Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

Benign Prostat
Hyperplasia (BPH)

Pembimbing:
dr. Asmin Lubis, DAF, Sp.An, KAP, KMN.

Disusun Oleh:
Putri weni 102119096

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU ANESTESI


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
TAHUN 2021
Benign Prostat Hyperplasia (BPH)
DEFINISI

Adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan dan merupakan suatu


keadaan di mana kelenjar prostat mengalami pembesaran, dan
menyumbat aliran urin dengan menutup orifisium uretra
Benign Prostat Hyperplasia (BPH)
ETIOLOGI

Saat ini etiologi BPH belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa hipotesis


yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah:
1. Teori Dihidrotestosteron
2. Ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron
3. Interaksi stromal – epitel
4. Berkurang nya kematian sel prostat
5. Teori sel stem
6. Teori inflamasi
Benign Prostat Hyperplasia (BPH)
MANIFESTASI KLINIS

1. Gejala obstruktif: hesistansi, penurunan pancaran urin, rasa tidak


tuntas saat berkemih, mengejan saat berkemih dan urin menetes
setelah berkemih.
2. Gejala iritatif: urgensi, frekuensi dan nokturia
Benign Prostat Hyperplasia (BPH)
PEMERIKSAAN FISIK

Colok Dubur:
• Pembesaran prostat jinak: konsistensi prostat kenyal seperti meraba
ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan
nodul
• Karsinoma prostat: konsistensi prostat keras atau teraba nodul dan
mungkin di antara prostat tidak simetri
Benign Prostat Hyperplasia (BPH)
PENATALAKSANAAN
1. Watchful waiting: Penderita dengan BPH yang simptomatis tidak
selalu mengalami progresi keluhan, beberapa mengalami perbaikan
spontan.
2. Medikamentosa:
1. Antagonis adrenergik reseptor α yang dapat berupa:
1. preparat non selektif: fenoksibenzamin,
2. preparat selektif masa kerja pendek: prazosin, afluzosin, dan
indoramin,
3. preparat selektif dengan masa kerja lama: doksazosin, terazosin,
dan tamsulosin,
2. Inhibitor 5 α redukstase, yaitu finasteride dan dutasteride,
3. Fitofarmaka
Benign Prostat Hyperplasia (BPH)
PENATALAKSANAAN

3. Operatif:
Tindakan operatif dilakukan apabila pasien BPH mengalami retensi
urin yang menetap atau berulang, inkontinensia overflow, ISK
berulang, adanya batu buli atau divertikel, hematuria yang menetap
setelah medikamentosa, atau dilatasi saluran kemih bagian atas
akibat obstruksi dengan atau tanpa insufisiensi ginjal (indikasi
operasi absolut).
Anestesi Spinal
DEFINISI

adalah tindakan anestesi dengan memasukkan obat


analgetik ke dalam ruang subaraknoid di daerah vertebra
lumbalis
yang kemudian akan terjadi hambatan rangsang sensoris
mulai dari vertebra thorakal.
INDIKASI

Untuk pembedahan daerah tubuh yang dipersarafi cabang


T4 kebawah. Dengan durasi operasi yang tidak terlalu lama,
maksimal 2-3 jam.
Anestesi Spinal
OBAT ANESTESI SPINAL

Berikut adalah beberapa contoh sediaan yang terdapat di


Indonesia dan umum digunakan :
• Lidokaine 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.003, sifat
hyperbaric, dosis 20-50mg(1-2ml).
• Bupivacaine 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobaric,
dosis 5-20mg.
• Bupivacaine 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027,
sifat hiperbarik, dosis 5-15mg(1-3ml).
Anestesi Spinal
TEKNIK ANESTESI SPINAL

 Pasang IV line
 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 L/Menit
 Pasien diposisikan dengan baik. Dapat menggunakan 2 jenis
posisi yaitu posisi duduk dan berbaring lateral.
 Raba krista. Perpotongan antara garis yang menghubungkan
kedua krista iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5.
 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
 Cara tusukan adalah median atau paramedian. Setelah mandrin
jarum spinal dicabut, cairan serebrospinal akan menetes keluar.
Selanjutnya disuntikkan obat analgesik ke dalam ruang arachnoid
tersebut.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Paijo
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : kisaran, 12-08-1949
Usia : 72 tahun
Agama : islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Masuk RS : 05-10-2021
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS

Keluhan Utama: Tidak bisa BAK

Telaah:
Pasien datang ke RSU Haji Medan dengan keluhan BAK tersendat –
sendat. Pasien berkata keluhan dirasakan sejak kurang lebih 2 minggu
yang lalu. Sebelumnya pasien menggunakan kateter lebih kurang 10
hari, kemudian setelah kateter dilepas keluhan kambuh lagi. Pasien juga
mengeluhkan nyeri perut bagian bawah.
LAPORAN KASUS
RIWAYAT PASIEN

Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada yang memiliki keluhan yang


sama dengan pasien
Riwayat Alergi : Tidak ada
Riwayat Pengobatan : Tidak ada
Riwayat Psikososia : Merokok , Alkohol (-),
Obat-obatan (-)
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Rutin
• Hb : 15.7 g/dl
• Ht : 47.3 %
• Eritrosit : 5.12 x 106/µL
• Leukosit : 9470 / µL
• Trombosit : 339.000/µL

Fungsi Ginjal
• Ureum : 21 mg/dl
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan COVID
• IgG Covid -19 : Non Reactive
• IgM Covid -19 : Non Reactive
LAPORAN KASUS
DIAGNOSA & TATALAKSANA

Benign Prostat Hyperplasia (BPH)

Transurethral Resection of the Prostate (TUR-P)


STATUS ANESTESI

PS ASA : 2 (Gangguan Sistemik Sedang-Berat)


Hari/Tanggal : 05 oktober 2021
Ahli Anestesiologi : dr. Asmin Lubis, Sp.An
Ahli Bedah : dr. Hasroni, Sp.U
Diagnosa Pra Bedah : Retensi urin ec BPH
Diagnosa Pasca Bedah : BPH
STATUS ANESTESI
KEADAAN PRA BEDAH

KU : Tampak Sakit Sedang


BB : 60 kg
TTV : TD : 130/80 mmHg, N: 92x/menit, RR: 18X/ menit, T : 36,7 0C

B1 (Breath) B2 (Blood) • Ht: 47.3 %


• Airway: Clear • Akral: Hangat • Leukosit: 9470 / µL
• RR: 20 x/menit • CRT: < 2 detik • Trombosit:
• SP: Vesikuler • TD: 130/80 339.000/µL
• ST: - mmHg • EKG: Normal (Sinus
• HR: 90x/menit rhytme)
• Hb: 15.7 g/dl
STATUS ANESTESI
KEADAAN PRA BEDAH
B3 (Brain) B4 (Bladder)
• Sensorium: Compos Mentis / E4V5M6 • Kateter: +
• Pupil: Isokor, ka=ki 3mm/3mm • Urine Output: 100 cc
• RC: (+)/(+) • Warna: putih kekuningan
• Ureum: 24 mg/dl
B5 (Bowel)
Abdomen B6 (Bone)
• Inspeksi: Simetris • Oedem: (-)
• Palpasi: normal • Fraktur: (-)
• Perkusi: Tympani • Motorik: Normal
• Auskultasi: Peristaltik (+)
• Mual/Muntah: (+)/(-)
STATUS ANESTESI
KEADAAN SAAT BEDAH
• Jenis Pembedahan : TUR-P
• Jenis Anastesi : Regional Anestesi
• Lama Operasi : 60 menit (09.00 - 10.00 WIB)
• Lama Anastesi : 80 menit (08.40 - 10.00 WIB)
• Anastesi Dengan : Bupivacaine 20 mg
• Teknik Anestesi : Spinal
• Teknik Khusus : -
• Pernafasan : Spontan
• Posisi : Supine
• Infus : IVFD RL terpasang ditangan kiri
• Penyulit Anestesi : -
STATUS ANESTESI
KEADAAN SAAT BEDAH
• Premedikasi:
• Ondansetron 4 mg
• Ranitidine 50 mg
• Medikasi
• Bupivacaine : 20 mg
• Tranexamic Acid : 500 mg
• Petidine : 25 mg
• Furosemide : 10 mg
STATUS ANESTESI
KEADAAN SAAT BEDAH

Diagram Observasi • Jumlah Cairan


• Transfusi Cairan: RL
1200 cc
• Produksi Urin: kateter
(-)
• Volume urin: -
• Perdarahan: -
STATUS ANESTESI
PERAWATAN POST OPERASI
• Observasi di Recovery Room dan lakukan monitoring airway dan
tanda-tanda vital selama 1 jam
• Istirahat sampai pengaruh obat anestesi hilang
• IVFD RL 40 gtt/menit
• Pasien boleh pindah ke ruangan bila Alderette score > 8
STATUS ANESTESI
PERAWATAN POST OPERASI
TERAPI ANESTESI
• Minum sedikit-sedikit bila tidak ada mual dan muntah
• IVFD RL 40 gtt/menit
• Inj. Petidine IV 50 mg bila kesakitan
• Obat-obat lain : ketorolac 30 mg/8 jam , paracetamol 500 mg/ 8 jam
• Monitor TTV / 15 menit selama 2 jam
• Bed rest 24 jam
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai