Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN MINI SEMINAR DENGAN KASUS

SUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDI DI RUANGAN ICU


RSUD. S.K.LERIK KUPANG

Oleh:
KELOMPOK III

Nama anggota kelompok:


1. Zeasly T. Neolaka
2. Anggryani Selan
3. Jeni Ola
4. Yesaya Banoet
5. Metri Tefa
6. Helena Dora Hokon
7. Simrus Oematan
8. Yohana K. Banao
9. Susan C.H Silla

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang maha kuasa atas berkat, rahmat dan
cintan-Nya sehinngga kelompok dapat menyelesaikan laporan mini seminar dalam
rangka memenuhi tugas praktik Kegawatdaruratan profesi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang periode tahun ajaran 2020-2021.
Kelompok menyadari bahwa tanpa bantuan dari bimbigan dari berbagai
pihak, kami tidak dapat menyelesaikan laporan mini seminar keperawatan ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini ijinkan kelompok mengucapakan terima
kasih kepada:
1. Kepala RSUD S.K Lerik kota Kupang yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk melakukan praktik Kegawatdaruratan.
2. Bagian Diklat RSUD S.K Lerik kota Kupang yang telah memberikan ijin
kepada kami untuk melakukan praktek di ruanngan ICU.
3. Kepala ruangan ICU RSUD S.K Lerik kota Kupang yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk melakukan praktik Kegawatdaruratan.
4. Ns.Ricky Yohanes Olla, S. Kep, sebagai Clinical Instructure ruangan ICU
RSUD S.K Lerik serta semua perawat senior di ruangan ICU.
5. Ns.Ni Made Merlin, M. Kep, selaku ketua program studi pprofesi Ners yang
telah memberikan motivasi dalam penyelesaian laporan ini.
6. Ns. Serly S. Mahoklory, M.Kep selaku Koordinator mata kuliah
Kegawaatdaruratan, yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan koreksi
dalam penyelesaian laporan ini.
7. Ns. Muhammad Saleh Nuwa,S.Kep.,M.Kep Selaku CT yang telah
membimbing dan memberikan motivasi, saran dan koreksi dalam
penyelesaian laporan ini.
8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.

Semoga Tuhan membalas semua budi baik semua pihak dengan berkat yang
melimpah. “Sebuah payung tidak dapat menghentikan derasnya hujan, tetapi
sebuah payung dapat melindungi kita dari derasnya hujan”.
Semoga laporan Gawat Darurat ini bermanafaat bagi pembaca sekalian.

Kupang, Mei 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Supraventrikular takikardi (SVT) adalah salah satu jenis disaritmia yang


ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak cepat menjadi
berkisar antara 150 kali sampai 250 kali per menit. Disaritmia ventrikel adalah
perubahan kecepatan denyut ventrikel. Disaritmia ventrikel biasanya
merupakan masalah yang lebih serius daripada disaritmia atrium karena dapat
secara langsung memengaruhi curah jantung. Walaupun peningkatan
kecepatan denyut jantung dapat meningkatkan curah jantung, curah jantung
juga bergantung pada volume sekuncup. Kecepatan denyut abnormal yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan berkurangnya volume sekuncup yang
bermakna, karena apabila kecepatan denyut jantung terlalu tinggi, waktu
pengisian ventrikel tidak adekuat. (Robby, 2019)
Menurut WHO tahun 2018 diperkirakan 17,9 juta orang meninggal karena
penyakit kardiovaskuler pada tahun 2016, mewakili 31% dari semua kematian
global. Berdasarkan diagnosis SVT diseluruh dunia dapat diperkirakan dari
1000 orang terdapat 2,29 orang. Setiap tahunnya diperkirakan ada sekitar
sekitar 89.000 kasus baru dan apabila ditotal maka didapatkan 570.000 orang
dengan SVT paroksismal.
Di Indonesia prevalensi penderita SVT di Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita berkisar 9 % dari jumlah seluruh pasien aritmia dan sekitar 1,26 % - 1,42
% dari seluruh jumlah kunjungan di rumah sakit. Sampai sekarang, data untuk
prevalensi SVT pada populasi umum yang ada di Indonesia belum diketahui
(Raharjo dkk, 2017).
Supreventrikuler takikardi jika tidak ditangani dengan tepat maka dapat
menyebabkan kondisi perburukan pada pasien, komplikasi penyakit dpat
terjadi sewaktu-waktu bila perawat tidak mengerti bagaimana seharusnya
memberikan penanganan. Komplikasi dapat terjadi pada pembuluh darah
dimana pasien mungkin akan mengalami hematoma, perdarahan, dan stroke.
Pada jantung SVT dapat memicu adanya IMA (infark miokard akut),
atrioventrikular block (AV block), gagal jantung, sinkop, fibrilasi ventrikel,
tachycardia-mediated cardiomyopathy, hingga berujung pada penurunan
kesadaran, gagal jantung, dan kematian.
Berdasarkan beberapa ponit diatas maka jelas bahwa kondisi
supraventrikular takikardi memerlukan penanganan yang serius dengan
asuhan keperawatan yang komprhensif. Oleh karena itu maka kelompok kami
tertarik untuk mengambil masalah ini sebagai bahan seminar dan
pembelajaran.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan keperawatan pada Tn E. M dengan
Supraventricular takikardi di ruang ICU RSD SK. Lerik
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjelaskan konsep teori supraventrikuler takikardi
b. Dapat melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Tn E. M.
c. Dapat melakukan analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan
pada kasus Tn E.M
d. Dapat menyusun rencana keperawatan pada Tn. E.M.
e. Dapat melakukan implementasi keperawtan pada Tn E.M.
f. Dapat melakukan Eveluasi dan Catatan Pekembangan pada Tn. E.M.
1.3. Manfaat Penulisan
1. Manfaat praktis
Diharapkan penulisan ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi
mahasiswa kesehatan sehingga dapat di aplikasikan di keluarga dan
masyarakat, menjadi bahan rujukan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan supraventriklar
takikardi
2. Manfaat teoritis
Diharapkan penulisan ini dapat memberikan informasi untuk peningkatan
dan pengembangan bidang ilmu pengetahuan keperawatan khususnya
pada keperawatan gawat darurat.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.KONSEP ASPEK MEDIS


1. Pengertian
Takikardia supraventrikular (SVT) mewakili serangkaian
takiaritmia yang berasal darisirkuit atau fokus yang muncul di atas bundel
His dan mengakibatkan denyut jantungmelebihi 100 kali/menit.(agustinus,
2020)
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah salah satu jenis disaritmia
yang ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak cepat
menjadi berkisar antara 150 kali sampai 250 kali per menit. Disaritmia
ventrikel adalah perubahan kecepatan denyut ventrikel. Disaritmia
ventrikel biasanya merupakan masalah yang lebih serius daripada
disaritmia atrium karena dapat secara langsung memengaruhi curah
jantung. Walaupun peningkatan kecepatan denyut jantung dapat
meningkatkan curah jantung, curah jantung juga bergantung pada volume
sekuncup. Kecepatan denyut abnormal yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan berkurangnya volume sekuncup yang bermakna, karena
apabila kecepatan denyut jantung terlalu tinggi, waktu pengisian ventrikel
tidak adekuat. (Robby, 2019)
2. Etiologi
Menurut Robby (2019) etiologi takikardia ventrikuler terdiri dari:
A. Ventrikular takikardi dengan kelainan struktur jantung.
Ventrikular takikardi dengan kelainan struktur jantung paling
sering disebabkan oleh infark miokard akut. Infark miokard akut
biasanya menyebabkan ventrikular takikardi polimorfik atau fibrilasi
ventrikel. Selama fase akut kebocoran kalium menyebabkan
peningkatan kalium ekstrasel, sehingga terjadi depolarisasi pada
daerah iskemik. Depolarisasi ini menyebabkan perbedaan konduksi
listrik dan masa refrakter menyebabkan ventrikular takikardi
polimorfik.
Ventrikular takikardi monomorfik sering disebabkan oleh parut
miokard akibat infark lama. Parut miokard juga sering disebabkan oleh
kardiomiopati noniskemik, kardiomiopati hipertrofi, infiltrative heart
disease (sarkoidosis), displasia ventrikel kanan, dan post-operasi
koreksi kelainan katup jantung dan kelainan jantung bawaan.
B. Ventrikular takikardi akibat kelainan genetik.
Ventrikular takikardi dengan kelainan gentik tanpa kelainan
struktur jantung paling sering menyebabkan ventrikular polimorfik dan
kematian mendadak. Umumnya penyebab ventrikular takikardi dengan
kelainan genetik adalah gangguan kanal ion. Long QT Syndrome yang
paling sering terjadi; terdapat gangguan kanal kalium dan natrium,
sehingga interval QT memanjang.
Brugada syndrome merupakan kelainan genetik kanal natrium
yang menyebabkan blok berkas cabang kanan inkomplit dan elevasi
segmen ST di anterior pada EKG.
C. Ventrikular takikardi idiopatik
Takikardi ventrikular idiopatik adalah takikardi ventrikular yang
terjadi tanpa adanya kelainan struktur jantung, kelainan genetik, dan
gangguan metabolik atau gangguan elektrolit. Takikardi ventrikular
idiopatik biasanya berasal dari lokasi spesifik pada jantung yang dapat
dilihat pada gambaran EKG. Umumnya takikardi ventrikular idiopatik
berasal dari right ventrikular outflow tract (RVOT); terjadi
automatisasi yang diperantarai aktivitas cyclic adenosine
monophosphate-dependent sehingga kalsium intrasel meningkat.

Penyebab lain dari SVT menurut Wahyuningtyas (2019) adalah:

A. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena


infeksi. Adanya peradangan pada jantung akan berakibat
terlepasnya mediator-mediator radang dan hal ini menyebabkan
gangguan pada penghantaran impuls.
B. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri
koroner, iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner
merupakan pembuluh darah yang menyuplai oksigen untuk sel otot
jantung. Jika terjadi gangguan sirkulasi koroner, akan berakibat
pada iskemi bahkan nekrosis sel otot jantung sehingga terjadi
gangguan penghantaran impuls.
C. Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia.
Obat-obat anti aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses
reenterallarisasi sel otot jantung. Dosis yang berlebih akan
mengubah reenterallarisasi sel otot jantung sehingga terjadi
gangguan irama jantung.
D. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hienteralkalemia).
Ion kalium menentukan enteraltensial istirahat dari sel otot jantung.
Jika terjadi perubahan kadar elektrolit, maka akan terjadi
peningkatan atau perlambatan permeabilitas terhadap ion kalium.
Akibatnya enteraltensial istirahat sel otot jantung akan memendek
atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan irama jantung.
E. Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang
meningkat dapat memperlambat atau menghentikan aktivitas sel
pacu di nodus SA dengan cara meninggikan konduktansi ion
kalium.
F. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan
aktivitas simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan
deenterallarisasi senteralntan.
G. Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon
tiroid mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui
perangsangan sistem saraf autonom yang juga berpengaruh pada
jantung.
H. Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di
mana jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke
seluruh tubuh.Pada gagal jantung, fokus-fokus ektopik (pemicu
jantung selain nodus SA) dapat muncul dan terangsang sehingga
menimbulkan impuls tersendiri.
I. Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan
disertai dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang
fokus-fokus ektopik dan menimbulkan gangguan irama jantung.
J. Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi
jantung. Sel otot jantung akan digantikan oleh jaringan parut
sehingga konduksi jantung pun terganggu.(Wahyuningtiyas, 2019)
3. Tanda dan gejala
SVT biasanya terjadi mendadak dan berhenti juga secara mendadak.
Serangan bisa terjadi mungkin hanya beberapa detik saja, bahkan dapat
menetap sampai berjamjam. Tanda dan gejala supraventrikular takikardi
antara lain:(Wahyuningtiyas, 2019)
A. Frekuensi jantung 150 kali/menit sampai 250 kali/menit
B. Perubahan tekanan darah, nadi tidak teratur, iraama jantung tidak
teratur, kulit pucat, sianosis, berkeringat
C. Pusing, disorientasi, letargi, perubahan reflek pupil
D. Nyeri dada ringan sampai berat, gelisah
E. Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan
F. Terdapat nafas tambahan (krekels, ronkhi, mengi)
G. Demam, kulit kemerahan, inflamasi eritema, edema,kehilangan tonus
otot.
4. Patofisiologi

Supraventrikular takikardi desebabkan karena 3 kondisi. Kelainan


struktur janung, kelainan genetik maupun idiopatik yang menyebabkan
peningkatan irama dan frekuensi jantung dan menimbulkan
supraventrikular takikardi.

Pada sistem pernapasan, SVT membuat waktu pengisian ventrikel


menurun, yang membuat suplai 02 kejaringan ikut menurun. Saat
kebutuhan 02 tidak tercukupi, pasien dapat mengalami hipoksia yang
membuat tubuh berusaha untuk mendapatkan pasokan oksigen yang cukup
dengan cara mempercepat irama pernapasan. Hal ini dapat memunculkan
masalah keperawatan pola napas tidak efektif, dan gangguan
pertukaran gas.

Pada sistem peredaran darah, adanya penurunan cardiac output


membuat tekanan arteri dan perfusi menurun, yang membuat adanya
vasokonstriksi pada daerah perifer dan membuat prfusi perifer tidak
efektif. Selain itu SVT membuat adanya rangsangan pada saraf simpatis
yang menaikan depularisasi spontan dan kecepatan jantung (takikardi).
Yang membuat berkurangnya suplai 02 kearteri koronaria dan
menimbulkan penurunan curah jantung.

Pada sistem persyarafan saat waktu pengisian ventrikel berkurang,


maka suplai darah kejantung berkurang. Pasien akan merasa jantungnya
berdebar-debar (palpitasi) dan nyeri akut

Pada sistem perkemihan, penurunan renal bloo flow atau aliran


darah keginjang membuat pengaktifan renin-angiotensin-aldosteron. Saat
aldosteron meningkat maka terjadi peningkatan volume cairan atau
hipovolemia

Pada sistem muskuloskeletal, saat suplai darah kejaringan


menurun, maka suplai 02 juga ikut menurun, membuat pembakan
metabolisme dalam sel menjadi tidak efektif, pasien kemudian sering
merasa lemah dan mengalami intoleransi aktivitas
5. Pathway

Kelainan struktur jantung Kelainan genetik sepeti idiopatik


seperti IMA gangguan kanal ion

Kebocoran kalium Gangguan metabolik atau


Gangguan kanal kalium dan
gangguan elektrolit
natrium

Depolarisasi daerah iskemik

Perbedaan konduksi listrik

Vestikular takikardi
polimorfik

Peningkatan irama dan


frekuensi jantung

Supraventrikular takikardi
B1
B1 B2 B3 B4 B5 B6

Waktu Penurunan Perangsangan Waktu Penurunan Tidak ada Suplai darah


pengisian cardiac output simpatis pengisian renal flow masalah kejaringan
ventrikel ventrikel menurun
menurun Tekanan arteri berkurang Pengaktifan
Menaikan
dan perfusi depularisasi RAA Suplai 02
menurun spontan menurun
Suplai O2 Suplai darah
kejaringan kejantung Aldosteron
menurun berkurang meningkat Gangguan
Adanya Menaikan
metabolisme
vasokonstriksi kecepatan jantung
Kebutuhan O2 perifer palpitasi Kelebihan
volume cairan Lemah dan
tidak tercukupi
takikardi letih
Perfusi perifer Nyeri akut
tidak efektif hipovolemia
hipoksia Intoleransi
Mengurangi suplai
O2 kearteri aktivitas
takipnea koronaria

Pola napas
Penurunan curah
tidak efektif
jantung

Gangguan
pertukaran gas
6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien
supraventrikular takikardi adalah :
A. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disaritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat.
B. Monitor holter : gambaran EKG (dalam 24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana disaritmia disebabkan oleh gejala khusus
bila pasien aktif (dirumah atau kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung atau efek obat antidisaritmia.
C. Foto dada : dapat menunjukkan bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup.
D. Scan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area iskemik atau
kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau
mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
E. Tes Stress Latihan : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disaritmia.
F. Elektrolit : peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dan menyebabkan disaritmia.
G. Pemeriksaan obat : dapat menyebabkan toksisitas jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat sebagai contoh digitalis dan
quinidin.
H. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan peningkatan disaritmia.
I. Laju sedimentasi : peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai pencetus disaritmia.
J. GDA atau Nadi Oksimetri : hipoksemia dapat menyebabkan atau
mengekserbasi disaritmia
7. Penatalaksanaan medis
Penting untuk membedakan aritmia reentry SVT berdasarkan
miokard atrium ( cth: AFib) versus aritmia pada sirkuit reentry. Karena
setiap bentuk aritmia tersebut memiliki respon yang berbeda pada terapi
yang ditujukan untuk menghalangi konduksi melalui nodusAV. Denyut
ventricular dari aritmia reentry beasal dari miokard atrium dapat
diperlambat, tapi tidak dapat dihentikan oleh obat-obatan yang
memperlambat konduksi melalui AV node. Aritmia yang salah satu
tungkai sirkuit berada pada nodus AV (AVNRT atau AVRT) dapat
diterminasi oleh obat-obat seperti (Wahyudin, 2019):
A. Manuver vagal Manuver vagal dan adenosine merupakan pilihan terapi
awal untuk SVT stabil. Maneuver vagal saja akan menghentikan 25%
SVT. Sedangkan untuk jenis SVT lainnya maneuver vagal dan
adenosine dapat memperlambat denyut ventrikel secara transien dan
mebantu diagnosis irama, tetapi tidak selalu menghentikan irama
jantung yang abnormal ini. Pemijatan karotis harus dilakukan dengan
sangat hati - hati.
1) Auskultasi adanya bising karotis (bruit), jika ada penyakit karotis.
JANGANMELAKUKAN PIJAT KAROTIS !!!!.
2) Pasien berbaring datar, kepala ekstensi (leher), rotasi menjauhi
anda
3) Palapasi artesi karotis pada mandibula, tekanlah dengan lembut
selam 10-15 detik.
4) Jangan menekan kedua arteri karotis secara bersamaan, dahulukan
arteri komunisdekstra karena tingkat keberhasilannya sedikit lebih
baik.
5) Buat strip irama selama prosedur, siapkan alat – alat resusitasi
karena pada kasus yang jarang dapat menyebabkan henti sinus.
B. Adenosine, 6 mg adenosine IV cepat pada vena besar (cth:
antesurbital) diikuti flush 20 ml saline. Bila tidak berubah dal 1-2
menit berikan 12 mg adenosine dengan cara seperti diatas.
C. Penghambat kanal kalsium.Verapamil 2,5-5mg IV bolus selama 2-3
menit. Bila tidak berespon dan tidak ada efek samping obat, ulang 5-
10mg dosis setiap 10-30 menit sampai total dosis 20 mg. atau dosis
alternative 5 mg setiap 15 menit sampai total 30 mg.2. diltiazem 15-20
mg ( 0,25mg/kgBB ) IV selama 2 menit, bila diperlukan dapat
diberikan dosis tambahan 20 - 25 mg (0,35mg/kgBB) selama 15 menit.
Dosis maintenans 5mg/jam sampai 15mg/jam, titrasi sesuai heart rate.
D. Penghambat beta (metoprolol, bisoprolol, atenolol, esmolol, labetolol).
E. Obat-obat antiaritmia (amiodarone, prokainamide, sotalol)
F. Beta blockers seperti propranolol (Inderal), metoprolol (Lopressor,
Toprol XL), dan atenolol (Tenormin) biasanya diberikan dini selama
serangan jantung dan diteruskan untuk waktu yang lama. Beta blockers
menentang (antagonis) aksi dari adrenalin dan membebaskan stres
pada otot-otot jantung. Beta blockers mengurangi beban kerja jantung
dengan memperlambat detak jantung dan mengurangi kekuatan
kontraksi otot jantung. Mengurangi beban kerja mengurangi
permintaan untuk oksigen oleh jantung dan membatasi jumlah
kerusakan pada otot jantung. Pemasukan beta blockers untuk waktu
yang lama setelah serangan telah ditunjukan memperbaiki
kelangsungan hidup dan mengurangi risiko dari serangan jantung
berulang. Beta blockers juga memperbaiki kelangsungan hidup
diantara pasien – pasien dengan serangan jantung, dengan mengurangi
kejadian dari irama – irama jantung abnormal yang mengancam
nyawa. Beta blockers dapat diberikan secara intravena di rumah sakit
dan kemudian dimakan secara oral untuk perawatan dalam jangka
waktu yang lama
2.2.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Identitas klien, meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, diagnosa medis, no.RM)
B. Keluhan utama
C. Riwayat penyakit sekarang
D. Riwayat penyakit dahulu, seperti penyakit jantung, stroke dan
hipertensi
E. Riwayat penyakit keluarga
F. Pengkajian primer :
a. Airway
1) Apakah ada peningkatan sekret ?
2) Adakah suara nafas : krekels ?
b. Breathing
1) Adakah distress pernafasan ?
2) Adakah hienteralksemia berat ?
3) Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
4) Apakah ada bunyi whezing ?
c. Circulation
1) Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
2) Apakah ada takikardi ?
3) Apakah ada takipnoe ?
4) Apakah haluaran urin menurun ?
5) Apakah terjadi penurunan TD ?
6) Bagaimana kapilery refill ?
7) Apakah ada sianosis ?
7. Pengkajian sekunder
a. Riwayat penyakit
1) Faktor risiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke,
hipertensi
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK,
penyakit katup jantung, hipertensi
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia
lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
4) Kondisi psikososial
b. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum
2) Sirkulasi : perubahan TD (hipertensi atau hienteraltensi); nadi
mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak
teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan
kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat;
edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun
berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas,
takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak
toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat
badan, perubahan kelembaban kulit
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat,
dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema
paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus
otot/kekuatan.

2. Diagnosa
A. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi d.d
dispnea,p02 menurun, takikardia
B. Pola napas tidak efektif b.d kecemasan, penurunan energi d.d dispnea,
pola napas abnormal.
C. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan TD, penurunan aliran
arteri dan atau vena, d.d CRT >3detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral dingin, warna kulit pucat.
D. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d palpitasi,
takikardia, gambaran EKG aritmia.
E. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat.
F. Hipovolemia b.d kegagalan mekanisme regulasi d.d frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, turgor kulit menurun, pengisian vena
menurun
G. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan d.d mengeluh lelah, frekuensi jantung
meningkat >20% dari kondisi istirahat.
H. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa khawatir, sulit
konsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang

3. Intervensi
N SDKI SLKI SIKI
o
1 (D.0003) (L.01003) Pemantauan Respirasi (I. 01014)
Gangguan Setelah dilakukan Tindakan
pertukaran gas tindakan Obserfasi:
b.d keperawatan - Monitor
ketidakseimban selama 1x8 jam, frekuensi,irama,kedalaman dan
gan ventilasi diharapkan upaya napas
perfusi d.d pertukaran gas - Monitor pola napas ( Seperti
dispnea, Po2 meningkat bradipnea,takinea,hiperventilasi,
menurun,takika dengan Kriteria kussmaul,Cheyne-
rdia Hasil: Stokes,Biot,ataksik)
1. Tingkat - Monitor kemampuan batuk
kesadaran efektif
pasien - Monitor adanya produksi sputum
meningkat - Monitor adanya sumbatan jalan
(5) napas
2. PC02 - Palpasi kesimetrisan ekspansi
Membaik (5) paru
3. PO2 - Auskultasi bunyi napas
Membaik (5) - Monitor saturasi oksigen
4. Takikardia - Monitor nilai AGD
Membaik (5) - Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik:
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan

2 Pola napas tidak Pola napas Manajemen Jalan Napas


efektif b.d Kode L. 01004 Kode I.01011
kecemasan, Setelah dilakukan Observasi
penurunan tindakan a. monitor pola nafas (frekuensi,
energi d.d keperawatan kedalaman, usaha nafas)
dispnea, pola selama 1x24 jam b. monitor bunyi nafas tambahan
napas abnormal diharapkan (mis. gurgling, mengi, wheezing
tingkat nyeri ,ronkhi kering)
Kategori menurun dengan c. monitor sputum (jumlah,
Psikologis kriteria hasil warna,aroma)
Subkategori 1. Dyspnea
respirasi Kode menurun (5) Terapeutik
D.0005 2. Bunyi nafas a. pertahankan kepatenan jalan
tambahan nafas dengan hend-tift dan chin
menurun (5) tlft (jaw-thrust jika curiga trauma
3. Pusing servikal)
menurun (5) b. posisikan semi-fowler atau
4. Gelisa fowler
menurun (5) c. berikan minum hangat
5. Pola nafas d. lakukan fisioterapi dada, jika
membaik perlu
(5) e. lakukan pengisapan lender
kurang dari 15 detik
f. lakukan hiperoksigenasi sebelum
pengisapan endotrakeal
g. keluarkan sumbatan bendah
padat dengan forsep McGill
h. berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
- anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari jika tidak kontraindikasi
- ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
breonkodilator,ekspektoran,
mukolitik , jika perlu.

3 Perfusi perifer Perfusi perifer Pencegahan syok (kode I.02068)


tidak efektif b.d (kode L.02011) Tindakan
peningkatan Setelah dilakukan Observasi
tekana darah, tindakan 1. Monitor status kardiopulmonal (
penurunan keperawatan frekuensi dan kekuatan nadi,
arteri dan vena, selama 3x24 jam, frekuensi nafas, TD, MAP)
d.d CRT >3 maka perfusi 2. Monitor status oksigenasi
detik, nadi perifer (oksimetri nadi, AGD)
perifer meningkat, 3. Monitor status cairan (masukan
menurun/ tidak dengan kriteria dan haluaran, turgor kulit, CRT)
teraba, akral hasil : 4. Monitor tingkat kesadaran dan
dingin, warna 1. Denyut nadi respon pupil
kulit pucat. perifer 5. Periksa riwayat alergi
meningkat
2. Warna kulit Terapeutik
pucat 1. Berikan oksigen untuk
menurun mempertahankan saturasi oksigen
3. Akral >94%
membaik 2. Persiapkan intubasi dan ventilasi
4. Turgor kulit mekanis, jika perlu
membaik 3. Pasang jalur IV, jika perlu
4. Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine, jika perlu
5. Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi

Edukasi
1. Jelaskan penyebab/faktor resiko
syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
3. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
5. Anjurkan menghindari alergen

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu
4 Penurunan Curah jantung ( Perawatan jantung (kode I.02075)
curah jantung kode L.02008) Tindakan
b.d perubahan Setelah dilakukan Observasi
irama jantung tindakan 1. Identifikasi tanda / gejala primer
d.d palpitasi, keperawatan penurunan curah jantung (
takikardia, selama 3x24 jam, meliputi dispnea, kelelahan,
gambaran EKG maka curah edema, ortopnea, paroxysmal
aritmia. jantung nocturnal dyspnea CVP)
meningkat, 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder
dengan kriteria penurunan curah jantung (meliputi
hasil : peningkatan berat badan,
1. Palpitasi hepatomegali, distensi vena
menurun juguralis, palpitasi, ronkhi basah,
2. Takikardia oliguria, batuk, kulit pucat)
menurun 3. Monitor tekanan darah ( termasuk
3. Gambaran tekanan darah ortostatik, jika
EKG perlu)
aritmia 4. Monitor intake dan output cairan
menurun 5. Monitor berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada (mis.
Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
previsitasi yang mengurangi
nyeri)
8. Monitor EKG 12 sadapan
9. Monitor eritmia (kelainan irama
dan frekuensi)
10. Monitor nilai laboratorium
jantung ( mis. Elektrolit, enzim
jantung BNP, Ntpro-BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu jantung
12. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktifitas
13. Pemeriksaan tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum pemberian
obat (mis. Beta blocker, ACE
inhibitor, calcium channel
blocker, digoksin)

Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-fowler atau
fowler dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai
(mis. Batasi asupan kafein,
natrium, kolestrol, dan makanan
tinggi lemak)
3. Gunakan stocking elastis atau
pneumatik interniten, sesuai
indikasi
4. Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gayahidup sehat
5. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
6. Berikan dukungan emosional dan
spiritual
7. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%

Edukasi
1. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai
toleransi
2. Anjurkan beraktifitas fisik secara
bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitas
jantung.
5 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Observasi :
agen pencedera perawatan selama - Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisik d.d 1x24 jam durasi, frekuensi, kualitas,
mengeluh nyeri, diharapkan intensitas nyeri
tampak ekspektasi - Identifikasi skala nyeri
meringis, menurun dengan - Identifikasi respons nyeri non
gelisah, kriteria hasil : verbal
frekuensi nadi - Keluhan - Identifikasi factor yang
meningkat nyeri memperberat dan memperingan
menurun (5) nyeri
- Meringis - Identifikasi pengetahuan dan
menurun (5) keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmokologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmokologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
6 Hipovemia b/d Status cairan Manajemen hipovolemia
kegagalan L. (03028). I. ( 03116 ).
mekanisme Setelah dilakukan Oservasi
regulasi d/d tindakan selama
frekuensi nadi 1x 24 jama maka
Meningkat, nadi di harapakan 1. Periksa tanda dan gejala ( mis,
teraba lemah, status cairan frekuensi nadi meningkat, nadi
turgor kulit membaik dengan teraba lemah, tekanan darah
menurun, Kriteris Hasil : menurun, tekanan darah
pengisian vena 1. Kekuatan menyempit, turgor kulit
menurun nadi menurun).
membaik (5) 2. Monitor intake output cairan
2. Turgor kulit
membaik (5) Therapeutik
3. Output urin
membaik (5) 1. Hitung kebutuhan cairan
4. Pengisian 2. Berikan posis modified
vena trendelemburg
membaik (5) 3. Berikan asupan cairan oral
5. Frekuensi
nadi Edukasi
membaik (5)
6. Tekanan 1. Anjurkan memperbanyak asupan
darah cairan oral
membaik (5) 2. Anjurkan menghindari
7. Tekanan perubahan posisi mendadak.
nadi
membaik (5) Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis, NaCL,RL).
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis ( mis, glukosa 2,5% ,
NaCL 0,4 ).
3. Kolaborasi pemberian cairan
kaloid (mis, albumin,
plasmanate).
7 Intoleransi (L.05047) Terapi aktivitas (I.05186)
aktivitas Setelah dilakukan Observasi:
berhubungan tindakan 1. Identivikasih deficit tingkat
dengan keperawatan aktivitas
ketidakseimban selama1x…jam, 2. Identivikasih kemampuan
gan antara diharapkan berpartisipasi dalam aktivitas
suplai dan Toleransi tertentu
kebutuhan aktivitas 3. Identivikasih sumber daya untuk
oksigen meningkat aktivitas yang diinginkan
kelemahan, dengan keriteria 4. Identifikasih strategi
ditandai dengan hasil: meningkatkan partisipasi dalam
mengeluh lelah, 1. Frekuens aktivitas
frekuensi i jantung 5. Identivikasih makna aktivitas rutin
jantung menurun (mis. Bekerja) dan waktu luang
meningkat 2. Mengelu 6. Monitor respons emosional , fisik,
>20% dan h lelah social, dan spiritual terhadap
kondisi menurun aktivitas
aktivitas Terapeutik :
(D.0056) 1. Fasilatasi focus pada kemampuan,
bukan deficit yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk
meningkatakan frekuensi dan
rentang aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis dan social
4. Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
5. Fasilitasi makna aktivitas yang
dipilih
6. Fasilatasi transportasi untuk
menghadari aktivitas. Jika sesuai
7. Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menysesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas
yang dipilih
8. Fasilitasi aktifitas fisik rutin ( mis.
Ambulasi, mobilisasi dan
perawatan diri), sesuai kebutuhan
9. Fasitasi aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu
energy atau gerak.
10. Fasilitasi aktivitas motorik kasar
untuk pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan jika
sesuai
12. Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merekasasi otot
13. Fasilitasi aktivitas dengan
komponen memori implicit dan
emosional (mis. Kegitan
keagamaan khusus) untuk pasien
demensial jika sesuai
14. Libatkan pdalam permainan
kelompok yang tidak kompetitif
terstruktur dan aktif
15. Tingkatkan aktivitas relaksasi
dan di fersifikasih untuk
menurunkan kecemasan
(mis.vocal grup, bola voly,
jogging, berenang tugas
sederhana, dan permainan
sederhana, perawtan diri, dan
kartu).
16. Libatkan keluarga dalam
aktivitas jika perlu
17. Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri
18. Fasiltasi pasien dan keluarga
memanau kemajuannya sendiri
untu7k mencapai tujuan
19. Jadwalkan taktivitas rutinitas
sehari hari
20. Berikan penguatan positip atas
partisipasi dalam aktivitas

edukasi:

1. Jelaskan metode aktiviatas sehari


hari jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan
aktovitas yang dipilih
3. Anjurkan lakukan aktivitas fisik,
social, spriritual, dan
kogintifdealam menjaga fungsi
dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam aktifitas
kelompok atau terapi jika sesuai
5. Anjurkan keluarga,utuk member
penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan terapi okupasi
dalam merencanakan dan
memonitor program aktifitas jika
sesuai
2. Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas jika perlu
8 Ansietas b/d Tingkat ansietas Reduksi ansietas
kurang terpapar L. (09093). I. (19134).
informasi d/d Setelah dilakukan Observasi
terasa khawatir, tindakan selama 1. Monitor tanda-tanda ansietas
sulit 1x 24 jam Therapeutik
beraktivitas, diharapkan 1. Ciptakan suasana
tanpak gelisah, tingkat ansietas therapeutikuntuk
tampak tegang. menurun dengan menumbuhkan kepercayaan
Kriteria hasil : 2. Pahami situasi yang membuat
1. Verbalisasi ansietas
khawatir 3. Dengarkan dengan penuh
akibat perhatian
kondisi 4. Gunakan pendekatan yang
kondisi yang tenang dan meyakinkan.
di hadapi 5. Motivasi mengidentifikasi
menurun sesuatu sesuatu yang memicu
2. Perilaku kecemasan
gelisah 6. Diskusikan perencanaan
menurun realitas tentang peristiwa yang
L. 12111 akan di bagi.
Timgkat Edukasi
pengetauan 1. Jelaskan prosedur termasuk
mningkat dengan sensasi yang di alami
KH : 2. Latih kegiatan berjalan untuk
1. Pertanyaan mengurangi rasa ketegangan
tentang 3. Latih teknik relaksasi.
masalah yang
dihadapi
menurun
2. Persepsi yang
keliru
terhadap
masalah
menurun

4. Implementasi
Yaitu melakukan seluruh rangkaian intervnsi yang direncanakan
5. Evaluasi
Yaitu melakukan penilaian terhadap keberhasilan tindakan yang telah
dilakukan.
BAB III

KASUS

3.1.PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 03/05/2012 No.RM : 001887
Tanggal MRS : 02/05/2021 DX.Medis: SVT
Ruang/kelas : ICU Dokter yang merawat:
dr.Yadita,SPpd
Jam : 13.00
A. IDENTITAS
Nama : Tn.Erik Karus Mesakh
Umur : 54 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : Strata-1
Pekerjaan : PNS
Suku/Bangsa : Timor
Alamat : Kesetnana/ soe
B. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN
o Keluhan utama :
Pasien mengatakan datang ke rumah sakit karena ia merasa sesak
napas, keringat dingin, rasa nyeri dan tidak nyaman di dada
o Keluhan saat di kaji :
Pasien mengatakan terkadang masi merasa nyeri dan jantung berdebar
debar
o Riwayat penyakit saat ini :
Pasien mengatakan sehari sebelumnya ( 01/05/2021 ) ia merasa nyeri
di dada namun, hilang timbul,hingga pada tanggal 02/05/2021 nyeri di
sertai sesak nafas, keringat dingin, jantung berdebar kencang, lalu
pasien memutuskan untuk ke rumah sakit.
o Riwayat yang pernah di derita:
Pasien mengatakan sebelumnya adalah aritmia dan mengkonsumsi
obat ( bisoprololol)

o Riwayat penyakit keluarga :


Pasien mengatakan tidak adaanggota kelurganya baik ayah-ibu ,
hingga opa-oma yang mengalami riwayat penyakit jantung
o Riwayat alergi :
Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan, minuman, dan
obat-obatan
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang
TTV : TD:109/74mmHg, S: 36,2ºc, N: 66x/menit, RR: 15x/menit,
SP02 : 99%, MAP: 94.
BB : 68 kg
D. PERNAPASAN
Pola / irama napas : teratur
Jenis pernapasan : normal
Suara napas : Vesikuler
Sesak napas : Tidak
Masalah : tidak ada masalah pada sistem pernapasan
E. KARDIOVASKULER
Irama jantung : ireguler
Nyeri dada : ya ( skala nyeri 5 )
Bunyi jantung :
CRT : < 3 detik
Akral : Hangat
Masalah : Penurunan curah jatung
F. PERSYARAFAN
Pupil : Isokor
Sclera/konjungtiva : Nonanemis
Ganguan pendengaran : tidak ada
Ganguan penciuman : tidak ada
Masalah : tidak ada masalah pada sitem persyarafan
G. PENGINDRAAN
GCS : 15 ( E:4. V:5. M:6 )
Refleks fisiologis : Normal
Reflex patologis : tidak ada
Istirahat/tidur : ± 8 jam perhari, namun susah tidur pada
malam hari karena kondisi lingkungan

Masalah : tidak ada masalah pada sistem


pengindraan
H. PERKEMIHAN
Kebersihan : bersih
Urine : jumlah, bauh, warnah tidak di kaji
Alat bantu : tidak terpasang alat bantu perkemihan
Kandung kemih :tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan
Gangguan : tidak ada
Masalah : tidak ada masalah pada sistem perkemihan
I. PENCERNAAN
Porsi makan : makanan dan snack yang berikan selalu dihabiskan
Nafsu makan : baik, 3x sehari
Diet :-
Minum : ± 1500cc/ hari, jenis air putih dan kopi hitam
Mulut : bersih
Mukosa : lembab
Tenggorokan : tidak ada nyeri telan, pembesaran tonsil dan kesulitan telan
Abdomen : tidak ada tegang, kembung, asites, maupun nyeri tekan
Pembesaran hepar : tidak ada
Pembesaran limfe : tidak ada
BAB : teratur, 1x sehari
Konsistensi : bau dan warna tidak di kaji
Masalah : tidak ada masalah pada sistem pencernaan
J. MUSKULUSKLETAL/ITEGUMEN
Kemampuan pergerakan sendi : bebas
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Warna kulit : normal
Turgor kulit baik : Baik
Odema : tidak ada
Luka : tidak ada
Tainda infeksi luka : tidak ada
Masalah :Tidak ada masalah pada sistem
muskuluskletal dan integument
K. ENDOKRIN
Pembesaran tyroid : tidak ada
Hipreglikemia : tidaka ada
Luka gangren : tidak ada
Masalah : tidak ada masalah pada sistem endokri
L. HIGIENE
Mandi : selama MRS baru 1x mandi,selanjutnya hanya melap
badan
Keramas : selama MRS belum pernah keramas
Ganti pakian : selama MRS ganti pakian 1x sehari
Sikat gigi : 1x sehari pada malam hari
Memotong gigi: selama MRS belum pernah memotong kuku
Masalah : tidak ada masalah dengan hygiene
M. PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
Orang yang paling dekat : istri
Hubungan dengtan teman dan lingkungan : teman kerja dan keluarga
mendukung pasien
Kegiatan ibadah : menjadi lebih sering saat sakit
Masalah : tidak ada masala psiko-sosial-spiritual
N. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : SGOT : 85,5 U/L – rujukan 17-59 U/L
SGPT : 62,6 U/L – rujukan 21-72 U/L
GDS : 137 mg/dl – rujukan <200mg/dl
Natrium : 145 mEq/liter - rujukan 135-145 mEq/liter
Kalium : 4,4 mmol/L – rujukan 3,7-5,2 mmol/L
Chloride : 116 mmol/L – rujukan 96-106 mmol/L
EKG

O. TERAPI
NaCl
Amiodaron 50mg IV- Dilarutkan dalam NaCl 500CC,20tpm
Bisoprolol
Keluhan utama :
Pasien mengatakan datang ke rumah sakit karena ia merasa sesak napas, keringat dingin, rasa nyeri dan tidak nyaman di dada

Keluhan saat di kaji :


Pasien mengatakan terkadang masi merasa nyeri dan jantung berdebar debar

Riwayat penyakit saat ini :


Pasien mengatakan sehari sebelumnya ( 01/05/2021 ) ia merasa nyeri di dada namun, hilang timbul,hingga pada tanggal 02/05/2021 nyeri di sertai sesak nafas, keringat dingin,
jantung berdebar kencang, lalu pasien memutuskan untuk ke rumah sakit.

Riwayat penyakit keluarga :


Pasien mengatakan tidak adaanggota kelurganya baik ayah-ibu , hingga opa-oma yang mengalami riwayat penyakit jantung

Riwayat alergi :
Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan, minuman, dan obat-obatan

PEMERIKSAAN FISIK PERNAPASAN KARDIOVASKULER PERSYARAFAN PENGINDRAAN PERKEMIHAN


Keadaan umum: Sakit sedang Tidak ada Irama jantung : ireguler Tidak ada Tidak ada Tidak ada
TTV : TD:109/74mmHg, masalah pada Nyeri dada : ya ( skala nyeri 5 ) masalah pada masalah pada masalah pada
S: 36,2ºc, N: 66x/menit, Sistem CRT: < 3 detik Sistem Sistem Sistem
RR: 15x/menit, SP02 : 99%, pernapasan Akral : Hangat persyarafan pengindraan perkemihan
MAP: 94. Adanya palpitasi
BB : 68 kg Masalah : Penurunan curah jatung

PENCERNAAN MUSKULOSKELETAL ENDOKRIN HIGIENE PSIKO/SOSIAL/ PENUNJANG


Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada SPIRITUAL Laboratorium :
masalah pada masalah pada masalah pada masalah pada Tidak ada SGOT : 85,5 U/L – rujukan 17-59 U/L
Sistem Sistem Sistem Sistem masalah pada SGPT : 62,6 U/L – rujukan 21-72 U/L
pencernaan muskuloskeletal endokrin higiene Sistem GDS : 137 mg/dl – rujukan <200mg/dl
Psiko/sosial/spirit Natrium : 145 mEq/liter - rujukan 135-145
ual mEq/liter
Kalium : 4,4 mmol/L – rujukan 3,7-5,2
mmol/L
Chloride : 116 mmol/L – rujukan 96-106
mmol/L
EKG - TERLAMPIR
3.2.ANALISA DATA

Data Masalah Etiologi

Ds : Penurunan curah Pasien mempunyai riwayat


 pasien mengatakan jantung aritmia
dada terasa nyeri
dan berdebar-debar
 Pasien mempunyai Pasien mengalami
riwayat arimia serangan ulang aritmia
Do :
 gambaran EKG aritmia
Perubahan irama jantung

Takikardi/ HR meningkat
namun kedalaman
kontraksi menurun

Penurunan curah janung

3.3.DIAGNOSA
Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d palpitasi,takikardia
dan EKG aritmia

3.4.INTERVENSI

SDKI SLKI SIKI


D.0008 Setelah dilakukan I.02075 Perawatan
Penurunan curah tindakan keperawatan Jantung
jantung b.d perubahan 3x24 jam diharapkan Observasi :
irama jantung d.d L.02008 Curah jantung  Identifikasi Tanda
palpitasi,takikardia dan meningkat dengan kriteria dan gejala primer
EKG aritmia hasil : penurunan curah
 Palpitasi menurun jantung
 Takikardia  Identifikasi tanda
menurun dan gejala
 Gambaran EKG penurunan curah
aritmia menurun jantung
 Monitor tekanan
darah
 Monitor saturasi
oksigen
 Monitor keluhan
nyeri dada
 Monitor EKG 12
sedapan
 Monitor aritmia
 Monitor TD dan
Nadi sebelum dan
sesudah
beraktivitas
Terapeutik :
 Posisikan pasien
semi fower/fowler
 Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
Edukasi :
 Anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
 Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
 Anjurkan berhenti
merokok
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian anti
aritmia, jika perlu

3.5.IMPLEMENTASI

N Diagnosa Hari/tanggal/ja Implementasi Evaluasi


o m
1 Penurunan curah Senin 03/05/21 13:30
jantung b.d 03/05/2021
perubahan irama 1. Mengidentifika S :
jantung d.d 09 :00 si tanda dan  Pasien
palpitasi,takikardi gejala primer- mengata
a dan EKG sekunder kan
aritmia penurunan merasa
curah jantung lemah ,
Hasil: sesekali
Tidak jantung
ditemukan berdebar
tanda dan disertai
gejala primer nyeri
namun ada  Pasien
gejala sekunder mengata
berupa palpitasi kan
09:00-14:00 2. Memonitor TD nyeri
dan saturasi O2 yang
(hasil muncul
terlampir) hanya
09:30 3. Memonitor sesaat
keluhan nyeri  Pasien
09:30 dada mengata
Hasil nyeri kan
dalam skala mengerti
ringan-sedang, dengan
jarang muncul penjelasa
10:00 4. Mengatur n
posisi tempat perawat
tidur agar semi
fowler O:
10:20 5. Melayani obat  Hasil
6. Memonitor observas
EKG i
10:25 7. Menganjurkan TTV/jam
pasien agar terlampir
beraktivitas  Pasien
fisik bertahap patuh
dan sesuai dan
toleransi mengiku
t anjuran
untuk
mengura
ngi
aktivitas
fisik
 Hasil
EKG
menunju
kkan
gambara
n aritmia

A : Masalh
belum teratasi

P : Lanjutkan
intervensi 1-7
3.6.CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/tanggal Diagnosa Evaluasi (SOAP) ttd


1 Senin 04 mei 09: 00
2021 S:
 Pasien mengatakan
rasa nyeri dan jantung
berdebar berkurang
 Pasien mengatakan
rasa lelah berkurang

O:
 Monitor TTV/jam
terlampir

A : Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1-
3,5,6

I:
09:00-14:00
 Monitor ttv
10:00 melayani obat
E:
14 : 00 : palpitasi
berkurang,lelah
berkurang,TTV dalam batas
normal
2 Rabu 05 mei Jam 16:00
2021 S : - pasien mengatakan tidak
merasa lelah,nyeri,
danjantung berdebar
- Pasien mengatakan
akan menjaga pola
aktvitas fisik

O : - hasil observasi TTV


terlampir
- Pasien tampak lebih
segar

A : masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan
Lampiran observasi Tanda-tanda Vital

SENIN,03 MEY 2021 SELASA, 04 MEY 2021


8 9 10 11 12 13 14 8 9 10 11 12 13 14
TD 109 101 104 109 113 124 131 114 106 98 101 103 100 104
/ / / / / / / / / / / / / /
(Mm 74 69 73 62 73 83 80 69 64 60 64 65 63 62
Hg)
S 36,2 36,3 36 36 36 36,2 36,6 36,2 36,2 36 36 36,4 36,4 36,6

(oC)
N 66 62 66 64 66 63 65 74 66 66 67 64 72 77
x
( /mn
t)
RR 16 16 18 18 16 20 22 16 20 18 18 18 18 20
x
( /mn
t)
SPO2 99 99 99 97 98 99 98 98 98 98 99 100 100 98

(%)
MAP 84 80 83 75 87 97 104 90 75 73 76 77 79 80
BAB IV

PEMBAHASAN

Supraventrikular takikardi (SVT) adalah salah satu jenis disaritmia yang ditandai
dengan perubahan laju jantung yang mendadak cepat menjadi berkisar antara 150
kali sampai 250 kali per menit

1. Manifestasi klinis
Menurut wahyuningtyas 2019, tanda dan gejala yang dapat mencul berupa:
Frekuensi jantung 150 kali/menit sampai 250 kali/menit, Perubahan tekanan
darah, nadi tidak teratur, iraama jantung tidak teratur, kulit pucat, sianosis,
berkeringat Pusing, disorientasi, letargi, perubahan reflek pupil, Nyeri dada
ringan sampai berat, gelisah, Napas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan, Terdapat nafas tambahan (krekels, ronkhi,
mengi) Demam, kulit kemerahan, inflamasi eritema, edema,kehilangan tonus
otot.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri pada
dada sebelah kiri dan jantung terasa berdebar kencang.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI, masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien
dengan supraventrikular takikardi yaitu: penurunan curah jantung, pola napas
tidak efektif, dan intoleransi aktivitas.
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada pasien, didapatkan masalah
keperawatan yaitu penurunan curah jantung.
3. Intervensi keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditegakkan yaitu penurunan curah
jantung, maka intervensi keperawatan yang dapat dilakukan diruangan ICU
adalah perawatan jantung .
Intervensi yang dapat dilakukan adalah:
observasi
o Identifikasi Tanda dan gejala primer penurunan curah jantung
o Identifikasi tanda dan gejala penurunan curah jantung
o Monitor tekanan darah
o Monitor saturasi oksigen
o Monitor keluhan nyeri dada
o Monitor EKG 12 sedapan
o Monitor aritmia
o Monitor TD dan Nadi sebelum dan sesudah beraktivitas

Terapeutik :

o Posisikan pasien semi fower/fowler


o Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

Edukasi :

o Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi


o Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan oleh perawat diruangan ICU adalah memantau
TTV pada monitor yang terpasang setiap 1 jam dan melakukan
pendokumentasian pada lembar observasi khusus dan berkolaborasi dengan
dokter untuk melakukan terapi obat-obatan pada pasien. Perawat juga
memantau nyeri dada yang dialami pasien dan menjaga gar pasien tidak sering
melakukan aktivitas fisik yang melelahkan.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa pasien SVT yang masuk diruangan ICU dengan masalah
keperawatan penurunan curah jantung, maka tindakan utama yang dapat
dilakukan adalah observasi/pemantauan setiap jam melalui monitor yang
terpasang dan mendokumentasikannya sehingga dapat dilakukan kolaborasi
dengan tenaga medis lainnya.
5.2.Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita harus selalu melakukan pemantauan paa pasien
khususnya pasien dengan penyakit jantung seperti SVT sehingga kebutuhan
pasien dapat terpenuhi dengan baik dan dapat menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan
DAFTAR PUSTAKA

agustinus, V. (2020). Takikardia reentri atrioventrikuler ortodromik terkait


sindrom wolff-parkinson-white. medika kartika: jurnal kedokteran dan
kesehaan, 71-84.

Robby, Y. (2019). asuhan keperawatan pada Tn.M.Y.L dengan supravetrikular


takikardi diruang ICCU RSUD Prof.Dr.W.Z.Johannes Kupang. politeknik
kesehatan kemenkes kupang.

Wahyudin, S. (2019). manajemen asuhan keperawatan gawat darurat pada Tn.J


dengan diagnoa medis supravntrkular takikardi diruangan IGD pusat
jantung terpadu RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar.

Wahyuningtiyas. (2019). asuhan keperawatan emergency dan kritis pada ny.s


dengan supraventrikular takikardi di ICU RSUD Ungaran.

PPNI.2016. Stndar diagnosis keperawatan Indonesia: definisi dan indikator


diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI.2018. Standar luaran keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil


keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI.2018. Stndar intervensi keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan


keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai