Disusun Oleh :
Syahna Mega A : KHGC 19087
S1 KEPERAWATAN
STIKES KARSA HUSADA
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun Oleh :
Syahna Mega A : KHGC 19087
S1 KEPERAWATAN
STIKES KARSA HUSADA
2019/2020
I. PENDAHULUAN
A. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi
komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam
(Bobak, 2005).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan (prawiroharjo, 2000).
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan (Mohtar,
1998).
B. Fisiologi
Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum, banyak perawat
menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel
(fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium),
Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi). Menurut Hacker dan Moore Edisi 2
adalah :
a. Involusi Rahim Melalui proses katabolisme jaringan, berat rahim dengan cepat menurun
dari sekitar 1000gm pada saat kelahiran menjadi 50 gm pada sekitar 3 minggu masa nifas.
Serviks juga kehilangan elastisnya dan kembali kaku seperti sebelum kehamilan. Selama
beberapa hari pertama setelah melahirkan, secret rahim (lokhia) tampak merah (lokhia rubra)
karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 hari lokhia menjadi lebih pucat (lokhia serosa), dan
dihari ke sepuluh lokheatampak berwarna putih atau kekuning kuningan (lokhia alba).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi 4 jenis:
1. Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum,
warnanya merah karena berisi darah segar dari jaringan sisa-sisa plasenta.
2. Lochia sanguilenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari keempat sampai hari
ketujuh.
3. Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari keempat belas dan
berwarna kuning kecoklatan.
4. Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu post partum .
Munculnya kembali perdarahan merah segar setelah lokia menjadi alba atau serosa
menandakan adanya infeksi atau hemoragi yang lambat. Bau lokia sama dengan bau darah
menstruasi normal dan seharusnya tidak berbau busuk atau tidak enak. Lokhia rubra yang
banyak, lama, dan berbau busuk, khususnya jika disertai demam, menandakan adanya
kemungkinan infeksi atau bagian plasenta yang tertinggal. Jika lokia serosa atau alba terus
berlanjut melebihi rentang waktu normal dan disertai dengan rabas kecoklatan dan berbau busuk,
demam, serta nyeri abdomen, wanita tersebut mungkin menderita endometriosis. (Martin,
Reeder, G., Koniak, 2014).
b. Uterus Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir padat.
Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang menyebabkan rongga
bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran,
namun kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi. (Martin, Reeder, G., Koniak,
2014).
c. Uterus tempat plasenta Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada
akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas
plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini
disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka. Regenerasi
endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan
kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini
mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan
tak dipakai lagi pada pembuangan lokia. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
d.Afterpains Merupakan kontraksi uterus yang intermiten setelah melahirkan dengan
berbagai intensitas. Afterpains sering kali terjadi bersamaan dengan menyusui saat kelenjar
hipofisis posterioir melepaskan oksitosin yang disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin
menyebabkan kontraksi saluran lakteal pada payudara, yang mengeluarkan kolostrum atau air
susu, dan menyebabkan otot otot uterus berkontraksi. Sensasi afterpains dapat terjadi selama
kontraksi uterus aktif untuk mengeluarkan bekuan bekuan darah dari rongga uterus. (Martin,
Reeder, G., Koniak, 2014).
e. Vagina Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti seleum kehamilan,
jaringan suportif pada lantai pelvis berangsur angsur kembali pada tonus semula.
f. Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya Ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal
ini terjadi karena pada waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat tekanan menyebabkan
kolon menjadi kosong, kurang makan, dan laserasi jalan lahir. (Dessy, T., dkk. 2009)
g. Sistem kardiovaskuler Segera setelah kelahiran, terjadi peningkatan resistensi yang nyata
pada pembuluh darah perifer akibat pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang bertekanan rendah.
Kerja jantung dan volume plasma secara berangsur angsur kembali normal selama 2 minggu
masa nifas.
h. Perubahan Sistem Perkemihan Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah
melahirkan sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme sfingter
dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami tekanan kepala janin selama persalinan.
Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan otolitik di dalam uterus (Rukiyah, 2010).
i. Perubahan Tanda-tanda Vital Pada Ibu masa nifas terjadi peerubahan tanda-tanda vital,
meliputi:
1. Suhu tubuh : Pada 24 jam setelah melahirkan subu badan naik sedikit (37,50C-380C)
sebagai dampak dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan yang berlebihan, dan
kelelahan (Trisnawati, 2012)
2. Nadi : Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat dari denyut nadi normal
orang dewasa (60-80x/menit).
3. Tekanan darah, biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan darah tinggi atau
rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan dan preeklamsia.
4. Pernafasan, frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada
ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Bila pernafasan pada masa post
partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok (Rukiyah, 2010)
C. Etiologi
Sebab-sebab Yang Menimbulkan Persalinan Terdapat beberapa teori yang memungkinkan
proses persalinan yaitu :
a. Teori Keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu,
keadaan uterus dan dapat menggangu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
mengalami degenerasi.
b. Teori Penurunan Progesterone Penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu kehamilan
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, villi koriales mengalami perubahan sehingga
kadar estrogen dan progesterone menurun menyebabkan kekejangan pembuluh darah
yang akan menimbulkan kontrasi rahim.
c. Teori Eksitosin Maternal Menurunya kontraksi progesterone akibat tuanmya kehamilan
maka ositosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.
d. Teori Prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
e. Teori Hipotalamus-Pituitari Dan Glandula Suprarenalis Prostaglandin, hipotalamus serta
grandula suprarenal dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
f. Teori Berkurangnya Nutrisi Bila nutrisi dalam janin berkurang maka hasil konsepsi akan
segera dikeluarkan, factor lain yang digunakan adalah tekanan pada ganglion servikal dari
fleksus frankerhauser yang terletak dibelakang servik, bila ganglion ini tertekan maka
kontraksi uterus dapat dibangkitkan
D. Manifestasi klinik
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau
trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus,
pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-
kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu
setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya
menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-
sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus
sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, hormon
oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler
diberikan segera setelah plasenta lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.
Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan
mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha luka.
Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali
pada bekas tempat plasenta.
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah, kemudian
menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama mengandung darah dan
debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari.
Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari
setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit,
desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu
setelah bayi lahir.
e. Serviks Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk
semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama
beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum
hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu
keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol,
serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar
gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan
progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen
berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih
yang terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone
terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak
berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991).
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan menonjol dan
membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk
dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan
kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis
ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu
merasa sangat lapar.
b. Mortilitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam
waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan.
6. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita hamil
(esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin)
menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
a) Ibu tidak menyusui Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari
kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi
pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.
b) Ibu yang menyusui Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras
ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan
dapat dikeluarkan dari puting susu.
7. Sistem kardiovaskuler
a. Volume darah Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang
cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat
setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum
lahir.
b. Curah jantung Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang
masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih
tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero
plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes, 1991).
c. Tanda-tanda vital Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam
keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol
maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita
melahirkan (Bowes, 1991).
8. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang
terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan
melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara
terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran rahim.
10. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir. Pada
beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada
payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang seluruhnya.
E. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode post partum.
Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria
perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan dini terjadi
24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah melahirkan, syok
hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus lainnya, tiga penyebap utama perdarahan
antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik dan ini
merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang sangat teregang
(hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan janin besar), partus lama dan
pemberian narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
b. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebapkan oleh
gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah : tertahannya atau belum lahirnya
plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga masih
ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut pada uterus
setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000).
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum. Insiden infeksi
puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari
pertama post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan staphylococus aureus dan
organisasi lainnya.
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi puerperalis. Bakteri
vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis
(Novak, 1999).
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting susu akibat
kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada
bulan pertamapost partum (Novak, 1999).
5. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko infeksi
saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan trombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status vena
menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus
di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan trombosis (pembentukan
trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama
post partum.
7. Emboli
Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil menyebapkan
kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).
8. Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa minggu, terjadi
pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya antara lain, kurang
konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya.
Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui,
tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat (Novak, 1999).
II. PENGKAJIAN
Menurut Setiadi (2012), Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan yang
dilakukan perawat dan merupakan proses yang sistematis untuk pengumpulan data dari berbagai
sumber data yang di dapat untuk mengevaluasi serta mengidentifikasi status kesehatan pasien.
sesuai penelitian Manurung (2011), Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisanya.
1. Pemeriksaan Fisik
A. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dengan cara mengumpulkan data-data tentang respons pasien terhadap
kelahiran bayinya serta penyesuaian selama masa post partum. Pengkajian awal mulai dengan
review prenatal dan intranatal meliputi :
1. Lamanya proses persalinan dan jenis persalinan
2. Lamanya ketuban pecah dini
3. Adanya episiotomi dan laserasi
4. Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai APGAR)
5. Pemberian anestesi selama proses persalinan dan kelahiran
6. Medikasi lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate post partum
7. Komplikasi yang terjadi pada periode immediate post partum seperti atonia uteri, retensi
plasenta.
Pengkajian ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor resiko yang signifikan yang
merupakan faktor presdisposisi terjadinya komplikasi post partum.
B. Pengkajian status fisiologis maternal
Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum, banyak perawat
menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel
(fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium),
Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi).
C. Pemeriksaan fisik
1) Tanda – tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-tanda vital tersebut
setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan atau sampai stabil, kemudian periksa
setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan
kemungkinan adanya infeksi. Tekanan darah mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk
persalinan dan keletihan. Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai kemungkinan adanya
perdarahan post partum.
a) Tekanan darah : normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat
dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan sebagian besar wanita
mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu. Keadaan ini akan kembali
normal selama beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya
perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk
kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas. Namun hal ini
seperti itu jarang terjadi.
b) Suhu : suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu
Ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan
mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai
adanya infeksi atau sepsis nifas
c) Nadi : nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi Ibu akan melambat
sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan
istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang
nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala shock karena
infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
d) Pernafasan : pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya respirasi lambat
atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak lain karena Ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi cepat post partum (> 30 x/mnt) mungkin
karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
3) Pemeriksaan Thorak
a) Inspeksi payudara
- Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi, perlu diperhatikan bila
ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan
posisi kontur atau permukaan.
- Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya depresi,retraksi atau
ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor.
- Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya
peradangan.
b) Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi ukuran, bentuk, warna
dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi.
Pada 1 sampai 2 hari pertama post partum, payudara tidak banyak berubah kecil kecuali
sekresi kolostrum yang banyak. Ketika menyusui, perawat mengamati perubahan
payudara, menginspeksi puting dan areola apakah ada tanda tanda kemerahan dan pecah,
serta menanyakan ke ibu apakah ada nyeri tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan
menjadi lembut dan lebih nyaman setelah menyusui.
4) Pemeriksaan Abnomen
a) Inspeksi Abdomen
- Kaji adakah striae dan linea alba.
- Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras menunjukan
kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek
menunjukan sebaliknya dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
b) Palpasi abnomen
- Fundus uteri Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam
kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari. Hari kedua
post partum TFU 1 cm dibawah pusat Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah pusat
Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-symfisis Hari ke 10 post partum TFU
tidak teraba lagi.
- Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan konteraksi uterus
kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan.
- Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya terdorong oleh
bladder yang penuh.
- Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir padat.
Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang menyebabkan
rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama
setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi.
(Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
- Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis akibat
pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan ini menyerupai belah memanjang dari
prosessus xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan lebarnya. Diastasis
ini tidak dapat menyatu kembali seperti sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan
memotivasi ibu untuk melakukan senam nifas. Cara memeriksa diastasis rektus
abdominis adalah dengan meminta ibu untuk tidur terlentang tanpa bantal dan
mengangkat kepala, tidak diganjal kemudian palpasi abdomen dari bawah prosessus
xipoideus ke umbilikus kemudian ukur panjang dan lebar diastasis
5) Keadaan kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih. Kandung kemih yang bulat dan
lembut menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak dan hal ini dapat mengganggu involusi
uteri, sehingga harus dikeluarkan.
6) Ekstremitas atas dan bawah
a) Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak. Pemeriksaan varises sangat
penting karena ibu setelah melahirkan mempunyai kecenderungan untuk mengalami
varises pada beberapa pembuluh darahnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal.
b) Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya tromboflebitis sehingga dapat
menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda homan adalah
memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian didorsofleksikan dan
tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika nyeri maka tanda homan positif
dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar. Refleks patella
mintalah ibu duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan
dilakukan. Rabalah tendon dibawah lutut/ patella. Dengan menggunakan hammer
ketuklan rendon pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika
tendon diketuk. Bila reflek lutut negative kemungkinan pasien mengalami kekurangan
vitamin B1. Bila gerakannya berlebihan dan capat maka hal ini mungkin merupakan
tanda pre eklamsi.
c) Perineum, kebersihan Perhatikan kebersihan perineum ibu. Kebersihan perineum
menunjang penyembuhan luka. Serta adanya hemoroid derajat 1 normal untuk ibu hamil
dan pasca persalinan.
- REEDA
REEDA adalah singkatan yang sering digunakan untuk menilai kondisi episiotomi atau
laserasi perinium. REEDA singkatan (Redness / kemerahan, Edema,
Ecchymosisekimosis, Discharge/keluaran, dan Approximate/ perlekatan) pada luka
episiotomy. Kemerahan dianggap normal pada episiotomi dan luka namun jika ada rasa
sakit yang signifikan, diperlukan pengkajian lebih lanjut. Selanjutnya, edema berlebihan
dapat memperlambat penyembuhan luka. Penggunaan kompres es (icepacks) selama
periode pasca melahirkan umumnya disarankan.
- Lochia
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu post partum. Perubahan warna
harus sesuai. Misalnya Ibu postpartum hari ke tujuh harus memiliki lokhia yang sudah
berwarna merah muda atau keputihan. Jika warna lokhia masih merah maka ibu
mengalami komplikasi postpartum. Lokhia yang berbau busuk yang dinamankan Lokhia
purulenta menunjukan adanya infeksi disaluran reproduksi dan harus segera ditangani.
- Varises
Perhatikan apakah terjadinya varises di dalam vagina dan vulva. Jika ada yang membuat
perdarahan yang sangat hebat .
2. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan darah rutin, utamanya pemeriksaan hemoglobin. Umumnya jika terjadi
pendarahan massif dapat di temukan hasil Hb kuraang dari 8g/dL. Selain itu apabila saat
asuhan antenatal ditemukan bahwa ibu mengalami anemia, maka keadaan ini dapat
segera di koreksi.
2) Pemeriksaan golongan darah juga dilakukan untuk kepentingan tatalaksana bila pasien
membutuhkan tranfusi darah. Transfuse darah sebaiknya tidak di tunda dan tidak di
putuskan berdasarkan kadar hemoglobin semata, tetapi sebaiknya dilakukan berdasarkan
kondisi klinis pasien.
3) Pemeriksaan waktu pendarahan atau waktu pembekuan, trombosit, prothrombin dan
patrial prothrombin time, untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan factor
pembekuam darah.
4) Pemeriksaan fibrinogen atau D-dimer dapat digunakan untuk membantu penegakan
diagnosis.
5) Pemeriksaan USG dilakukan untuk melihat apakah terdapat sisa plasenta ataupun
gumpalan darah. Kemudian apabila dilakukan pada saat antenatal dapat membantu dokter
mendeteksi plasenta previa dan plasenta akreta.
b) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang berlebihan; diuresis;
keringat berlebihan.
Tujuan : Setalah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat menunjukan status
cairan dengan baik.
Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam, warna urine, berat badan setiap hari, serta
keadaan umum setiap 8 jam
Rasional : Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan
2) Pantau cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam
Rasional : Mengidentifikasi keseimbangan cairan pasien secara adekuat dan teratur
3) Beri tahu dokter bila: haluran urine <30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di bawah
rentang normal, urine gelap, atau encer.
Rasional : Temuan-temuan ini menandakan hipovolemia dan perlunya peningkatan
cairan
4) Konsultasi dengan dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi
Rasional : Mencegah pasien jatuh dalam kondisi kelebihan cairan yang beresiko
terjadinya oedema paru.
Disusun Oleh :
Syahna Mega A : KHGC 19087
S1 KEPERAWATAN
STIKES KARSA HUSADA
2019/2020
LAPORAN KASUS MATERNITAS
A. PENGKAJIAN
Tanggal: 13 Januari 2021
Jam : 8.15 WIB
I. IDENTITAS
A. KLIEN
NAMA : Ny. G
UMUR : 22 Tahun
JENIS KELAMIN : Perempuan
AGAMA : Islam
PEKERJAAN : Ibu Rumah Tangga
PENDIDIKAN : S1 sederajat
STATUS : Menikah
ALAMAT : Jln. Candramerta 1 No 11
B. PENANGGUNG JAWAB
NAMA : Tn. B
UMUR : 27 Tahun
JENIS KELAMIN : Laki – laki
HUBUNGAN DENGAN KLIEN : Suami Klien
PEKERJAAN : Wirausaha
ALAMAT : Jln. Candramerta 1 No 11
B. Alasan masuk RS
Klien mengaku ASI tidak keluar sejak 2 hari
C. Keluhan utama
Nyeri dan bengkak pada payudara
D. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien datang dengan keluhan meriang, bengkak dan nyeri pada payudara. Dan di sekitar
mata terlihat ada lingkaran hitam
E. Riwayat Kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit Hipertensi.
Perilaku yang mempengaruhi Kesehatan :
( ) Alergi
Ya ( ) Tidak
Keterangan : tidak ada
( ) Alkohol Ya ( ) Tidak
Keterangan : tidak ada
( ) Merokok Ya ( ) Tidak
Keterangan : tidak ada
( ) kopi Ya ( ) Tidak
Keterangan : tidak ada
Dapat disimpulkan bahwa dalam keluarga klien tidak ada riwayat anak kembar atau gangguan mental.
G. Riwayat obstetri ginekologi
1. Riwayat ginekologi
a. Riwayat Menstruasi
- Menarche : Pada usia 113 tahun
- Lamana haid : 8 hari
- Siklus : 28 hari
- Banyak nya : 80 cc/hari
- Hari pertama & kedua : darah berwarna merah dan berbau normal, terdapat gumpalan dan
cairan yang di sertai dengan dismenor.
Hari hari selanjutnya darah berwarna merah cair dengan bau normal, tidak ada dismenor dan
gumpalan
- HPHT : 1 April 2020
- Taksiran persalinan : 8 januari 2021
c. Riwayat Kontrasepsi
- Jenis kontrasepsi yang di gunakan sebelum hamil : Tidak memakai
- Waktu dan lama penggunaan : -
- Masalah dalam penggunaan cara tersebut : -
- Jenis kontrasepsi yang akan di gunakan setelah persalinan : suntik
- Jumlah anak yang di rencanakan keluarga : 2 anak
2. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat kehamilan, persalinan & nifas yang lalu :
G1 P1 A0
b. Riwayat Kehamilan sekarang
Tgl Umur Jenis Tempat Jenis Masalah Keadaa
No BB
- partu kehamil partus penolon kelami n
s an g n anak
Hami Lahi Nifa Bayi
l r s
H. DATA BIOLOGIS
1. Aktivitas kehidupan sehari hari (ADL)
No. ADL Sebelum hamil Setelah hamil
1. NUTRISI MAKAN : Makan :
MAKAN : - Makan dengan sayur - Makan dengan sayur
- Jenis menu dan lauk pauk 3x dan lauk pauk 3-4x
- Frekuensi sehari sehari
- Porsi - Memakan 1 porsi nasi - Memakan 1 setegah
- Pantangan - Nafsu makan normal porsi nasi
- Keluhan dan Tidak mendapat - Nafsu makan normal
MINUM pantangan apapun dari dan Tidak mendapat
- Jenis minuman bidan / dokter pantangan apapun dari
- Frekuensi - Tidak ada keluhan bidan / dokter
- Jumlah apapun saat makan - Sering memakan
- Pantangan MINUM : makanan ringan
- Keluhan - Minum air putih 8 - Tidak ada keluhan
gelas sehari apapun saat makan
- Tidak ada pantangan MINUM :
dan keluhan saat - Minum air putih 8
minum gelas sehari
- Minum teh manis
seminggu 3 kali
- Tidak ada pantangan
dan keluhan saat
minum
2. Pemeriksaan Fisik
a. penampilan umum
- Kondisi umum : Compos Mentis
- Tingkat kesadaran : E.4 V.5 M.5
- TD : 110/80
- Nadi : 80x /menit
- Respirasi : 20x /menit
- Suhu : 37,6°C
- 60 kg/ 169 cm
c. Pemeriksaan dada
- Jantung
I : tidak terlihat adanya ictus cordis
P : tidak ada nyeri tekan
P : pekak
A : Tidak ada bunyi tambahan
- Paru
I : dada simetris, bersih, tidak ada lesi,
P : pengembangan dada kiri dan kanan seimbang
P : sonor (nyaring)
- Payudara
Keadaan umum : sedikit membengkak, sakit saat tersenggol
Putting susu : menonjol
Pengeluaran ASI : Tidak keluar sejak 2 hari
d. Pemeriksaan Abnomen :
- Involusi uterus : Setelah plasenta lahir
- Keadaan : distensi
- Tinggi fundus uteri : Sudah tidak teraba
- Kontraksi : baik (keras)
- Kandung kemih : tidak adanya distensi kandung kemih
- Inspeksi : perut terlihat cembung.
- Palpasi : teraba keras pada uterus
- Perkusi : timpani
e. Genital :
- Vagina : baik dan bersih
- Integritas kulit : baik
- Edema : tidak ada
- Memar : tidak ada
- Rupture : tidak ada
- Hematom : tidak ada
- Perineum : tidak ada
- REEDA : tidak ada kemerahan, kebiruan, pembengkakan pada luka post partum
spontan. Sedikit pendarahan pada lochea lubra dan jahitan tampah rapi dan sejajar.
- Lochea : berjumlah kurang lebih 40 cc, pada lubra berwarna merah segar dengan
konsistensi cair berbau khas dan tidak ada hemoroid.
b. Spiritual
- Klien dan keluarga berasal dari keluarga muslim yang taat beragama di lihat dari
mengadakan selametan atas kelahiran putri pertama nya, klien juga mengaku sangat
bersyukur anak nya terlahir dengan sehat. Klien juga punya kepercayaan masalah
apapun yang datang ke Kesehatan nya itu adalah ujian dari Allah dan pasti bisa ia
lalui.
I. DATA PENUNJANG
a. Hematologi
No
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
.
3 Hematokrit 39 % 38 – 46 %
b. Golongan darah : O
c. Sero imunologi
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
J. OBAT OBATAN
Rute
Tanggal Jenis obat Dosis Indikasi obat
obat
13
Analgetik (Pereda
januari Asam mefenamat Oral 3x 500 mg
nyeri )
2021
K. ANALISA DATA
N DIAGNOSA PERENCANAAN
O KEPERAWATAN TUJUAN INERVENSI RASIONAL
1. Menyusui tidak NOC : NIC : 1. Membantu
efektif Kriteria hasil : 2.1 Identifikasi dalam
1. Pasien mengatakan kesiapan pasien mengidentifikasi
puas dengan 2.2 Sediakan materi kebutuhan saat ini
kebutuhan menyusui dan media untuk agar memberikan
2. Kemantapan pendidikan kesehatan intervensi yang
pemberian ASI : Bayi : 2.3 Jadwalkan tepat
pelekatan bayi yang pendidikan kesehatan 2. Membantu
sesuai pada dan proses sesuai kesepakatan klien menjamin
menghisap payudara 2.4 Dukung ibu untuk suplai susu
ibu untuk memperoleh meningkatkan adekuat,
nutrisi selama 3 kepercayaan diri mencegah puting
minggu pertama dalam menyusui pecah dan luka,
3. Kemantapan 2.5 Jelaskan manfaat memberikan
Pemberian ASI : IBU : menyusui bagi ibu dan kenyamanan
kemantapan ibu untuk bayi 3. Keluarga
membuat bayi melekat 2.6 Ajarkan perawatan merupakan orang
dengan tepat dan payudara post partum terdekat yang
menyusui dan (mis. Pijat oksitosin) akan membantu
payudara ibu 2.7 kolaborasi dengan sepenuhnya
untukmemperoleh tenaga Kesehatan 4. Posisi yang
nutrisi selama 3 seperti dokter dalam tepat mencegah
minggu pertama pemberian obat luka pada puting,
pemberian ASI analgetic tanpa
4. Pemeliharaan memperhatikan
pemberian ASI : lamanya
keberlangsungan menyusui.
pemberian ASI untuk 5. Sebagai
menyediakan nutrisi indikator
bagi bayi/todler keberhasilan
5. Diskontinuitas penyuluhan yang
progresif pemberian telah diberikan
ASI
6. Pengetahuan
Pemberian ASI :
tingkat pemahaman
yang ditunjukkan
megenal laktasi dan
pemberian makan bayi
melalui proses
pemberian ASI ibu
mengenali isyarat
lapar dari bayi dengan
segera ibu
mengindikasikan
kepuasaan terhadap
pemberian ASI ibu
tidak mengalami nyeri
tekan pada puting
mengenali tanda-tanda
penurunan suplai ASI
2. Gangguan pola NOC: NIC : 1. Berikan
tidur Anxiety Control Sleep Enhancement informasi yang
Comfort Level - Determinasi efek- menetapkan
Pain Level efek medikasi rencana
Rest : Extent and terhadap pola tidur perawatan untuk
Pattern - Jelaskan pentingnya koreksi kurang
Sleep : Extent ang tidur yang adekuat tidur
Pattern - Fasilitasi untuk 2. Memperkecil
Setelah dilakukan mempertahankan kemunkinan
tindakan keperawatan aktivitas sebelum tidur penyebab sering
DIharapkan gangguan (membaca) terbangun dan
pola tidur pasien - Ciptakan lingkungan gangguan siklus
teratasi dengan kriteria yang nyaman tidur.
hasil: - Kolaburasi 3. mengetahui
Jumlah jam tidur pemberian obat tidur apakah Obat-
dalam batas normal obatan ini dapat
mengubah tidur
Pola tidur,kualitas
REM, yang dapat
dalam batas normal
menyebabkan
Perasaan fresh
iritabilitas dan
sesudah tidur/istirahat
kelesuan
Mampu 4. Menyediakan
mengidentifikasi hal- untuk
hal yang menyelesaikan
meningkatkan tidur semua tahap tidur
yang
menghasilkan
istirahat restoratif.
5. Menyediakan
untuk
pengawasan
pasien, dan pasien
mungkin dengan
senang hati
kembali ke
tempat tidur
kemudian.
M. CATATAN PERKEMBANGAN
Catatan Perkembangan
N Hari/Tangga Paraf/Nama Jelas
o l
1. Rabu/ 13 januari S : Klien mengatakan payudara nya bengkak dan Syahna Mega
2021 nyeri serta ASI yang tidak keluar. Dan klien
merasa cemas karena anak nya tidak mendapatkan
ASI
O:
- kesadaran Compos mentis
- TD : 110/80
- Nadi : 80x /menit
- Respirasi : 20x /menit
- Suhu : 37,6°C
- Klien merasa sakit pada daerah payudara
N NILAI
TINDAKAN
O 1 2
1 Persiapan Alat:
a. Kursi
b. Meja
c. Minyak kelapa
d. BH kusus untuk menyusui
e. Handuk
2 Persiapan Perawat:
a. Menyiapkan alat dan mendekatkanya ke pasien
b. Membaca status pasien
c. Mencuci tangan
3 Persiapan Lingkunga:
a. Menutup ordien atau pintu
b. Pastikan prifaci pasien terjaga
5 Pelaksanaan:
Perawat mencuci tangan
Menstimulir puting susu : menarik puting susu dengan pelan-pelan
memutar puting susu dengan perlahan dengan jari-jari
Mengurut atau mengusap ringan payudara dengan ringan dengan
menggunakan ujung jari
Ibu duduk, bersandar ke depan, melipat lengan diatas meja di
depanya dan meletakan kepalanya diatas lenganya. Payudara
tergantung lepas, tanpa baju, handuk dibentangkan diatas pangkuan
pasien. Perawat menggosik kedua sisi tulang belakang, dengan
menggunakan kepalan tinju kedua tangan dan ibu jari menghadap
kearah atas atau depan. Perawat menekan dengan kuat, membentuk
gerakan lingkaran kecil dengan kedua ibu jarinya. Perawat
menggosok kearah bawah kedua sisi tulang belakang, pada saat yang
sama, dari leher kearah tulang belikat, selama 2 atau 3 menit.
Amati respon ibu selama tindakan
6 Evaluasi:
Menanyakan kepada ibu tentang seberapa ibu paham dan mengerti
tehnik refleksi oksitosin (perawatan payudara)
Evaluasi perasaan ibu
Simpulkan hasil kegiatan
Lakukan kontrak kegiatan selanjutnya
Akhiri kegiatan
Perawat cuci tangan
7 Dokumentasi:
. Catat hasil tindakan di catatan perawat (tanggal, jam, paraf, nama
terang, kegiatan dan hasil pengamatan)
N: Jumlah Nilai x
100
14