Anda di halaman 1dari 29

MIKOSIS PARU

oleh : Ulfa & Efrimanto


Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia,
termasuk infeksi jamur atau mikosis. Mikosis paru adalah gangguan paru
(termasuk saluran napas) yang disebabkan oleh kolonisasi jamur atau reaksi
hipersensitif terhadap jamur. Kasus-kasus infeksi jamur makin banyak
ditemukan, karena teknik pemeriksaan yang semakin maju.Selain itu, frekuensi
mikosis paru juga semakin meningkat seiring dengan peningkatan penyakit
Sindrom Imunodefisiensi Akut (SIDA) dan keganasan. Faktor predisposisi
lainnya yaitu pemakaian obat-obat kortikosteroid, imunosupresif,
sitostatistika.
DEFINISI
Mikosis paru adalah gangguan paru
yang disebabkan oleh
infeksi/kolonisasi jamur atau reaksi
hipersensitif terhadap jamur
KLASIFIKASI
Berdasarkan jamur penyebab, Riddell
menglasifikasikan mikosis paru menjadi :
1. Aktinomisetes (aktinomikosis,
nokardiomikosis).
2. Ragi dan jamur menyerupai ragi
(kriptokokosis, kandidosis).
3. Jamur berfilamen (aspergillosis,
mukormikosis).
4. Jamur dimorfik (histoplasmosis,
koksidiodomikosis, blastomikosis).
Sementara, berdasarkan keberadaan
jamur dalam tubuh, mikosis paru
dibagi menjadi:
1. Mikosis paru yang disebabkan
jamur pathogen, bisa bersifat:
Endemic dan Nonendemik
2. Mikosis paru disebabkan jamur
oportunis, yaitu aspergillosis,
kandidosis, nokardiosis,
mukormikosis
Histoplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan
jamur Histoplasma capsulatum. H. capsulatum bersifat
dimorfik, hidup dalam tanah yang mengandung kotoran
burung, ayam, kelelawar. Histoplasmosis hidup dan tumbuh
sangat baik pada suhu 22-29C dengan kelembaban udara
berkisar 67%-87%.
Manifestasi penyakit ini dapat tidak bergejala, positif
dengan uji kulit histoplasmin sampai penyakit paru yang fatal.
Masa inkubasi sekitar 14 hari dengan gambaran klinis kadang
menyerupai tuberculosis.
1. Histoplasmosis asimtomatik, dapat dijumpai sekitar 90%
penduduk terinfeksi H. capsulatum pada daerah endemik,
tidak ada gejala, tes histoplasmin positif.
2. Histoplasmosis paru akut, seringkali terjadi pada orang
yang berkunjung ke daerah endemic. Gejala klinis tidak
khas, bila spora yang terhirup cuku banyak, dapat
menimbulkan sesak napas, sianosis, sakit dada, ruam,
eritema multiforme, dan sakit pleura. Stadium akut ini
berakhir dalam 3 minggu dengan penyembuhan
sempurna.
3. Histoplasmosis paru kronik, dijumpai pada orang dewasa
dengan riwayat penyakit paru kronik, misalnya TB paru,
dapat juga pada penderita diabetes mellitus. Foto toraks
menunjukkan gambaran kaverne pada kedua lobus atas
paru, sering disangka TB paru.
4. Histoplasmosis diseminata, timbul pada pasien yang
disertai dengan gangguan imun. Secara klinis sering
didapati demam tinggi yang tidak spesifik,
hepatosplenomegali, limfadenopati, pansitopenia dan
lesi di mukosa dapat terjadi berupa lesi ulseratif di mulut,
lidah, dan orofaring. Pada foto toraks, gambaran dapat
normal atau didapati infiltrat difus.
Penyakit ini disebabkan oleh ragi berkapsul, Cryptococcus
neoformans.Infeksi ja Jamur ini memiliki tropisme ke sistem saraf
pusat, sehingga meningitis kriptokokus merupakan bentuk
ekstraparu yang sering pada penyakit ini. mur ini terjadi melalui
alat pernapasan. Foto toraks menunjukkan gambaran yang
bervariasi dan tidak spesifik, bisa berupa infiltrat, konsolidasi
lobus, abses, nodul, bentuk milier, adenopati hilus atau efusi
pleura. Diagnosis ditegakkan bila menemukan Cryptococcus
pada pemeriksaan histopatologi atau isolasi Cryptococcus dari
dahak
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Aspergillus, terutama
spesies A. fumigatus. Jamur ini banyak berhamburan di udara
sehingga gampang dihirup melalui saluran napas.Spora jamur
yang terhirup, kemudian mengadakan kolonisasi di permukaan
mukosa.Jamur dapat menembus jaringan hanya bila ada
gangguan sistem imun, baik lokal atau sistemik.
Bergantung kepada status imunologis dan genetic, A. fumigatus
dapat menimbulkan berbagai manifestasi, yaitu :
1. Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA)
Manifestasi klinis ABPA sangat bervariasi, berupa badan
tidak enak, demam, sesak, sakit dada, wheezing, dahak
purulent dan batuk darah. Berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, dan serologis, sudah dikenal 5 macam staging
ABPA.
2. Aspergiloma
Aspergiloma biasanya terjadi pada pasien yang sudah
mempunyai kelainan anatomis paru, misal ada kavitas
karena TB paru, bronkiektasis, abses paru, tumor paru.
Jamur tidak menembus sampai ke parenkim paru. Secara
klinis, hemoptysis (batuk darah) merupakan gejala utama
yang dapat massif sehingga mengancam jiwa. Selain batuk
darah, dapat dijumpai gejala penyakit dasarnya. Secara
radiologis, tampak kelompok hifa dan spora jamur
memberikan bayangan radioopak, sedangkan rongga
kavitas radiolusen, sering disebut fungus ball.
3. Aspergillosis Invasif
Aspergillosis pneumonia merupakan penyakit infeksi jamur
paru yang banyak dijumpai pada pasien yang mempunyai
kelainan sel neutrofil. Jamur menimbulkan nekrosis dan infark
multipel, jamur juga menyerbu pembuluh darah yang dapat
menimbulkan abses di otak, hati, kulit, dll.
CT scan memberikan gambaran nodul kecil di dasar pleura
dengan halo sign yaitu area yang atenuasinya lemah
mengelilingi lesi noduler tersebut. Temuan lainnya berupa
rongga dari lesi noduler tersebut berupa radiolusen seperti
bulan sabit yang menggambarkan jaringan paru yang infark.
4. Aspergillosis Kronik Nekrotizing
Penyakit ini merupakan bentuk antara aspergiloma dan
aspergillosis invasif. Jamur tumbuh dan berkembang dalam
rongga udara yang tidak normal pada paru yang juga tidak
normal. Gejala yang timbul berupa sesak napas, batuk
kronik, berdahak, berat badan menurun, keringat malam,
demam, dan batuk darah intermitten.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur spesies Candida, terutama C.
albicans. Kandida dapat hidup sebagai organisme komensal di
mulut, saluran cerna dan vagina, tapi pada keadaan tertentu
dapat menjadi pathogen dan menyebabkan kandidosis.
Manifestasi klinis kandidosis paru bisa berupa:
a. Jamur hidup sebagai saprofit di saluran napas, misalnya
pada penyakit paru kronik
b. Kandidosis primer, timbul karena aspirasi jamur dari rongga
mulut. Manifestasi berupa pneumonia atau dapat menyebar
ke berbagai organ.
c. Infeksi sistemik yang melibatkan berbagai organ
d. Kadang berupa misetoma
e. Kandidosis bronkopulmoner alergi

Secara radiologis bisa dijumpai bercak-bercak


segmental atau ada juga berupa gambaran abses.
Diagnosis dapat dipastikan dengan biopsi paru atau
ditemukan candida dalam jumlah banyak di dalam dahak
dan sekret bronkus.
Prosedur diagnosis mikosis paru masih menjadi tantangan
sampai saat ini. Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang cermat
merupakan langkah penting dalam prosedur diagnosis mikosis
paru. Langkah tersebut harus diikuti pemeriksaan penunjang
yang tepat, meliputi: pemeriksaan laboratorium rutin, radiologi
dan mikologi.
Keluhan pasien mikosis paru mirip dengan keluhan penyakit
paru, pada umumnya, tidak ada kelugan patognomonik. Keluhan
demam, batuk, sesak, dll perlu diwaspadai sebagai gejala mikosis
paru pada pasien dengan keadaan sebagai berikut :
1. Pasien yang memiliki kondisi imunosupresi (neutropenia
berat, keganasan darah, transplantasi organ atau
kemoterapi)
2. Penggunaan jangka panjang alat-alat kesehatan invasif
3. Pasien dengan kondisi imunokompromis akibat penggunaan
jangka panjang antibiotika berspektrum luas, kortikosteroid
dan obat imunosupresi
4. Penyakit kronik seperti keganasan rongga toraks, PPOK,
bronkiektasis, luluh paru, sirosis hati, insufisiensi renal,
diabetes
5. Gambaran infiltrat di paru dengan demam yang tidak
membaik setelah pemberian antibiotika adekuat dengan
atau tanpa adenopati
6. Pasien dengan manifestasi mikosis kulit berupa lesi eritema
nodosum pada ekstremitas bawah terutama di daerah
endemik jamur tertentu
7. Pasien terpajan atau setelah bepergian ke daerah endemik
jamur tertentu.
Gambaran foto toraks pada
sebagian besar mikosis paru
tidak menunjukkan ciri khas,
dapat ditemukan infiltrat
interstisial, konsolidasi, nodul
multipel, kavitas, efusi pleura. Place your screenshot here
Gambaran yang khas dapat
terlihat pada aspergiloma,
yaitu fungus ball di dalam
kavitas pada pemeriksaan
foto toraks. Hasil lab rutin
yang mungkin berkaitan dgn
mikosis paru adlh peningkatn
jumlah sel eosinofil.
Metode laboratorium untuk mendiagnosis
mikosis paru dilakukan melalui tiga
pendekatan penting, yaitu:
1. Pemeriksaan mikroskopik
2. Biakan
3. Serologi
4. Polymerase chain reaction (PCR)
Kriteria faktor pejamu, gambaran klinis dan
hasil pemeriksaan mikologi
Kriteria Deskripsi
Faktor pejamu Neutropenia (neutrofil <500/mm3 selama >10 hari)
Menerima transplantasi sumsum tulang alogenik
Menerima terapi kortikosteroid jangka panjang dengan rerata dosis
minimal setara prednison 0,3 mg/kg/hari selama >3 minggu
Menerima terapi imunosupresan sel-T misalnya siklosporin,
penyekat TNF-alfa, antibodi monoklonal spesifik (misalnya
alemtuzumab), atau analog nukleosida dalam 90 hari terakhir.
Mengalami imunodefisiensi primer berat (misalnya penyakit
granulomatosa kronik atau imunodefisiensi berat lainnya)
Gambaran klinis Mayor
Terdapat salah satu dari tiga kondisi berikut pada CT-scan: lesi padat
dengan atau tanpa halo sign, air-crescent sign atau kavitas.
Minor
Gejala infeksi saluran napas bawah (misalnya batuk, nyeri dada,
sesak napas, hemoptisis)
Pemeriksaan fisis terdapat pleural rub
Gambaran infiltrat baru yang tidak sesuai kriteria mayor
Hasil mikologi Pemeriksaan langsung
Ditemukan elemen jamur kapang dari spesimen
sputum BAL, bilasan bronkus, aspirat sinus
Pertumbuhan jamur kapang dalam medium biakan
Pemeriksaan tidak langsung
Aspergilosis: antigen galaktomanan terdeteksi
dalam plasma, serum, BAL atau LSS
Penyakit jamur invasif selain kriptokokus dan
zigomikosis: beta-glucan terdeteksi dalam serum
Penatalaksanaan mikosis paru berkaitan erat dengan
jenis jamur, status imun pejamu, lokasi infeksi, kepekaan
jamur terhadap obat, terapi antijamur sebelumnya,
penanganan sumber infeksi dan faktor risiko.
Penatalaksanaan ini terdiri atas medikamentosa dan
bedah.
Golongan Golongan
Golongan
polien Flusitosin
azol ekinokandin
KESIMPULAN
Ibu Mokah, berusia 72 tahun, mengalami UAP (Unstable Angina Pectoris)
lateral dengan onset < 3 jam GRACE SCORE 127, dan diberi pengobatan :
1. Bed rest
2. O22-4 L/i via nasal kanul
3. IVFD RL 20 gtt/i
4. Pemasangan Kateter dan Pemasangan Monitor
5. Diet M II jantung 1700 kkal
6. Medikamentosa :
THANKS!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai