Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


CANAL STENOSIS

OLEH

ZILLA HANIFIA

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
A. Landasan Teoritis Penyakit

1. Defenisi

Lumbal spinal canal stenosis atau stenosis kanal lumbal


adalah merupakan penyempitan osteoligamentous kanalis
vertebralis dan atau foramen intervertebralis yang menghasilkan
penekanan pada akar saraf sumsum tulang belakang. Penyempitan
kanal tulang belakang atau sisi kanal yang melindungi saraf sering
mengakibatkan penekanan dari akar saraf sumsum tulang
belakang. Saraf menjadi semakin terdesak karena diameter kanal
menjadi lebih sempit. Prevalensinya 5 dari 1000 orang diatas usia
50 tahun di Amerika. Pria lebih tinggi insidennya daripada wanita,
dan paling banyak mengenai L4- L5 dan L3-L4

Stenosis tulang belakang lumbal (penyempitan pada ruang


saraf) adalah penyakit yang terutama mengenai usia paruh baya
dan usia lebih tua, dan terjadi akibat penyempitan kanal spinal
secara perlahan, mulai dari gangguan akibat penebalan ligament
kuning, sendi faset yang membesar, dan diskus yang menonjol.
Biasanya seseorang dengan stenosis tulang belakang memiliki
keluhan khas nyeri yang luar biasa pada tungkai atau betis dan
punggung bagian bawah bila berjalan. Hal ini biasanya terjadi
berulang kali dan hilang dengan duduk atau bersandar. Saat tulang
belakangdibungkukkan, akan tersedia ruang yang lebih luas bagi
kanal spinal, sehingga gejala berkurang. Meskipun gejala dapat
muncul akibat penyempitan kanal spinal, tidak semua pasien
mengalami gejala. Belum diketahui mengapa sebagian pasien
mengalami gejala dan sebagian lagi tidak. Karena itu, istilah
stenosis tulang belakang bukan merujuk pada ditemukannya
penyempitan kanal spinal, namun lebih pada adanya nyeri tungkai
yang disebabkan oleh penekanan saraf yang terkait
2. Etiologi Penyakit
Ada 3 faktor yang berkontribusi terhadap lumbal spinal canal
stenosis, antara lain:
1. Pertumbuhan berlebih pada tulang
2. Ligamentum flavum hipertrofi
3. Prolaps diskus
Sebagian besar kasus stenosis kanal lumbal adalah karena
progresif tulang dan pertumbuhan berlebih jaringan lunak dari
arthritis. Risiko terjadinya stenosis tulang belakang meningkat pada
orang yang:
1. Terlahir dengan kanal spinal yang sempit
2. Jenis kelamin wanita lebih beresiko daripada pria
3. Usia 50 tahun atau lebih (osteofit atau tonjolan tulang
berkaitan dengan pertambahan usia)
4. Pernah mengalami cedera tulang belakang sebelumnya
3. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala Penyakit
Gejala yang dirasakan tiap pasien berbeda tergantung pola
dan distribusi stenosis. Gejala bisa berhubungan dengan satu akar
saraf pada satu level. Adapun manifestasi kliniknya adalah:
1. Kebanyakan pasien mengeluh pada nyeri pinggang
bawah (95%)
2. Nyeri pada ekstremitas bawah (71%) berupa rasa
terbakar yang sifatnya hilang timbul, kesemutan, berat,
geli di posterior atau posterolateral tungkai
3. Kelemahan (33%) yang menjalar ke ekstremitas bawah
memburuk dengan berdiri lama, beraktivitas, atau
ekstensi lumbal yang biasanya berkurang pada saat
duduk, berbaring, dan posisi fleksi lumbal.
4. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik Penyakit
Diagnosis spinal stenosis biasanya ditegakkan secara klinis.
Penting selama evaluasi klinis untuk menyingkirkan adanya
penyakit pembuluh darah perifer (berkurangnya aliran darah ke
tungkai) sebagai kemungkinan diagnosis. Pemeriksaan untuk
memastikan stenosis tulang belakang mencakup :
 Sensasi kulit Anda, kekuatan otot, dan refleks
 Romberg tes, uji pinggul ekstensi dan tes fungsi
neuromuskuler
 Foto polos x-ray Lumbosacral
Merupakan penilaian rutin untuk pasien dengan back
pain. Dibuat dalam posisi AP lateral dan obliq, dengan
tampak gambaran kerucut lumbosacral junction, dan
spina dalam posisi fleksi dan ekstensi. Diharapkan untuk
mendapat informasi ketidakstabilan segmen maupun
deformitas.
 MRI (Magnetic Resonance Imaging).
MRI adalah pemeriksaan gold standar diagnosis lumbar
stenosis dan perencanaan operasi. Kelebihannya adalah
bisa mengakses jumlah segmen yang terkena, serta
mengevaluasi bila ada tumor, infeksi bila dicurigai.
Selain itu bisa membedakan dengan baik kondisi central
stenosis dan lateral stenosis.
 CT Scan dapat menunjukkan taji tulang apapun yang
dapat menempel ke tulang punggung dan mengambil
ruang di sekitar saraf tulang belakang.
 EMG (Elektromiogram). Dilakukan jika ada
kekhawatiran tentang masalah neurologis. Ini dilakukan
untuk memeriksa apakah jalur motor saraf bekerja
dengan benar.
 Somatosensori (SSEP) tes. Tes ini dilakukan untuk
mencari lebih tepatnya di mana saraf tulang belakang
tertekan. SSEP digunakan untuk mengukur sensasi saraf.
Impuls sensorik perjalanan saraf, menginformasikan
tentang sensasi tubuh seperti rasa sakit, suhu, dan
sentuhan.
 Tes darah untuk menentukan apakah gejala disebabkan
dari kondisi lain, seperti arthritis atau infeksi.
5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Terapi Konservatif
Apabila tidak terdapat keterlibatan saraf berat atau progresif,
kita dapat menangani stenosis tulang belakang
menggunakan tindakan konservatif berikut ini:
 Obat antiinflamasi nonsteroid untuk mengurangi
inflamasi dan menghilangkannyeri
 Analgesik untuk menghilangkan nyeri
 Blok akar saraf dekat saraf yang terkena untuk
menghilangkan nyeri sementara
 Program latihan dan/atau fisioterapi untuk
mempertahankan gerakan tulang belakang, memperkuat
otot perut dan punggung, serta membangun stamina,
semua hal tersebut membantu menstabilkan tulang
belakang. Beberapa pasien dapat didorong untuk
mencoba aktivitas aerobik dengan gerak progresif
perlahan seperti berenang atau menggunakan sepeda
latihan.
 Korset lumbal untuk memberikan dukungan dan
membantu pasien mendapatkan kembali mobilitasnya.
Pendekatan ini terkadang digunakan pada pasien dengan
otot perut yang lemah atau pasien berusia lanjut dengan
degenerasi beberapa tingkat. Korset hanya dapat
digunakan sementara, karena penggunaan jangka
panjang dapat melemahkan otot punggung dan perut.
 Akupunktur dapat menstimulasi lokasi-lokasi tertentu
pada kulit melalui berbagai teknik, sebagian besar
dengan memanipulasi jarum tipis dan keras dari bahan
metal yang memenetrasi kulit.
2. Terapi operatif
Indikasi operasi adalah gejala neurologis yang bertambah
berat, defisit neurologis yang progresif, ketidakamampuan
melakukan aktivitas sehari-hari dan menyebabkan penurunan
kualitas hidup, serta terapi konservatif yang gagal. Prosedur yang
paling standar dilakukan adalah laminektomi dekompresi.
Tindakan operasi bertujuan untuk dekompresi akar saraf dengan
berbagai tekhnik sehingga diharapkan bisa mengurangi gejala
pada tungkai bawah dan bukan untuk mengurangi LBP (low back
pain), walaupun pasca operasi gejala LBP akan berkurang secara
tidak signifikan.
6. Kompilkasi Penyakit
Karena lumbar stenosis lebih banyak mengenai populasi
lanjut usia maka kemungkinan terjadi komplikasi pasca operasi
lebih tinggi daripada orang yang lebih muda. Selain itu juga lebih
banyak penyakit penyerta pada orang lanjut usia yang akan
mempengaruhi proses pemulihan pasca operasi. Komplikasi
dibagi menjadi empat grup yaitu , infeksi, vaskuler,
kardiorespirasi, dan kematian. Kematian berkorelasi dengan usia
dan penyakit komorbid. Peningkatan resiko komplikasi yang
berkaitan dengan fusi meliputi infeksi luka, DVT (deep vein
thrombosis) atau emboli paru, kerusakan saraf. Komplikasi pada
graft, dan kegagalan pada instrumen. Komplikasi laminektomi
bisa terjadi fraktur pada facet lumbar, dan spondilolistesis
postoperatif.
B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan Penyakit
1. Pengkajian
A. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan terdapat ururtan-urutan kegiatan yang akan
dilakukan yaitu :
a. Identitas Klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi


pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, dan diagnosis medis. Spinal
Canal Stenosis insidensinya meningkat pada usia
yang lebih tua terkait dengan osteoporosis.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pada penyakit dilakukan untuk menemukan penyebab adanya
riwayat jatuh dan cedera pada tulang belakang. Penyakit-
penyakit tertentu seperti kanker tulang, kongenital
menyempitnya kanal spinal.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengumpulan data dilakukan untuk menentukan penyebab
dari nyeri pada tulang belakang yang dapat membantu dala
membuat rencana tindakan terhadap pasien berupa kronologi
terjadinya penyakit.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit keluarga berhubungan dengan penyakit tulang
adalah salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur,
seperti diabetes, osteoporosis sering terjadi pada beberapa
keturunan, dan kanker tulang cenderung diturunkan secara
genetik.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah
dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
b. Kepala
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut.
c. Mata
Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat,
isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+)
d. Telinga
Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal
e. Hidung
simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
f. Mulut
gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
g. Leher
trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar,
kelenjar tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis
tidak meningkat
h. Thorax
Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas
jantung dalam batas normal,S1>S2,regular, tidak ada
suara tambahan.
i. Paru-paru
Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri,
nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara
dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara
tambahan.
j. Abdomen :

Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan

Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal

Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen

Palpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba,


tidak teraba massa.

k. Ekstremitas
Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus
otot cukup.

Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-


), sianois (-), oedema (-), tonus otot cukup.

 Pemeriksaan lokal
a. Look
Terdapat perubahan asimetris bentuk
tulang belakang, fraktur atau cedera pada
tulang belakang
b. Feel
Terdapat nyeri pada tulang belakang. Hal
yang harus diperhatikan
1. Temperatur setempat yang
meningkat
2. Nyeri Tekan, bersifat superfisial
biasanya sisebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang
dalam akibat fraktur tulang
3. Krepitasi
4. Pemeriksaan vaskuler pada daerah
distal trauma berupa palpasi
bagian terkena. Refilling
(pengisian) arteri pada kuku,
warna kulit pada bagian
ekstremitas dan daerah trauma,
temperatur kulit.
c. Move
Setelah melakukan pemeriksaan palpasi,
kemudian diteruskan dengan
menggerakan ekstremitas dan dicatat
apakah terdapat keluhan nyeri dan
kelemahan pada pergerakan. Pencatatan
lingkup gerak ini perlu, agar dapat
mengevaluasi keadaan sebelum dan
sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan
ukuran derajat, dari tiap arah pergerakkan
mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam
ukuran metrik. Pemeriksaan ini berfungsi
untuk menentukan apakah ada gangguan
gerak (mobilitas) atau tidak

3. Pengkajian Keperawatan
a. Integritas ego
Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas,
marah.

b. Istirahat dan tidur


Kelelahan, kelemahan, malaise
c. Elimasi
Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna
urin.
d. Makanan/cairan
Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia,
mual, muntah.
e. Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang
panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat
keparahan.

f. Interaksi sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran
seperti biasa.

g. Persepsi diri
Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.

h. Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.
DIAGNOSA NANDA NOC NIC

No Diagnosa NOC NIC

1. Nyeri NOC : NIC :


(akut/kronis) a. Pain level 1. Lakukan
berhubungan b. Pain control pengkajian nyeri
dengan agen KH : secara
pencedera o Mampu mengontrol nyeri komprehensif
fisik: o Melaporkan bahwa nyeri termasuk lokasi,
Kompresi berkurang dgn karakteristik,
saraf, spasme menggunakan manajemen durasi, frekuensi,
otot. nyeri kulitas, dan factor
o Mampu mengenali nyer presipitasi
o Menyatakan rasa nyaman 2. Observasi reaksi
setelah nyeri berkurang nonverbal
3. Kaji kultur yang
mempengaruhi
nyeri
4. Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
5. Control
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri
6. Kaji tipe dan
sumber nyeri
7. Berikan analgetik
8. Lakuakn
pengobatan non
farmakologik
2 Kerusakan NOC NIC
mobilitas fisik  Mengungkapkan 1. Berikan tindakan
berhubungan pemahaman tentang pengamanan
dengan nyeri situasi/faktor risiko dan sesuai indikasi
dan ketidak aturan pengobatan dengan situasi
nyamanan, individual yang spesifik
spasme otot,  Mendemonstrasikan
terapi teknik/perilaku yang 2. Catat respons-
restriktif (tirah mungkin respons
baring, traksi),  Mempertahankan/mening emosi/perilaku
kerusakan katkan kekuatan dan pada imobilisasi.
neuromuscula fungsi bagian tubuh yang Berikan aktivitas
r. sakit dan/atau kompensasi yang disesuaikan
dengan pasien
3. Ikuti
aktivitas/prosedur
dengan periode
istirahat.
Anjurkan pasien
untuk tetap ikut
berperan serta
dalam aktivitas
sehari-hari dalam
keterbatasan
individu.
4. Berikan/bantu
pasien untuk
melakukan latihan
rentang gerak
pasif dan aktif
5. Anjurkan pasien
untuk melatih
kaki bagian
bawah/lutut. Nilai
adanya edema,
eritema pada
ekstremitas
bawah, adanya
tanda Homan.
6. Bantu pasien dalam
melakukan aktivitas
ambulasi progresif.
7. Demonstrasikan
penggunaan alat
penolong, seperti
alat bantu jalan,
tongkat.
8. Berikan
perawatan kulit
dengan baik,
masase titik yang
tertekan setelah
setiap perubahan
posisi. Periksa
keadaan kulit di
bawah brace
dengan periode
waktu tertentu.
9. Kolaborasi
pemberian obat
untuk
menghilangkan
nyeri kira-kira 30
menit sebelum
memindahkan/me
lakukan ambulasi
pasien.

3 Ansietas NOC NIC


(uraikan
 Tampak rileks dan 1. Kaji tingkat
tingkatan)/kop
melaporkan ansietas ansietas pasien.
ing, individual
berkurang pada tingkat Tentukan
tidak efektif
dapat diatasi. bagaimana pasien
(kronis)
 Mengidentifikasi menangani
berhubungan
ketidakefektifan perilaku masalahnya
dengan krisis
koping dan dimasa yang lalu
situasi
konsekuensinya dan bagaimana
 Mengkaji situasi terbaru pasien melakukan
dengan akurat koping dengan
 Mendemonstrasikan masalah yang
keterampilan pemecahan dihadapinya
masalah. sekarang dapat
 Mengembangkan rencana diatasi.
untuk perubahan gaya 2. Berikan informasi
hidup yang perlu. yang akurat dan
jawab dengan jujur.

3. Berikan
kesempatan
pasien untuk
mengungkapkan
masalah yang
dihadapinya,
seperti
kemungkinan
paralisis,
pengaruh
terhadap fungi
seksual,
perubahan dalam
pekerjaan/finansia
l, perubahan
peran dan
tanggung jawab.
4. Kaji adanya
masalah sekunder
yang mungkin
merintangi
keinginan untuk
sembuh dan
mungkin untuk
menghalangi
proses
penyembuhannya
5. Catat perilaku
dari orang
terdekat/keluarga
yang
meningkatkan
“peran sakit”
pasien.
6. Rujuk pada
kelompok
penyokong yang
ada, pelayanan
sosial, konselor
finansial/konselor
kerja, psikoterapi
dan sebagainya.

5. Evaluasi
1. Klien mengatakan jika nyeri berkurang dalam skala 1-2
2. Klien mengatakan mampu miring kiri dan kanan
3. Klien mengatakan perasaan cemas berkurang
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1990. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Doenges. E, Moorhouse and Geissler. (2000). Rencana Asuhan


Keperawatan. Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumetasian
Perawatan Pasien. Jakarta. EGC
Indah, Putu, dkk. Lumbar Spinal Canal Stenosis Diagnosis dan Tatalaksana.
Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
RumahSakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

Jefferey M. Spivak. Current Concepts Review - Degenerative Lumbar


Spinal
Stenosis.JournalBone Joint Surg Am.1998;80:1053-66.
PATHWAY Hipertropi
Osteoligamentum
Cedera Usia
Vertebre
Vertebra Degeneratif

Kanal Spinal
Perubahan Osteofit/Diskus
Menyempit
Struktur Diskus Menonjol

FRAKTUR LUMBAL KANAL


SPINAL STENOSIS
Resiko
Inkotinensia
Urin
Perubahan Kompresi Saraf Kerusakan
Stimulus Saraf Spinal Neuromuskuler
Kebiasaan
Toileting Tidak
Perubahan Pola Nyeri Defisit Sensori Efektif
Defekasi

Keterbatasan Penurunan Penurunan


Konstipasi Kognitif Motorik Produktivitas
Ekstremitas
Bawah
Kurang Pajanan Perasaan Tidak
Informasi Adekuat
Hambatan
Mobilitas Fisik
Defisiensi Ansietas
Pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai