diharapkan manajemen yang baik
dalam kasus malposisi akan menurunkan komplikasi ibu dan bayi.11
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Malposisi adalah posisi abnormal verteks kepala janin (dengan ubun-ubun
kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu. 10
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 1. Macam-macam malposisi (a) UUK kiri lintang (b) UUK kiri
belakang (c) UUK kanan Lintang (d) UUK kanan belakang. ( Sumber:
Prawiroharjo .2008 )
2
bervariasi tergantung pada waktu dalam persalinan. Kebanyakan penelitian
menggunakan ultrasonogram sebagai modalaitas andalan untuk menilai posisi
kepala janin di seluruh persalinan, dilaporkan bahwa sekitar 50% janin yang
diamati memulai persalinan dalam posisi occiput transversal (OT) dengan
sisanya mengalami occiiput anterior (OA) dan Occiput Posterior (OP).
Persalinan yang dimulai dalam posisi Occiput Posterior (OP), sebagian besar
(80-90%) akan berotasi ke Occiput Posterior (OA) sebelum persalinan spontan
atau dengan intervensi.11
C. Patogensis
1. Presentasi Occiput Anterior
Dalam kebanyakan kasus, verteks memasuki panggul dengan sutura
sagitalis terletak pada diameter transversal panggul. Janin memasuki
panggul pada posisi left occiput transverse (LOT) pada 40 persen persalinan
dan pada posisi right occiput transverse (ROT) pada 20 persen.1 Dalam
posisi occiput anterior positions (LOA atau ROA) kepala dapat memasuki
panggul dengan oksiput berputar 45 derajat di anterior dari posisi
transversal. Mekanisme kerja dalam semua presentasi ini biasanya serupa.4
Perubahan posisi dari bagian presentasi yang diperlukan untuk
menavigasi kanal panggul disebut mechanisms of labor (mekanisme
persalinan). Cardinal movement dari persalinan adalah engagement,
descent, flexion, internal rotation, extension, external rotation, and
expulsion ( Gambar.2 ). Selama persalinan, gerakan ini tidak hanya
berurutan tetapi juga menunjukkan tumpang tindih temporal yang besar.
Sebagai contoh, sebagai bagian dari engagement, ada fleksi dan penurunan
kepala. Tidak mungkin bagi gerakan untuk diselesaikan kecuali bagian
presentasi turun secara bersamaan. Pada saat bersamaan, kontraksi uterus
mempengaruhi perubahan penting dalam sikap janin, atau habitus, terutama
setelah kepala turun ke panggul. Perubahan ini terutama terdiri dari
pelurusan janin, dengan hilangnya kelengkungan punggung dan ekstremitas
yang lebih dekat ke tubuh. Akibatnya, ovoid janin ditransformasikan
3
menjadi sebuah silinder, dengan penampang sekecil mungkin yang bisa
melewati jalan lahir.4
a) Engagement
Mekanisme dimana diameter biparietal (diameter transversal
terbesar dalam presentasi oksiput) melewati lubang panggul disebut
sebagai engagement. Kepala janin akan mengalami engagement selama
beberapa minggu terakhir kehamilan atau sesaat sebelum persalinan
dimulai. Pada banyak wanita multipara dan beberapa nulipara, kepala janin
bergerak bebas di atas lubang panggul saat onset persalinan. Dalam
keadaan ini, kepala kadang-kadang disebut sebagai " floating." Pada janin
dengan kepala berukuran normal, sutura sagitalis tidak langsung mengarah
ke anteroposterior. Kepala janin biasanya memasuki lubang panggul baik
secara transversal atau miring.4 Segel dalam penelitiannya menganalisis
4
persalinan pada 5341 wanita nulipara dan menemukan bahwa engagement
kepala janin sebelum onset persalinan tidak mempengaruhi tingkat
persalinan pervaginam baik secara spontan atau induksi persalinan.12
Asynclitism. Kepala janin cenderung untuk berputar dari sumbu
transversal lubang panggul, walaupun sutura sagitalis tidak benar-benar
berada diantara promontoium dan simfisis namun sejajar dengan sumbu
transversa tersebut. Sutura sagitalis sering dibelokkan ke posterior menuju
ke promontorium atau ke anterior menuju simfisis ( Gambar 3 ). Defleksi
lateral semacam itu ke posisi yang lebih anterior atau posterior di panggul
disebut asinklitisme. Jika sutura sagital mendekati promontorium, lebih
banyak tulang parietal anterior teraba dengan sendirinya pada jari yang
memeriksa, dan kondisi ini disebut asynclitism anterior. Namun, jika
sutura sagital terletak dekat dengan simfisis, lebih banyak tulang parietal
posterior akan teraba, dan kondisi ini disebut asinklarisasi posterior.
Dengan asynclitism posterior yang ekstrem, telinga posterior dapat dengan
mudah teraba.4
5
b) Descent
Gerakan ini adalah syarat pertama untuk kelahiran bayi. Pada
nullipara, mungkin terjadi sebelum persalinan, dan penurunan lebih lanjut
mungkin tidak terjadi sampai permulaan kala II. Pada multipara, descent
biasanya dimulai dengan engagement. Descent disebabkan oleh satu atau
lebih dari empat kekuatan: (1) tekanan cairan amnion, (2) tekanan
langsung kontraksi fundus pada sungsang, (3) upaya menahan otot perut
ibu, dan (4) ) ekstensi dan pelurusan tubuh janin.4
c) Flexion
Segera setelah kepala yang turun bertemu dengan hambatan (baik
dari leher rahim, dinding panggul, atau dasar panggul ) biasanya kepala
akan flexi. Dengan gerakan ini, dagu dibawa ke dalam gerakan yang
mendekatkannya dengan thorax janin, dan diameter suboksipitobregmatis
yang jauh lebih pendek diganti untuk diameter oksipitofrontal yang lebih
panjang ( Gambar 4 dan 5 ).4
6
Gambar 5. Empat langkah pergerakan flexi kepala. Garis tebal mewakili
diameter oksipitomental, sedangkan garis putus-putus menghubungkan
fontanela anterior dan posterior. A. Belum Fleksi. B. Setengah fleksi . C.
Flexion lanjutan. D. Flexion penuh Perhatikan bahwa pada fleksi penuh
dagu ada di dada. ( Sumber: Chuningham ,2014 )
d) Internal Rotation
Gerakan ini terdiri dari pergerakan kepala sedemikian rupa
sehingga oksiput secara bertahap bergerak menuju simfisis pubis anterior
dari posisi aslinya, atau pada kasus yang jarang terjadi oksiput akan
bergerat ke posterior dan mendekati sakrum (Gambar 6 hingga 8) .Rotasi
internal sangat penting untuk menyelesaikan persalinan, kecuali ketika
janin sangat kecil.4
7
Gambar 6. Mekanisme persalinan pada posisi oksiput lintang kiri A.
Engagement. B. Setelah engagement, dilanjtkan dengan desent. C.
Descent dan rotasi internal terjadi lebih awal . D. Rotation dan extension.
( Sumber: Chuningham ,2014 )
e) Extension
Setelah rotasi internal, kepala tertekuk tajam mencapai vulva dan
mengalami ekstensi. Jika kepala tertekuk tajam saat mencapai dasar
panggul, akan mendapat dorong lebih jauh ke bawah, hal tersebut akan
mengenai bagian posterior perineum dan pada akhirnya akan dipaksa
keluar melalui jaringan perineum. Ketika kepala menekan lantai panggul,
8
dua kekuatan ikut bermain. Kekuatan pertama, diberikan oleh rahim yang
bertindak lebih posterior, dan yang kedua, dipasok oleh dasar panggul
yang resisten dan simfisis yang bekerja lebih anterior. Vektor yang
dihasilkan berada di arah pembukaan vulva, sehingga menyebabkan
ekstensi kepala. Ini membawa dasar oksiput ke dalam kontak langsung
dengan margin inferior dari simfisis pubis (Gambar 7).4
f) External Rotation
Kelahiran kepala selanjutnya mengalami restitution (Gambar 2).
Jika oksiput awalnya diarahkan ke kiri, itu berputar ke arah tuberositas
iskia kiri. Jika awalnya diarahkan ke kanan, oksiput berputar ke kanan.
Perubahan posisi kepala ke posisi miring diikuti dengan penyelesaian
rotasi eksternal ke posisi melintang. Gerakan ini sesuai dengan rotasi
tubuh janin dan berfungsi untuk membawa diameter bisacromial ke dalam
9
hubungan dengan diameter anteroposterior dari outlet panggul. Jadi, satu
bahu anterior berada di belakang simfisis dan bagian bawah disebut bahu
posterior. Gerakan ini tampaknya disebabkan oleh faktor panggul yang
sama yang menghasilkan rotasi internal kepala.4
g) Expulsion
Hampir segera setelah rotasi eksternal, bahu anterior muncul di
bawah simfisis pubis, dan perineum segera menjadi distended oleh bahu
posterior. Setelah melahirkan bahu, sisa tubuh dengan cepat akan lahir .
10
Pada sebagian besar presentasi oksiput posterior, mekanisme
persalinan identik dengan yang diamati pada posisi transversal dan anterior,
namun pada occiput posterior harus berputar secara internal ke simfisis
pubis sebesar 135 derajat, yang akan berlangsung sebesar 90 dan 45 derajat
(Gambar 8). Kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan ukuran
rata-rata janin bersama-sama memungkinkan occiputs posterior untuk
segera berotasi segera setelah mereka mencapai dasar panggul, dan
persalinan tidak cukup lama. Namun, dalam 5 hingga 10 persen kasus, rotasi
mungkin tidak lengkap atau mungkin tidak terjadi sama sekali, terutama jika
janinnya besar.9 Kontraksi yang buruk, fleksi kepala yang salah, atau
analgesia epidural, yang mengurangi otot perut mendorong dan melemaskan
otot-otot dasar panggul, dapat menyebabkan rotasi yang tidak lengkap. Jika
rotasi tidak lengkap, penangkapan melintang dapat terjadi. Jika tidak terjadi
rotasi menuju simfisis, oksiput dapat tetap dalam posisi posterior oksiput
langsung, suatu kondisi yang dikenal sebagai oksiput posterior persisten. 4
D. Diagnosis
1. Posisi oksiput posterior :
a. Pemeriksaan abdominal: bagian terendah datar, bagian kecil janin
teraba di anterior dan denyut jantung janin terdengar di samping
(flank)10
11
b. Pemeriksaan vaginal: oksiput ke arah sakrum, sinsiput di anterior akan
mudah diraba bila kepala defleksi
12
Gambar 14. Perbedaan fontanella anterior dan posterior pada
pemeriksaan dalam. ( Sumber: Chuningham ,2014 )
E. Tatalaksana
Tatalaksana malposisi: 10
1. Rotasi spontan dapat terjadi pada 90% kasus.
2. Jika terdapat tanda persalinan macet, denyut jantung janin >180
atau <100 pada fase apapun, lakukan seksio sesarea.
3. Jika ketuban utuh, pecahkan ketuban.
4. Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda
obstruksi, lakukan augmentasi persalinan dengan oksitosin.
5. Jika pembukaan serviks lengkap dan tidak ada kemajuan fase
pengeluaran, periksa kemungkinan obstruksi:
6. Jika tidak ada obstruksi, akhiri persalinan dengan ekstraksi vakum/
forsep bila syarat-syarat dipenuh
7. Bila ada tanda obstruksi atau syarat-syarat pengakhiran persalinan
tidak dipenuhi, lakukan seksio sesarea.
F. Prognosis
Wanita dengan posisi kepala janin OP persisten memiliki
kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kala II memanjang, persalinan
sesar, dan persalinan per vaginam dengan bantuan alat. Wanita yang
melahirkan pervaginam dengan posisi kepala janin OP,memiliki
13
kemunkinan kehilangan darah dan laserasi derajat ketiga dan keempat,
yang disebut laserasi tingkat tinggi.7,13
Bayi yang dilahirkan dari posisi OP memiliki lebih banyak
komplikasi daripada bayi yang dilahirkan dengan posisi OA. Penelitian
Cheng dengan membandingkan hasil dari 2.259 wanita yang menjalani
persalinan dengan posisi OP persisten dan 28.801 wanita yang melahirkan
dengan posisi OA. Hampir setiap rujukan dengan komplikasi lebih sering
ditemukan pada wanita dengan kepala janin memiliki posisi OP persistent.
Hanya 46 persen dari wanita ini melahirkan secara spontan, dan sisanya
menyumbang 9 persen dari operasi sesar dilakukan. Para peneliti ini juga
menemukan bahwa posisi OP saat persalinan dikaitkan dengan
peningkatan hasil neonatal jangka pendek yang merugikan yang meliputi
gas tali pusar acidemia, trauma kelahiran, skor Apgar < 7, dan masuk
perawata intensif.8,13,15
Metode untuk mencegah posisi OP persisten dan morbiditasnya
telah banyak diselidiki. Pertama, pemeriksaan vaginal toucher untuk
identifikasi posisi kepala janin dapat tidak akurat, dan sonografi dapat
digunakan untuk meningkatkan akurasi.6,16 Informasi tersebut dapat
memberikan penjelasan untuk persalinan tahap kedua yang memanjang
atau dapat mengidentifikasi pilihan yang cocok untuk rotasi manual.
Sebaliknya, berbagai posisi ibu sebelum atau selama persalinan tampaknya
tidak menurunkan tingkat posisi OP persisten .5
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
3. Cheng YW, Snowden JM, King TL, et al. 2013. Selected perinatal
outcomes associated with planned home births in the United States.
Am J Obstet Gynecol 209:325.
11. Kutcipal RA. 1959. The persistent occiput posterior position: a review of
498 cases..Obstet Gynecol;14: 296–304.
12. Segel SY, Carreño CA, Weiner MS, et al.2012. Relationship between fetal
station and successful vaginal delivery in nulliparous women. Am J
Perinatol 29:723.
13. Senécal J, Xiong X, Fraser WD, et al. 2005. Effect of fetal position on
second-stage duration and labor outcome. Obstet Gynecol 105:763.
16
14. Prawiroharjo S. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjdo Edisi ke 4.
PT. Bina Pustaka: Jakarta.
15. Ponkey SE, Cohen AP, Heffner LJ, et al. 2003. Persistent fetal occiput
posterior position: obstetric outcomes. Obstet Gynecol 101:915.
17