Anda di halaman 1dari 44

GANGGUAN PERTUMBUHAN,

KELAINAN KONGENITAL JANIN,


KELAINAN PLASENTA
PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT
(PJT)

2
PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

DEFINISI  Pemeriksaan USG menunjukkan taksiran berat janin <10 persentil sesuai usia
kehamilan pada kurva standar pertumbuhan.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) tidaklah sama dengan janin KMK (kecil masa kehamilan).
Sekitar 50-70% janin KMK adalah janin konstitusional kecil dengan pertumbuhan janin yang sesuai
dengan ukuran dan etnis ibu.

Pertumbuhan janin terhambat menunjukkan terhambatnya potensi pertumbuhan secara genetik


yang patologis  terdapat bukti-bukti gangguan pada janin seperti gambaran Doppler yang
abnormal dan berkurangnya volume cairan ketuban.

Berghella V. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines Ed ke-3. London: CRC Parn. 2017 3
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Pengelolaan Kehamilan dengan Pertumbuhan Janin Terhambat. POGI-HKFM. 2016
EPIDEMIOLOGI

Terjadi 4-8% dari semua kehamilan di negara maju dan hingga 25% di negara
berkembang.

Berat bayi lahir <3 persentil menyebabkan risiko tinggi terhadap morbiditas perinatal, yaitu:
 PH arteri umbilikal <7
 Perdarahan intraventrikular derajat 3 dan 4
 Gangguan pernafasan
 Necrotizing enterocolitis (NEC)
 Sepsis
4
Berghella V. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines Ed ke-3. London: CRC Parn. 2017
ETIOLOGI

Faktor Maternal Faktor plasenta dan tali pusat Faktor janin


- Hipertensi dalam kehamilan - Sindrom twin to twin - Infeksi pada janin seperti
- Penyakit jantung sianosis transfusion HIV, cytomegalovirus,
- Diabetes mellitus lanjut - Kelainan plasenta rubella, herpes,
- Hemoglobinopati - Solusio plasenta kronik toksoplasmosis, sifilis
- Penyakit autoimun - Plasenta previa - Kelainan kromosom genetik
- Malnutrisi - Kelainan insersi tali pusat (trisomy 13, 18, dan 21,
- Merokok - Kelainan tali pusat triploidy, Turner’s syndrome,
- Narkotika penyakit metabolisme
- Kelainan uterus
- Trombofilia

5
Berghella V. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines Ed ke-3. London: CRC Parn. 2017
KLASIFIKASI

PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT (PJT)

SIMETRIS ASIMETRIS

Pengurangan semua nilai Pengurangan nilai lingkar


pengukuran yang digunakan abomen (AC) dibandingkan
 Muncul dari awal dengan pengukuran lain
kehamilan Batas ambang: HC/AC >95%

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill
Education. 2016 6
Berghella V. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines Ed ke-3. London : CRC Parn. 2017
KLASIFIKASI (Berdasarkan waktu terdiagnosis)

PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT (PJT)

PJT AWAL PJT AKHIR


(early fetal growth restriction) (late fetal growth restriction)

< 32 minggu > 32 minggu


Berhubungan dengan alterasi Sedikit defisiensi pada
dengan implantasi plasenta plasenta  hipoksia ringan

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill
Education. 2016
Berghella V. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines Ed ke-3. London : CRC Parn. 2017 7
Nardoza LM et al. Fetal growth restriction : current knowledge. . Archives of Gynecology and Obstetric, 2017, 295 : 1061-1077
 Jika terjadi pada awal kehamilan (fase  Jika terjadi pada kehamilan lanjut (fase
hiperplapsia)  PJT simetris  jumlah hipertrofi)  PJT asimetris  ukuran sel
sel berkurang. berkurang.
 Prognosis jelek.  Prognosis lebih baik.
 Penampilan klinis berupa proporsi tubuh  Lingkaran perut kecil, skeletal dan
yang tampak normal. kepala normal.
 Indeks ponderal normal.  Indeks ponderal abnormal.

8
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Pengelolaan Kehamilan dengan Pertumbuhan Janin Terhambat. POGI-HKFM. 2016
PENAPISAN PJT

Penapisan PJT dapat dilakukan jika terdapat satu atau lebih tanda-tanda di bawah ini :
1. Gerak janin berkurang
2. TFU < 3 cm TFU normal sesuai usia kehamilan
3. Pertambahan berat badan < 5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau < 8 kg pada
usia kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI < 30)
4. Taksiran berat janin < 10 persentil
5. HC/AC > 1
6. Volume cairan ketuban berkurang (ICA < 5 cm atau SDP < 2 cm)

9
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Pengelolaan Kehamilan dengan Pertumbuhan Janin Terhambat. POGI-HKFM. 2016
DIAGNOSIS

Diagnosis PJT dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:


Anamnesis dan riwayat obsterik

Pemeriksaan klinis:
• Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) secara serial akan meningkatkan
sensitifitas dan spesifisitas, sehingga dianjurkan pada kehamilan diatas usia 24
minggu.
• Jika terdapat risiko tinggi PJT, pemeriksaan USG merupakan modalitas utama
pada kelainan pertumbuhan janin.
Berghella V. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines Ed ke-3. London: CRC Parn. 2017 10
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Pengelolaan Kehamilan dengan Pertumbuhan Janin Terhambat. POGI-HKFM. 2016
PEMERIKSAAN USG

 Dilakukan pada minggu ke 16-20, kemudian dilakukan kembali minggu ke 32-34, dan minggu
ke 36-37.
 Menentukan PJT dengan pengukuran biometri janin:
 BPD (Bipariteral diameter)
 EFW (Estimated fetal weight)  tingkat pertumbuhan <1 cm dalam 2 minggu
 Rasio HC (Head circumferrence) dan AC (Abdominal circuferrence)
 Ambang Batas > 95%
 FL (Femur length)

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill
Education. 2016 11
Berghella V. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines Ed ke-3. London : CRC Parn. 2017
Indeks cairan amnion (ICA):
 Penilaian indeks cairan amnion dapat diukur dengan mengukur skor 4 kuadran atau
pengukuran diameter vertikal kantong amnion yang terbesar.
 Nilai prediksi oligohidramnion untuk PJT berkisar antara 79-100%.
 Kemungkinan adanya kelainan bawaan yang dapat menyebabkan terjadinya
oligohidramnion (agenesis atau disgenesis ginjal) juga perlu diwaspadai.
 ICA <5 cm dan indeks kantong amnion terdalam < 2 cm  Oligohidramnion

12
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Pengelolaan Kehamilan dengan Pertumbuhan Janin Terhambat. POGI-HKFM. 2016
DIAGNOSIS
(Pengukuran Doppler)

Gambaran Doppler arteri umbilikal normal dan


tidak normal.
(A) Pola normal gelombang sistolik dan diastolik
(rasio S/D <3).
(B) Gelombang diastolik mendekati angka O
menunjukkan peningkatan resistensi
pembuluh darah plasenta.
(C) Selama fase diastolik, terdapat arterial
reversed (rasio S/D negatif).

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman
BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill Education. 13
2016
PENATALAKSANAAN SUSPEK PJT

 Terapi kasual
PJT (+)
PJT (-)  USG berkala, fungsi dinamik
janin dan plasenta/profil
biofisika
 CTG berkala

< 37 MG
> / 37 MG
USG Berkala
Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan
CTG Berkala
berhenti lambat baik

HIPOKSIA (+) HIPOKSIA (-)


PERTUMBUHAN Induksi
Gagal PERSALINAN
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: SC A.I PERVAGINAM14
McGraw Hill Education. 2016
Berghella V. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines Ed ke-3. London : CRC Parn. 2017
Obstetri
KOMPLIKASI

Fetal Neonatus
 Oligohidramnion  Kelahiran iatrogenik/preterm
 Non-reassuring fetal heart rate testeing (NRFHR)
 Nilai APGAR yang rendah
 Kematian fetus
 Hipoglikemia
 Asidosis
 Sindrom hipervikositas
 Kejang
 Kematian
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill
Education. 2016
Berghella V. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines Ed ke-3. London : CRC Parn. 2017
15
KOMPLIKASI

Anak-anak
 Keterlambatan perkembangan
 Cerebral palsy
 Gangguan bicara/membaca
 Kelemahan belajar

Remaja : Hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes mellitus tipe II, obesitas

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill
Education. 2016
Berghella V. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines Ed ke-3. London : CRC Parn. 2017 16
KELAINAN KONGENITAL JANIN

17
KELAINAN KONGENITAL JANIN

 Kelainan kongenital mayor teridentifikasi selama kehamilan atau segera setelah lahir
pada 2-3% kehamilan.
 Merupakan penyebab kematian neonatus sebesar 20% di Amerika Serikat, melebihi
persalinan preterm sebagai penyebab yang paling sering.
 Diagnosis prenatal merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi malformasi, kelainan
kromosom, dan kelainan genetik lainnya pada janin.
 Diagnosis prenatal meliputi skrining rutin terhadap aneuploidi, defek tabung saraf, tes
invasif seperti chorionic villus sampling dan amniosintesis.

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 18
Education. 2016
GANGGUAN MORFOLOGI

Malformasi Disrupsi Deformasi Displasia


Spina bifida Pita Amniotik Club foot Akondroplasia
Defek tabung CTEV Osteogenesis
saraf Asimetri wajah imperfecta
Celah Telinga tertekuk Dentinogenesis
bibir/palatum imperfecta
Displasia
ektodermal
19
Berghella V. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines Ed ke-3. London : CRC Parn. 2017
Defek Tabung Saraf (Neural Tube Defect)

Penutupan inkomplit dari tabung saraf pada usia embrio 26-28 hari.
Prevalensi 1,4-2 dari 1000 kelahiran.

Defek tabung saraf merupakan penyebab kelainan kongenital kedua paling sering setelah kelainan
jantung, terjadi sekitar 0,9 dari 1000 persalinan.

Defek tabung saraf meliputi:


 Anensefali & acrania
 Spina bifida
 Cephalocele
 Kelainan fusi (schisis) lainnya 20
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill Education. 2016
Faktor Risiko Defek Tabung Saraf
Penyebab genetik
 Riwayat keluarga
 Mutasi MTHFR (methylene tetrahydrofolate reductase)
 Sindrom dengan autosomal resesif (Meckel Gruber, Roberts, Joubert, Jarcho-Levin)
 Aneuploidi (trisomy 13 dan 18, triploidi)

Paparan lingkungan
• Diabetes – hiperglikemia
• Hipertermia
• Obat-obatan : asam valproat, carbamazepine, coumadin, thalidomide, efavirenz

Geografis – etnis, diet, dan faktor lainnya


• Inggris, India, China, Mesir, Meksiko

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 21
Education. 2016
 Anensefali dikarakteristikan sebagai tidak terdapatnya
struktur cranium dan telensefalon, dengan dasar tengkorak
dan orbita hanya dilapisi oleh stroma angiomatous.
 Akrania adalah tidak terdapatnya cranium dengan
penonjolan jaringan otak.
 Anensefali merupakan level akhir dari akrania.
 Dapat didiagnosis pada akhir trimester pertama, dan dengan
visualisasi adekuat dapat didiagnosis pada trimester kedua
 jika tidak dapat menampilkan diameter biparietal dapat
dicurigai anensefali / akrania.

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 22
Education. 2016
 Cephalocele adalah herniasi meningen melalui
defek pada cranium, khususnya berlokasi di
region midline occipital.
 Encephalocele  jika jaringan otak mengalami
herniasi melalui defek pada tulang tengkorak.

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 23
Education. 2016
 Spina bifida  defek pada vertebra, khususnya
pada arkus dorsal, dan melibatkan meningen dan
Lemon Sign
spinal cord.
 Angka kejadian sekitar 1 per 2000 kelahiran hidup.
 Umumnya kasus open spina bifida  defek
melibatkan kulit dan jaringan lunak.
 Spina bifida dapat didiagnosis pada trimester kedua
kehamilan dengan pemeriksaan ultrasonografi
terdapat 2 karakteristik utama yaitu: lemon sign dan
banana sign.
Banana Sign
24
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill Education. 2016
PENCEGAHAN
 Pasien dengan risiko tinggi defek tabung saraf diberikan asam folat 4 mg per hari
sebelum konsepsi hingga trimester pertama.
 Risiko tinggi  riwayat melahirkan anak sebelumnya dengan defek tabung saraf atau
jika wanita tersebut atau suami memiliki defek.
 Pada pasien dengan risiko rendah diberikan asam folat 400 mcg per hari sebelum
konsepsi hingga trimester pertama untuk menurunkan risiko defek tabung saraf sebesar
80%.

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 25
Education. 2016
DEFEK KROMOSOM
SINDROM DOWN
 Risiko trisomi janin meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia ibu (>35 tahun).
 Trisomi 21
 Mongoloid face

26
Berghella V. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines Ed ke-3. London : CRC Parn. 2017
SINDROM TURNER

Berghella V. Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines Ed ke-3. London : CRC Parn. 2017 27
KELAINAN PLASENTA

28
KELAINAN PLASENTA

Kelainan plasenta meliputi kelainan implantasi, perkembangan, dan anatomi plasenta.


Gambaran plasenta normal :
 Berat 470 gram, bentuk bulat hingga oval dengan diameter 22 cm, ketebalan 2,5 cm
 Terdiri dari placental disc, membran ekstraplasenta dan tali pusat dengan 3 pembuluh
darah

Bagian maternal disebut basal plate, terbagi menjadi celah yang membentuk bagian kecil
disebut kotiledon.
Bagian fetus disebut chorionic plate, tempat insersi tali pusat, biasanya dibagian tengah

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 29
Education. 2016
PEMERIKSAAN USG plasenta:
 Gambaran homogen dengan ketebalan 2-4 cm, masuk kedalam kantong ketuban
 Bagian retroplasenta merupakan area hipoekoik yang memisahkan miometrium dari
basal plate plasenta dengan ukuran <1-2 cm
 Dilakukan pengukuran terhadap lokasi plasenta dan hubungannya dengan ostium uteri
internum
 Pemeriksaan insersi tali pusat janin
 Jumlah pembuluh darah tali pusat dihitung

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 30
Education. 2016
INDIKASI PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI PLASENTA
Indikasi Maternal Indikasi Janin dan Neonatus Indikasi Plasenta
 Solusio plasenta • Berat lahir ≤10 atau ≥95 • Lesi yang tampak
 Infeksi antepartum dengan risiko persentil secara makroskopis
janin • Anemia janin • Insersi tali pusat
 Aloimunisasi Anti-CDE • Kematian janin atau neonatus marginalis atau
 Seksio sesarea histerektomi • Kejang neonatus velamentosa
 Oligohidramnion atau • Hidrops fetalis • Bentuk dan ukuran
polihidramnion • Infeksi atau sepsis plasenta abnormal
 Demam atau infeksi peripartum • Kelainan kongenital mayor • Plasenta akreta
 Persalinan preterm dan postterm atau abnormal karyotype • Tali pusat <32 cm atau
 Trauma berat • Kehamilan multipel >100 cm
 Gangguan sistemik • Still birth atau kematian • Lesi pada tali pusat
 Perdarahan trimester akhir neonatal
dengan sebab tidak diketahui
 Komplikasi kehamilan berulang
dengan sebab tidak diketahui

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 31
Education. 2016
VARIASI BENTUK DAN UKURAN

 Bilobate placenta  2 lobus plasenta pada 1 janin


 Multilobate placenta  3 atau lebih lobus dengan
ukuran yang sama
 Succenturiate lobes  apabila plasenta memiliki
lobus lain berukuran kecil dan terpisah agak jauh
dengan plasenta utama

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 32
Education. 2016
Gambaran USG color Doppler
menunjukkan implantasi placental disc
terutama di posterior. Lobus
succenturiata berlokasi di dinding
anterior melintasi rongga amnion.
Pembuluh darah teridentifikasi sebagai
garis warna merah dan biru yang
berjalan melewati membrane ketuban
yang menghubungkan 2 bagian dari
plasenta tersebut.

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 33
Education. 2016
 Plasenta ekstrakoronial  bagian perifer
plasenta tidak tertutupi  lempeng korin lebih
kecil dari lempeng basal.

 Plasenta sirkumarginal  terdapat


pendarahan antara plasenta dan di atas
lapisan amniokorion.

 Plasenta sirkumvalata  terdapat lipatan


korion dan amion di sekeliling korion
berwarna abu-putih.
34
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill
Education. 2016
MATERNAL BLOOD FLOW DISRUPTION

 Subchorial thrombosis  disebabkan


oleh aliran darah maternal yang
lambat pada rongga intervilli dengan
disertai deposit fibrin.
 Retroplacental hematoma 
hematoma diantara plasenta dan
tempat implantasi desidua.
 Subamnionic hematoma  hematoma
diantara plasenta dan amnion
 Maternal floor infarction  variasi
ekstrim dari deposit fibrinoid.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 35
Education. 2016
PLASENTA AKRETA,
INKRETA dan PERKRETA

 Kondisi dimana trofoblas menginvasi miometrium pada


kedalaman bervariasi yang menyebabkan perlekatan
abnormal.
 Klasifikasi
 Plasenta akreta  vili korialis bersentuhan dengan
miometrium
 Pasenta inkreta  vili korialis menginvasi
miometrium
 Plasenta perkreta  vili korialis menembus lapisan
serosa uterus

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill
Education. 2016 36
KALSIFIKASI PLASENTA

 Garam kalsium paling sering terdeposit di plasenta (basal plate).


 Timbul saat usia gestasi lanjur.
 Berhubungan dengan merokok dan peningkatan nilai serum kalsium.
 Kalsifikasi:
 0 : homogenus, kalsifikasi sedikit, permukaan korionik yang datar dan halus
 1 : ekogenik tersebar dan unudulasi permukaan korionik
 2 : ekogenik permukaan basal
 3 : indentasi ekogenik mulai dari permukaan korionik sampai permukaan basal

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 37
Education. 2016
TUMOR PLASENTA ( KORIOANGIOMA)

• Tumor jinak ini mempunyai komponen yang mirip


dengan pembuluh darah dan stroma pada vili
korialis
• Angka kejadian sekitar 1%.
• Serum alfa-fetoprotein maternal meningkat.
• Gejala: perdarahan, kelahiran prematur, cairan
ketuban abnormal

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill
Education. 2016 38
KELAINAN SELAPUT KETUBAN

 Meconium staining : terdapat mekonium selama persalinan dengan insiden 12-20%.


 Korioamnionitis :
- Flora traktus genitalia normal dapat berkolonisasi dan menginfeksi selaput ketuban,
tali pusat, dan janin.
- Terjadi infeksi asenden bakteri akibat pecahnya selaput ketuban dalam waktu lama
dan selama persalinan sehingga menyebabkan infeksi.
- Infeksi janin terjadi karena penyebaran hematogen pada ibu dengan bakteremia,
tetapi lebih sering karena aspirasi, menelan, atau kontak langsung dengan cairan
ketuban yang terinfeksi.

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 39
Education. 2016
KELAINAN TALI PUSAT
Panjang tali pusat: Coiling

 Panjang normal 40-70 cm, abnormal jika <32 cm  Hypocoiling berkaitan dengan
atau >100 cm
kematian janin.
 Panjang tali pusat dipengaruhi oleh volume cairan
amnion dan gerakan janin.  Hypercoiling berkaitan dengan PJT

 Tali pusat pendek berkaitan dengan PJT, kelainan dan asidosis janin intrapartum.
kongenital, distress intrapartum, dan 2x
meningkatkan risiko kematian.
 Tali pusat panjang berkaitan dengan lilitan tali pusat
atau prolaps tali pusat dengan kelainan kongenital
dan berkaitan dengan kematian janin.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 40
Education. 2016
Jumlah pembuluh darah tali pusat
 Single umbilical artery (SUA)  insiden 0,63%
pada neonates hidup, 1,92% pada kematian
perinatal, dan 3% pada kehamilan kembar. Janin
dengan kelainan kongenital biasanya disertai
dengan SUA.
 Fused umbilical artery  gagalnya dua arteri
untuk terpisah selama perkembangan embriologi. Gambaran USG Doppler, SUA tampak
sebagai warna merah, melewati dinding
bladder sebelum bergabung dengan vena
umbilikal (biru).
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 41
Education. 2016
Insersi

Insersi tali pusat normalnya berada di sentral dari


placental disc, tetapi terdapat variasi lain yaitu insersi
esentrik, marginal, atau velamentosa.

Insersi velamentosa memiliki arti penting secara


klinis.
Insiden 1%, sering terdapat pada plasenta previa dan
kehamilan multipel.
Insersi pusat melewati selaput ketuban.
Pembuluh darah dapat mengalami kompresi 
hipoperfusi janin dan asidemia.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 42
Education. 2016
Vasa previa

 Angka kejadian 1 dari 5200 kehamilan.


 Faktor risiko meliputi succenturiate placenta dan
plasenta previa trimester kedua.
 Pada pemeriksaan USG transvaginal 
pembuluh darah tali pusat terlihat mengalami
insersi pada selaput ketuban - dibandingkan
insersi secara langsung ke plasenta – dengan
pembuluh darah melewati ostium uteri internum.

43
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams Obstetric ed ke 25. New York: McGraw Hill 43
Education. 2016
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai