Pembimbing :
Isramilda, M.Si
PERIODE :
24 JANUARI 2022 – 26 FEBRUARI 2022
Putri Weni
Sinta Sandra Putri Astuti (102119085)
Cindy Bora Ju (102121067)
Rion Inka Putra (
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dalam rangka
melaksanakan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) stase Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Batam yang dilaksanakan pada
tanggal 24 Januari sampai dengan 26 Februari 2022.
Laporan ini disusun berdasarkan informasi dan data yang diperoleh selama
berada di Puskesmas Sambau, Kota Batam. Pada kesempatan ini kami
menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing selama
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat dan membantu menyusun laporan ini, yaitu:
1. Ibu Eny Yuliawati, S.KM selaku Kepala UPT. Puskesmas Sambau
2. Dr. dr. Ibrahim S.H, M.Sc, M.Kn, M.Pd.Ked, Sp. KKLP selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Batam.
3. dr. Suryanti Tsang, M. Kes selaku Kepala Prodi Fakultas Kedokteran
Universitas Batam
4. dr. Sukma Sahreni, M. Gz selaku Koordinator KKS Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Batam.
5. Ibu Isramilda, M.Si selaku pembimbing kami dalam KKS stase Ilmu
Kesehatan Masyarakat
6. Seluruh Pegawai dan staf UPT. Puskesmas Sambau Kota Batam yang
telah membantu kami selama melakukan KKS
Demikianlah laporan kegiatan ini saya Iaksanakan selama menjalani KKS
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Batam. Penulis
menyadari bahwasanya masih banyak terdapat kekurangan dari laporan kegiatan
ini, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Prosedur Kegiatan
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
A. Sejarah Singkat Puskesmas Rempang Cate
B. Visi dan Misi Puskesmas Rempang Cate
1.Visi Puskesmas
2. Misi Puskesmas
C. Motto Puskesmas Rempang Cate
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
A. 5 Penyakit Tertinggi di Puskesmas Rempang Cate
B. Program kerja di Puskesmas Rempang Cate
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
dimaksud dalam Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
kesehatan disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
adalah suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan
yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya
untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air.
Puskesmas Pembantu serta Puskesmas Keliling, kecuali itu untuk daerah yang
inap. Tercatat tahun 2002 jumlah puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.227
unit, Puskesmas Pembantu 21.587 unit, Puskesmas Keliling 5.084 unit (Perahu
716 unit, Ambulance 1.302 unit). Sedangkan puskesmas yang telah di lengkapi
dengan fasilitas rawat inap tercatat sebanyak 1.818 unit, sisanya sebanyak 5.459
Pada bulan April 2011 Puskesmas di kota Batam berganti menjadi UPT
dibutuhkan Five Stars Doctor, yaitu dokter bukan hanya sebagai Care Provider,
Kota Batam.
Masyarakat
Batam
Kesehatan.
solusinya.
Sambau Nongsa.
Batam.
dan pelaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
kelompok masyarakat
9
2019).
kelompok,dan masyarakat.
kepercayaan.
11
RI No 43Tahun 2019).
kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan
atas:
b. Dokter gigi
c. Perawat
d. Bidan
12
h. Tenaga gizi
i. Tenaga kefarmasian
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin
Tahun 2019).
meliputi :
di wilayah kerjanya.
masyarakat.
pengelolaan program kerja Puskesmas berpedoman pada empat azas pokok yakni:
Karena adanya azas yang seperti ini, maka program kerja Puskesmas
tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya sekedar menanti
masyarakat.
(Posyandu).
3. Azas keterpaduan
program), tetapi juga dengan program dari sektor lain lintas sektoral.
15
4. Azas rujukan
yang dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah
ada yakni:
i. Laboratorium sederhana
Pemerintah Daerah:
kerjanya.
Pembina.
