Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY & KRITIS

PADA NY.S DENGAN SUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDI (SVT)

DI ICU RSUD UNGARAN

DISUSUN OLEH:

HALIMAH WAHYUNINGTIYAS

010117A035

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TA 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan irama jantung dapat terkena pada siapa saja di dunia tanpa
memperhatikan distribusi suku atau ras. Kematian mendadak yang berasal dari
gangguan irama jantung diperkirakan mencapai angka 50% dari seluruh kematian
karena penyakit jantung. Gangguan irama jantung yang terjadi dapat berupa atrial
fibrilasi, atrial flutter, blok jantung, ventrikel fibrilasi, ventrikel takikardi,
supraventrikular takikardi serta gangguan irama lainnya.
Takikardi supraventrikular (TSV) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai
dengan perubahan frekuensi jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi
berkisar antara 150 sampai 280 per menit. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan
penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum fibrilasi ventrikel.
SVT dapat terjadi pada penyakit jantung kongenital, yang lebih sering dengan
anomali ebstein katup trikuspidalis dan transposisi benar pembuluh-pembuluh darah
besar. .Angka kejadian SVT diperkirakan 1 per 250.000 sampai 1 per 250. Angka
kekerapan masing-masing bentuk SVT pada anak berbeda dengan SVT pada dewasa.
Takhikardi ventrikel sangat berbahaya dan harus dianggap sebagai keadaan gawat
darurat. Pasien biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan sangat cemas.
Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis dan memberikan terapi akan
memperburuk prognosis, mengingat kemungkinan terjadinya gagal jantung bila SVT
berlangsung lebih dari 24-36 jam, baik dalam kelainan struktural maupun tidak.
Untuk itu diperlukan tindakan asuhan keperawatan komprehensif untuk menangani
kasus supraventrikular takhikardi dengan cepat dan tepat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penanganan supraventrikel takikardi di ruang Intensive Care
Unit Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami konsep dasar supraventrikular takikardi
b. Mengetahui pengkajian kritis pada pasien dengan penyakit supraventrikular
takikardi
c. Mengatahui diagnosa dan rencana asuhan keperawatan sesuai pada pasien
dengan penyakit supraventrikular takikardi
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai
dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar
antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada SVT mencakup komponen
sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan SVT
mempunyai kompleks QRS normal.

Gambar 1. Supraventrikular takikardi


B. Etiologi
Penyebab dari gangguan irama jantung secara umum adalah sebagai berikut :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena infeksi.
Adanya peradangan pada jantung akan berakibat terlepasnya mediator-mediator
radang dan hal ini menyebabkan gangguan pada penghantaran impuls.
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner,
iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner merupakan pembuluh darah
yang menyuplai oksigen untuk sel otot jantung. Jika terjadi gangguan sirkulasi
koroner, akan berakibat pada iskemi bahkan nekrosis sel otot jantung sehingga
terjadi gangguan penghantaran impuls.
3. Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia. Obat-obat anti
aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses reenterallarisasi sel otot jantung.
Dosis yang berlebih akan mengubah reenterallarisasi sel otot jantung sehingga
terjadi gangguan irama jantung.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hienteralkalemia). Ion kalium
menentukan enteraltensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi perubahan
kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau perlambatan permeabilitas
terhadap ion kalium. Akibatnya enteraltensial istirahat sel otot jantung akan
memendek atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan irama jantung.
5. Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat dapat
memperlambat atau menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA dengan cara
meninggikan konduktansi ion kalium.
6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan aktivitas simpatis
dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan deenterallarisasi senteralntan.
7. Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon tiroid
mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui perangsangan sistem
saraf autonom yang juga berpengaruh pada jantung.
8. Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di mana jantung
tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh.Pada gagal jantung,
fokus-fokus ektopik (pemicu jantung selain nodus SA) dapat muncul dan
terangsang sehingga menimbulkan impuls tersendiri.
9. Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan disertai
dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang fokus-fokus ektopik
dan menimbulkan gangguan irama jantung.
10. Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jantung. Sel otot
jantung akan digantikan oleh jaringan parut sehingga konduksi jantung pun
terganggu.

C. Manifestasi Klinis
SVT biasanya terjadi mendadak dan berhenti juga secara mendadak. Serangan
bisa terjadi mungkin hanya beberapa detik saja, bahkan dapat menetap sampai berjam-
jam. Tanda dan gejala supraventrikular takikardi antara lain :
1. Frekuensi jantung 150 kali/menit sampai 250 kali/menit
2. Perubahan tekanan darah, nadi tidak teratur, iraama jantung tidak teratur, kulit
pucat, sianosis, berkeringat
3. Pusing, disorientasi, letargi, perubahan reflek pupil
4. Nyeri dada ringan sampai berat, gelisah
5. Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan
6. Terdapat nafas tambahan (krekels, ronkhi, mengi)
7. Demam, kulit kemerahan, inflamasi eritema, edema,kehilangan tonus otot.
D. Klasifikasi
Dari sekian banyak jenis takikardia supraventrikular, terdapat tiga jenis yang paling
sering ditemui, yaitu:
1. Atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT). Jenis ini dapat terjadi
pada semua usia, namun lebih banyak dialami oleh wanita muda. Dalam kondisi
ini, sel dekat nodus AV ini tidak mengirimkan sinyal listrik dengan benar,
melainkan membuat sinyal yang melingkar sehingga menimbulkan detak
tambahan.
2. Atrioventricular reciprocating tachycardia (AVRT). Jenis ini paling banyak
ditemui pada remaja. Biasanya, satu sinyal yang dikirim nodus sinus akan
berakhir setelah melewati semua ruang di jantung. Namun dalam AVRT, sinyal
tersebut memutar kembali ke nodus AV setelah melewati ventrikel sehingga
menimbulkan detak tambahan.
3. Takikardia atrial. Dalam kondisi ini, selain nodus sinus, terdapat nodus lain yang
mengirimkan impuls listrik sehingga menimbulkan detak tambahan. Kondisi ini
umumnya dialami penderita penyakit jantung atau paru-paru.
E. Patofisiologi
Secara umum terdapat tiga macam mekanisme terjadi aritmia, termasuk aritmia
ventrikel, yaitu automaticity, reentry, dan triggered activity
1. Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari enteraltensial
aksi jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity biasanya tercetus
pada gangguan akut seperti infark miocard akut, gangguan elektrolit, gangguan
keseimbangan asam basa, dan tonus adrenergik yang tinggi. Oleh karena itu bila
berhadapan dengan aritmia ventrikel karena gangguan automaticity, perlu
dikoreksi faktor penyebabnya yang mendasarinya.
2. Reentry adalah mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya disebabkan
oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau kardiomiopati dilatasi.
Jaringan parut yang terbentuk akibat infark miokard yang berbatasan dengan
jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk terbentuknya sirkuit reentry.
Bila sirkuit ini terbentuk maka aritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat
dan menyebabkan kematian mendadak
3. Triggered activity memiliki gambaran campuran dari kedua mekanisme diatas .
mekanismenya adalah adanya kebocoran ion enteralsitif kedalam sel sehingga
terjadi lonjakan enteraltensial pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari aksi
enteraltensial jantung. Bila lonjakan ini cukup bermakna maka akan tercetus aksi
enteraltensial baru. Keadaan ini baru disebut after deenterallarization.
F. Pathway

Mekanisme VT

Otomatisasi Reentry

Sel mengalami percepatan (di atrium, Dua Jalur


AV-juntion, bundel HIS dan ventrikel)

Jalur Jalur
Hipokalemia dan hipoksia
distal proksimal

Perubahan Irama Jantung


Membentuk
PENURUNAN Ventrikel rangkaian kondisi
CURAH Takikardi tertutup
JANTUNG
Hipoksia Terjadi aliran listrik
Jaringan antegad secara
lambat

Cerebral Kardio Pulmo


Jalur distal
terangsang
Perubahan Irama Jantung Sesak nafas/
hiperventilasi
Terjadi aliran listrik
Terjadi kelelahan retrogad secara
KETIDAKEFEKTIFAN cepat
INTOLERANSI AKTIFITAS POLA NAFAS
Mempengaruhi
pusat
kardiovaskuler dan
reduksi mekanik
vena dan arteri

KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN KARDIO-PULMONAL


G. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi jika takikardia supraventrikular yang berulang terus
tidak ditangani hingga tuntas. Di antaranya adalah penurunan kesadaran, jantung yang
semakin lemah, hingga gagal jantung.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis dari ventrikel takikardi adalah :
1. EKG: menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter: Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di
rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu
jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada: dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding
dan kemampuan enteralmpa.
5. Tes stres latihan: dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
menyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat: dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid: peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi: peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri: hipoksemia dapat menyebabkan/ mengeksaserbasi
disritmia.
I. Penatalaksanaan Medik
Penting untuk membedakan aritmia re-entry SVT berdasarkan miokard atrium
(cth: A Fib) versus aritmia pada sirkuit re-entry. Karena setiap bentuk aritmia tersebut
memiliki respon yang berbeda pada terapi yang ditujukan untuk menghalangi konduksi
melalui nodus AV. Denyut ventricular dari aritmia re-entry berasal dari miokard atrium
dapat diperlambat, tapi tidak dapat dihentikan oleh obat-obatan yang memperlambat
konduksi melalui AV node. Aritmia yang salah satu tungkai sirkuit berada pada nodus
AV (AVNRT atau AVRT) dapat diterminasi oleh obat-obat seperti ini.
Manuver Manuver vagal dan adenosine merupakan pilihan terapi awal untuk
vagal SVT stabil. Manuver vagal saja akan menghentikan 25% SVT.
Sedangkan untuk jenis SVT lainnya maneuver vagal dan adenosine
dapat memperlambat denyut ventrikel secara transien dan membantu
diagnosis irama, tetapi tidak selalu menghentikan irama ini.
Pemijatan karotis harus dilakukan dengan sangat hati-hati
 Auskultasi adanya bising karotis (bruit), jika ada penyakit
karotis. JANGAN MELAKUKAN PIJAT KAROTIS !!!!
 Pasien berbaring datar, kepala ekstensi (leher), rotasi menjauhi
anda.
 Palapasi artesi karotis pada mandibula, tekanlah dengan lembut
selama 10-15 detik.
 Jangan menekan kedua arteri karotis secara bersamaan,
dahulukan arteri komunis dekstra karena tingkat keberhasilannya
sedikit lebih baik.
 Buat strip irama selama prosedur, siapkan alat-alat resusitasi
karena pada kasus yang jarang dapat menyebabkan henti sinus.
Adenosine 6 mg adenosine IV cepat pada vena besar (cth: antecubital) diikuti
flush 20 ml saline. Bila tidak berubah dalam 1-2 menit berikan 12 mg
adenosine dengan cara seperti di atas.
Penghambat  Verapamil 2,5-5mg IV bolus selama 2-3 menit. Bila tidak
kanal kalsium berespon dan tidak ada efek samping obat, ulang 5-10mg dosis
setiap 10-30 menit sampai total dosis 20 mg. atau dosis
alternative 5 mg setiap 15 menit sampai total 30 mg.
 Diltiazem 15-20 mg ( 0,25mg/kgBB ) IV selama 2 menit, bila
diperlukan dapat diberikan dosis tambahan 20-25 mg
(0,35mg/kgBB) selama 15 menit. Dosis maintenans 5mg/jam
sampai 15mg/jam, titrasi sesuai heart rate.
Penghambat (metoprolol, bisoprolol, atenolol, esmolol, labetolol)
beta
Obat-obat (amiodarone, prokainamide, sotalol)
antiaritmia
Digoxin Obat untuk mengobati penyakit jantung, seperti aritmia dan gagal
jantung. Obat ini bekerja dengan membuat irama jantung kembali
normal, dan memperkuat jantung dalam memompa darah ke seluruh
tubuh.
Kardioversi: Kardioversi dilakukan dengan direct current counter shock (DC
50-100 joule Shock) yang synchronized, menggunakan alat defibrilator.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien, meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, diagnosa medis, no.RM)
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu, seperti penyakit jantung, stroke dan hipertensi
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengkajian primer:
Airway 1) Apakah ada peningkatan sekret ?
2) Adakah suara nafas : krekels ?

Breathing 1) Adakah distress pernafasan ?


2) Adakah hienteralksemia berat ?
3) Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas?
4) Apakah ada bunyi whezing ?

Circulation 1) Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?


2) Apakah ada takikardi ?
3) Apakah ada takipnoe ?
4) Apakah haluaran urin menurun ?
5) Apakah terjadi penurunan TD ?
6) Bagaimana kapilery refill ?
7) Apakah ada sianosis ?

7. Pengkajian sekunder
Riwayat 1) Faktor risiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke,
penyakit hipertensi
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK,
penyakit katup jantung, hipertensi
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia
lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
4) Kondisi psikososial

Pengkajian 1) Aktivitas : kelelahan umum


fisik 2) Sirkulasi : perubahan TD (hipertensi atau hienteraltensi);
nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung
irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit
warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah
jantung menurun berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam,
cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak
toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan
berat badan, perubahan kelembaban kulit
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala,
disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat,
dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal
jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal; hemoptisis.
8) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat);
inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial);
kehilangan tonus otot/kekuatan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan ventrikel takikardi, antara lain:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama jantung,
perubahan sekuncup jantung: preload, afterload, penurunan kontraktilitas
miokard.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan kardio-pulmonal berhubungan dengan
kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas,
kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

