PENDAHULUAN
1
satu Sentra Keperawatan disatu Puskesmas sebagai indikator kerja
program Perkesmas. Kabupaten/kota diharapkan dapat memilih
Puskesmas yang dijadikan sebagai percontohan untuk menerapkan
model Sentra Keperawatan. Diharapkan dengan model tersebut
Program Perkesmas di Provinsi Jawa Barat dapat berjalan dengan
optimal.
Sampai dengan akhir tahun 2013, Provinsi Jawa Barat sudah
memiliki 25 Sentra Keperawatan yang tersebar di sebelas
kabupaten/kota. Masih ada lima belas kabupaten/kota yang belum
mempunyai Sentra Keperawatan, salah satunya dikarenakan
kabupaten/kota belum memahami bagaimana cara memulai
membentuknya. Oleh karena itu, disusunlah Petunjuk Teknis Sentra
Keperawatan untuk mempermudah kabupaten/kota dan Puskesmas
dalam membentuk dan mengembangkan Sentra Keperawatan di
wilayah masing-masing.
2
2) Menjabarkan tentang persyaratan Puskesmas yang akan
melaksanakan Sentra Keperawatan.
3) Menjabarkan tentang petunjuk teknis Sentra Keperawatan
bagi Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang akan
melaksanakan Sentra Keperawatan di wilayahnya.
4) Menjabarkan tentang petunjuk teknis pelaksanaan Sentra
Keperawatan di Puskesmas.
1.3 Sasaran
1. Kepala Bidang dan Kepala Seksi di Dinas Kesehatan baik
ditingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang
membawahi Program Perkesmas.
2. Penyelia Perkesmas Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota
3. Kepala Puskesmas
4. Perawat Koordinator dan Perawat Pelaksana Perkesmas di
Puskesmas
5. Institusi Pendidikan Keperawatan baik Diploma III ,
Program Ners, Magister Keperawatan Komunitas dan
Spesialis Keperawatan Komunitas
3
1.4 Dasar Hukum
1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
4. UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS
5. PP No. 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
6. PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular
8. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah,
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota
9. Kepmenkes No. 1235 tahun 2007 tentang Pemberian
Insentif Bagi Sumber Daya Manusia Kesehatan Yang
Melaksanakan Penugasan Khusus
10. Kepmenkes No. 156 Tahun 2010TENTANGPemberian
Insentif Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Rangka Penugasan
Khusus di Puskesmas Daerah Terpencil, Perbatasan Dan
Kepulauan
11. Kepmenkes No. 329 Tahun 2010 tentang Bantuan Sosial
Untuk Pelayanan Kesehatan di DaerahTertinggal,
Perbatasan, Dan Kepulauan (DTPK)
4
12. Kepmenkes No. 494 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis
Bantuan Operasional Kesehatan
13. Permenkes No. 148 Tahun 2010 Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat
14. Permenkes No. 1231 tahun 2007tentang Penugasan Khusus
Sumber Daya Manusia Kesehatan
5
BAB II
SEJARAH DAN KONSEP SENTRA KEPERAWATAN
2.1 Sejarah
Konsep Sentra Keperawatanatau Nursing Center pertama kali
dicetuskan oleh Dra. Suharyati, S.Kp., M.Kes selaku Kepala Bagian
Keperawatan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK)
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) dalam
Seminar Nasional keperawatan yang diselenggarakan dalam rangka
memperingati sewindu PSIK FK Unpad tanggal 23 Maret tahun 2002.
Setelah Seminar Nasional dilanjutkan dengan kunjungan ke
Puskesmas Paseh Kabupaten Sumedang yang waktu itu sedang
digunakan sebagai lahan praktik mahasiswa PSIK FK Unpad.
Berdasarkan konsep yang telah dipaparkan dalam seminar dan hasil
tinjauan lapangan, dilakukanlah lokakarya yang dihadiri penggiat
keperawatan masyarakat dan juga praktisi kesehatan dari Puskesmas
dan Dinas Kesehatan, baik perawat maupun tenaga kesehatan
lainnya. Pada saat lokakarya tersebut konsep Sentra Keperawatan
mendapatkan masukan dan kritik yang sangat positif dari pesertadan
digunakan untuk memperbaiki konsep yang telah ada.
Pada tahun yang sama, dilakukanlah uji coba Sentra
Keperawatan di Puskesmas Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang.
Uji coba pertama ini dilakukan dengan melibatkan dua institusi
6
pendidikan keperawatan, yaitu PSIK FK Unpad dan Akademi
Keperawatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang, serta
berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang. Dalam
pelaksanaannya, perbaikan terus dilakukan sesuai hasil Semiloka
Nasional.
Tahun 2003, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
membentuk Tim Pengembangan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Provinsi Jawa Barat dan memberikan dukungan dana untuk
pengembangan daerah uji coba baru maupun untuk penyusunan
buku pedoman teknis dan pengelolaan Sentra Keperawatan dan
Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Pelaksanaan Sentra Keperawatan di Kabupaten Sumedang
terus disempurnakan sambil memperluas pengembangan pada
tempat yang baru. Tempat uji coba berikutnya yang ditetapkan
adalah di Puskesmas Ciumbuleuit yang bekerjasama denganPSIK FK
Unpad dan Akper TNI AURI Kota Bandung, serta di Puskesmas
Kabupaten Cirebon yang bekerjasama dengan PSIK FK Unpad dan
Akper Buntet.
Dalam perjalanannya, Sentra Keperawatan di Kabupaten
Cirebon belum berjalan sesuai yang diharapkan karena kurang
optimalnya komitmen dari pihak-pihak terkait dan jarak yang terlalu
jauh.Sedangkan Sentra Keperawatan di Kota Bandung terus
berkembang dengan dukungan dana dari Pemerintah Daerah Kota
Bandung melalui Dinas Kesehatan, diantaranya di Puskesmas Kopo
7
yang bekerjasama dengan Stikes Immanuel (mulai tahun 2006).Tahun
2007 semakin banyak institusi pendidikan yang berkomitmen
mengembangkan Sentra Keperawatan dengan bekerjasama dengan
Puskesmas di wilayah masing-masing, diantaranya Akper PPNI, Akper
Borromeus, Akper Bidara Mukti, Akper Aisyiyah, Akper Kebonjati,
FIKARS Internasional, Stikes Dharma Husada, serta STIKes Bhakti
Kencana.
Pada tahun 2006, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
memberikan dana stimulan untuk mengembangkan Sentra
Keperawatan di lima kabupaten/ kota lainnya yaitu Kota Bogor, Kota
Sukabumi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Tasikmalaya dan Kota
Cirebon.
Pengalaman penerapan Sentra Keperawatan juga telah
disosialisasikan secara nasional pada Workshop Nasional Pemantapan
Pengelolaan Keperawatan Dasar (Perkesmas) di Kabupaten/ Kota
dalam mendukung Desa Siaga, pada tanggal 25-27 Juli 2007 di
Bogor. Seminar ini diselenggarakan oleh Direktorat Bina Pelayanan
Keperawatan Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Depkes RI .
Mulai tahun 2013 Sentra Keperawatan telah dimasukkan
sebagai salah satu indikator kerja Rencana Strategis Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018. Berdasarkan Indikator
tersebut, maka mulai tahun 2013 Dinkes Provinsi Jabar telah
memfasilitasi pelaksanaan lima Sentra Keperawatandi Puskesmas
Koncara Kabupaten Purwakarta, Puskesmas Tarogong Kabupaten
8
Garut, Puskesmas Klapanunggal Kabupaten Sukabumi, Puskesmas
Raja Polah Kabupaten Tasikmalaya dan Puskesmas Campaka
Kabupaten Cianjur. Tahun 2014 fasilitasi pelaksanaan Sentra
Keperawatan direncanakan untuk sepuluh kabupaten/kota, yaitu
Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kota Tasikmalaya,
Kabupaten Bogor, Kota Cimahi, Kabupaten Subang, Kota Banjar,
Kota Depok, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.
2.2 Konsep
Sentra Keperawatan atauNursing Center merupakan
pengelolaan terpadu dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian
keperawatan melalui pemberdayaan seluruh potensi yang ada secara
optimal. Dalam aplikasi Sentra Keperawatan selalu diupayakan untuk
memandang keperawatan sebagai suatu kesatuan utuh, sehingga
Sentra Keperawatanini memiliki karakteristik tertentu. (Suharyati,
2002)
10
6. Tersusunnya rencana pengembangan pelayanan keperawatan
yang berkelanjutan bagi klien (individu, keluarga, kelompok,
dan atau masyarakat) berdasarkan kajian ilmiah.
Untuk mencapai tujuan ini, maka perlu ditetapkan kriteria Sentra
Keperawatanyang baik.
12
6. Memiliki analisis permasalahan dan kebutuhan pelayanan
kesehatan klien (individu, keluarga, kelompok, dan atau
masyarakat) di wilayah Puskesmas.
7. Memiliki rencana pelayanan kesehatan komprehensif
(meliputi aspek preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif)
bagi klien (individu, keluarga, kelompok, dan atau
masyarakat) dan rencana pembelajaran mahasiswa/peserta
pelatihan.
8. Memiliki arahan implementasi keperawatan sesuai
perencanaan yang sudah disusun.
9. Memfasilitasi monitoring dan evaluasi secara terbuka, baik
yang dilakukan oleh dinas kesehatan maupun institusi
pendidikan.
10. Merupakan integrasi kurikulum dari institusi pendidikan
keperawatan, khususnya bidang keperawatan kesehatan
masyarakat.
11. Memfasilitasi kerangka kerja penelitian untuk pengembangan
teori maupun praktik perawat kesehatan masyarakat.
14
Gambar 2.1 Sistem dan Sub SistemSentra Keperawatan
15
bagi masyarakat luas. Sebagai pusat informasi, Sentra Keperawatan
harus mampu menyediakan semua informasi meliputi informasi
tentang masalah kesehatan masyarakat setiap desa/kelurahan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas, data mengenai sasaran, data tentang
sumber daya yang ada, serta data tentang faktor pendukung dan
penghambat yang ada.
16
BAB III
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN SENTRA
KEPERAWATAN
DI TINGKAT DINAS KESEHATAN
17
5. Membuat perencanaan anggaran terkait Program
Perkesmas.
3.1.2 Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
1. Membuat Peraturan Walikota/Bupati mengenai Sentra
Keperawatan di wilayahnya;
2. Melakukan pemetaan Puskesmas yangakandijadikan
sebagai tempat Sentra Keperawatan dan Institusi
Pendidikan yang akan bekerjasama;
3. Melakukan pemetaan tenaga keperawatan yang akan
melaksanakan tugas di Sentra Keperawatan di Puskesmas;
4. Mensosialisasikanpetunjuk teknis Sentra Keperawatan
kepada seluruh Puskesmas dan institusi pendidikan;
5. Melakukan pelatihan bagi perawat kesehatan masyarakat
dan berkolaborasi dengan institusi pendidikan;
6. Membuat nota kesepakatan (MoU) antara Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan institusi pendidikan
yang akan bekerjasama;
7. Menyiapkansarana dan prasarana dalam pelaksanaan
Sentra Keperawatan di Puskesmas. Dalam hal ini, Dinas
Kesehatan dapat berbagi peran dengan institusi
pendidikan, contohnya, Dinas Kesehatan menyiapkan
ruangan dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, institusi
pendidikan menyiapkan media-media edukasi kesehatan
bagi masyarakat;
18
8. Menyiapkan format-format asuhan keperawatan
kesehatan masyarakat bagi klien (individu, keluarga,
kelompok, dan atau masyarakat) yang dibuat bersama-
sama dengan institusi pendidikan.
19
4. Memberikan dukungan anggaran kegiatan Sentra
Keperawatan di Puskesmas;
5. Melakukan konsultasi aktif dengan Dinas Kesehatan
Provinsi terkait hambatan-hambatan yang ditemui dalam
penerapan Sentra Keperawatan.
21
BAB IV
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
SENTRA KEPERAWATAN DI PUSKESMAS
22
Pendekatan epidemiologis adalah pendekatan penyelesaian masalah
kesehatan masyarakat berdasarkan distribusi (penyebaran) dan
determinan (faktor-faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat.
Sedangkan tiga tingkatan pencegahan adalah pencegahan primer
(tindakan-tindakan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui promosi
kesehatan), pencegahan sekunder (tindakan-tindakan untuk
mengatasi penyakit dengan dini dan mencegah penyebaran masalah
lebih luas), serta pencegahan tersier (tindakan-tindakan pemulihan
masyarakat setelah sakit dan mencegah kecacatan lebih lanjut).
Pada kegiatan pelayanan, kepala Puskesmas turut berperan
dalam memberikan arahan kegiatan di Sentra Keperawatan terhadap
indikator pencapaian program Puskesmas secara keseluruhan.
