Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

TUBERKULOSIS PARU

Pembimbing :

dr. Ryan Indra, Sp.Rad

Disusun oleh :

Najla Quratuain Panjaitan 1102013205

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI


PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS YARSI
PEMBELAJARAN JARAK JAUH
PERIODE 2 NOVEMBER 2020 – 14 NOVEMBER 2020
Identitas Pasien

Nama : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 28 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bogor
Pendidikan : SMA
Anamnesis
Keluhan Utama

• Batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit
Sekarang

• Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak yang dialami


sejak 1 bulan yang lalu. Batuk berdahak bewarna hijau, batuk
berdarah sesekali disertai sesak napas yang tidak dipengaruhi
oleh aktifitas dan cuaca, berkeringat di malam hari dan
mengalami penurunan nafsu makan sehingga mengalami
penurunan berat badan. Pasien juga mengeluhkan demam naik
turun dan turun dengan obat penurun panas.
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit
Keluarga:
Dahulu:
•Keluhan serupa (-)
•Keluhan serupa (-)
•Hipertensi (-)
•Hipertensi (-)
•Diabetes (-)
•Diabetes (-)
•Asma (-)
•Asma (-)
•Alergi (-)
•Alergi (-)

Riwayat Kebiasaan Sosial:


Riwayat Penggunaan Pasien adalah lulusan SMA,
Obat: Pasien merokok kira-kira
Pasien tidak mengingat selama 12 tahun, Riwayat
obat yang dikonsumsi kontak dengan penderita TB
disangkal (keluarga, teman,
tetangga).
Pemeriksaan Fisik

KU : Tampak TD 90/60
Sakit Ringan Kes: CM mmHg

Nadi :
RR 24x/menit
90x/menit
Status Generalis
• Kepala-Leher
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (+/+),Sklera ikterik -/-
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-)

• Thorax
Paru
Inspeksi : Pergerakan napas simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus kanan = Stem fremitus kiri
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (+/+), Whezing (-/-)
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordisteraba di ICS V linea Midcl.Sinistra
Perkusi :
Batas atas : ICS III lineamidclavicula Sinistra
Batas kiri : ICS V lineamidclavicula Sinistra
Batas kanan : ICS V linea parasternal dextra
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler (+), bising jantung (-)

• Abdomen :
Inspeksi : Simetris (+), distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+N), bising usus (-)
Palpasi : Soepel (+), nyeri tekan (-), hepar, lien, dan
renal tidak teraba
Perkusi : Timpani
• Extremitas :
Ekstremitas Atas : Oedem (-/-), pucat (-/-)
Ekstremitas Bawah: Oedem (-/-), pucat (-/-)

• Pemeriksaan Penunjang :
Darah Rutin
Photo Rontgen thoraks
Pemeriksaan BTA
No Jenis Pemeriksaan Hasil
1 Hemoglobin 8,7
2 Hematokrit 26
3 Eritrosit 3,3
4 Trombosit 384
5 Leukosit 17,5

6 MCV 79
7 MCH 26
8 MCHC 33
9 RDW 15,1
10 MPV 9,2
11 Eosinofil 0
12 Basofil 0
13 Neutrofil Batang 2
14 Neutrofil Segmen 82
15 Limfosit 9
16 Monosit 7
17 Waktu Perdarahan 3
18 Waktu Pembekuan 8
19 Natrium 131
20 Kalium 3,5
21 Klorida 93
22 Glukosa darah sewaktu 75
23 Ureum 17
24 Kreatinin 0,49
Hasil foto thorax
• Diagnosis Banding
1. TB paru
2. Pneumonia

• Diagnosis Kerja
1. TB Paru Kasus Baru

• Penatalaksanaan
1. OAT kategori 1, 4 FDC 1 x 3 tablet
2. Paracetamol 3 x 500mg
3. Curcuma tab 3x1

• Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad malam
Quo ad Functionam : Dubia ad malam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA

• Tuberkulosis (TB) adalah suatu


penyakit menular yang sebagian
Definisi besar disebabkan kuman
mycobacterium tuberculosis.

• M. tuberculosis
• M. Bovis, M. africanum, M.
Etiologi microti
TB merupakan satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama agen infeksius. Di
tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian (rentang, 1,2-1,4 juta) di antara
orang dengan HIV negatif dan terdapat sekitar 300.000 kematian karena TB (rentang,
266.000-335.000) di antara orang dengan HIV positif. Diperkirakan terdapat 10 juta
kasus TB baru (rentang, 9-11 juta) setara dengan 133 kasus (rentang, 120-148) per
100.000 penduduk.