C. Rencana Keperawatan
NANDA NOC NIC

Penurunan curah setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung


jantung keperawatan selama 1. Monitor TTV pasien
berhubungan 1x24jam, diharapkan curah 2. Monitor status kardiovaskuler
dengan perubahan jantung normal dengan 3. Evaluasi adanya nyeri dada
denyut/irama kriteria hasil : (intensitas, lokasi dan durasi)
jantung, perubahan Keefektifan Pompa 4. Monitor adanya perubahan
sekuncup jantung: Jantung tekanan darah
preload, afterload, 1. TD dalam batas 5. Auskultasi suara jantung klien
penurunan normal 6. Anjurkan untuk istirahat
kontraktilitas 2. HR dalam batas 7. Kolaborasi pemberian obat
miokard. normal antiaritmia
3. Tidak terdapat
Monitor Cairan
disritmia
4. Tidak terdapat suara 1. Monitor Balance cairan
jantung abnormal
5. Tidak terdapat angina
Ketidakefektifan setelah dilakukan tindakan Tekanan Intrakranial
perfusi jaringan keperawatan selama 1. Monitor intake dan output
kardio-pulmonal 1x24jam, diharapkan 2. Ukur tanda-tanda vital: tekanan
berhubungan perfusi jaringan darah, nadi, pernapasan, suhu,
dengan kerusakan kardiopulmonal efektif, saturasi O2
transenteralrtasi dengan kriteria hasil : 3. Monitor kemampuan aktivitas
O2 melalui Status Sirkulasi pasien
alveolar dan atau 1. TTV dalam batas 4. Anjurkan untuk cukup istirahat
membran kapiler normal 5. Monitor Balance cairan
2. Perfusi jaringan 6. Beri cukup nutrisi sesuai
perifer dengan diet
3. JVP tidak tampak
4. Edema perifer tidak
muncul
5. Kelemahan ekstrim
tidak ada
6. Intake dan output
seimbang
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
pola napas keperawatan selama 1x24 1. Enteralsisikan klien untuk
berhubungan jam pola nafas efektif, memaksimalkan ventilasi
dengan dengan kriteria hasil : 2. Monitor RR klien
hiperventilasi, Status Pernafasan: 3. Auskultasi suara nafas klien
nyeri, cemas, Ventilasi 4. Monitor respirasi dan status O2
kelelahan otot 1. RR dalam batas 5. Berikan terapi O2
pernapasan, normal
2. Tidak terdapat suara
defornitas dinding
nafas tambahan
dada. 3. Tidak terdapat
dispnea
4. Tidak terdapat nafas
pendek
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Terapi Aktivitas
aktivitas keperawatan selama 1x24 1. Rencanakan dan jadwalkan
berhubungan jam diharapkan aktivitas periode istirahat dan tirah
dengan klien meningkat, dengan baring yang cukup dan adekuat.
ketidakseimbangan kriteria hasil : 2. Pantau resenteraln
suplai dan Tingkat Nyeri kardiopulmonal sebelum dan
kebutuhan 1. HR dalam batas sesudah beraktivitas
oksigen. normal 3. Minimalkan kerja
2. RR normal kardiovaskuler dengan
3. Tekanan darah sistol memberikan enteralsisi
normal setengah duduk
4. Tekanan darah diastol 4. Monitor RR, HR, dan tekanan
normal darah
5. EKG dalam batas 5. Ajarkan klien bagaimana
normal menggunakan teknik
mengontrol pernafasan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan maka disimpulkan bahwa:
1. Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai
dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar
antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada SVT mencakup
komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Pada
kebanyakan SVT mempunyai kompleks QRS normal.
2. Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan ventrikel takikardi, antara
lain penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama
jantung, perubahan sekuncup jantung: preload, afterload, penurunan kontraktilitas
miokard, inefektif perfusi jaringan kardio pulmonal berhubungan dengan
kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler,
enteralla napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas,
kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada, dan intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
DAFTAR PUSTAKA

Candra, Alexandra F. 2019. Supraventricular Tachycardia.


https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/supraventricular-
tachycardia/diagnosis. Alomedika.
Dochterman, J.M., Bulechek, G.M., Butcher, H.K., & Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Indonesia: CV.Mocomedia,
Mosby Elsevier
Halodoc. 2019. Supraventrikular Takikardia – Pengertian, Faktor Risiko.
https://www.halodoc.com/kesehatan/supraventrikular-takikardia.
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcome Classification
(NOC) Edisi Kelima. Indonesia: CV.Mocomedia, Mosby Elsevier
Nanda Internasional. 2017. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020
(NANDA) Edisi Ke-11. Jakarta: EGC.
Willy, Tjin. 2018. Takikardia Supraventrikular – Gejala, penyebab.
https://www.alodokter.com/takikardia-supraventrikular. Alodokter.

Anda mungkin juga menyukai