Anda di halaman 1dari 18

Lumbar spinal stenosis

SUCI AMATUL ‘ALIMA


1710211041
Introduction
• Stenosis lumbar spinal adalah sumber umum nyeri kaki dan punggung
• Mengacu pada penyempitan vertebra, di daerah kanal sentral, neural
foramen
• Terlepas dari prevalensi nya, saat ini tdk ada definisi stenosis spinal
lumbar yg diterima scr universal, dan krn kurangnya kriteria
diagnostik radiologis.
• Stenosis spinal lumbar merupakan penyebab kecacatan pada lansia,
dan merupakan penyebab signifikan kecacatan pd lansia, dan
merupakan penyebab paling signifikan dari pembedahan tulang pd
pasien yg berusia diatas 65 tahun
• Lumbal spinal canal stenosis merupakan suatu kondisi penyempitan
kanalis spinalis atau foramen intervertebralis pada daerah lumbar
disertai dengan penekanan akar saraf yang keluar dari foramen
tersebut
Epidemiologi

• Prevalensi stenosis spinal lumbalis yang didapat adalah


19,4%, untuk populasi berusia antara 60-69 tahun

• Dalam sebuah studi berbasis populasi Jepang di mana subjek


menjalani kuesioner gejala untuk memprediksi stenosis lumbar,
ditemukan bahwa insiden meningkat dengan usia, dengan 1,7-2,2%
antara usia 40-49, dan 10,3% -11,2% antara usia 70 hingga 79

• Paling banyak mengenai lumbar ke 4 dan ke 5

• Pria > wanita


Etiology
• 3 faktor yang berkontribusi
1. Pertumbuhan berlebih pd tulang
2. Ligamentum Flavum Hipertrofi
3. Prolaps disk
• Risk akan stenosis lumbar spinal akan meningkat pada orang :
1. Terlahir dgn kanal spinal yg sempit
2. Usia lebih d 50 tahun ( osteofit / Tonjolan tulang belakang yg
berkaitan dgn pertambahan usia )
3. Pernah mengalami cidera tulang belakang sebelumnya
Etiologi
1. Bagian dari proses aging
2. Korelasi tidak jelas antara gejala stenosis dan ras, pekerjaan, gender.
3. 2 bentuk:
• Primary Stenosis  kongenital dan jarang. Pasien usia muda yang
tanpa gejala.
• Acquired Stenosis  kondisi degeneratif. Biasanya simptomatis
pada usia >50
Klasifikasi berdasarkan etiologi
1. Stenosis Primer
a. Defek Kongenital
- Disrapismus Kongenital
- Segmentasi Vertebra yang mengalami kegagalan
b. Perkembangan 1. Akondroplasia
- Kegagalan Pertumbuhan Tulang 2. Osteopetrosis
- Idiopatik : Hipertrofi tulang pd 3.Morculo disease

arkus vertebralis.
2. Stenosis Sekunder
a. Degeneratif
- Spondilolistesis 1. Post Laminektomi
- Iatrogenik 2. Post Disektomi
- Post Fraktur
- Penyakit tulang sistemik
Klasifikasi
berdasarkan
anatomi
GEJALA KLINIS
LUMBAR STENOSIS
1. Presentasi: nyeri tungkai saat berjalan dan berkurang dengan istirahat.
Ketika pasien membungkuk, nyeri hilang (Klaudaksio atau
Pseudoklaudaksio)
2. Gejala utama: tidak nyaman, sensori hilang, kelemahan tungkai,
mencerminkan keterlibatan spinal nerve roots pada lumbar spinal canal.
Gejala klinis
• Nyeri di daerah punggung bagian bawah, bokong, kadang femoral
• Nyeri biasa terjadi ketika duduk lama, berdiri atau duduk lama, berdiri
atau berjalan dan ketika ekstensi lumbar
• Nyeri berkurang ketika istirahat kedepan atau ketika fleksi lumbar
• Nyeri biasanya fluktuasi
• Ketika berdiri atau berjalan menyebabkan mati rasa
• Rasa tidak nyaman di bagian pokong
DIAGNOSIS
1. Foto polos x-ray Lumbosacral
Untuk pasien dengan spondilolistesis degeneratif foto polos posisi lateral,
bertujuan untuk melihat pergeseran abnormal pada segmen yang terlibat

2. CT Scan
Sangat bagus untuk mengevaluasi tulang, khususnya di aspek resesus lateralis.
Selain itu dia bisa juga membedakan mana diskus dan mana ligamentum flavum
dari kantongan tekal (thecal sac)
3. MRI
MRI adalah pemeriksaan gold standar diagnosis lumbar
stenosis dan perencanaan operasi. Kelebihannya adalah bisa
mengakses jumlah segmen yang terkena, serta mengevaluasi
bila ada tumor, infeksi bila dicurigai. Selain itu bisa
membedakan dengan baik kondisi central stenosis dan
lateral stenosis.
TATALAKSANA
1. Terapi Konservatif
Terapi konservatif dilakukan apabila gejalanya ringan dan durasinya pendek
selain itu kondisi umum pasien tidak mendukung dilakukan terapi operatif
(misalnya pasien dengan hipertensi atau diabetes melitus)

Modalitas utama meliputi edukasi,modifikasi aktivitas termasuk mengurangi


mengangkat beban, membengkokan badan, memelintir badan, latihan
fisioterapi harus menghindari hiperekstensi dan tujuannya adalah untuk
menguatkan otot abdominal fleksor untuk memelihara posisi fleksi, penggunaan
lumbar corset-type brace dalam jangka pendek,
• Analgesik sederhana (misal acetaminofen), NSAIDs, kalsitonin
nasal untuk nyeri sedangkan injeksi steroid epidural untuk
mengurangi inflamasi.
• Latihan juga sangat penting antara lain bersepeda, treadmill,
hidroterapi misalnya berenang dapat memicu pengeluaran
endorphin dan meningkatkan suplai darah ke elemen saraf,
serta membantu memperbaiki fungsi kardiorespirasi
2. Terapi Operatif
Indikasi operasi adalah gejala neurologis yang bertambah
berat, defisit neurologis yang progresif, ketidakamampuan
melakukan aktivitas sehari-hari dan menyebabkan penurunan
kualitas hidup, serta terapi konservatif yang gagal. Prosedur
yang paling standar dilakukan adalah laminektomi
dekompresi
PROGNOSIS
• Prognosis baik bila dekompresi adekuat, stabilitas sendi facet terjaga,
pembedahan lebih awal, pemakaian korset post-op, latihan pasca operasi

Anda mungkin juga menyukai