No rekam medic
: 087258
Nama
: Tn. P
Umur
: 38 tahun
Jenis kelamin
: Laki laki
Pekerjaan
: Alamat
: PT. Salim
Agama
: Islam
Status perkawinan : Menikah
Anamnesis
: Auto anamnesis
Keluhan Utama
: Nyeri kaki kiri
Keluhan Tambahan
RPS
Pasien datang ke UGD RS Profesor Tabrani dengan keluhan punggung
kaki sebelah kiri terkena duri sawit sejak 1 minggu yang lalu, bengkak (+),
RPK
Riwayat penyakit pada anggota keluarga disangkal
RSE
-
Merokok (-)
Minum alcohol (-)
Pengguna obat obatan (-)
Olah raga tidak teratur
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital sign
- T
: 37 C
- TD
: 110/90 mmHg
- HR
: 80 /menit
- RR
: 26 /menit
- Irama teratur
- Pulsasi kuat
Status General
1
Kepala
: DBN
Mata
: DBN
Hidung
: DBN
Telinga
: DBN
Mulut
: DBN
Tenggorokan : DBN
Leher
: DBN
Thorax
:
- Paru paru
I
: DBN
Pa : DBN
Pr : DBN
Au : DBN
- Jantung
I
: DBN
Pa : DBN
Pr : DBN
Au : DBN
- Abdomen
I
: DBN
Pa : DBN
Pr : DBN
Au : DBN
- Ekstremitas atas :
Akral hangat
Pergerakan sendi bebas
- Ekstremitas bawah :
Akral hangat
Edema kaki kiri
Pergerakan sendi kaki kiri terbatas
Status Lokalis
Regio
: Pedis sinistra
Inspeksi
: merah (+), bengkak (+), dan nanah (+)
Palpasi
: Pedis sinistra bengkak (+)
Movement : Pergerakan sendi pedis sinistra terbatas
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a.
Tanggal
: 09 - 12 - 2013
Hb
: 14,8 mg%
Leukosit
: 14.100 mm3
E:1
B:0
St : 5
Sg : 69
L : 19
M:6
LED
: 69 mm/jam
Trombosit
: 182.000 Ul
Ht
: 45,4 %
Eritrosit
: 4,82 juta/mm3
SGOT
: 34 uL
SGPT
: 50 Ul
Ureum
: 42 mg/dl
Asam urin
: 4,4 mg/dl
Kreatinin
: 0,8 mg/dl
Urin
3
Epitel : 0-1/LPB
Leukosit : 2-5/LPB
Eritrosit : 0-2/LPB
b. Tanggal
: 12 - 12 - 2013
Hb
: 13,8 mg%
Leukosit
: 14.200 mm3
E:2
B:0
St : 2
Sg : 76
L : 12
M:8
LED
: 12 mm/jam
Trombosit
: 244.000 Ul
Ht
: 41,9 %
Eritrosit
: 4,48 juta/mm3
2. Rontgen Thoraks
3. EKG
Diagnosa Kerja : Corpal regio pedis sinistra + infeksi sekunder
Diagnosa Banding : Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
1. UGD : Tanggal 09 - 12 - 2013
Injeksi ceftriaxone 21
Injeksi ranitidine 31
Ceftriaxone 21
Ranitidine 31
Ketorolac 31
Clindamicin 21
Ceftriaxone stop 21
Ranitidine 21
5
Ketorolac 31
Cefepime 21
Infuse metronidazole 31
Clindac 300 31
Cefipime 22
Ranitidine 21
Ketorolac 31
Infuse metronidazol 31
Vip albumin 33
Clindac 300 31
Cefepime 22
Ranitidine 21
Ketorolac 31
Infuse metronidazol 31
b. Edukatif : Prognosis : -
PEMBAHASAN
A.
Definisi1
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
C.
mempunyai
kemampuan
fagositosis.
Sel
system
retikuloendotelial ini berperan lebih besar dalam fase sesudah radang akut,
baik dalam fase resolusi, organisasi, maupun penyembuhan.
D.
Patofisiologi Infeksi2,4
1. Reaksi pertama pada infeksi adalah reaksi umum yang melibatkan susunan
saraf dan sistem hormon yang menyebabkan perubahan metabolik.
Pada saat itu, terjadi reaksi jaringan limforetikularis di seluruh tubuh
berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibody (limfosit B).
2. Reaksi kedua berupa reaksi lokal yang disebut inflamasi akut.
Reaksi ini terus berlangsung selama masih terjadi perusakan jaringan
oleh trauma. Bila penyebab kerusakan jaringan bisa diberantas, sisa jaringan
yang rusak, yakni debris, akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai
terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reaksi sel fagosit
kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu
rongga, membentuk abses, atau bertumpuk di sel jaringan tubuh lain,
membentuk flegmon (peradangan yang luas dijaringan ikat).
10
11
Bila kuman yang masuk virulensinya tinggi, atau keadaan pertahanan tubuh
sedang lemah, kuman dapat masuk ke pembuluh darah, terbawa aliran darah, lalu
berkembang biak dan masuk ke seluruh jaringan tubuh, menyebabkan septisemia.
Kerusakan jaringan
Inflamasi
Minimal
Resolusi
(penyembuhan)
Hebat
Abses / flegmon
Inflamasi kronik
Organisasi
-
Fagositosis
Granulasi
Penyembuhan
-
Granulasi
Fibrosis
Jaringan parut
12
A.
Perawatan Luka13
1. Definisi
a. Suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka (menutup luka) dengan benang,
sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.
b. Teknik yang digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur
anatomi yang terpotong.
c.
2. Tujuan Penjahitan
a. Penutupan ruang mati
b. Mendukung dan memperkuat penyembuhan luka sampai meningkatkan
kekuatan tarik mereka
c. Mendekatkan tepi kulit untuk hasil estetika dan fungsional
d. Meminimalkan risiko perdarahan dan infeksi
3. Prinsip Umum Penjahitan Luka
a. Penyembuhan akan terjadi lebih cepat bila tepi-tepi kulit dirapatkan satu sama
lain dengan hati-hati.
b. Tegangan dari tepitepi kulit harus seminimal mungkin atau kalau mungkin
tidak ada sama sekali. Ini dapat dicapai dengan memotong atau merapikan
kulit secara hatihati sebelum dijahit.
c. Tepi kulit harus ditarik dengan ringan, ini dilakukan dengan memakai traksi
ringan pada tepitepi kulit dan lebih rentan lagi pada lapisan dermal daripada
kulit yang dijahit.
d. Setiap ruang mati harus ditutup, baik dengan jahitan subcutaneus yang dapat
diserap atau dengan mengikutsertakan lapisan ini pada waktu menjahit kulit.
13
e.
Jahitan halus tetapi banyak yang dijahit pada jarak yang sama lebih disukai
daripada jahitan yang lebih besar dan berjauhan.
f.
e.
Hematoma: terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong dan
tidak dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus berlangsung dan
menyebabkan bengkak.
f.
Dead space (ruang/rongga mati): yaitu adanya rongga pada luka yang terjadi
karena penjahitan yang tidak lapis demi lapis.
g.
Sinus: bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus, biasanya
ada jahitan multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang bertindak
sebagai benda asing.
14
bagian tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan
saling menunjang satu dengan lain. Digunakan juga untuk jahitan situasi. Cara jahitan
terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan jahitan ini adalah
bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi infeksi luka, cukup
dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama untuk
mengerjakannya. Teknik jahitan terputus sederhana dilakukan sebagai berikut:
a) Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka, melintasi luka dan kulit sisi
lainnya, kemudian keluar pada kulit tepi yang jauh, sisi yang kedua.
b) Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi kulit sisi kedua secara tipis,
menyeberangi luka dan dikeluarkan kembali pada tepi dekat kulit sisi yang
pertama
15
dua simpul. Bila salah satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya.
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan
hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang
longgar, dan sebaiknya tidak dipakai untuk menjahit kulit. Teknik jahitan jelujur
dilakukan sebagai berikut:
1)
Diawali dengan menempatkan simpul 1 cm di atas puncak luka yang terikat tetapi
tidak dipotong
2)
3)
4)
Setelah selesai pada ujung luka, maka dilakukan pengikatan pada simpul terakhir
pada akhir garis jahitan
5)
Simpul diikat di antara ujung ekor dari benang yang keluar dari luka/ penempatan
jahitan terakhir.
16
A. Ganti Balutan
Perawatan luka umumnya diawali dengan tindakan penggantian balutan. Ganti
balutan/ verban merupakan suatu tindakan mengganti verban untuk melindungi luka
dengan drainase minimal terhadap kontaminasi mikroorganisme. Ganti balutan
dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan, melainkan
disesuaikan terlebih dahulu dengan: kondisi klinis pasien, sifat operasi, tipe/jenis luka
dan tampilan luka. Penggunaan antiseptic hanya untuk yang memerlukan saja karena
efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya memakai normal
saline (NaCl). Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam asetat, sebaiknya tidak
sering digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan
dan mencegah reepitelisasi. Luka dengan sedikit debris dipermukaannya dapat
dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan sodium klorida dan tidak terlalu
banyak manipulasi gerakan.
B. Angkat Jahitan
Angkat jahitan adalah suatu tindakan melepas jahitan yang biasanya dilakukan
pada hari ke-7 atau sesuai dengan proses penyembuhan luka. Tujuan dilakukan
angkat jahitan adalah untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan mencegah
terjadinya infeksi. Pertimbangan dilakukan angkat jahitan adalah tegangan pada tepi
luka operasi/luka jahitan. Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan tindakan
angkat jahitan adalah :
1.
Tepi luka yang searah dengan garis lipatan kulit tidak akan tegang
2.
Luka yang arahnya tegak lurus terhadap garis kulit atau yang dijahit setelah
banyak bagian kulit diambil, akan menyebabkan tegangan tepi luka yang
besar, pengambilan jahitan ditunda lebih lama, sampai dicapai kekuatan
jaringan yang cukup, sehingga bekas jahitan tidak mudah terbuka lagi
3.
19
Perawatan luka dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup. Perawatan luka
terbuka diutamakan pada luka yang sederhana dan dangkal, sedangkan pada luka
operasi, dilakukan secara tertutup. Perawatan luka tertutup bertujuan untuk :
1. Menjaga luka dari trauma mekanik
2. Menekan dan mengimobilisasi daerah luka
3. Mencegah perdarahan
4. Mencegah luka dari kontaminasi oleh kuman
5. Mengabsorbsi drainase
6. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis
7. Debridemen sel nekrotik
8. Memberikan lingkungan fisiologis yang sesuai untuk penyembuhan luka
9. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing.
Mengganti balutan dilakukan apabila balutan sudah kotor atau basah akibat
eksternal maupun karena rembesan eksudat; ingin mengkaji keadaan luka dengan
frekuensi tertentu; dan untuk mempercepat debridemen (pengangkatan) jaringan
nekrotik. Tipe penggantian balutan dibagi menjadi dua, yaitu tipe tipe basah dan
kering. Balutan basah digunakan untuk luka yang basah atau banyak drainase,
sedangkan balutan kering digunakan untuk luka kering atau drainase minimal.
Adapun cara membersihkan luka adalah :
1.
2.
3.
Luka berwarna hitam (nekrotik) harus dinekrotomi secara mekanik atau kimia.
balutan
tetap
kering.
Mikroorganisme
dengan
cepat
2.
3.
4.
5.
22
DAFTAR PUSTAKA
23