18
1. Struktur Organisasi
a. Kepala Puskesmas
3) Keuangan
UKMB
2. Kriteria Personalia
6. Dengan Masyarakat
BAB III
KOTA BATAM
3.3 Geologi
Kepulauan Riau merupakan bagian dari paparan continental benua asia, pulau-
pulau tersebar di daerah ini merupakan sisa-sisa erosi atau penyusutan dari daratan
dibagian utara sampai dengan pulau-pulau Moro dan Kundur serta pulau Karimun
di bagian selatan dengan jenis tanah latosol dengan warna kuning muda yang
3.4 Iklim
antara 20,9°C – 23,9°C dan suhu maksimum berkisar antara 31,2°C – 34,4°C,
3.6 Penduduk
25
3.8.1 Visi
3.8.2 Misi
26
terjangkau.
spiritual.
3.9 Tujuan
cara :
puskesmas pembantu, desa siaga dll serta terawasinya obat dan makanan
menular
masyarakat
langsung
(PSM)
3.10 Strategi
Gedung rawat jalan yang mulai beroperasional sejak 2 mei 1994 dan
1. Ruangan Pendaftaran
7. Ruangan Laboratorium
8. Ruangan Apotek
9. Ruangan Konseling
14. Toilet
1. Ruangan UGD
4. Ruangan Bersalin / VK
5. Gudang
2. Ruangan Keuangan
Sambau kecamatan Nongsa Kota Batam ada sebanyak 68 orang yang terdiri
dari beberapa jenis ketenagaan antara lain yang terdapat pada tabel dibawah
ini.
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
31
4.1.1 ISPA
A. Defenisi
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi bakteri ataupun virus, tanpa atau disertai parenkim
paru. ISPA merupakan suatu kelompok penyakit sebagai penyebab angka
absensi tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok penyakit lain. Penyakit
ISPA sering terjadi pada anak-anak, hal tersebut diketahui dari hasil
pengamatan epidemiologi bahwa angka kesakitan di kota cenderung lebih
lebih besar dari pada didesa. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh tingkat
kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih
tinggi dari pada di desa.
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular
di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-
nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas
sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-
negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula,
ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di
fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak.
B. Epidemiologi
Kasus ISPA terbanyak terjadi di India 43 juta, China 21 juta, Pakistan 10 jutadan
Bangladesh, Indonesia, masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi
di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. ISPA
merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%)
dan rumah sakit (15%-30%) (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
Di Indonesia kasus ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian
bayi. Sebanyak 36,4% kematian bayi pada tahun 2008 (32,1%) pada tahun 2009
(18,2%) pada tahun 2010 dan38,8%pada tahun 2011 disebabkan karena ISPA. Selain
itu, ISPA sering berada pada daftar sepuluh penyakit terbanyak penderitanya di
rumah sakit. Berdasarkan data dari P2 program ISPA tahun 2009, cakupan
32
penderita ISPA melampaui target 13,4%, hasil yang diperoleh 18.749 penderita.
Survei mortalitas yang dilakukan Subdit ISPA tahun 2010 menempatkan ISPA
sebagai penyebab terbesar kematian bayi di Indonesia dengan persentase 22,30% dari
seluruh kematian balita.
Di Provinsi Sulawesi Tengah, tahun 2013 jumlah penderita ISPA
mencapai 23,6%. Ada lima kabupaten tertinggi ISPA yaitu, kabupaten Poso
mencapai 34,1%, kabupaten Tojo una-una mencapai 34%, kabupaten Toli-
Toli mencapai 28%, kabupaten Parigi Moutong mencapai 27.9%, dan
kabupaten Donggala mencapai 26,8% (Riskesdas, 2013). Di Desa Tinombo
tahun 2015 jumlah penderita ISPA pada balita 45%, Tahun 2016 jumlah
penderita ISPA pada balita 18 %, dan bulan januari sampai dengan bulan
desember 2017 dengan jumlah balita 208 orang, jumlah penderita ISPA
mencapai 29% atau 61 balita.
C. Etiologi
Hasil penelitian fungsi paru di negara sedang berkembang menunjukkan
bahwa kasus pneumonia berat pada anak disebabkan oleh bakteri, biasanya
Streptococcus pneumonia atau Haemophillus influenza. Hal ini bertolak
belakang dengan situasi di negar maju, yang penyebab utamanya adalah virus.
(WHO,2003). Selain itu, lingkungan atau tempat tinggal juga menjadi salah
satu factor yang mempengaruhi kejadian ISPA yaitu apabila luas bangunan
tidak sebanding dengan jumlah penghuni akan menyebabkan kurangnya
asupan oksigen dan memudahkan terjadinya penularan infeksi.
Penyebab ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,
Pneumococcus, Haemophilus, Bordetella dan Corynebakterium. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. Berdasarkan penelitian
di Pulau Lombok tahun 1997-2003 serta penelitian di berbagai negara yang
dipublikasikan WHO, penyebab ISPA yang paling umum dan paling sering
ditemukan pada balita adalah bakteri Streptococcus pneumoniae dan
Haemophyllus influenzae.
33
F. Penatalaksanaan
Pemberian terapi oksigen biasanya diberikan untuk pasien dengan ISPA
yang berat sehingga perlu diberikan oksigen. Pemberian terapi oksigen dapat
diberikan pada pasien dengan depresi napas berat, hipoksemia (SpO2 < 90%)
atau syok. Dimulai terapi dengan 5L/menit lalu titrasi sampai SpO2>90%.
Pulse oximetry, oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia disemua
tempat yang merawat pasien dengan ISPA berat. Tidak ada alasan membatasi
oksigen karena ventilatory drive terganggu. 10
Sedangkan bila pasien datang dengan gejala syok dapat dilakukan
manajemen cairan konservatif pada pasien ISPA berat. Pada pasien ISPA
berat hati-hati dalam pemberian cairan intravena, karena resusitasi cairan
secara agresif dapat memperburuk oksigenasi, terutama dalam situasi terdapat
keterbatasan ventilasi mekanis.
pemberian antibiotik diberikan Antimikroba untuk pengobatan penyakit
infeksi pada pasien anak dapat diklasifikasikan dalam empat golongan, yaitu
Penicillin dengan derivatnya, Cefalosporin, Aminoglikocid dan antibiotik lain
termasuk Kloramfenikol, Makrolid (Eritromycin dengan derivatnya),
Kotrimoksazol, Metronidazol. Golongan penicillin sangat luas dipergunakan
dalam bidang pediatri untuk berbagai derajat infeksi. Untuk pengobatan
infeksi berat pada umumnya dipergunakan golongan Penicillin, Cefalosporin
dan Aminoglikocid baik sebagai monoterapi atau kombinasi.
Ampicillin, Amoxicillin
Dosis lazim amoxicillin untuk anak dengan berat badan kurang dari 6
kg adalah 25 – 50 mg tiap 8 jam, anak dengan berat badan 6 – 8 kg
adalah 50 –100 mg tiap 8 jam sedangkan anak dengan berat badan 9 – 19
kg adalah 6,7 – 13,3 mg / kg berat badan tiap 8 jam, dewasa 20 kg atau
lebih dosisnya 250 – 500 mg tiap 8 jam. Amoxicillin sirup kering dengan
berat badan lebih dari 8 kg dosisnya 125 – 250 mg tiap 8 jam.
Eritromisin
Dosis terapi eritromycin anak dengan berat badan sampai 20 kg
adalah 30–50 mg / kg berat badan perhari dibagi dalam jumlah yang
37
sama tiap 6 jam sedangkan dosis anak dengan berat badan sampai 20 kg
adalah 1 – 2 g sehari dibagi dalam jumlah yang sama tiap 6 jam. Dosis
terapi sirup kering eritromycin adalah anak dengan berat badan > 25 kg
adalah 1 ½ cth; berat badan 10 - 25 kg adalah 1 cth; berat badan 10 –5
kg adalah ½ cth dan berat badan < 5 kg adalah ¼ cth, diberikan dalam 4
kali sehari.
