Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2020


UNIVERSITAS HALU OLEO

MALPOSISI JANIN

PENYUSUN :
Marwan
K1A1 15 077

PEMBIMBING :
Dr.dr.Hj.Juminten Saimin, Sp.OG (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Marwan

NIM : K1A1 15 077

Judul Referat : Malposisi Janin

Telah menyelesaikan referat dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada Bagian

Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Februari 2020


Mengetahui,
Pembimbing

Dr.dr.Juminten Saimin, Sp.OG (K)

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .........…………..………………… i
HALAMAN PENGESAHAN .............…..……………………… ii
DAFTAR ISI ...........…………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......……………………………… 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi . .....……………………………… 2
B. Faktor Resiko dan Insidensi . .....……………………………… 2
C. Patogenesis . .....……………………………… 3
D. Diagnosa . .....……………………………… 11
E. Tatalaksana . .....……………………………… 13
F. Prognosis . .....……………………………… 13
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan …………………………………... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan pervaginam umum terjadi pada janin dengan presentasi
belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil dan posisi ubun-ubun
kecil di depan (kiri depan, kanan depan). Posisi ubun-ubun kecil
transversal dan ubun-ubun kecil posterior dianggap sebagai malposisi
janin. Janin yang mengalami malposisi menyebabkan tingkat komplikasi
perinatal yang lebih tinggi.11
Insidensi ubun-ubun kecil belakang (Occiput Posterior ) persisten
berkisar dari 5 -12% . Occiput Posterior kanan paling umum (60%) terjadi
diikuti oleh Occiput Posterior kiri (30%) dan Occiput Posterior murni
(10%). Occiput posterior dua kali lebih umum pada wanita nulipara
dibandingkan wanita multipara. Kejadian Occiput Posterior bervariasi
tergantung pada waktu dalam persalinan. Kebanyakan penelitian
menggunakan ultrasonogram sebagai modalaitas andalan untuk menilai
posisi kepala janin di seluruh persalinan, dilaporkan bahwa sekitar 50%
janin yang diamati memulai persalinan dalam posisi occiput transversal
(OT) dengan sisanya mengalami occiiput anterior (OA) dan Occiput
Posterior (OP). Persalinan yang dimulai dalam posisi Occiput Posterior
(OP), sebagian besar (80-90%) akan berotasi ke Occiput Posterior (OA)
sebelum persalinan spontan atau dengan intervensi.11
Malposisi janin telah dikaitkan dengan peningkatan komplikasi ibu
dan bayi baru lahir. Ada sejumlah penelitian yang menemukan bahwa
posisi OP berhubungan dengan persalinan lama, peningkatan angka
laserasi perineum derajat ketiga atau keempat, perdarahan postpartum,
korioamnionitis, dan kelahiran operatif, baik pelahiran per vaginam
dengan forceb dan persalinan sesar. Diharapkan manajemen yang baik
dalam kasus malposisi akan menurunkan komplikasi ibu dan bayi.11

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Malposisi adalah posisi abnormal verteks kepala janin (dengan ubun-ubun
kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu. 10

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 1. Macam-macam malposisi (a) UUK kiri lintang (b) UUK kiri
belakang (c) UUK kanan Lintang (d) UUK kanan belakang. ( Sumber:
Prawiroharjo .2008 )

B. Faktor Resiko dan insidensi


Kira-kira 2 sampai 10 persen janin lahir dalam posisi oksiput posterior
(OP).3 Banyak janin yang lahir dengan posisi OP kadang memiliki posisi
oksiput anterior (OA) pada awal persalinan dan mengalami malrotasi selama
persalinan. Risiko predisposisi termasuk analgesia epidural, nulliparitas, berat
janin lebih besar, dan riwayat melairkan OP sebelumnya.3,7
Dalam penelitian yang berbeda insidensi ubun-ubun kecil belakang
(Occiput Posterior ) persisten berkisar dari 5 -12% .11 Occiput Posterior kanan
paling umum (60%) terjadi diikuti oleh Occiput Posterior kiri (30%) dan
Occiput Posterior murni (10%). Occiput posterior dua kali lebih umum pada
wanita nulipara dibandingkan wanita multipara. Kejadian Occiput Posterior

2
bervariasi tergantung pada waktu dalam persalinan. Kebanyakan penelitian
menggunakan ultrasonogram sebagai modalaitas andalan untuk menilai posisi
kepala janin di seluruh persalinan, dilaporkan bahwa sekitar 50% janin yang
diamati memulai persalinan dalam posisi occiput transversal (OT) dengan
sisanya mengalami occiiput anterior (OA) dan Occiput Posterior (OP).
Persalinan yang dimulai dalam posisi Occiput Posterior (OP), sebagian besar
(80-90%) akan berotasi ke Occiput Posterior (OA) sebelum persalinan spontan
atau dengan intervensi.11

C. Patogensis
1. Presentasi Occiput Anterior
Dalam kebanyakan kasus, verteks memasuki panggul dengan sutura
sagitalis terletak pada diameter transversal panggul. Janin memasuki
panggul pada posisi left occiput transverse (LOT) pada 40 persen persalinan
dan pada posisi right occiput transverse (ROT) pada 20 persen.1 Dalam
posisi occiput anterior positions (LOA atau ROA) kepala dapat memasuki
panggul dengan oksiput berputar 45 derajat di anterior dari posisi
transversal. Mekanisme kerja dalam semua presentasi ini biasanya serupa.4
Perubahan posisi dari bagian presentasi yang diperlukan untuk
menavigasi kanal panggul disebut mechanisms of labor (mekanisme
persalinan). Cardinal movement dari persalinan adalah engagement,
descent, flexion, internal rotation, extension, external rotation, and
expulsion ( Gambar.2 ). Selama persalinan, gerakan ini tidak hanya
berurutan tetapi juga menunjukkan tumpang tindih temporal yang besar.
Sebagai contoh, sebagai bagian dari engagement, ada fleksi dan penurunan
kepala. Tidak mungkin bagi gerakan untuk diselesaikan kecuali bagian
presentasi turun secara bersamaan. Pada saat bersamaan, kontraksi uterus
mempengaruhi perubahan penting dalam sikap janin, atau habitus, terutama
setelah kepala turun ke panggul. Perubahan ini terutama terdiri dari
pelurusan janin, dengan hilangnya kelengkungan punggung dan ekstremitas
yang lebih dekat ke tubuh. Akibatnya, ovoid janin ditransformasikan

3
menjadi sebuah silinder, dengan penampang sekecil mungkin yang bisa
melewati jalan lahir.4

Gambar 2. Cardinal Movement dan proses persalinan occiput anterior


( Sumber: Chuningham ,2014 )

a) Engagement
Mekanisme dimana diameter biparietal (diameter transversal
terbesar dalam presentasi oksiput) melewati lubang panggul disebut
sebagai engagement. Kepala janin akan mengalami engagement selama
beberapa minggu terakhir kehamilan atau sesaat sebelum persalinan
dimulai. Pada banyak wanita multipara dan beberapa nulipara, kepala janin
bergerak bebas di atas lubang panggul saat onset persalinan. Dalam
keadaan ini, kepala kadang-kadang disebut sebagai " floating." Pada janin
dengan kepala berukuran normal, sutura sagitalis tidak langsung mengarah
ke anteroposterior. Kepala janin biasanya memasuki lubang panggul baik
secara transversal atau miring.4 Segel dalam penelitiannya menganalisis

4
persalinan pada 5341 wanita nulipara dan menemukan bahwa engagement
kepala janin sebelum onset persalinan tidak mempengaruhi tingkat
persalinan pervaginam baik secara spontan atau induksi persalinan.12
Asynclitism. Kepala janin cenderung untuk berputar dari sumbu
transversal lubang panggul, walaupun sutura sagitalis tidak benar-benar
berada diantara promontoium dan simfisis namun sejajar dengan sumbu
transversa tersebut. Sutura sagitalis sering dibelokkan ke posterior menuju
ke promontorium atau ke anterior menuju simfisis ( Gambar 3 ). Defleksi
lateral semacam itu ke posisi yang lebih anterior atau posterior di panggul
disebut asinklitisme. Jika sutura sagital mendekati promontorium, lebih
banyak tulang parietal anterior teraba dengan sendirinya pada jari yang
memeriksa, dan kondisi ini disebut asynclitism anterior. Namun, jika
sutura sagital terletak dekat dengan simfisis, lebih banyak tulang parietal
posterior akan teraba, dan kondisi ini disebut asinklarisasi posterior.
Dengan asynclitism posterior yang ekstrem, telinga posterior dapat dengan
mudah teraba.4

Gambar 3. Synclitism dan Asynclitism ( Sumber: Chuningham ,2014 )

Tingkat asynclitism yang sedang adalah syarat dalam persalinan normal.


Namun, jika jika asynclitism parah, kondisi ini merupakan penyebab
disproporsi sefalopelvis walaupun dengan pelvis yang berukuran normal.
Pergeseran berturut-turut dari posterior ke asynclitism anterior membantu
penurunan.4

5
b) Descent
Gerakan ini adalah syarat pertama untuk kelahiran bayi. Pada
nullipara, mungkin terjadi sebelum persalinan, dan penurunan lebih lanjut
mungkin tidak terjadi sampai permulaan kala II. Pada multipara, descent
biasanya dimulai dengan engagement. Descent disebabkan oleh satu atau
lebih dari empat kekuatan: (1) tekanan cairan amnion, (2) tekanan
langsung kontraksi fundus pada sungsang, (3) upaya menahan otot perut
ibu, dan (4) ) ekstensi dan pelurusan tubuh janin.4

c) Flexion
Segera setelah kepala yang turun bertemu dengan hambatan (baik
dari leher rahim, dinding panggul, atau dasar panggul ) biasanya kepala
akan flexi. Dengan gerakan ini, dagu dibawa ke dalam gerakan yang
mendekatkannya dengan thorax janin, dan diameter suboksipitobregmatis
yang jauh lebih pendek diganti untuk diameter oksipitofrontal yang lebih
panjang ( Gambar 4 dan 5 ).4

Gambar 4. Fleksi Kepala ( Sumber: Chuningham ,2014 )

6
Gambar 5. Empat langkah pergerakan flexi kepala. Garis tebal mewakili
diameter oksipitomental, sedangkan garis putus-putus menghubungkan
fontanela anterior dan posterior. A. Belum Fleksi. B. Setengah fleksi . C.
Flexion lanjutan. D. Flexion penuh Perhatikan bahwa pada fleksi penuh
dagu ada di dada. ( Sumber: Chuningham ,2014 )

d) Internal Rotation
Gerakan ini terdiri dari pergerakan kepala sedemikian rupa
sehingga oksiput secara bertahap bergerak menuju simfisis pubis anterior
dari posisi aslinya, atau pada kasus yang jarang terjadi oksiput akan
bergerat ke posterior dan mendekati sakrum (Gambar 6 hingga 8) .Rotasi
internal sangat penting untuk menyelesaikan persalinan, kecuali ketika
janin sangat kecil.4

7
Gambar 6. Mekanisme persalinan pada posisi oksiput lintang kiri A.
Engagement. B. Setelah engagement, dilanjtkan dengan desent. C.
Descent dan rotasi internal terjadi lebih awal . D. Rotation dan extension.
( Sumber: Chuningham ,2014 )

Calkins (1939) dalam penelitiannya mempelajari lebih dari 5000


wanita dalam persalinan untuk memastikan waktu rotasi internal. Dia
menyimpulkan bahwa sekitar dua pertiga, rotasi internal selesai pada saat
kepala mencapai dasar panggul; sekitar seperempat lainnya, rotasi internal
selesai tak lama setelah kepala mencapai dasar panggul; dan 5 persen
sisanya, rotasi tidak terjadi. Ketika kepala gagal berputar hingga mencapai
dasar panggul, ia biasanya berputar selama satu atau dua kontraksi
berikutnya pada multipara. Pada nulliparas, rotasi biasanya terjadi selama
tiga hingga lima kontraksi berikutnya.2,4

e) Extension
Setelah rotasi internal, kepala tertekuk tajam mencapai vulva dan
mengalami ekstensi. Jika kepala tertekuk tajam saat mencapai dasar
panggul, akan mendapat dorong lebih jauh ke bawah, hal tersebut akan
mengenai bagian posterior perineum dan pada akhirnya akan dipaksa
keluar melalui jaringan perineum. Ketika kepala menekan lantai panggul,

8
dua kekuatan ikut bermain. Kekuatan pertama, diberikan oleh rahim yang
bertindak lebih posterior, dan yang kedua, dipasok oleh dasar panggul
yang resisten dan simfisis yang bekerja lebih anterior. Vektor yang
dihasilkan berada di arah pembukaan vulva, sehingga menyebabkan
ekstensi kepala. Ini membawa dasar oksiput ke dalam kontak langsung
dengan margin inferior dari simfisis pubis (Gambar 7).4

Gambar 7. Mekanisme persalinan posisi occiput anterior


( Sumber: Chuningham ,2014 )

Dengan distensi progresif perineum dan pembukaan vagina, bagian


oksiput yang semakin besar secara bertahap muncul. Kepala terlahir mulai
oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dan akhirnya dagu melewati garis
anterior perineum (Gambar 8). Segera setelah kelahirannya, kepala turun
ke bawah sehingga dagu terletak di atas anus ibu.4

f) External Rotation
Kelahiran kepala selanjutnya mengalami restitution (Gambar 2).
Jika oksiput awalnya diarahkan ke kiri, itu berputar ke arah tuberositas
iskia kiri. Jika awalnya diarahkan ke kanan, oksiput berputar ke kanan.
Perubahan posisi kepala ke posisi miring diikuti dengan penyelesaian
rotasi eksternal ke posisi melintang. Gerakan ini sesuai dengan rotasi
tubuh janin dan berfungsi untuk membawa diameter bisacromial ke dalam

9
hubungan dengan diameter anteroposterior dari outlet panggul. Jadi, satu
bahu anterior berada di belakang simfisis dan bagian bawah disebut bahu
posterior. Gerakan ini tampaknya disebabkan oleh faktor panggul yang
sama yang menghasilkan rotasi internal kepala.4

g) Expulsion
Hampir segera setelah rotasi eksternal, bahu anterior muncul di
bawah simfisis pubis, dan perineum segera menjadi distended oleh bahu
posterior. Setelah melahirkan bahu, sisa tubuh dengan cepat akan lahir .

Gambar 8. Mekanisme persalinan posisi occiput posterior yang


menunjukan terjadinya rotasi anterior ( Sumber: Chuningham ,2014 )

2. Preresntasi Ociput Posterior


Pada sekitar 20 persen dari persalinan, janin memasuki panggul
dalam posisi occiput posterior (OP).1 Right occiput posterior (ROP) sedikit
lebih umum daripada left occiput posterior (LOP). Tampaknya dari bukti
radiografi bahwa posisi posterior lebih sering dikaitkan dengan forepelvis
yang sempit. Mereka juga lebih sering terlihat dalam hubungan dengan
plasentasi anterior.9

10
Pada sebagian besar presentasi oksiput posterior, mekanisme
persalinan identik dengan yang diamati pada posisi transversal dan anterior,
namun pada occiput posterior harus berputar secara internal ke simfisis
pubis sebesar 135 derajat, yang akan berlangsung sebesar 90 dan 45 derajat
(Gambar 8). Kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan ukuran
rata-rata janin bersama-sama memungkinkan occiputs posterior untuk
segera berotasi segera setelah mereka mencapai dasar panggul, dan
persalinan tidak cukup lama. Namun, dalam 5 hingga 10 persen kasus, rotasi
mungkin tidak lengkap atau mungkin tidak terjadi sama sekali, terutama jika
janinnya besar.9 Kontraksi yang buruk, fleksi kepala yang salah, atau
analgesia epidural, yang mengurangi otot perut mendorong dan melemaskan
otot-otot dasar panggul, dapat menyebabkan rotasi yang tidak lengkap. Jika
rotasi tidak lengkap, penangkapan melintang dapat terjadi. Jika tidak terjadi
rotasi menuju simfisis, oksiput dapat tetap dalam posisi posterior oksiput
langsung, suatu kondisi yang dikenal sebagai oksiput posterior persisten. 4

D. Diagnosis
1. Posisi oksiput posterior :
a. Pemeriksaan abdominal: bagian terendah datar, bagian kecil janin
teraba di anterior dan denyut jantung janin terdengar di samping
(flank)10

Gambar 9. Occiput posterior


( Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013)

11
b. Pemeriksaan vaginal: oksiput ke arah sakrum, sinsiput di anterior akan
mudah diraba bila kepala defleksi

Gambar 11. Occiput posterior10


( Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013)

2. Posisi oksiput lintang


Posisi oksiput janin yang masih lintang terhadap rongga panggul ibu
hingga akhir persalinan kala 1 karena gagal berotasi ke posisi oksiput
anterior. 10

Gambar 12. Ociput transversa


( Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013)

Gambar 13. Menentukan lokasi sutura sagitalis pada pemeriksaan


dalam. ( Sumber: Chuningham ,2014 )

12
Gambar 14. Perbedaan fontanella anterior dan posterior pada
pemeriksaan dalam. ( Sumber: Chuningham ,2014 )

E. Tatalaksana
Tatalaksana malposisi: 10
1. Rotasi spontan dapat terjadi pada 90% kasus.
2. Jika terdapat tanda persalinan macet, denyut jantung janin >180
atau <100 pada fase apapun, lakukan seksio sesarea.
3. Jika ketuban utuh, pecahkan ketuban.
4. Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda
obstruksi, lakukan augmentasi persalinan dengan oksitosin.
5. Jika pembukaan serviks lengkap dan tidak ada kemajuan fase
pengeluaran, periksa kemungkinan obstruksi:
6. Jika tidak ada obstruksi, akhiri persalinan dengan ekstraksi vakum/
forsep bila syarat-syarat dipenuh
7. Bila ada tanda obstruksi atau syarat-syarat pengakhiran persalinan
tidak dipenuhi, lakukan seksio sesarea.

F. Prognosis
Wanita dengan posisi kepala janin OP persisten memiliki
kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kala II memanjang, persalinan
sesar, dan persalinan per vaginam dengan bantuan alat. Wanita yang
melahirkan pervaginam dengan posisi kepala janin OP,memiliki

13
kemunkinan kehilangan darah dan laserasi derajat ketiga dan keempat,
yang disebut laserasi tingkat tinggi.7,13
Bayi yang dilahirkan dari posisi OP memiliki lebih banyak
komplikasi daripada bayi yang dilahirkan dengan posisi OA. Penelitian
Cheng dengan membandingkan hasil dari 2.259 wanita yang menjalani
persalinan dengan posisi OP persisten dan 28.801 wanita yang melahirkan
dengan posisi OA. Hampir setiap rujukan dengan komplikasi lebih sering
ditemukan pada wanita dengan kepala janin memiliki posisi OP persistent.
Hanya 46 persen dari wanita ini melahirkan secara spontan, dan sisanya
menyumbang 9 persen dari operasi sesar dilakukan. Para peneliti ini juga
menemukan bahwa posisi OP saat persalinan dikaitkan dengan
peningkatan hasil neonatal jangka pendek yang merugikan yang meliputi
gas tali pusar acidemia, trauma kelahiran, skor Apgar < 7, dan masuk
perawata intensif.8,13,15
Metode untuk mencegah posisi OP persisten dan morbiditasnya
telah banyak diselidiki. Pertama, pemeriksaan vaginal toucher untuk
identifikasi posisi kepala janin dapat tidak akurat, dan sonografi dapat
digunakan untuk meningkatkan akurasi.6,16 Informasi tersebut dapat
memberikan penjelasan untuk persalinan tahap kedua yang memanjang
atau dapat mengidentifikasi pilihan yang cocok untuk rotasi manual.
Sebaliknya, berbagai posisi ibu sebelum atau selama persalinan tampaknya
tidak menurunkan tingkat posisi OP persisten .5

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Malposisi janin merupakan tantangan yang relatif umum dihadapi


dokter kandungan. Salah satu aspek terpenting dari perawatan untuk kelainan
ini adalah memiliki pemahaman yang lengkap tentang risiko dan manfaat dari
berbagai rencana manajemen untuk dapat memberi edukasi pasien secara
memadai. Membuat diagnosis malposisi janin menjadi penting sehingga
konseling dan intervensi yang tepat dapat dilakukan. Bagi tenaga kesehatan
yang memiliki kesulitan mendiagnosis malposisi dengan pemeriksaan vagina,
mengkonfirmasi dengan USG akan menjadi sangat penting. Khususnya, dalam
persalinan, malposisi janin penting untuk didiagnosis sehingga upaya rotasi
manual dapat dilakukan untuk mengurangi komplikasi dan kelahiran operatif.
Penelitian lebih lanjut tentang manajemen optimal pada Kala I dan kala II
pada malposisi janin diperlukan untuk memberikan panduan teknik dan
mengoptimalkan keselamatan ibu dan bayi serta untuk mengurangi intervensi
operasi.
Dengan mengetahui cara diagosa dan tatalaksana dari malposisi janin
diharapakan kepada doktermuda untuk dapat mendiagnosa dan menganali
tanda-tanda untuk merujuk pasien dengan malposisi janin. Pengetahuan yang
menyeluruh dan paripurna mengenai malposisi janin merupakan modal dasar
untuk dapat memberi edukasi pasien dan merencanakan jenisa persalinan yang
aman bagi ibu dan anak.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Caldwell WE, Moloy HC, D’Esopo DA. 1934. A roentgenologic study of


the mechanism of engagement of the fetal head. Am J Obstet
Gynecol 28:824.

2. Calkins LA. 1939. The etiology of occiput presentations. Am J Obstet


Gynecol 37:618.

3. Cheng YW, Snowden JM, King TL, et al. 2013. Selected perinatal
outcomes associated with planned home births in the United States.
Am J Obstet Gynecol 209:325.

4. Chuningham .2014.Williams Obstetric. Mc Graw Hill. New York.

5. Desbriere R, Blanc J, Le Dû R, et al. 2013. Is maternal posturing during


labor efficient in preventing persistent occiput posterior position? A
randomized controlled trial. Am J Obstet Gynecol. 208:60.

6. Dupuis O, Ruimark S, Corinne D, et al. 2005. Fetal head position during


the second stage of labor: comparison of digital vaginal
examination and transabdominal ultrasonographic examination. Eur
J Obstet Gynecol Reprod Biol 123:193.

7. Frigoletto FD Jr, Lieberman E, Lang JM, et al.1995. A clinical trial of


active management of labor. N EnglJ Med 333:745.

8. Fitzpatrick M, McQuillan K, O’Herlihy C.2001.Influence of persistent


occiput posterior position on delivery outcome. Obstet Gynecol
98:1027.

9. Gardberg M, Tuppurainen M. 1994. Persistent occiput posterior


presentation-a clinical problem. Acta Obstet Gynecol Scand 73:45.

10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pelayanan Kesehatan


Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Kemenkes :Jakarta.

11. Kutcipal RA. 1959. The persistent occiput posterior position: a review of
498 cases..Obstet Gynecol;14: 296–304.

12. Segel SY, Carreño CA, Weiner MS, et al.2012. Relationship between fetal
station and successful vaginal delivery in nulliparous women. Am J
Perinatol 29:723.

13. Senécal J, Xiong X, Fraser WD, et al. 2005. Effect of fetal position on
second-stage duration and labor outcome. Obstet Gynecol 105:763.

16
14. Prawiroharjo S. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjdo Edisi ke 4.
PT. Bina Pustaka: Jakarta.

15. Ponkey SE, Cohen AP, Heffner LJ, et al. 2003. Persistent fetal occiput
posterior position: obstetric outcomes. Obstet Gynecol 101:915.

16. Zahalka N, Sadan O, Malinger G, et al.2005. Comparison of transvaginal


sonography with digital examination and transabdominal
sonography for the determination of fetal head position in the
second stage of labor. Am J Obstet. Gynecol 193:381.

17

Anda mungkin juga menyukai