Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN AKHIR PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANGAN VK RS. BHAYANGKARA KUPANG

OLEH:

Zeasly T. Neolaka Maria Snae


Richard A. Nggonggoek Yuris Pola Pado
Martina Ratuarat Sosipater Otu
Aryanto Natonis Robeka Tanesab
Elisabeth Renda Irwin O.Sose
Fredik Welem Detri Oematan
Marimar M. Lao

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Akhir Praktek Manajemen Keperawatan


Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Di Ruangan
VK Rs.Bhayangkara Kupang

Kupang, April 2021

Mengetahui

Pembimbing Institusi

Siti Sakinah,S.Kep.,Ns.,M.Kes Priska K. Lette, S.Kep.,Ns

Pembimbing Lahan Praktek

Betseba Tuati, Amd.Keb

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANGAN VK RS.BHAYANGKARA KUPANG

Tanggal………………………………

Pembimbing I : Siti Sakinah,S.Kep.,Ns.,M.Kes


Pembimbing II : Priska K. Lette,S.Kep.,Ns

Mengetahui

Pembimbing Lahan Praktek Koordinator Stase Manajemen

Betseba Tuati,Amd.Keb Antonio Rino Vanchapo,S.Kep.,M.M.Kes


NIDN. 0825118801

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan deseminasi awal
diruangan VK rumah sakit Bhayangkara Kupang. Kami menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka sangat sulit bagi kami untuk
menyelesaikan laporan manajemen keperawatan ini. Oleh karena itu pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direktur Rumah Sakit Bhayangkara Kupang yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk melakukan praktik manajemen
keperawatan
2. Kepada pihak Diklat yang memberikan kami ijin untuk berpraktek
diruangan VK.
3. Ibu Betseba Tuati,Amd.Keb, selaku kepala ruangan dan kakak-kakak
bidan diruangan VK yang selalu mengarahkan kami selama menjalankan
praktek manajemen keperawatan.
4. Ketua STIKes Maranatha Kupang, bapak Stefanus M. Kiik,
S.Kep.,Ns,M.Kep.,Sp.Kep.Kom yang telah memfasilitasi kami
5. Waket I, II, dan III, STIKes Maranatha Kupang yang telah mendukung
kami
6. Ibu Ni Made Merlin,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua program studi profesi
Ners
7. Bapak Antonius R. Vancapho, S.Kep.,M.Mkes selaku koordinator stase
manajemen keperawatan
8. Ibu Siti Sakinah S.Kep.,Ns.,M.Kes dan ibu Priska K.Lette,S.Kep.,Ns
selaku pembimbing kami selama menjalankan stase manajemen
keperawatan
9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan
namanya satu persatu

Akhir kata kami berharap Tuhan Yesus berkenan membalas semua pihak yang
telah membantu.

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 2
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................. 3
1.3 Manfaat Penulisan...........................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI 4
2.1 Konsep Manajemen......................................................................... 7
2.2 Konsep Kepemimpinan................................................................... 14
2.3 Konsep Analisis SWOT.................................................................. 20
2.4 Konsep Analisis Fishbone............................................................... 22
2.5 Tindakan Kebidanan....................................................................
BAB III ANALISA SITUASI
3.1 Kajian Situasi Ruangan 23
A. Profil Rumah Sakit dan Ruangan......................................... 25
B. Kajian M1-M5...................................................................... 52
C. Analisis SWOT..................................................................... 66
D. Prioritas Masalah Manajemen.............................................. 68
3.2 Planning Of Action.......................................................................... 69
3.3 Implementasi……………………………………………………... 72
3.4 Evaluasi…………………………………………………………... 74
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………….. 75
4.2 Saran……………………………………………………………… 75
Daftar Pustaka………………………………………………………………. 77

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Istilah manajemen dan kepemimpinan sering diartikan hanya berfungsi
pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut sangatlah
luas. Perawat profesional tidak hanya mengelola orang tetapi sebuah proses
secara keseluruhan yang memungkinkan orang dapat menyelesaikan tugasnya
dalam memberikan asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaan
kesehatan pasien menuju ke arah kesembuhan. (Nursalam,2014)
Seperti halnya keperawatan, ilmu manajemen mengembangkan dasar teori
dari berbagai ilmu, seperti bisnis, psikologi, sosiologi, dan antropologi.
Karena organisasi bersifat kompleks dan bervariasi, maka pandangan teori
manajemen adalah bagaimana manajemen dapat berhasil dan apa yang harus
diperbaiki/diubah dalam mencapai suatu tujuan organisasi. (Nursalam,2014)
Frederick W. Taylor adalah salah seorang tokoh dari bidang ilmu
manajemen. Pada awal tahun 1900-an, ia mengemukakan bahwa teori
manajemen diibaratkan sebagai suatu mesin. Penekanan utamanya adalah
produksi yang efisien dan cepat. Motivasi pekerja dan manajemen dipengaruhi
kepuasan dalam bekerja sama untuk meningkatkan produksi. (Nursalam,2014)
Taylor dalam bukunya The Principles of Scientific Management (1911)
menganjurkan bahwa pekerjaan harus dipelajari secara ilmiah untuk
menentukan jalan terbaik dalam melaksanakan setiap tugas. Prinsip yang
dianut adalah menghasilkan produksi semaksimal mungkin dengan
pengeluaran energi yang minimal. Manajemen ilmiah ini membutuhkan
revolusi mental dan tanggung jawab moral yang tinggi dalam upaya mencapai
tujuan organisasi. Dengan kata lain, semua kegiatan harus direncanakan sebaik
mungkin baik dari segi keuntungan maupun kerugiannya berdasarkan
parameter-parameter ilmiah yang telah ditetapkan. (Nursalam,2014)
Upaya untuk mncapai kemampuan manajerial pada tahap yang lebih besar
dapat dimulai dari ruang lingkup yang lebih kecil. Salah satu cara untuk

1
meningkatkan kemampuan manajerial yang handal selain didapatkan dibangku
kuliah juga harus melalui pembelajaran praktikal dilahan praktik.
Berdasarkan ulasan tersebut diatas, mahasiswa Pendidikan Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang diarahkan untuk
mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di RS.Bhayangkara
Kupang. Dengan adanya praktik ini diharapkan mahsiswa mampu mengelola
suatu ruangan perawatan dengan pendekatan proses manajemen.

1.2 TUJUAN PENULISAN


A. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan stase manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan mampu menerapkan prinsip manajemen keperawatan dalam
melaksanakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) ditatanan
RS.Bhayangkara Kupang
B. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan stase manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan mampu:
1. Melaksanankan pengkajian data diruang VK RS Bhayangkara
KUPANG.
2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisis SWOT.
3. Menentukan rumusan masalah berdasarkan analisa yang telah dibuat.
4. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Kebidanan Profesional: (1) Timbang
Terima, (2) Ronde Kebidanan, (3) Sentralisasi Obat, (4) Supervisi
Kebidanan, (5) Dishargre Planing, (6) DokumentasiKebidanan,
(7)Penerimaan PasienBaru.
1) Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan
hasil pengkajian Model Asuhan Kebidanan Profesional: (1)
Timbang Terima, (2) Ronde Kebidanan, (3) Sentralisasi Obat, (4)
Supervisi Kebidanan, (5) Dishargre Planing, (6) Dokumentasi
Kebidanan, (7) Penerimaan Pasien Baru.

2
2) Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasinal ruangan
berdasarkan hasil pengkajian model asuhan profesioanal:
(1) Timbang Terima, (2) Ronde Kebidanan, (3) Sentralisasi Obat,
(4) Supervisi Kebidanan, (5) Dishargre Planing, (6)
Dokumentasi Kebidanan, (7) Penerimaan Pasien Baru.
5. Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan kebidanan
dengan model MAKP
6. Melakukan Evaluasi Program pelaksanaan Model Asuhan Kebidanan
Profesional (MAKP)

1.3 MANFAAT
A. Bagi Mahasiswa
1. Tercapainya pengalaman dalam mengelola manajemen suatu ruangan
dan asuhan pasien
2. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MAKP
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
penerapan model MAKP di ruangan VK
4. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana ruangan
B. bagi bidan
1. tearidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan
MAKP
2. tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
3. terbinanya hubungan yang baik antara bidan dan bidan, bidan dengan
tim kesehatan lain, dan bidan dengan pasien dan keluarga pasien
C. bagi pasien dan keluarga
pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang optimal dan memuaskan
D. bagi institusi dan pendidikan
sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan
dengan pelaksanaan model MAKP

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 KONSEP MANAJEMEN


A. Definisi Manajemen

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui


orang lain (Gillies,1989). Menurut Siagian (1999), manajemen
berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan
dalam rangka mencapai tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan
pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa
manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Sri Mugianti,
2016).
Selanjutnya Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen sebagai
ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkansebelumnya (Sri Mugianti, 2016).

B. Tujuan Manajemen Kebidanan


1. Mengarahkan seluruh kegiatan yangdirencanakan.
2. Mencegah/mengatasi permasalahanmanajerial.
3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien
dengan melibatkan seluruh komponen yangada.
4. Meningkatkan metode kerja kebidanan sehingga staf
bidanan bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi
waktu kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi tenaga
dan upaya

Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen kebidanan


adalah:

1. Terselenggaranya pelayanan.

4
2. Asuhan kebidanan yang berkualitas.
3. Pengembangan staf.
4. Budaya riset bidang kebidanan.

C. Fungsi Manajemen Keperawatan

Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen


utama yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),
Staffing (Kepegawaian), Directing (Pengarahan) , controlling
(Pengendalian/evaluasi).
Planning ( Perencanaan) Fungsi planning (perencanaan) adalah
fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan
menentukanfungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya
(1999), fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak
mungkin fungsi manajemen lainnya aka dapat dilaksanakan dengan
baik.
Perencanaan akan memberi pola pandang secara menyeluruh
terhadap semua perencanaan yang akan dijalankan, siapa yang akan
melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan
tuntunan terhada prosespencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Dibandingkan kesehatan perencanaan dapat didefinisikan sebagai
proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan
di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun
langkah- langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
tersebut.
D. Prinsip Dasar Manajemen Kebidanan

Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen kebidanan adalah :

1. Manajemen kebidanan seyogianya berlandaskan perencanaan


karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan
resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang afektif

5
danterencana.

2. Manajemen kebidanan dilaksanakan melalui penggunaan waktu


yang efektif. Manajer kebidanan menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukansebelumnya.

3. Manajemen kebidanan akan melibatkan pengambilan keputusan


berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam
pengelolaan kegiatan kebidanan memerlukan pengambilan
keputusan di berbagai tingkatmanajerial.

4. Memenuhi kebutuhan asuhan kebidanan pasien merupakan fokus


perhatian manajer kebidanan dengan mempertimbangkan apa
yang pasien lihat, fikir, yakini daningini.Kepuasan pasien
merupakan point utama dari seluruh tujuan kebidanan.

5. Manajemen kebidanan harus terorganisir. Pengorganisasian


dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk
mencapaitujuan,

6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen kebidanan


yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.

7. Manejer kebidanan yang baik adalah manajer yang dapat


memotivasi staf untuk memperlihatkan penampilan kerja yangbaik.

8. Manajemen kebidanan menggunakan komunikasi yang efektif.


Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara
bawahan.

9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya


mempersiapkan bidan pelaksana untuk menduduki posisi yang
lebih tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuankaryawan.

6
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen kebidanan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui
penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar
dan memperbaikikekurangan.

1.2 KONSEP KEPEMIMPINAN


A. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Dedi 2019, Leaders (Pemimpin) adalah orang yang
mendapatkan tugas dan kepercayaan dari lembaga, konstituen atau
seseorang baik formil maupun non formal. Untuk menjalankan fungsi
kepemimpinan dengan memberikan pengaruh, motivasi, teladan dan
membuat keputusan akan organisasi atau lembaga yang
dipimpinpinnya. Memiliki sense of crisis, sense of belonging and
dignity, konstituen dengan sukarela mengikutinya. Leadership ruang
lingkupnya lebih luas, karena menyakut tatanan formal dan non formal.
Leaders dan manager satu paket komplit yang harus dimiliki seorang
profesional.
Profesi kesehatan memerlukan generasi muda yang mempunyai
kemampuan kemampuan leaders dan manager. Kemampuan leaders
dan manager harus bisa di implemantasikan dalam berbagai lingkup,
bukan saja lingkup keilmuan tapi tatanan kehidupan yang lebih luas
( Marquis, 2012; Nursalam, 2014).
B. Fungsi Kepemimpinan
Menurut Dedi 2019, kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain, mengerakan mereka untuk mencapai tujuan. Efektive nurse leader
are those who, trought, sense of possibility, and willingness to take
risks, engage others to work together effective in pursuit of a shared
goal. Great man theory atau Threat Theory (Aristotle) menyatakan;
bahawa seseorang dilahirkan untuk memimpin, memiliki sifat dan
kepribadian untuk memimpin. Garners’s leadership studies
mengemukakan: bahwa pemimpin mempunyai tugas untuk memimpin

7
(the taks of leadership), pemimpin harus melakukan interaksi dengan
para pengikut atau constituent (constituent interaction). Kemampuan
menggerakan orang lain, mempengaruhinya, membuat mereka antusias
bekerja sama, saling mendukung dalam bekerjasama dan menjadi
pengikutnya secara sukarela (Nursalam, 2011).
Menurut ( Nursalam, 2011) Fungsi kepemimpinan adalah sebagai
berikut :
1. Mempengaruhi orang lain
Kemampuan pemimpin menyampaikan ide-ide, pandangan,
gagasan dan ajakan, sehingga konstituen tertarik untuk menerima
ide-usulan dan gagasan tersebut. Bukan hanya itu saja, konstituen
juga menyetujui dan melakukan aktivitas yang disampaikan
pemimpin. Mempengaruhi orang lain bisa berupa hal-hal yang
positif ataupun negatif. Makanya seorang pemimpin perlu hati-hati
menyampaikan ide, usulan, pemikiran ataupun gagasan, supaya
membawa dampak yang positif bagi orang-orang yang
dipimpinnya.
2. Motivator Selalu positif thingking kepada orang lain. Memberi
kritik dan saran dengan berkomentar yang positif terlebih dahulu
baru sarannya disampaikan dengan bahasa yang santun. Selalu
memberikan reinforcement pada keberhasilan stafnya.
Bersemangat dan selalu antusias (Euntusiame) dalam melakukan
pekerjaan, tugas dan tanggungjawabnya
3. Model/teladan
Menjadi orang yang bisa dicontoh dalam integritas personalitinya.
Integritas personaliti tersebut adalah: disiplin, komunikasi baik,
ramah, perhatian, peduli, selalu member jalan pemecahan masalah,
berkomitmen tinggi, konsekuen, jujur, terbuka terhadap saran dan
kritik, tanggungjawab, tanggunggugat, berwibawa, berpengatuan
luas, bijaksana. Menjadi contoh juga dalam hal pengembangan
karier dan tingkat pendidikan yang dicapai. Menjadi contoh dalam
kehidupan pribadi, keluarga dan spiritualitasnya. Cara berpakaian

8
dan kepatutannya dalam pekerjaan sehari-hari. Menginspirasi
banyak orang dalam aktivitas pekerjaan dan kariernya.
4. Membuat keputusan/Decition Maker
Membuat keputusan adalah fungsi pemimpin. Membuat keputusan
diperlukan kompetensi kepemimpinan, keberanian dan tanggung
gugat dalam menghadapi risiko organisasi sebagai inpact dari
keputusan. Keputusan (decision making) diperlukan pengetahuan
yang luas tentang substansi yang diputuskan. Mempertimbangkan
berbagai dimensi dari keputusan, baik substansi, sosial, psikologis,
politik, referensi kekinian, trends issue dan kebijakan. Keputusan
harus lebih banyak berorientasi secara exsternal. Berinpact pada
customer, user dan stake holder.
C. Gaya Kepemimpinan
Menurut Dedi 2019, Gaya kepemimpinan dibedakan, menurut
Likers dan menurut teori X dan Y. Pada bagian ini penulis mencoba
menguraikannya menurut, Nursalam (2010) Ada empat gaya
kepemimpinan klasik adalah:
1. Gaya demokratis
Seorang pemimpin selalu meminta pendapat dari staf. Segala
keputusan yang diambil atas pertimbangan dan masukan dari staf.
Pemimpin harus memiliki kritikal thinking, kecepatan dalam
mengambil keputusan menguasai substansi program kerja.
Seorang pemimpin yang mampu menghargai pendapat staf,
menggali potensi dan mengoptimalkan potensi dengan melibatkan
seluruh staf dalam aktivitas organisasi. Cocok diterapkan ketika
memimpin orang-orang yang memiliki potensi, tingkat pendidikan
baik. Cocok diterapkan ketika memimpin orang-orang yang
memiliki potensi, tingkat pendidikan baik, potensi dan memiliki
kreativitas yang sangat tinggi.
2. Gaya otoriter
Kepemimpinan otoriter mempunyai ciri bahwa segala keputusan
berada dalam diri pemimpin (central of decition maker). Staf

9
hanya menerima instruksi akan suatu tugas, atau pekerjaan yang
harus dilakukan. Staf tidak diberikan kesempatan memberikan
usulan, ide dan gagasannya. Staf tidak tergali potensi dan
kretivitasnya. Cocok diterapkan dalam situasi darurat dan
emergensi agar roda organisasi dapat berjalan dengan baik, sesuai
visi dan misi yang sudah ditetapkan. Kepercayaan yang rendah
kepada staf. Memotivasi staf dengan ancaman dan hukuman.
3. Gaya leizes faire
Pemimpin dengan gaya leizes faire banyak para ahli menyatakan
sebagai pemimpin yang kurang memiliki kemampuan. Tidak
mempunyai kopetensi dalam memimpin. Tidak paham akan
program-program kerja organisasi yang dipimpinnya. Segala
keputusan diserahkan kepada para stafnya. Tanpa diberikan
bimbingan yang memadai dari pemimpin. Pada jaman modern
abad ini gaya kepemimpinan leizes faire bisa diterapkan oleh
seorang pemimimpin untuk menguji kemampuan stafnya dalam
mengerjakan suatu pekerjaan dan program organisasi, sehingga
pemimpin bisa memberikan evaluasi yang obyektif. Sangat cocok
apabila diterapkan untuk menguji kemampuan staf dalam suatu
pekerjaan atau program kerja.
4. Gaya kharismatik
Pemimpin dengan gaya ini memiliki kharisma atau aura yang
sangat positif. Aura ini terpancar dari wajah, tubuh dan segala
integritas dirinya. Pemimpin yang dilahirkan dari monarki
biasanya memiliki kharisma tertentu. Pemimpin dibeberapa
Negara tertentu yang menyebutkan bahwa rajanya adalah wakit
Tuhan di Dunia, titisan Dewa yang lahir ke Dunia. (Jepang,
Inggris, Tibet dll). Kepemimpinan pada era global dan digital saat
ini, pemimpin memiliki kharisma dan berwibawa, karena memiliki
kompetensi, pengetahuan luas dan strategi dalam memimpin.
Pemimpin juga bisa berwibawa karena caranya berpakaian,
berperilaku dan memanfaatkan kelebihan-kelebihan fisik sebagai

10
anugrah yang diberikan Tuhan kepadanya. Pemimpin dengan gaya
kharismatik membuat semuai konstituen, segan dan sangat
menghormatinya.
Berikut gaya kepemimpinan hasil pengembangan dari gaya klasik
yaitu:
a) Gaya autokratis
Seorang pemimpin memberikan kepercayaan kepada stafnya
sapai pada level tertentu. Memotivasi staf denangan ancaman
dan hukuman, tetapi pemimpin membuka komunikasi antara
staf dengan dirinya sebagai pemimpin, meskipun dalam
pengambilan keputusan pemimpin masih melakukan
pengawasan dengan ketat. Gaya kepemimpinan ini mirip gaya
dictator, tapi bobotnya agak kurang. Pendapat staf tidak pernah
dibenarkan.
b) Gaya pseudo demokratis
Seorang pemimpin ingin menunjukkan seolah-oleh demokratis.
Seolaholah pemimpin menghargai staf dan meminta
pendapatnya. Tetapi pada akhirnya keputusan menurut
pemimpin.
c) Gaya militeristik
Gaya ini lebih banyak diterapkan dalam kemeliteren atau
ketentaraan sesuai dengan namanya. Kepemimpinan taat pada
satu komando pimpinan sebagai komandan. Mirip gaya otoriter
dan dictator. Instruksi pemimpin harus segera dilaksanakan.
Gaya ini dikembangankan karena pada lingkup aktivitas
ketentaraan semua serba kritis dan suasana perang sehingga
semua harus mengikuti komando pimpinan.
D. Karakteristik Seorang Pemimpin
Menurut Dedi 2019, Karakter yang diperlukan seorang pemimpin
adalah sebagai berikut :
1. Personality

11
Pemimpin yang punya kepribadian yang berkarakter. Personality
yang dimaksud adalah mempunyai sifat-sifat : jujur,
bertanggungjawab, disiplin.
2. Memiliki pengetahuan yang luas.
3. Kemampuan komunikasi yang efektif.
4. Bakat.
5. Keseimbangan emosi.
6. Sosial.
7. Spiritual.
E. Prinsip kepemimpinan yang efektif
Menjadi pemimpin yang efektif selain diperlukan kompetensi
kepemimpinan, pengalaman dan karakter personality yang kuat serta
memiliki integritas personality, tetapi diperlukan juga prinsip
kepemimpinan yang efektif. Prinsip-prinsip kepemimpinan dapat di
implementasikan pada berbagai multi disiplin atau profesi. Prinsip
kepemimpinan efektif tersebut adalah:
1. Intelegency :
a) Judgment,
b) Decisiveness (ketegasan),
c) Knowledge,
d) Fluency of speechs (komunikatif).
2. Personality;
a). Adaptabilility,
b). Alertness (waspada),
c). Creativity,
d). Cooperativeness,
e). Personal integrity,
f). Self confidance,
g). Emotional balance and control,
h). Independence.
3. Abilities :
a) Ability to enlist cooperation

12
b) Popularity and prestige,
c) Sociability (interpersonal skill),
d) Social participation,
e) Tact diplomasi,
f) Integrity,
g) Courage (keberanian),
h) Initiative,
i) Energy,
j) Optimism,
k) Perseverance (ketekunan),
l) Balance,
m) Ability to handle stress,
n) Self-awareness.
Ada 9 tugas pemimpin (the taks of leadership Garners dalam Dedi
2019)
a) evisioning goal,
b) affirming values,
c) motivasi,
d) managing,
e) achieving workable unit,
f) explaning,
g) serving a symbol,
h) representating the group,
i) renewing,
Adapun lingkup garapan kepemimpianan dalam pelayanan kebidanan
meliputi :
1. Ruang rawat nginap
2. Bidang kebidanan
3. Direktur kebidanan
4. Dekan Fakultas Ilmu Kebidanan
5. Rektor Universitas
6. Ketua STIKes

13
7. Penanggungjawab tim
8. Penanggungjawab shif
9. Manajer kasus/case manager

F. Kepemimpinan penentu kualitas pelayanan kebidanan


Faktor-faktor kepemimpinan yang menentukan kualitas tersebut
adalah:
1. Integritas.
2. Personaliti.
3. Latar belakang pendidikan.
4. Pengalaman.
5. Gaya kepemimpinan yang di implementasikan.
6. Kompetensi komunikasi pemimpin.

1.3 KONSEP ANALISIS SWOT


A. Definisi Perencanaan Strategis

Supriyanto dan Damayanti 2007, menjelaskan perencanaan


strategis merupakan bagin dari manajemen strategi, yang memiliki arti
suatu perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap
tuntutan atau masalah atau perubahan yang ada dilingkungan
organisasi shingga organisasi dapat melakukan tindakan adaptif dalam
tuntutan perubahan.Perencanaan strategi adalah prosessistematis yang
disepakati oleh suatu organisasi dalam mebagun keterlibatan diantara
stakholder utama tentang prioritas bagi misi dan tanggapan terhada
lingkungan.

Perencanaan jangka panjang yang didalam terdapat kesepakatan


misi dan tujuan perusahaan, sehingga membagi perencanaan strategi
meliputi tahap inisiasi proses, aturan, tujuan, arti dan akhir dari
hubungan, penjelasan dan perencanaan, strategi dan tingkat kepuasan
yang terintegrasi.

14
B. Penyusunan Perencanaan Strategis

Proses perencanaan strategis menurut meliputi tiga tahap yaitu :

1. Perumusan, yang meliputi pembagian misi, penentuan tujuan


utama, penilaian lingkungan eksternal dan internal dan evaluasi
serta pemilihan alternatif.
2. Penerapan.

3. Pengendalian.

Supriyanto 2011 menjelaskan perencanaan strategis mulai dari


visi, kemudian disusun rencana strategis dan dilanjutkan rencana
operasional.Dalam strategis dapat dimulai dengan menetapkan tujuan
jangka panjng dan pendek kemudian disusun rencana operasional.
Secara skematis tahapan perencanaan strategis dapat digambarkan
sebagai berikut untuk tahap 1 dan 2 adalah perencanaan strategis dan
tahap 3 dan 4 adalah perencanaan operasional.

Tahap 1 Visi Dan Misi

Tujuan

Analisis SWOT

Tahap 2 Asumsi

Strategi SWOT

Perencanaan
Tahap 3

Penganggaran
Tahap 4

15
Program

Dalam perencanaan strategis dilakukan analisis strategis


yakni dapat menggunakan strategi SWOT, dengan dasar
pemikiran S dan W pada organisasi dan T ada dilingkungan
organisasi.Streegths dan weaknes dari faktor internal dapat
meliputi : Biyaya produksi, keterampilan market, sumber daya
keuangan, ketersediaan teknologi, reputasi dan lain-lain.
Opporlunities dan threats dari faktor eksternal dapat meliputi
kebiasaan, budaya, umur, jenis kelamin, perkembangan
teknologi, kebijakan politik, pesain, dan lain-lain, untuk
menyusun rencana strategi dapat digambarkan dalam bentuk
tabel berikut :
Internal Kekuatan Kelemahan

Ekstra
Peluang Strategi : Strategi :
Menangkap peluang dengan Menagkap peluang
kekuatan yang dimiliki. dengan
mengurangi
kelemahan yang
dimiliki.

Ancaman, Strategi : Strategi :


Tantangan Mengurangi/menghilangkan Mengurangi
ancaman dengan kekuatan pengaruh ancaman
yang dimiliki. dengan menambah
kekuatan,
Mengurangi kelemahan

16
C. Indikator Perencanaan Strategis

Supriyanti dan Damayanti 2007 menyatakan bahwa perencanaan


strategis yang berhasil efektif dan efisien dapat didasarkan pada.
1. Pemahaman, visi, misi, tujuan organisasi.
2. Pemahaman lingkungan eksternal organisasi ( Peluang dan
Ancaman).
3. Pemahaman kemampuan sumberdaya internal (Kekuatan
dan kelemahan).
4. Penguasaan manajemen efektif, dan dapat dipengaruhi oleh
budaya organisasi
D. Faktor Yang Mempengaruhi Strategis

Menurut Asmarani 2006 ada tiga faktor yang mempengaruhi


perencanaan strategis, diantaranya faktor manajerial, faktor linkungan,
dan kultur organisasi.
1. Faktor Manajerial
Kemampuan atau kompetensi manajerial dalam
perencanaan strategis dapat menentukan derajat keberhasilan
perencanaan strategis. Hal tersebut sebagaimana Hopkins 1997,
dalam Asmarani 2006 yang menyatakan faktor personalitas
manajerial berpengaruh berpengaruh pada perencanaan strategis,
kemudian juaga menduga adanya keterlibatan manajemen dalam
perencanaan strategis dilaksanakan secara komperhensif, sangat
sedikit atau tidak ada perhatian tergantung apakah manajemen
memiliki keahlian untuk menjalankan proses.
Keahlian dalam perencanaan strategis ini termasuk
didalamnya adalah pengetahuan dan keahlian untuk menerapkan
perencanaan strategis .kemudian Hopkins 1997 mengembangkan
dua variabel utama, yaitu faktor personalitas manaterial yaitu
keyakinan terhadap adanya hubungan perencanaan kinerja dan
keahlian perencanaan strategis.
Keyakinan terhadap hubungan perencanaan strategis dan
kinerja didefinisikan sebagai seberapa besar keyakinan pimpinan

17
organisasi/institusi terhadap perencanaan strategis dapat
meningkatkan organisasi/institusi. Keahlian dalam perencanaan
strategis adalah pengetahuan dan keahlian pimpinan
organisasi/institusi untuk menerapkan perencanaan strategis
(Asmarani, 2006).
2. Faktor Lingkungan
Dapat mempengaruhi perencanaan strategis, karena
lingkungan memiliki peran dalam mempengaruhi pengambilan
keputusan manaterial, proses struktur organisasi untuk itu
lingkungan eksternal
penting untuk selalu dipantau dan di analisis. Pengamatan
lingkungan merupakan suatu proses yang penting dalam
manajemen yang strategis, sebab pengamatan adalah mata rantai
yang pertama dalam rantai tindakan dan persepsi yang
memungkinkan suatu organisasi unuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Dalam beberapa literature ada beberapa dimensi
lingkungan eksternal yang masuk dalam manajemen strategi dan
teori organisasi, diantaranya :
a. Dukungan Lingkungan (Environmental Munifence) adalah
sejauh mana sumber daya yang diberikan lingkungan dapat
mendukung pertumbuhan yang stabilitas yang dilakukan oleh
organisasi.
b. Dinamika Lingkungan (Enviromental Dinamism) adalah
tingkat perubahan yang tidak dapat diprediksi dan sulit
direncana sebelumnya dalam elemen-elemen lingkunan,
seperti sektor pelanggan, pesaing, pemerintah dan teknologi.
c. Komleksitas Lingkungan ( Enviromental comlexity) adalah
heterogenitas dari rangkaian aktifitas-aktifitas lingungan
(Asmarani, 2006).

3. Budaya Organisasi

18
Budaya organisasi dapat menjadi alat praktis manajamen
yang mampu mendukung adanya perubahan strategis. Budaya
mencakup nialai,aturan kepercayaan didalam yang membentuk
perilaku, sikap yang menguntungkan. Sehingga budaya organisasi
dapat mempengaruhi komitmen terhadap organisasi yang tentu
berdampak pada perancanaan strategis.
Budaya juga merupakan dasar dari seluruh faktor
manajemen sumber daya manusia.Ini juga mempengaruhi perilaku
yang merujuk pada hasil yaitu, komitmen, motivasi, dan kepuasan.

E. Hal Yang Perlu Diperhatikan

1. Pengisian Ite IFAS dan EFAS

Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan


komponen yang ada dalam pengumpulan data (bisa berujuk pada
data fokus dan contoh pengumpulan data pada bagian lain
didalam buku ini). Data tersebut dibedakan menjadi 2 yaitu IFAS
(Internal Factors) yang meliputi faktor Weakneses dan
Strengthdan faktor EFAS (External Factors) yang meliputi aspek
Oppurtunity dan Threatened.
2. Bobot

Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting)


sampai dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhadap strategi perusahaan.
3. Peringkat (Rating)

Hitung peringkat masing-masing faktor masing-masing dengan


memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1
(kurang/poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut. Data rating
didapat berdasarkan hasil pengukuran bik secara observasi,
wawancara, pengukuran langsung. Faktor stregth dan oppurtunity
menggambarkan nilai kinerja yang negatif.Kemudian, kalikan
bobot dengan rating untuk mendapatkan nilai masing-masing

19
faktor.

1.4 KONSEP ANALISIS FISH BONE


A. Definisi Fishbone Analysis.
Menurut [ CITATION Sis17 \l 1057 ], diagram tulang ikan
(fishbone)adalah alat untuk menggambarkan penyebab-penyebab suatu
masalah secara rinci. Diagram tersebut memfasilitasi proses
identifikasi masalah sebagai langkah awal untuk menentukan fokus
perbaikan, mengembangkan ide pengumpulan data, mengenali
penyebab terjadinya masalah dan menganalisa masalah tersebut.
Diagram Fishbone akan mengidentifikasi berbagai sebab
potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah
tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi
sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin,
prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai
sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
Menurut Kathleen M. La Tour 2010, menyatakan bahwa
“fishbone diagram is a performance improvement tool used to identify
or classify the root causes of a problem or condition and to display the
root causes graphically”.
B. Faktor – Faktor Dalam Fishbone
Menurut [ CITATION Bla19 \l 1057 ]Fishbone analisis adalah proses
analisis penyebab masalah dengan menganalisis berbagai dimensi
penyebab masalah, dimensinya terdiri dari 5 M 1 E.Keterangan :
1. Faktor Man atau manusia
a) Pengetahuanya.
b) Sikapnya.
c) Keterampilannya.
2. Faktor Methode :
Cara/strategi yang digunakan untuk mengcreat suatu problem atau
masalah, tidak efektif sehingga masalah muncul. Metode yang
sering digunakan dalam lingkup kebidanan berupa; sosialisasi,

20
desiminasi, pelatihan, seminar, workshop, coaching,
redemonstrasi, simulasi, rapat, lounching program, bedah buku, dll
yang sesuai.
3. Faktor Environment
a) Tidak kondusif: rame, berisik, tidak beraturan, udara panas,
tidak nyaman.
b) Tidak mendukung: kurang bersih, tidak rapih, sarana prasarana
tidak lengkap.
4. Faktor Material
Alat/bahan yang diperlukan tidak sesuai atau tidak mendukung,
sehingga timbul masalah: formulir, alat kesehatan, obat-obatan dll.
5. Faktor Machine :
Mesin-mesin apabila ada dan diperlukan: Alat-alat diagnostik,
mesin HD, ventilator, yang diperlukan dalam kebidanan dan
kesehatan.
C. Langkah-Langkah Metode Tulang Ikan (Fishbone)
Menurut Kathleen M. La Tour 2010, menyatakan diagram
tulang ikan juga dikenal dengan diagram sebab akibat dapat membantu
mencari penyebab masalah. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan
prosedur atau langkah-langkah pembuatan fishbone diagram di bawah
ini.
Langkah-langkah melakukan analisa dengan diagram tulang ikan:
1. Menyepakati pernyataan masalah :
a. Sepakati sebuah pernyataan masalah (problem statement).
Pernyataan masalah ini diinterpretasikan sebagai “effect”, atau
secara visual dalam fishbone seperti “kepala ikan”.
b. Tuliskan masalah tersebut di sebelah paling kanan, misal:
“Rekam medis terlambat”.
c. Gambarkan sebuah kotak mengelilingi tulisan pernyataan
masalah tersebut dan buat panah horizontal panjang menuju ke
arah kotak.

21
d. Masalah yang akan dianalisis diletakkan di sebelah kanan (kepala
tulang ikan)
2. Mengidentifikasi kategori-kategori:
a. Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi
“cabang”. Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah
yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai “cause”, atau
secara visual dalam fishbone seperti “tulang ikan”.
b. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa
sehingga masuk akal dengan situasi.

1.5 TINDAKAN KEBIDANAN


Tahap implementasi atau tindakan kebidanan adalah wujud dari
pelaksanaan rencana kebidanan.
Komponen tahap tindakan terdiri dari 3 tahap yaitu
A. Tindakan mandiri
Tindakan mandiri dapat dilakukan tampa pesanan dokter,
ditetapkan sesuai dengan standar praktik dan kebijakan masing-
masing institusi. Contoh tindakan mandiri; mengkaji klien,
mendengarkan ketakutan dan kekuatiran klien, observasi respon klien
terhadap bidanan.
B. Tindakan kebidanan kolaboratif
Tindakan kebidanan kolaboratif diimplementasikan bila bidan
bekerja dengan anggota Tim bidanan kesehatan yang lain dalam
membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi
masalah-maslah klien. Contoh; membahas perencanaan pulang klie
dengan Tim multidisiplin, membahas ketakutan klien dengan
kerohanian dan lain-lain.
C. Tindakan dokumentasi
Tindakan dokumentasi kebidanan merupakan pernyataan dari
kejadian atau aktivitas yang otentik dengan mempertahankan catatan-
catatan yang tertulis merupakan wahan untuk komunikasi dari satu
professional ke professional lainnya tentan g status klien

22
BAB III
ANALISA SITUASI

3.1 KAJIAN SITUASI RUANGAN


A. PROFIL RUMAH SAKIT DAN RUANGAN
1. Sejarah Rumah Sakit
Berawal dari sebuah gedung tua yang didirikan sejak tahun 1950
yang digunakan sebagai asrama perintis Kepolisian Daerah Timur.
Gedung ini kemudian dijadikan sebagai kantor Komlek Komdak XVII
Nusra. Salah satu bagian dari gedung tersebut digunakan sebagai
poliklinik rawat jalan. Pada tahun 1967 gedung ini direnovasi dan
digunakan untuk rumah sakit dengan nama Rumah Sakit Bhayangkara
Kupang. Dan diresmikan penggunaanya pada tanggal 3 juli 1967.
Waktu berlalu hingga pada tahun 4 desember 2003 berdasarkan
surat keputusan Kapolri No.Pol: Skep/1103/XI/2003, rumah sakit
Bhayangkara Kupang ditetapkan sebagai rumah sakit tingkat IV. Pada
tanggal 11 november 2010, dengan Surat Keputusan Mentri Kesehatan
RI nomor YM.01.10/III.6725/10 tentang akreditasi penuh tingkat
dasar, Rumah Sakit Bhayangkara Kupang dinyatakan lulus akreditasi
tingkat dasar.
Pada tanggal 27 januari 2012, dengan Surat Keputusan Mentri
Kesehatan RI nomor HK.03.05/I/190/12 tentang penetapan kelas
rumah sakit, ditetapkan Rumah Sakit Bhayangkara sebagai rumah sakit
tipe C. Pada tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 12 september
2012 berdasarkan keputusan Kapolri nomor Kep/546/x/2012 tentang
peningkatan rumah sakit Bhayangkara, maka rumah sakit Bhayangkara
dinyatakan naik tingkat menjadi rumah sakit tingkat III.
Pada tanggal 9 april 2015 dengan surat keputusan Mentri
Keuangan Republik Indonesia nomor 503/KMK.05/2015 rumah sakit
Bhayangkara Tingkat III Kupang ditetapkan sebagai instansi