Kotrimoksazol
Kotrimoksazol diindikasikan untuk pengobatan infeksi saluran nafas,
infeksi saluran kemih, sigelosis dan infeksi salmonella yang invasif
(Anonim, 2000). Dosis terapi untuk kotrimoksazol adalah tiap tablet anak
(20 mg/100 mg): untuk umur 6 minggu – umur 6 bulan 2 kali sehari 1
tablet anak dibuat pulveres atau serbuk bagi, untuk umur 6 bulan sampai
6
tahun 2 kali sehari 2 tablet anak dibuat pulveres atau serbuk bagi. Dosis
terapi untuk sirup kering anak dengan umur 6 bulan – 5 tahun 1 cth, anak
dengan umur 6 minggu – 5 bulan ½ cth.
Cefalosporin
Cefalosporin termasuk antibiotik betalaktam yang bekerja dengan
cara menghambat sintesis dinding sel mikroba. Cefalosporin aktif
terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi spektrum anti
mikroba masing-masing derivat bervariasi. Farmakologi cefalosporin
mirip dengan ampicillin, ekskresi terutama melalui ginjal dan dapat
dihambat oleh probenesid.
Reaksi alergi merupakan efek samping yang paling sering terjadi.
Reaksi anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi.
Reaksi silang biasanya terjadi pada pasien dengan alergi penicillin berat,
sedangkan pada alergi penicillin yang ringan dan sedang
kemungkinannya
Kecil.
G. Pencegahan ISPA
38
A. Definisi Hipertensi
sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90 mmHg.
sebagainya.
lain :
aldosteron
C. Diagnosis Hipertensi
1. Anamnesis
penglihatan kabur.
41
tahun).
2. Pemeriksaan Fisik
dengan alat yang baik, ukuran dan posisi manset yang tepat
3. Pemeriksaan Penunjang
ekokardiografi.
sekunder :
42
FT4, FT3)
abdomen
medikamentosa :
adalah <6g/hari
seminggu.
2. Terapi medikamentosa
secara berkala.
mg/hari)
40 mg/hari)
(tab 40 mg 2x3)
E. Komplikasi
vaskular
kronis
yang berusia >15 tahun adalah sebesar 2.431 jiwa, dengan jumlah
adalah sebanyak 1.203 (laki – laki : 662 dan perempuan : 541) atau
(posbindu) :
Perilaku merokok
Obesitas
penyandang PTM
Identifikasi klien
4.1.3 Dispepsia
47
a. Definisi
Merupakan suatu kondisi yang bisa menyebabkan rasa tidak
nyaman pada perut bagian atas karena penyakit asam lambung atau
maag. Meski begitu, dispepsia bukanlah sebuah penyakit, tapi tanda
atau gejala dari suatu penyakit pencernaan yang dialami seseorang.
b. Faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang meningkatkan seseorang mengalami
dyspepsia, yaitu:
1) Merokok
2) Sering mengkonsumsi makanan pedas dan berlemak, soda dan
kafein
3) Waktu makan yang tidak teratur
4) Konsumsi obat-obatan tertentu
c. Gejala
Seseorang yang mengidap dyspepsia dan mengalami berbagai
gejala di dalam tubuh, seperti:
1) Rasa cepat kenyang setelah makan
2) Kembung setelah makan
3) Timbulnya rasa tidak nyaman di ulu hati, bisa juga disertai rasa
sakit dan perih
4) Rasa panas dan terbakar di ulu hati
5) Mual dan disertai dengan muntah
d. Diagnosis dyspepsia
Pemeriksaan penunjang yang umumnya dilakukan, antara lain:
1) Pemeriksaan darah
2) Pemeriksaaan feses
3) Pemeriksaan nafas
4) Ultrasonografi abdomen
5) Endoskopi
6) Pemeriksaan pencitraan
48
e. Komplikasi dyspepsia
Meski gangguan pencernaan seperti dispepsia biasanya tak
menyebabkan komplikasi serius, tapi kondisi ini bisa memengaruhi
kualitas hidup pengidapnya. Sebab, dispepsia yang tak diobati akan
terus menimbulkan rasa tidak nyaman di bagian, berkurangnya nafsu
makan, hingga kesulitan menelan.
f. Penanganan dyspepsia
Penanganan dapat dilakukan secara primer dan sekunder. Secara
primer modifikasi gaya hidup sangat penting untuk dilakukan,
contohnya:
1) Membatasi konsumsi makanan yang dapat menyebabkan dyspepsia
2) Makan dalam porsi kecil tapi sering
3) Kurangi konsumsi alkhol
4) Gunakan antinyeri yang lebih aman bagi lambung, seperti PCT
5) Mengontrol stres dan rasa cemas
g. Tatalaksana dyspepsia
Pencegahan dilakukan dengan memodifikasi gaya hidup, seperti:
1) makan dengan porsi kecil namun sering, usahakan kunyah perlahan
2) Hindari makanan yang dapat menimbulkan dyspepsia
3) Kurangi merokok
4) Menajaga BB agar tetap ideal
5) Olahraga selalu
6) Mengatasi stres dan rasa cemas
h. Program puskesmas terkait dyspepsia
Program upaya pengelolaan dispepsia agar keluhan tidak berulang.
1) Data primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis dan
alloanamnesis)
2) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
3) home visit untuk menilai kondisi rumah dan keluarga.
49
a. Definisi
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari
tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu
sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru.
b. Etiologi
Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita
Tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia
melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari
paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas,
atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
c. Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan
infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi
50
f. Komplikasi :
1) Pleuritis tuberkulosa
2) Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
3) Tuberkulosa milier
4) Meningitis tuberkulosa
g. Penatalaksanaan Tuberkulosis paru
1. Pengobatan TBC Paru Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap
yakni:
1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti
TB per hari dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan
cepat (efek bakteri sidal), menghilangkan keluhan dan mencegah
efek penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat
2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2
macam obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan
menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah
kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni
kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.
h. Program Puskesmas Terkait TB
1) Penemuan Kasus terhadap pasien TB dengan Diagnosis
2) Diagnosis TBC dilakukan dengan pemeriksaan dahak sebanyak
dua kali yaitu saat pertama datang ke Puskesmas dan keesokan
paginya.
3) Diberikan konseling tentang pengobatan yang harus dijalani.
4) Penilaian berdasarkan diagnosis holistik awal, proses, dan akhir
studi secara kuantitatif dan kualitatif
5) Hasil disajikan dalam format laporan kasus
A. Definisi
53
B. Klasifikasi
d. Endokrinopati
f. Infeksi
DM
Gestasional
54
C. Diagnosis
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain (non
yang sulit sembuh, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada
perempuan.
(11,1 mmol/L)
(7,0 mmol/L)
(11,1mmol/L)
D. Tatalaksana
penunjang lainnya
3. Pilar penatalaksanaan DM :
a. Edukasi
makanan.
3x makan/hari)
Serat 25g/hari
c. Aktivitas Fisik
aktivitas fisik.
d. Terapi Farmakologis
sebelum makan).
makan).
DM tipe I
Ketoasidosis diabetik
Kontraindikasi ADO
E. Komplikasi
Makroangiopati :
Penyakit serebrovaskuler
Kaki diabtes
Mikroangiopati :
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
Disfungsi ereksi
Neuropati :
Neuropati perifer
Neuropati otonom
lain :
(posbindu) :
tepat