WHO memperkirakan ada 23.000 kasus MDR/RR di


Indonesia. Pada tahun 2017 kasus TB yang tercatat di
program ada sejumlah 442.000 kasus yang mana dari kasus
tersebut diperkirakan ada 8.600-15.000 MDR/RR TB,
(perkiraan 2,4% dari kasus baru dan 13% dari pasien TB
yang diobati sebelumnya), tetapi cakupan yang diobati baru
sekitar 27,36%.
Riwayat pengobatan dari
Lokasi anatomi dari penyakit sebelumnya :
penyakit : Pasien baru TB
TB Paru Pasien yang pernah
diobati TB

Berdasarkan hasil
pemeriksaan uji kepekaan Berdasarkan status Human
obat : Immunodeficiency Virus
Mono resistan (TB MR) (HIV) :
Poli resistan (TB PR) Pasien TB dengan HIV positif
Multi drug resistan (TB Pasien TB dengan HIV
MDR) negatif
Extensive drug resistan (TB Pasien TB dengan status HIV
XDR) tidak diketahui
Resistan Rifampisin (TB RR)
Kuman TB Masuk saluran nafas

Membentuk afek Bersarang di jaringan


primer paru

Peradangan saluran
getah bening menuju
hilus
Gejala Respiratorik
• Batuk ≥ 2 minggu
• Batuk darah
• Sesak napas
• Nyeri dada

Gejala Sistemik
• Demam
• malaise
• keringat malam
• anoreksia
• berat badan menurun
Diagnosis
Anamnesis :
Gejala (batuk berdahak lebih dari 2 minggu
Sesak nafas
Badan lemas
Nafsu makan menurun
BB menurun
Malaise
Berkeringat pada malam hari
Demam

Pemeriksaan Fisik
Kelainan tergantung luas struktur paru
Ronkhi basah
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sputum
Skin test (PPD, Mantoux)
Pemeriksaan histology
Biopsi jaringan paru
Analisa gas darah (AGD)
Pemeriksaan fungsi paru

Pemeriksaan Radiologi
foto toraks PA dengan atau
tanpa foto lateral
Foto thorax normal
Gambaran TB Paru Tenang : tampak bintik kalsifikasi
pada lapangan paru kiri dan kanan
Gambar Radiologi TB Milier : tampak bercak-bercak granuler
pada seluruh lapangan kedua paru
Gambaran radiologi dicurigai lesi TB lama aktif:
Gambaran bercak berawan pada kedua paru, kalsifikasi, garis fibrosis yang
menyebabkan retraksi hilus ke atas
Gambar TB Paru Aktif : tampak bercak berawan disertai kavitas pada kedua lapangan
paru
Gambar radiologi Posteroanterior dari pasien laki-laki berumur 65 tahun
dengan riwayat merorok lama, PPOK dan TB saat anak-anak. Pasien
mengeluhkan batuk yang sering, demam, dan berkeringat pada malam hari.
Gambaran CT-Scan pasien laki-laki 65 tahun dengan riwayat merokok lama, PPOK,
dan TB saat anak-anak.
Gambaran ini menujukkan adanya penebalan pada dinding, rongga bawah paru kiri
terlihat adanya udara, rongga mengecil, dan parenkim paru terlihat opak.
Gambaran radiologi posteroanterior pada pasien wanita 83 tahun dengan gejala batuk
yang sering, penurunan berat badan, dan lelah. Pasien mempunyai riwayat TB pada saat
kehamilan pertama. Gambar ini menunjukkan nodul paru yang luas, rongga paru-paru
kanan atas collaps sebagian. Kultur sputum menunjukkan positif TB.
Gambar radiologi angiography pada pasien dengan riwayat TB dengan gejala
hemoptisis masif.
Gambar ini menujukkan adanya aneurisma rasmussen dan emboli.
Gambar CT-Scan pada pasien postprimer TB yang diobati dengan hemoptisis
persisten.
Gambar ini menunjukkan terdapat masa di rongga paru-paru kanan atas dan
ada udara disekitarnya. (cressent sign)
Gambar CT-Scan pada pasien postprimary TB. Gambar ini
menjukkan tanda TB milier
Diagnosis Banding
1. Pneumonia
2. Abses paru
3. Kanker paru
4. Bronkiektasis
5. Pneumonia aspirasi
Tatalaksana
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif
(2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan
• Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
– INH
– Rifampisin
– Pirazinamid
– Streptomisin
– Etambutol
• Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
– Kanamisin
– Amikasin
– Kuinolon
– Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam klavulanat
– Beberapa obat berikut ini masih tersedia di Indonesia antara lain:
» Kapreomisin
» Sikloserin
» PAS (dulu tersedia)
» Derivat rifampisin dan INH
» Thiomides (ethionamide dan prothionamide)
a. TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto
toraks: lesi luas Paduan obat yang dianjurkan :
2 RHZE / 4 RH atau 2 RHZE/ 6 HE atau 2 RHZE /
4R3H3
b. TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto
toraks: lesi minimal pamduan obat yang dianjurkan
: 2 RHZE / 4 RH atau 6 RHE atau 2 RHZE/
4R3H3.

TB paru kasus kambuh


Sebelum ada hasil uji resistensi dapat
diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan
sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak
terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan
obat RHE selama 5 bulan.

TB Paru kasus gagal pengobatan


Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan obat lini 2
(contoh paduan: 3-6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin
dilanjutkan 15-18 bulan ofloksasin, etionamid, sikloserin). Dalam
keadaan tidak memungkinkan pada fase awal dapat diberikan 2
RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi.
Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat RHE
selama 5 bulan.
TB Paru kasus putus berobat
Pasien TB paru kasus lalai berobat, akan
dimulai pengobatan kembali sesuai dengan
kriteria sebagai berikut:
• Berobat > 4 bulan
• BTA saat ini negatif
• Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada
perbaikan maka

BTA saat ini positif


TB Paru kasus kronik Pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang
Pengobatan TB paru kasus lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama:
kronik, jika belum ada hasil uji • Berobat < 4 bulan
resistensi, berikan RHZES. Jika • Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal dengan
telah ada hasil uji resistensi, panduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu
sesuaikan dengan hasil uji pengobatan yang lebih lama.
resistensi (minimal terdapat 4 • Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif TB aktif
macam OAT yang masih sensitif) pengobatan diteruskan
ditambah dengan obat lini 2
seperti kuinolon, betalaktam,
makrolid dll. Pengobatan
minimal 18 bulan.
Prognosis
Prognosis yang buruk ditandai dengan adanya keterlibatan TB
Ekstrapulmoner, pada orang tua, dan riwayat pengobatan sebelumnya yang
buruk. Untuk kasus dengan resistensi obat, pasien dengan resistensi hanya
rifampisin saja mempunyai prognosis yang lebih baik daripada kasus MDR-
TB tetapi mempunyai resiko yang lebih tinggi terjadi kegagalan pengobatan.
Kesimpulan
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan
kuman mycobacterium tuberculosis. Ditandai dengan Gejala Respiratorik (Batuk ≥ 2
minggu, Batuk darah, Sesak napas, Nyeri dada) dan gejala sistemik
(Demam,malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun).
Pemeriksaan Radiologi Foto Thorax PA dengan atau tanpa foto lateral adalah
modalitas pencitraan yang paling umum untuk menilai TB paru. Pada pasien dengan
TB Paru kasus baru pengobatannya adalah OAT lini pertama. Prognosis TB Paru
tergantung pada diagnosis dini dan pengobatan, Prognosis yang buruk ditandai
dengan adanya keterlibatan TB Ekstrapulmoner, pada orang tua, dan riwayat
pengobatan sebelumnya yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, Anjali. 2020. Postprimary Tuberculosis Lung Imaging. Indian Radiological and Imaging
Association.

DEPKES RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Halim Dan Budi Satria. 2017. Faktor yang berhubungan Dengan Kejadian TB Paru Di Puskesmas Sempor I
Kebumen.

Kemenkes RI. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

Rasad, Sjahriar. 2015. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Sarmen, R. D., FD, S. H., & Suyanto. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Pasien TB Paru Terhadap
Pengendalian TB di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru. Jurnal Kesehatan diakses pada tanggal
16 Desember 2017.

Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG.

Sofwan, Achmad. 2018. Appartus Respiratorius/Systema Respiratorium/Sistem Pernafasan. Jakarta: Bagian


Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.

WHO. 2015. Global Tuberculosis Report 2015. Switzerland: WHO Press.

Anda mungkin juga menyukai