Disamping itu, kepala Puskesmas juga berperan sebagai pemberi
dukungan kepada individu pelaksana dan sistem pelaksanaan Sentra
Keperawatan (Supporting people, suporting system).
24
dapat merujuk klien kepada petugas kesehatan lain, jika klien
memerlukan penanganan yang secara teknis bukan kewenangan
tenaga keperawatan. Apabila klien membutuhkan penangan lebih
lanjut di fasilitas kesehatan sekunder, maka perawat dapat
berkoordinasi dengan dokter untuk memberikan rujukan yang
diperlukan. Adapun alur pelayanan klien dalam gedung adalah
sebagai berikut:
28
Aplikasi asuhan keperawatan pada individu dalam konteks
keluarga dicontohkan sebagai berikut :
Seorang klien dewasa datang ke Puskesmas dengan
membawa hasil pemeriksaan radiologi dan laboratorium yang
mendukung diagnosis TBC BTA+. Dokter meresepkan paket
pengobatan TBC selama 6 bulan bagi klien. Klien dirujuk ke
ruang Sentra Keperawatan untuk mendapatkan informasi lebih
lanjut dari perawat.
Perawat menjelaskan tentang pengertian penyakit TBC,
tanda dan gejala, penyebab, serta dampak yang akan
ditimbulkan apabila klien tidak melakukan pengobatan sampai
tuntas. Perawat menyanyakan kepada klien siapa dari anggota
keluarga yang dapat dijadikan Pendamping Minum Obat
(PMO) klien di rumah.
Kemudian perawat meminta klien untuk mempertemukan
perawat dengan anggota keluarga yang akan dijadikan PMO.
Pada saat bertemu dengan PMO, perawat menjelaskan tentang
penyakit TBC, tugas PMO, dan hal-hal yang harus diperhatikan
PMO dalam mendampingi klien, serta PMO diminta
melaporkan jika ada anggota keluarga yang lain/ tetangga yang
menunjukan tanda-tanda terinfeksi TBC. Perawat terus
menjalin komunikasi dengan PMO selama proses
penyembuhan klien sampai klien dinyatakan bersih dari kuman
TBC dan tidak ada infeksi TBC baru dalam anggota keluarga.
29
seluruh anggota keluarga dan juga memperhatikan interaksi yang ada
antar anggota keluarga. Pendekatan ini lebih kompleks dibandingkan
pendekatan individu dalam konteks keluarga, karena perawat
dituntut mampu menguasai semua masalah kesehatan yang ada pada
anggota keluarga dan juga memahami tentang tipe, struktur, dan
fungsi keluarga, serta proses komunikasi, interaksi, serta nilai-nilai
yang mempengaruhi keluarga. Asumsi adalah bahwa kesehatan
memengaruhi semua anggota keluarga dan keluarga memengaruhi
proses dan hasil perawatan kesehatan. Semua praktik perawatan
kesehatan, sikap, keyakinan, dan perilaku serta keputusan dibuat
dalam konteks keluarga yang lebih besar.
Tujuan keperawatan keluarga dengan pendekatan keluarga
sebagai sistem adalah untuk mempromosikan, mempertahankan dan
memulihkan kesehatan keluarga dan memperhatikan interaksi antara
keluarga dan masyarakat dan sesama keluarga dan anggota keluarga
lainnya. Hasil akhir yang diharapkan adalah kemandirian keluarga
dalam menghadapi masalah kesehatan aktual atau risiko, dan juga
kemandirian keluarga dalam mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Berikut petunjuk teknis asuhan keperawatan keluarga dalam
pengaplikasian konsep keluarga sebagai sistem:
30
I. Pengkajian
1. Data demografi
a. Nama keluarga
b. Alamat dan nomor telepon
c. Komposisi keluarga
Jenis
Pembi
Pendidi
Nama L/P Hubungan TTL Pekerjaan ayaan
kan
Keseh
atan
1.
2.
d. Tipe keluarga
e. Latar belakng budaya (etnis)
Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga
Jaringan kerja sosial keluarga dari kelompok etnis
yang sama
Etnis tempat tinggal keluarga
Pengaruh etnis terhadap kebiasaan diet dan
berbusana
Bahasa yang digunakan di rumah
f. Identifikasi religious
Praktek keyakinan anggota keluarga
Keaktifan keluarga dalam menjalankan praktek
keagamaan
Partisipasi keluarga dalam praktek keagamaan
Kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan
g. Status kelas sosial berdasarkan pekerjaan, pendidikan,
31
dan pendapatan
Siapa yang membiayai keluarga?
Apakah keluarga menerima bantuan atau tambahan
keuangan?
Apakah keluarga menganggap pendapatan mereka
memadai?
h. Aktivitas rekreasi atau waktu luang
Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas keluarga dan
frekuensinya
Ativitas- aktivitas waktu luang anggota keluarga
Menggali perasaan anggota keluarga tentang
aktivitas rekreasi dan waktu luang
2. Tahap dan riwayat perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
b. Sejauh mana tugas perkembangan telah terpenuhi
c. Riwayat keluarga sejak lahir sampai dengan saat ini
yang berkaitan dengan kesehatan (perceraian,
kematian, kehilangan) yang terjadi dalam kehidupan
keluarga
d. Riwayat kesehatan dari garis keturunan suami dan istri
3. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik lingkungan
c. Mobilitas geografis keluarga
d. Asosiasi dan transaksi keluarga dengan komunitas
e. Sistem pendukung atau jaringan sosial yang dimiliki
keluarga
4. Strutur keluarga
a. Pola-pola komunikasi
Jangkauan komunikasi fungsional dan disfungsional
Jangkauan dari pesan afektif dan bagaimana
32
diungkapkan
Karakteristik komunikasi dalam subsistem-subsistem
keluarga
Variable-variabel yang mempengaruhi komunikasi
keluarga
b. Struktur kekuasaan
Hasil-hasil dari kekuasaan
Proses pengambilan keputusan
Dasar-dasar kekuasaan
Variable-variabel yang mempengaruhi kekuasaan
Seluruh kekuasaan keluarga
c. Strutur peran
Struktur peran formal
Struktur peran informal
d. Nilai-nilai keluarga
Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan nilai-nilai
sub sistem keluarga juga kelompok referensi atau
komunitas yang lebih luas.
Variable-variabel yang mempengaruhi nilai-nilai
keluarga
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Kebutuhan-kebutuhan keluarga, pola-pola respons
Keakraban
Diagram kedekatan keluarga
b. Fungsi sosialisasi
Praktik-praktik pengasuhan anak dalam keluarga
Kemampuan adaptasi praktik-praktik pengasuhan
anak untuk bentuk keluarga dan situasi dari keluarga
Siapa yang menjadi pelaku sosialiasi bagi anak-anak?
33
Nilai anak-anak dalam keluarga
Keyakinan-keyakinan kultural yang mempengaruhi
pola-pola pengasauhan anak dalam keluarga
Pengaruh kelas sosial terhadap pola-pola
pengasuhan anak
Estimasi tentang apakah kelarga beresiko mengalami
masalah-masalah pengasuhan anak
Ketersediaan lingkungan rumah untuk anak bermain
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keyakinan kesehatan, nilai-nilai dan perilaku
keluarga
Definisi sehat-sakit dari keluarga dan tingkat
pengetahuan mereka
Status kesehatan yang diketahui keluarga dan
kerentanan terhadap sakit
Praktek-praktek diet keluarga
Kebiasaan tidur dan sehat
Latihan dan praktik-raktik rekreasi
Kebiasaan menggunakan obat-obatan keluarga
Peran keluarga dalam praktik-praktik perawatan diri
Praktik praktik lingkungan keluarga
Cara-cara preventif berdasarkan medis
Praktik-praktik kesehatan gigi
Riwayat kesehatan keluarga
Layanan kesehatan yang diterima
Perasaan-perasaan dan persepsi mengenai layanan
kesehatan
Layanan perawatan kesehatan darurat
Layanan kesehatan gigi
Sumber pembiayaan medis dan gigi
34
Peralatan perawatan yang dipilih
6. Koping keluarga
a. Stressor-stresor keluarga jangka panjang dan pendek
b. Kemampuan keluarga berespon, berdasarkan penilaian
obyektif terhadap situasi-situasi yang menimbulkan
stress
c. Penggunaan strategi-strategi koping
d. Bidang-bidang atau situasi-situasi di mana keluarga telah
mencapai penguasaan
e. Strategi koping disfungsional yang digunakan
II. Intervensi
Intervensiberfokuspadapromosi,peningkatan,dan
mempertahankanfungsi keluarga yang efektif pada tiga area yaitu
kognitif, afektif, dan perilaku. Intervensi-intervensi yang dapat
diberikan berdasarkan area yang menjadi fokus intervensi adalah:
a. Intervensi untuk mengubah domain kognitif
Memuji kekuatan keluarga dan individu
Memberikan informasi tentang pengertian, tanda
gejala, penyebab suatu penyakit
Memberikan informasi tentang dampak jika masalah
tidak diatasi
Memberikan informasi tentang cara perawatan
sederhana yang dapat dilakukan keluarga
Menawarkan opini tentang suatu keadaan
b. Intervensi untuk mengubah domain afektif
Validasi atau normalisasi respon emosional
Mendorong untuk menceritakan pengalaman sehat
sakit
Mendorong pengungkapan dukungan keluarga
selanjutnya
35
c. Intervensi untuk mengubah domain perilaku
Mendorong anggota keluarga menjadi caregiver dan
menawarkan dukungan caregiver dengan cara
mengajarkan cara menjadi care giver
Mendorong ketangguhan
Merancang ritual
37
4.1.2.2 Pelayanan Keperawatan pada Kelompok Khusus Populasi
Pada pelayanan Perkesmas dimasyarakat, perawat melakukan
asuhan keperawatan masyarakat di daerah binaan, yang ditujukan
terutama kepada kelompok masyarakat yang rentan atau mempunyai
resiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan. Diantara
kelompok rentan terhadap masalah kesehatan adalah kelompok bayi
balita, kelompok ibu hamil, dan kelompok lansia. Berikut adalah
contoh petunjuk teknis asuhan keperawatan yang diaplikasikan pada
populasi bayi/ balita.
I. Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh perawat bersama dengan
masyarakat (khususnya kader Posyandu) melalui pengintegrasian
kegiatan survey mawas diri masyarakat. Pemutakhiran data
pengkajian dilakukan secara periodik setiap 6 bulan sekali yaitu
bulan Juni dan Desember.
A. Data Inti
1. Data Demografi
a. Berapakah jumlah bayi dan balita berdasarkan umur di
wilayah binaan?
Jumlah
Usia
Laki-laki Perempuan
0 – 11 bulan 29 hari
12 bulan – 35 bulan 29 hari
36 bulan – 60 bulan
Total
38
b. Berapakah jumlah bayi dan balita berdasarkan status
sosial ekonomi orang tua?
Kriteria Jumlah
Bayi dan balita dari keluarga Gakin
Bayi dan balita dari keluarga Non Gakin
Total
2. Statistik Vital
a. Berapakah jumlah bayi dan balita yang meninggal?
Jumlah Ket.
Usia Laki- Peremp Penyebab
laki uan Meninggal
0 – 11 bulan 29 hari
12 bulan – 35 bulan 29 hari
36 bulan – 60 bulan
Total
(dalam periode Januari s.d Juni dan Juli s.d Desember)?
39
Penyakit jantung bawaan
Lain-lain
C. Masalah Gizi
Gizi lebih
Gizi kurang
Gizi buruk
Pendek (TB tidak sesuai umur)
D. Gangguan Perkembangan
Autisme
ADHD
Down syndrome
Tidak mengikuti grafik perkembangan sesuai umur
Lain-lain
Total
Total
40
e. Berapakah jumlah bayi dan balita yang mendapatkan
ASI eksklusif?
Status ASI Eksklusif Jumlah
Tamat ASI Eksklusif
Tidak tamat ASI Eksklusif
Sedang mendapatkan ASI Eksklusif
Total
41
a. Berapa jumlah Posyandu di wilayah binaan?
Jumlah
* S dan K diambil data bulan saat pengkajian (Juni
atau Desember)
** D dan N diambil data rata-rata 6 bulang terakhir.
42
Jumlah Kader Jumlah Jumlah Jumlah
Kader Kader yang Kader
Meran Pernah dengan
Nama
Tidak gkap Mendapatk Tingkat
Posyandu Aktif
Aktif Kader an Pendidika
PAUD/ Pelatihan n minimal
BKB Posyandu SMA
Jumlah
Jumlah
43
Pokjanal Desa/ Ada disetiap Desa/ Kelurahan
Kelurahan Ada tapi belum disetiap Desa/
Kelurahan
Belum ada
Pokjanal Ada dan aktif
Kecamatan Ada namun kurang aktif
belum ada
* Beri tanda ceklist pada kondisi yang dijumpai.
Jumlah
(%)
44
* Beri tanda ceklist pada kondisi yang dijumpai.
Jumlah
(%)
* Beri tanda ceklist pada kondisi yang dijumpai.
45
mampu melakukan (%)
3. Keamanan
a. Adakah kasus kekerasan pada anak yang terjadi di
wilayah binaan?
b. Adakah kasus penculikan/ pencurian anak terjadi di
wilayah binaan?
c. Apakah kegiatan penimbangan berlangsung dengan
aman di setiap Posyandu? Pernahkah ada kejadian bayi/
balita jatuh atau tertimpa timbangan saat hari buka
Posyandu?
Jumlah
Kelompok Balita PAUD
POSPAUD
swasta
Usia 2 – 3 tahun
46
Usia 3 – 5 tahun
Jumlah
47
3. Persepsi umum masyarakat tentang kesehatan
a. Apakah ada persepsi atau keyakinan masyarakat yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip kesehatan,
khususnya kesehatan bayi/ balita? Jika ada, jelaskan.
b. Adakah kebiasaan-kebiasaan di masyarakat yang
membahayakan kesehatan bayi/ balita?
B. Diagnosis Risiko
1. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
bayi/ balita dari keluarga miskin (kurang dari kebutuhan)
di wilayah X berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memberikan kebutuhan gizi yang baik pada
anak.
2. Risiko kecelakaan pada balita di wilayah x berhubungan
dengan terdapatnya ancaman lingkungan fisik yang
berbahaya bagi bayi/ balita
3. Risiko terjadinya kekerasan pada bayi/ balita di wilayah
x berhubungan dengan ketidakmampuan orang tua
mengembangakan pola asuh yang tepat pada anak
4. Risiko gangguan tumbuh kembang pada bayi/ balita di
49
wilayah x berhubungan dengan ketidaktahuan orang tua
tentang tumbuh kembang balita
C. Diagnosis Potensial
1. Potensial peningkatan peran serta aktif masyarakat
dalam bidang kesehatan bayi/ balita di wilayah x
2. Potensial peningkatan jumlah atau strata Posyandu di
wilayah x
3. Potensial peningkatan jumlah dan kemampuan kader
dalam pelaksanaan Posyandu di wilayah x
4. Potensial peningkatan sarana dan prasarana Posyandu di
wilayah x
5. Potensial peningkatan kualitas pelayanan Posyandu di
wilayah x
6. Potensial pembentukan POSPAUD terintegrasi BKB di
wilayah x
53
V. EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
Evaluasi merujuk kepada pengukuran dan penetapan dari
efektifitas dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan. Evaluasi
merupakan tindakan penyelidikan yang mengaitkannya dengan
indikator keberhasilan. Dalam asuhan keperawatan komunitas,
evaluasi juga dilakukan untuk mengukur mutu pelayanan (quality
of services), program, dan penampilan perawat. Terdapat empat
tipe utama dalam melakukan evaluasi:
1. Evaluasi Proses
Evaluasi proses bertujuan untuk memastikan apakah kita
melakukan sesuai yang kita rencanakan. Dalam melakukan evalusi
proses, terdapat beberapa pertanyaan yang harus dijawab:
a. Apakah program/ kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
apa yang direncakan?
b. Apakah program/ kegiatan tepat sasaran seperti yang
telah direncanakan?
c. Bagaimana tanggapan peserta terhadap program/
kegiatan?
d. Bagaimana pembagian tugas dan sumber daya antara
perawat (tenaga kesehatan) dengan partisipan?
2. Evaluasi Output
Evaluasi output berfokus pada pengukuran hasil seketika dari
program/ kegiatan pada kelompok sasaran. Evaluasi ini mengukur
pengetahuan, kemampuan/ keterampilan, dan sikap sasaran
sehubungan dengan kegiatan. Evaluasi output juga dapat
mengukur hasil pada lingkungan setelah program/ kegiatan.
Evaluasi output mengacu kepada indikator. Contoh evaluasi
output diantaranya adalah:
a. Mengukur pengetahuan peserta setelah tindakan
penyuluhan
b. Mengukur motivasi peserta setelah tindakan pembinaan
54
c. Mengukur keterampilan kader dalam mengisi KMS
setelah pelatihan Posyandu.
3. Evaluasi Outcome
Evaluasi outcome berfokus pada dampak jangka menengah
dari program/ kegiatan. Evaluasi outcome dapat berupa perubahan
perilaku yang dihasilkan dari program/ kegiatan. Contoh :
Keberlanjutan program, Peningkatan kualitas kegiatan Posyandu,
peningkatan jenis pelayanan di Posyandu, peningkatan jumlah D/S
di Posyandu, kenaikan berat badan bayi/ balita, meningkatnya
jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif, meningkatnya jumlah
kader yang aktif, dll.
4. Evaluasi Dampak
Evaluasi dampak berfokus pada evaluasi jangka panjang dari
program/ kegiatan. Evaluasi dampak dapat berupa mengkaji
peningkatan derajat kesehatan, sustainibilty program, hubungan
kemitraan, dll. Evaluasi dampak dapat dilakukan dengan
bekerjasama dengan instansi/ lembaga yang relevan, seperti
Kecamatan, Kelurahan, dll.
56
asuhan keperawatan yang diaplikasikan pada kelompok khusus anak
usia sekolah di sekolah dan masyarakat di lembaga pemasyarakatan.
1. Pengkajian umum
Kaji nama, jenis kelamin, tempat tgl. Lahir, alamat,
pendidikan, agama, dan suku penghuni Lapas
2. Pengkajian Fisik
Kaji keadaan umum warga binaan, tanda-tanda vital, status
gizi, riwayat penyakit, dan alat bantu yang dipakai.
3. Pengkajian Epidemiologi
Perawat perlu mengkaji klien secara individu untuk
mengetahui masalah kesehatan fisik. Perawat perlu untuk
mengidentifikasi masalah yang memiliki kejadian yang tinggi di
institusi. Area yang perlu diperhatikan meliputi penyakit
menular (TBC, HIV/AIDS, hepatitis B dan penyakit seksual
lainnya), penyakit kronik, cedera dan kehamilan :
1. Penyakit menular meliputi :
o TBC
Perawat sebaiknya menanyakan gejala dan riwayat
penyakit agar pasien yang terinfeksi dapat diisolasi.
o HIV AIDS
Perawat mengkaji riwayat HIV, perilaku beresiko tinggi
dan riwayat atau gejala infeksi oportunistik yang
mungkin terjadi pada semua tahanan.
57
o Hepatitis B dan penyakit seksual lain
Perawat mengkaji riwayat penyakit menular seksual dan
hepatitis B serta waspada adanyatanda fisik dan gejala
penyakit ini.
2. Penyakit kronis yang biasa terjadi antara lain : diabetes,
hipertensi, penyakit jantung, dan paru serta kejang.
Perawat harus mengkaji dengan tepat riwayat kesehatan
dari warga binaan, anggota keluarga dan pemberi
pelayanan kesehatan di komunitas. Perawat harus
mengkaji adanya penyakit / kondisi kronik pada warga
binaan dan mengidentifikasi masalah dengan tingkat
kejadian yang tinggi di institusi / populasi dimana ia
bekerja.
3. Cedera
Merupakan area lain dari fungsi fisiologis yang harus dikaji
oleh perawat. Cedera mungkin diakibatkan karena
aktivitas sebelum penahanan, tindakan petugas atau
kecelakaan yang terjadi selama di tahanan. Perawat harus
memperhatikan potensial terjadinya cedera internal dan
mengkaji tanda – tanda trauma.
4. Kehamilan
Kaji kehamilan mengenai usia kehamilan, keluhan fisik
yang dirasakan, kehamilan keberapa, posisi bayi dan
rencana melahirkan.
Preventif
Pemeliharaan kesehatan individu yang sakit
Pendidikan tahap awal pada warga binaan pada saat awal
masuk ke Lapas
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemeriksaan dan
pengobatan PMS Secara berkala.
Konseling Individu untuk merubah perilaku sex dan
penggunaan kondom
Kuratif
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain atau RS bagi Warga
binaan dengan PMS yang harus dirujuk
Diagnosis 3
Tujuan
Tujuan Umum:
Semua Warga Binaan tidak mengalami kecemasan
Tujuan Khusus:
1. Warga binaan dapat menerima perubahan konsep diri
sebagai warga binaan
2. Warga binaan mampu membina hubungan saling percaya.
3. Warga binaan mampu melakukan aktifitas sehari-hari.
4. Warga binaanmampu Mengekspresikan dan
64
mengidentifikasi tentang kecemasannya.
5. Warga binaanmampu mengidentifikasi situasi yang
menyebabkan cemas.
6. Warga binaan mampu Meningkatkan kesehatan fisik dan
kesejahteraannya.
7. Warga binaan mampu klien terlindung dari bahaya.
Rencana TIndakan
o Lakukan kegiatan pengenalan lingkungan (Mapenaling)
pada warga binaan baru.
o Dorong warga binaan untuk aktif mengikuti kegiatan di
Lembaga Pemasyarakatan (keagamaan dan olahrga)
o Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
pembinaan keluarga warga binaan
o Koordinasi dengan Puskesmas/pengelola program
kesehatan jiwa Puskesmas setempat untuk konseling
Diagnosis 4
Tujuan
Tujuan Umum:
Harga diri rendah dapat teratasi
Tujuan Khusus:
1. Warga binaan dapat mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
2. Warga binaan dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan
3. Warga binaan dapat menetapkan / memilih kegiatan yang
sesuai kemampuan
4. Warga binaan dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih
sesuai kemampuan
5. Warga binaan dapat menyusun jadwal untuk melakukan
kegiatan
65
Rencana Tindakan
o Identifikasi kemampuan dan asek positif yang dimiliki
o Nilai kemampuan yang dapat digunakan
o Bantu memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
o Latih kemampuan yang dipilih
o Bantu membuat daftar kegiatan sehari hari
o Fasilitasi kegiatan yang diminati
o Lakukan terapi aktifitas kelompok yang sesuai
Diagnosis 5
Tujuan
Tujuan Umum:
Tidak terjadi penularan TB paru pada warga binaan
Tujuan Khusus:
1. Teratasinya penyakit TBC pada warga binaan di Lapas
2. Terjadinya peningkatan pengetahuan warga binaan tentang
TBC
3. Terbentuknya perilaku positif warga binaan dalam
mencegah penularan TBC
4. Terciptanya lingkungan Lapas yang sehat
Rencana Tindakan
o Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian,
penyebab, penularan, pengobatan dan perawatan penyakit
TB Paru.
o Lakukan skrining TB Paru pada warga binaan yang diduga
menderita penyakit TB Paru.
o Lakukan isolasi pada penderita TB Paru
o Tingkatkan kebersihan lingkungan hunian warga binaan
o Kolaborasi dengan Tim Medis untuk pengobatan TB Paru
o Tingkatkan kesehatan warga binaan yang menderita TB
Paru
66
o Bentuk PMO
Diagnosis 6
Tujuan
Tercapainya derajat kesehatan optimal dari warga binaan
Rencana Tindakan
o Bina perilaku hidup bersih dan sehat
o Dorong pemanfaatan waktu kepada aktifitas yang positif
o Bentuk kelompok peduli kesehatan sesuai keadaan
IV. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan pada perencanaan.
V. Dokumentasi
Perawat mendokumentasikan semua proses keperawatan yang
dilakukan
I. Pengkajian
Dimensi Fisik
1. Usia
a. Komposisi usia populasi anak sekolah (siswa laki–laki
dan guru laki-laki dan perempuan)
b. Apakah terdapat anak dengan keterlambatan
perkembangan
c. Apakah terdapat perkembangan yang spesifik
67
berhubungan dengan populasi siswa (perkembangan
seksual, kesehatan reproduksi, psikologi siswa)
2. Genetik
a. Bagaimana proporsi siswa laki-laki dan perempuan
b. Ras/ suku/ etnik populasi
c. Genetik yang dapat menurunkan ke anak dari orang
tua?
d. Jenis penyakit yang diderita?
3. Fungsi Fisiologis
a. Adakah masalah kesehatan (prevalence jenis penyakit)
b. Insidens penyakit menular?
c. Apakah terdapat siswa yang mengalaminya?
d. Bagaimana cakupan imunisasi?
Dimensi Psikologis
1. Adakah promosi kesehatan yang dilakukan?
2. Bagaimana kualitas hubungan antar siswa?
3. Tipe disiplin yang digunakan di sekolah? Apakah tepat? Fair
dan konsisten dilakukan?
4. Apakah ada tekanan pada siswa untuk penampilan?
5. Bagaimana kualitas hubungan antara orang tua dengan
sekolah?
DimensiFisik Sekolah
1. Letak lokasi sekolah? Apakah terdapat hazard dekat sekolah
(polusi, kimia, alat)?
2. Adakah area untuk bermain yang aman? Apakah alat
permainan aman?
3. Apakah terdapat binatang di lingkungan sekolah?
4. Apakah terdapat tanaman beracun/ alergik di lingkungan
sekolah?
5. Keadaan di lingkungan sekolah: panas, penerangan,
68
ventilasi?
6. Tingkat kebisingan lingkungan sekolah?
7. Apakah kebersihan makanan adekuat untuk mencegah
penyakit menular, kecacingan?
8. Apakah fasilitas toilet baik dan adekuat?
9. Adakah bahaya listrik?
Dimensi Sosial
1. Bagaimana sikap masyarakat terhadap pendidikan?
2. Apakah masyarakat mendukung terhadap program
sekolah?
3. Bagaimana keamanan lingkungan sekolah?
4. Apa sumber daya yang ada di lingkungan sekolah?
5. Bagaimana status social ekonomi siswa dan staf?
6. Latar belakang budaya siswa dan staf?
7. Tipe lingkungan rumah siswa? Kemungkinan terjadinya
kekerasan?
8. Latar belakang pendidikan orang tua siswa?
9. Adakah siswa yang tuna wisma?
10. Apakah terdapat konflik antargroup di populasi sekolah?
Dimensi Perilaku
1. Polakonsumsi
a. Apa kebutuhan nutrisi dan status nutrisi siswa dan staf?
b. Apa program peningkatan kualitas nutrisi sekolah?
c. Pengetahuan tentang nutrisi siswa, guru dan keluarga?
d. Kebiasaan merokok siswa dan staf?
2. Latihan dan aktivitas
a. Apa pola istirahat dan aktivitas di sekolah?
b. Kesempatan danjenis rekreasi?
c. Keamanan alat saat olah raga?
3. Penggunaanpengobatan
a. Adakah populasi sekolah yang melakukan pengobatan
69
rutin? Apa jenis pengobatannya?
Dimensi Sistem Kesehatan
1. Apakah pelayanan kesehatan ada di sekolah?
2. Bila ada apakahadekuat?
IV. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan terhadap input (jumlah pihak sekolah
dan siswa yang berpartisipasi, dukungan dana kegiatan yang
didapatkan, dll), proses (keterlibatan pihak sekolah dan siswa
dalam kegiatan upaya kesehatan di sekolah), dan output (angka
temuan kasus, derajat kesehatan siswa, pengetahuan siswa,
keterampilan siswa, angka kesakitan, cakupan imunisasi, dll).
V. Dokumentasi
Perawat mendokumentasikan semua proses keperawatan yang
dilakukan
71
4.1.2.3.1 Pembinaan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat)
Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
merupakan sarana untuk mendorong pemberdayaan masyarakat
di bidang kesehatan agar dapat menolong dirinya sendiri, dalam
mencegah dan mengendalikan penyakit, untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Perawat seyogyanya dapat memfasilitasi
pembentukan dan pembinaan UKBM-UKBM yang diperlukan
masyarakat.
Perawat memegang peranan penting dalam menjalankan
fungsinya, pada berbagai upaya kesehatan pemberdayaan
masyarakat, seperti posyandu, posbindu, desa/RW siaga,
surveilance berbasis masyarakat dan kegiatan UKBM lainnya.
Perawat dapat melakukan kerja sama dengan petugas kesehatan
lain saat melaksanakan kegiatan yang memerlukan kemampuan
teknis tertentu yang bukan kewenangan perawat.
Pada dasarnya, kegiatan pemberdayaan masyarakat
adalah suatu proses pengorganisasian masyarakat agar mampu
mengenali masalahnya sendiri serta merancang tindakan-
tindakan pemecahan masalah secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Kegiatan pengorganisasian
masyarakat dapat dilakukan melalui survey mawas diri (SMD)
dan musyawarah masyarakat (MMRW, MMDesa/ Kelurahan,
MMKecamatan).
72
Survey Mawas Diri
73
Musyawarah Masyarakat
75
4.1.3 Pencatatan & pelaporan
Pendokumentasian kegiatan merupakan kegiatan yang sangat
penting sebagai salah satu output dari kegiatan / pelayananyang
diberikan.Dokumentasi hasil kegiatan bisa berupa :
1) Asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan
2) Register pelayanan klien (pusling)
3) Kohort bayi, ibu, balita dan KB
4) Catatan imunisasi
5) Daftar hadir dan notulen (kegiatan penyuluhan / pertemuan)
6) Data penemuan kasus penyakit
7) Log book / visum kegiatan staf
4.2.1 Persiapan
a. Pengkajian Kebutuhan Pembelajaran
Pengkajian kebutuhan pembelajaran dilakukan oleh
perawat koordinator perkesmas dan pembimbing praktek dari
76
institusi pendidikan. Sebelum mulai terjun ke lapangan, harus
dikaji dengan baik kebutuhan belajar peserta didik baik yang
meliputi kompetensi yang akan dicapai selama praktik.
Penetapan kebutuhan pembelajaran dilakukan oleh
pihak pendidikan dan dikomunikasikan ke pihak pelayanan.
Kesiapan pembelajaran dilapangan ditetapkan oleh perawat
koordinator Perkesmas. Setelah ada kesepakatan antara
pendidikan dan pelayanan, kemudian peserta didik harus
mengikuti pembekalan dan tes.
Pembekalan dan tes dilakukan untuk mengidentifikasi
kesiapan peserta didik dalam penguasaan pengetahuan,
keterampilan maupun sikap prasyarat praktik lapangan. Proses
pembelajaran dapat ditempuh hanya oleh peserta didik yang
mengikuti pembekalan dan lulus tes, sedangkan yang tidak
lulus harus mengikuti program pembelajaran di laboratorium
Sentra Keperawatan sampai dinyatakan lulus.
b. Sumber Belajar
Sumber belajar harus dipersiapkan sebelum praktik dimulai,
meliputi:
1) Pembimbing : tentukan pembimbing yang terdiri
dari pembimbing dari pihak pendidikan dan pembimbing
dari puskesmas/ dinas kesehatan kab/kota.
2) Sarana dan prasarana praktik (sesuai dengan Pedoman
Pengelolaan Sentra Keperawatan), persiapan sarana dan
77
prasarana di PKM setempat. Sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam kegiatan pendidikan/ pelatihan dalam
Sentra Keperawatan di Puskesmas adalah:
Ruangan yang akan dijadikan Sentra Keperawatan
dimana ruangan ini dijadikan pusat pelayanan
untuk keperawatan kesehatan masyarakat (lintas
program), penyimpanan data – data pendukung
perkesmas
Visualisasi data kesehatan masyarakat
Visualisasi data sasaran
Visualisasi sumber daya
Media edukasi bagi masyarakat seperti model,
poster, leaflet, dll.
c. Persiapan Lahan Praktik
Daerah yang akan digunakan untuk praktik ditentukan
bersama oleh pihak pelayanan dan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan kesesuaian antara kebutuhan belajar dan kebutuhan
masyarakat. Sebelum menurynkan peserta didik ke masyarakat
harus diperoleh persetujuan dari pemerintah daerah setempat
sesuai dengan aturan yang berlaku.
4.2.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pendidikan/ pelatihan meliputi:
78
a. Sosialisasi Sentra Keperawatan dilakukan oleh Puskesmas
bersama-sama institusi pendidikan, dengan mengundang
berbagai lintas Program dan Lintas Sektoral. Pada pertemuan
tersebut dihadirkan pemuka masyarakat (Camat, Lurah/
kades/kuwu, konsil kesehatan kecamatan, Polsek, koramil,
Kepala Sekolah, Kader kesehatan, Pemuka Agama dll). Pada
pertemuan tersebut disampaikan tentang tujuan , sasaran
waktu dan mekanisme kerja. Selain itu diharapkan pihak
lintas sektoral memberikan masukan mengenai penanganan
masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja.
b. Puskesmas menentukan darbin yang akan dikelola bersama-
sama institusi pendidikan, dengan melihat permasalahan
kesehatan setiap daerah binaan berdasarkan hasil lokakarya
mini bulanan dan triwulanan di wilayah kerja Puskesmas
tersebut. Puskesmas dan institusi pendidikan bersama-sama
menentukan jumlah mahasiswa yang akan ditempatkan di
daerah binaan dengan mempertimbangkan lokasi, jumlah
sasaran dan besaran masalah kesehatan yang ada. Penetapan
urutan daerah binaan sesuai dg kebutuhan mayarakat dan
jumlah mahasiswa/ peserta pelatihan.
c. Pembuatan kelompok dan penunjukan ketua kelompok
mahasiswa serta pembimbing dilakukan oleh institusi
pendidikan, sedangkan pembimbing dari Puskesmas
ditentukan oleh pihak Puskesmas.
79
d. Kalau perlu dibuat kontrak kerja antara tokoh masyarakat dan
ketua kelompok mahasiswa.
e. Pelaksanaan seluruh proses keperawatan bagi klien, baik di
dalam gedung maupun diluar gedung Puskesmas dilakukan
oleh perawat puskesmas , mahasiswa dan dosen
pembimbing.Pelayanan mahasiswa di sentra keperawatan
dibuat terjadwal dan mahasiswa diberikan target kompetensi
yang harus dicapai
80
hendak dicapai baik dari aspek pendidikan maupun
pelayanan ( dapat dilakukan berupa diskusi refleksi kasus)
b. Pelaksanaan evaluasi akhir praktik(proses, hasil, umpan
balik dan rencana perbaikan untuk program berikutnya).
Dengan melibatkan Pendidikan, Puskesmas, Masyarakat
dan Dinkes setempat. Pada akhir program praktik
dilakukan evaluasi terhadap:
Hasil pembelajaran, dimana dilakukan observasi dan
responsi terhadap hasil belajar peserta didik oleh
pembimbing dari institusi pendidikan keperawatan
dan pelayanan
Proses dan program pembelajaran lapangan,
Evaluasi dampak praktik mahasiswa terhadap
masyarakat.
c. Pencatatan dan pelaporan
81
b. Mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber daya manusia dan
saranan yang dapat digunakan dalam bimbingan penelitian;
c. Memfasilitasi kegiatan penelitian di lapangan berupa
penyediaan data dasar, pembimbing, dan konsultasi
penelitian;
d. Pembuatan proposal penelitian;
e. Teknik operasional kegiatan penelitian lapangan;
f. Proses pelaksanaan pengambilan data di lapangan;
g. Pengolahan dan analisis hasil penelitian dengan menggunakan
berbagai aplikasi computer;
h. Pembuatan laporan penelitian;
i. Mengevaluasi kegiatan bimbingan praktek keperawatan di
masyarakat sebagai bagian dari bimbingan penelitian;
j. Melaksanakan kegiatan desiminasi hasil penelitian .
82
4.3.1 Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian dimaksudkan sebagai sarana
pengembangan dan pemantapan keilmuan bidang keperawatan dan
kesehatan masyarakat, baik dilaksanakan oleh staf edukatif maupun
petugas kesehatan lainnya. Kegiatan penelitian ini berupa :
1. Mengidentifikasi masalah-masalah yang perlu diteliti di
lapangan;
2. Menyusun dan mempromosikan proposal penelitian lapangan
3. Mengumpulkan data kesehatan masyarakat secara terus
menerus sebagai bagian kegiatan penelitian di lapangan;
4. Melakukan kegiatan penelitian secara berkesinambungan
dalam kerangka kegiatan mandiri maupun kerjasama dengan
stake holder lain;
5. Pembuatan laporan akhir penelitian;
6. Mengembangkan model pelayanan dan pendidikan
keperawatan yang memungkinkan dapat menunjang kegiatan
penelitian;
7. Membentuk kelompok peer review melalui kerjasama
dengan berbagai pihak terkait dalam rangka kegiatan
penelitian.
84
BAB V
KEGIATAN PUSAT INFORMASI KESEHATAN DALAM
SENTRA KEPERAWATAN DI PUSKESMAS
85
f. Data penelitian yang pernah dilakukan meliputi:
topik/masalah penelitian, metode penelitian, dan hasil
penelitian.
Dokumentasi dapat disimpan dalam bentuk:
a. Asuhan keperawatan
b. Visualisasi data
c. Dokumen Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
d. Visum kegiatan pendidikan/pelatihan
e. Abstrak dan laporan penelitian
Data-data tersebut diarsipkan di Sentra Keperawatan.
86
DAFTAR PUSTAKA
87
88