HIDROSEFALUS
Disusun Oleh :
Muhammad Arif Rahman 20360007
Zulfa Yusdinar Aini 20360123
Putri Weni 102119096
Pembimbing :
dr. Luhu A. Tapiheru, Sp.S
i
ii
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Laporan Kasus ini guna memenuhi persyaratan kapaniteraan klinik senior di
bagian Neurologi Rumah Sakit Haji Medan dengan judul “Hidrosefalus”
Shalawat dan salam tetap terlafatkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita ke zaman yang
penuh ilmu pengetahuan, beliau adalah figur yang senantiasa menjadi contoh suri
tauladan yang baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen pembimbing KKS di bagian Neurologi. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan Laporan Kasus ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam cara
penulisan maupun penyajian materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sehingga bermanfaat dalam penulisan
Laporan Kasus selanjutnya. Semoga Laporan Kasus ini bermanfaat bagi pembaca
dan terutama bagi penulis.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Penulis
DAFTAR ISI
iii
HALAMAN
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrosefalus berasal dari kata “hidro” yang berarti air dan “chepalus” yang
berarti kepala. Meskipun hidrosefalus dikenal sebagai “air di otak”, “air" ini
sebenarnya cairan serebrospinal (CSS) yaitu cairan bening yang mengelilingi
otak dan sumsum tulang belakang. Dari istilah medis, hidrosefalus dapat
diartikan sebagai penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang
berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini
disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan
absorpsi dari CSS. Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer
serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural.
Hidrosefalus juga bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik CSS. Kondisi
seperti cerebral atrofi juga mengakibatkan peningkatan abnormal CSS dalam
susunan saraf pusat (SSP).
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Klasifikasi
Hidrosefalus dapat dikelompokkan berdasarkan dua kriteria besar yaitu
secara patologi dan secara etiologi.2
Hidrosefalus Patologi dapat dikelompokkan sebagai:
1. Obstruktif (non-communicating) - terjadi akibat penyumbatan
sirkulasi CSS yang disebabkan oleh kista, tumor, pendarahan, infeksi,
cacat bawaan dan paling umum, stenosis aqueductal atau
penyumbatan saluran otak.
2. Non – obstruktif (communicating) - dapat disebabkan oleh gangguan
keseimbangan CSS, dan juga oleh komplikasi setelah infeksi atau
komplikasi hemoragik.
Hidrosefalus Etiologi dapat dikelompokkan sebagai:
1. Bawaan (congenital) - sering terjadi pada neonatus atau berkembang
selama intra-uterin.
2. Diperoleh (acquired) – disebabkan oleh pendarahan subarachnoid,
pendarahan intraventrikular, trauma, infeksi (meningitis), tumor,
komplikasi operasi atau trauma hebat di kepala.
C. Etiologi
Hidrosefalus terjadi karena gangguan sirkulasi likuor di dalam sistem
ventrikel atau oleh produksi likuor yang berlebihan. Hidrosefalus terjasi bila
6
terdapat penyumbatan aliran likuor pada salah satu tempat, antara tempat
pembentukan likuor dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang
subarachnoid. Penyebab penyumbatan aliran cairan serebrospinal yang sering
terdapat pada bayi dan anak yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma dan
perdarahan.3
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Akuaduktus Sylvius- merupakan penyebab terbanyak.
60%-90% kasus hidrosefalus terjadi pada bayi dan anak-anak.
Umumnya terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada
bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida – berhubungan dengan sindroma
Arnord-Chiari akibat tertariknya medulla spinalis, dengan medulla
oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi
foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau
total.
c. Sindrom Dandy-Walker - atresiakongenital foramen Luschka dan
Magendi dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran
system ventrikel, terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian
besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fossa
posterior.
d. Kista arachnoid - dapat terjadi congenital maupun didapat akibat
trauma sekunder suatu hematoma.
e. Anomali pembuluh darah – akibat aneurisma arterio-vena yang
mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau
sinus tranversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.
2. Infeksi - Timbul perlekatan menings sehingga terjadi obliterasi ruang
subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta
terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat
purulen di akuaduktus Sylvius atau sisterna basalis. Pembesaran kepala
dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh
dari meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan jaringan
piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat
7
b. CT-Scan
Dengan menggunakan CT Scan, kita dapat menentukan ukuran dari
ventrikel.Jika terdapat tumor atau obstruksi, maka dapat ditentukan lokasi
dan ukuran dari tumor tersebut.Pada pasien dengan hidrosefalus akan
tampak dilatasi dari ventrikel pada foto CT Scan serta dapat melihat posisi
sumbatan yang menyebabkan terjadinya hidrosefalus. Dengan CT-Scan
saja hidrosefalus sudah bisa ditegakkan.
c. MRI
10
ditentukan lokasi dan ukuran dari tumor tersebut. Selain itu pada MRI
potongan sagital akan terlihat penipisan dari korpus kalosum.
F. Diagnosis Banding
1. Holoprosencephaly
Holoprosencephaly muncul karena kegagalan proliferasi dari
jaringan otak untuk membentuk dua hemisfer. Salah satu tipe terberat
dari holoprosencephaly adalah bentuk alobaris karena biasa diikuti oleh
kelainan wajah, ventrikel lateralis, septum pelusida dan atrofi nervus
optikus. Bentuk lain dari holoprosencephaly adalah semilobaris
holoprosencephaly dimana otak cenderung untuk berproliferasi menjadi
dua hemisfer. Karena terdapat hubungan antara pembentukan wajah dan
proliferasi saraf, maka kelainan pada wajah biasanya ditemukan pada
pasien holoprosencephaly.
2. Hydraenchepaly
Hydranencephaly muncul karena adanya iskemik pada distribusi
arteri karotis interna setelah struktur utama sudah terbentuk. Oleh karena
itu, sebagian besar dari hemisfer otak digantikan oleh CSS. Adanya falx
cerebri membedakan antara hydranencephaly dengan holoprosencephaly.
13
Jika kejadian ini muncul lebih dini pada masa kehamilan maka hilangnya
jaringan otak juga semakin besar. Biasanya korteks serebri tidak
terbentuk, dan diharapkan ukuran kepala kecil tetapi karena CSS terus di
produksi dan tidak diabsorbsi sempurna maka terjadi peningkatan TIK
yang menyebabkan ukuran kepala bertambah dan terjadi ruptur dari falx
serebri.
3. Atrofi Serebri
Secara progresif volume otak akan semakin menurun diikuti
dengan dilatasi ventrikel karena penuaan. Tetapi Atrofi didefinisikan
sebagai hilangnya sel atau jaringan, jadi atrofi serebri dapat didefinisikan
sebagai hilangnya jaringan otak (neuron dan sambungan antarneuron).
Biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit degeneratif seperti multiple
sklerosis, korea huntington dan Alzheimer. Gejala yang muncul
tergantung pada bagian otak yang mengalami atrofi. Dalam situasi ini,
hilangnya jaringan otak meninggalkan ruang kosong yang dipenuhi
secara pasif dengan CSS.
G. Penatalaksanaan
a. Non Bedah
Pemakaian terapi medikamentosa ditujukan untuk membatasi
evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari
pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya . Pada dasarnya
obat-obatan yang diberikan adalah duretika seperti asetazolamid dan
furosemid. Cara ini hanya efektif pada hidrosefalus tipe non obstruktif
dimana terjadi sekresi CSS atau hambatan absorpsi CSS.4
Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi tidak
memerlukan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25-50
mg/kgBB. Pada keadaan akut dapat diberikan manitol. Diuretik dan
kortikosteroid dapat diberikan walaupun hasinya kurang memuaskan.4
b. Bedah
Metode operasi yang biasa dilakukan sebagai terapi definitif pada kasus
hidrosephalus yaitu operasi pintas (shunting).5
14
a) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk
terapi hidrosefalus tekanan normal.
b) Internal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
1. Ventriculoperitoneal (VP) shunt - Cara yang paling umum untuk
mengobati hidrosefalus. Dalam ventriculoperitoneal (VP)
shunting, tube dimasukkan melalui lubang kecil di tengkorak ke
dalam ruang (ventrikel) dari otak yang berisi cairan serebrospinal
(CSF). Tube ini terhubung ke tube lain yang berjalan di bawah
kulit sampai ke perut, di mana ia memasuki rongga perut (rongga
peritoneal). Shunt memungkinkan CSS mengalir keluar dari
ventrikel dan ke rongga perut di mana ia diserap. Biasanya, katup
dalam sistem membantu mengatur aliran cairan.
2. Ventriculoatrial (VA) shunt – yang juga disebut sebagai
”vascular shunt”. Dari ventrikel serebri melewati vena jugularis
dan vena cava superior memasuki atrium kanan. Pilihan terapi ini
dilakukan jika pasien memiliki kelainan abdominal (misalnya
peritonitis, morbid obesity, atau setelah operasi abdomen yang
luas).
3. Ventriculosisternal – CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-
Kjeldsen)
4. Ventriculobronkhial – CSS dialirkan ke bronkus
5. Ventriculomediastinum – CSS dialirkan ke mediastinum
15
BAB III
LAPORAN KASUS
Umur : 50 Tahun
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama :
Telaah :
ANAMNESA TRAKTUS
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter : Tidak Ada
Faktor Familier : Tidak Ada
Lain-lain : Tidak Ada
ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran & Pertumbuhan : Normal
Imunisasi : Tidak Ingat
Pendidikan : SLTP / Sederajat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Perkawinan dan Anak : Cerai Mati, Jumlah Anak: 3
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah : 150/110 mmHg
Nadi : 101x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Temperatur : 38,5 oC
Kulit dan selaput lender : Ikterik (-), ruam (-), konjungtiva anemis (-)
Kelenjar dan getah bening : Dalam Batas Normal
Rongga Dada
Inspeksi : Normochest, Simetris kanan =kiri
Palpasi : Massa (-), Stem fremitus (kanan=kiri)
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Ronkhi (-)
Rongga Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), massa(-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
GENITALIA
Toucher : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
atas, tengah,
bawah.
Ukuran pupil Isokor (3mm) Isokor (3mm)
Reflek direct + +
Trochlearis Gerakan mata
Sulit dinilai
medial ke bawah
Trigeminus Menggigit (+)
Menggerakkan Sulit dinilai
rahang (+)
Refleks trigeminal
Abduscent Gerakan mata ke
Sulit dinilai
lateral
Facialis Otot wajah saat
istirahat :
Lipatan dahi Simetris kiri dan kanan
Sudut mata Simetris kiri dan kanan
Sulkus nasolabialis Menurun pada sisi kiri
Sudut mulut Menurun pada sisi kiri
Mengangkat alis - -
Menutup mata + +
Meringis Sulit dinilai
Menggembungkan - -
pipi
Vestibulocochlear Pemeriksaan + +
mendengar
Tidak dilakukan
pemeriksaan
dengan garputala
Glossopharyngeus Arcus faring
terangkat (+)
Refleks muntah (+)
Vagus Bersuara (+)
Menelan (+)
Accesorius Memalingkan
kepala (sulit
dinilai)
Mengangkat bahu
19
tidak dilakukan
Hypoglosus Menjulurkan lidah
(sulit dinilai)
o Sistem motorik
2 2
2 2
o Refleks fisiologis
Refleks biseps (-), refleks triseps (-), refleks brachio radialis (-),
refleks patella (-), refleks achilles (-) sulit dievaluasi
o Refleks patologis
Refleks Hoffman-Trommer (+), Refleks Babinski (+), refleks
Oppenheim (+),refleks gordon (+), refleks Schaefer (+), refleks
Chaddock (+)
o Fungsi otonom
Miksi (+) normal, defekasi (+) normal
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Anamnesis
Keluhan Utama : Penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu
Telaah : Pasien Perempuan 50 tahun diantar keluarga ke RSU Haji
medan dengan Penurunan Kesadarn yang dialami sejak 1 hari yang lalu.
Sebelumnya pasien mengalami kelemahan pada anggota gerak kiri disertai adanya
nyeri kepala hebat sejak 2 minggu yang lalu.
STATUS PRESENT
Tekanan Darah : 126/77 mmHg
Nadi : 117x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Temperatur : 36,3oc
GEJALA PIRAMIDAL
Hemiparesis : +
GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Tremor :+
Rigiditas :-
Bradikinesia : -
REFLEKS FISIOLOGI : Tetraparesis
REFLEKS PATOLOGIS : Babinski (+) dextra-sinistra, Oppenheim (+)
dextra, Hoffman-Tromner (+) dextra-sinistra
SISTEM MOTORIK
Trofi : Hipotrofi Hipotrofi
Tonus Otot : Hipotonus Hipotonus
44444 44444
Kekuatan Otot : ESD : ESS :
44444 44444
55555 55555
EID : EIS :
55555 55555
Sikap (duduk-berdiri-berbaring) : Berbaring
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Hasil Satuan
Darah Rutin
Hemoglobin 13.9 g/dl
Eritrosit 4.54 10^3/uL
Leukosit 9.20 uL
Hematokrit 42.1 %
Trombosit 223000 uL
RDW-CV 15.6 fL
PDW 14.9 %
Index Eritrosit
21
MCV 93 F1
MCH 31 Pg
MCHC 33 %
Jenis Leukosit
Eosinofil% 0 %
Basofil 0 %
N. Stab %
Neutrofil 83 %
Limfosit 11 %
Monosit 6 %
LED mm/jam
Jumlah Total Sel
Total Lymphosit 1.03 ribu/uL
Total Basofil 0,00 ribu/uL
Total Monosit 0.51 ribu/uL
Total Eosinofil 0.02 ribu/uL
Total Neutrofil 7.7 ribu/uL
Elektrolit
Natrium 141 mEg/L
Kalium 3.70 mEg/L
Klorida 101.00 mEg/L
DIAGNOSA
Diagnosa Fungsional :
Diagnosis Etilogi :
Diagnosa Anatomik :
Diagnosa Banding :
Diagnosa Kerja :
PENATALAKSANAAN :
- IVFD RL 20gtt/i
- Inj Ranitidine 25 mg/2ml/ 1 amp/12
Jam
22
KESIMPULAN
Guillain–Barré Syndrome (GBS) merupakan suatu sindroma klinis yang
ditandai adanya paralisis flaksid yang terjadi secara akut berhubungan dengan
proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus
kranialis. Kelainan ini kadang-kadang juga menyerang saraf sensoris, otonom,
maupun susunan saraf pusat. GBS merupakan polineuropati akut, bersifat simetris
dan asendens yang biasanya terjadi dalam 1-3 minggu dan kadang sampai 8
minggu setelah suatu infeksi akut.
Pada sindrom ini sering dijumpai adanya kelemahan yang cepat atau
bisa terjadi paralisis dari tungkai atas, tungkai bawah, otot – otot pernafasan dan
wajah. Sindrom ini dapat terjadi pada segala umur dan tidak bersifat herediter.
Beberapa penelitian menunjukkan beberapa faktor pencetus yang terlibat,
diantaranya infeksi virus, vaksinasi, dan beberapa penyakit sistemik. Manifestasi
klinis berupa kelumpuhan, gangguan fungsi otonom, gangguan sensibilitas, dan
risiko komplikasi pencernaan.
Pemeriksaan penunjang untuk GBS adalah pemeriksaan cairan
serebrospinal, elektromiografi dan MRI. Terapi farmakoterapi dan terapi fisik,
serta prognosis GBS tergantung pada progresifitas penyakit, derajat degenerasi
aksonal, dan umur pasien. Tatalaksana untuk Guillain–Barré Syndrome meliputi
plasmaparesis dan IVIg serta terapi suportif. Tujuan utama penatalaksanaan GBS
adalah mengurangi gejala, mengobati komplikasi, mempercepat penyembuhan
dan memperbaiki prognosisnya. Penegakan diagnosis lebih dini akan memberikan
prognosis yang lebih baik. Komplikasi yang dapat menyebabkan kematian adalah
gagal nafas dan aritmia.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Espay, A.J., 2009. Hydrocephalus. http://emedicine.medscape.com/. February
17th 2010.
2. Milani Sivagnanam and Neilank K. Jha (2012). Hydrocephalus: An Overview,
Hydrocephalus.
3. Perhimpunan dokter spesialis saraf Indonesia. Hidrosefalus. Dalam : Harsono,
Editor. Buku Ajar Neurologi Klinik. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press; 2005. Hal. 209-16.
4. Harold L. Rekate, M.D. January 2003. Hydrocephalusassociation 2nd Edition.
San Francisco, California.
5. Silbernagl, S. Lang, F. Cerebrospinal Fluid Blood-Brain Barrier. In : Color
Atlas of Pathophysiology. New York : Thieme; 2000. p 356-7.
6.