23
pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (PK-BLU). Untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat,
pada tanggal 21 juli 2017 dengan Skep Kapolda nomor:
Kep/475/VII/2017, rumah sakit Bhayangkara ditambahkan nama
menjadi Rumah Sakit Bhayangkara “Drs Titus Ully” Kupang
Rumah sakit Bhayangkara menjalani survei akreditasi program
khusus pada tanggal 23-24 agustus 2017 yang dilakukan oleh KARS.
Sebagai hasil dari penilaian survei tersebut, Rumah Sakit Bhayangkara
Kupang dinyatakan lulus akreditasi tingkat perdana oleh Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dan mendapatkan sertifikat
kelulusan nomor KARS-SERT/457/IX/2017 tanggal 14 september
2017.
2. Profil dan Gambaran Rumah Sakit
Menurut UU No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
RS. Bhayangkara Titus Uly Kupang adalah sebuah rumah sakit tipe C
dengan kepemilikan POLRI, Terletak di Jl.Nangka No.84 kupang.
Rumah sakit ini memiliki visi, misi, tujuan dan motto sebagai berikut:
a. Visi
Menjadi rumah sakit terpercaya sebagai pemberi pelayanan
kesehatan prima di daratan timor.
b. Misi
1) Meningkatkan sumber daya manusia rumah sakit yang
profesional serta meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas
kesehatan yang mendukung pelayanan
2) Mengembangkan pelayanan trauma centare dan kompartemen
dokpol untuk mendukung tugas pokok kepolisian
3) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan
anggaran
4) Membina kemitraan dengan instansi terkait

24
c. Tujuan
1) Terwujudnya rumah sakit Bhayangkara Kupang yang
terakreditasi dan mampu memberikan pelayanan prima
2) Meningkatnya derajat kesehatan polri dan masyarakat umum di
Nusa Tenggara Timur
d. Motto
“SENYUMMU ADALAH KEPUASANKU”

B. KAJIAN M1-M5
I. M1 MAN/KETENAGAKERJAAN
1. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi diruang VK rumah sakit Bhayangkara kupang
terdiri dari kepala ruangan, ketua tim, dan beberapa staf bidan yang
dibantu oleh tenaga administrasi dan pekerja rumah sakit. Adapun
struktur organisasi sebagai berikut: (struktur terlampir)
Dengan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
a. Kepala ruangan

Pengertian seorang tenaga kebidanan yang di beri tanggung


jawab dan wewenang dalam mengatur dan mengendalikan
kegiatan pelayanan kebidanan di ruangan rawat inap. Kepala
ruangan mempunyai beberapa tugas pokok dan fungsu sebagai
berikut:
1) Menyusun rencana kerja pelayanan di ruang rawat inap.
2) Menyusun rencana kebutuhan tenaga kebidanan sesuai
kebutuhan.
3) Menyusun rencana kebutuhan peralatan dan obat-obatan
sesuai kebutuhan.
4) Menyusun dan membuat jadwal dinas.
5) Mengikuti timbang terima pasien dan memimpin doa
sebelum bekerja

25
6) Melaksanakan orientasi pada bidan baru.
7) Melaksanakan program bimbingan mahasiswa.
8) Mengatur dan mengkordinasikan alat agar dalam keadaan
siap pake.
9) Mengatur dan mengendalikan pemberian asuhan kebidanan.
10) Meningkatkan kolaborasi dengan tim lain.
11) Melakukan program bimbingan dengan para staf yang
mengalami kesulitan.
12) Mendelegasikan tugas katim pada saat karu tidak ada.
13) Mengatur tugas PRS.
14) Mengadakan pertemuan berkala setiap bulan dengan staf.
15) Mengecek kelengkapan dokumentasi asuhan kebidanan.
16) Mengendalikan mutu pelayanan kebidanan dengan
pemantauan angka flebitis dan angka dekubitus.
17) Mengadakan diskusi dengan staf apa bila ada masalah.
18) Membuat penilaian kinerja karyawan.
19) Merencanakan dan mengevaluasi mutu asuhan
kebidanan dengan istrumen A, B, C.
20) Mebuat laporan tahunan atau akuntabilitas kinerja.

b. Ketua Tim
Pengertian : seorang bidan yang di beri wewenang dan
tanggung jawab dalam mengola satu tim pelayanan kebidanan
pada setiap shift jaga.
Uraian tugas ketua tim:
1) Bertanggung jawab atas keterselenggaranya pelayanan shift
jaga.
2) Bersama kepala ruangan melakukan timbang terima pasien.
3) Membagi tugas tingkat ketergantungan pasien.
4) Menyusun rencana asuhan kebidanan.
5) Mengukuti visite dokter.
6) Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan
bersama anggota tim.

26
7) Mengorientasi pasien baru.
8) Menjelaskan renpra yang telah di tetapkan pada bidan
pelaksana atau bidan penanggung jawab pasien.
9) Memonitor pemdokumentasian askep yang di lakukan bidan
pelaksana atau bidan penanggung jawab pasien
10) Melakukan bimbingan dan evaluasi pada bidan pelaksana
atau bidan penanggung jawab pasien
11) Melakukan tindakan kebidanan yang tidak dapat di lakukan
oleh bidan pelaksana atau bidan penganggung jawab pasien
12) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
13) Melakukan evaluasi perkembangan pasien pada shift jaga
14) Memberi health education pada pasien di bawa tanggung
jawab nya
15) Membuat rencana pasien pulang
16) Menyelenggarakan diskusi bila ada masalah pasien setiap
shift jaga
17) Membuat laporan kerja
18) Melaksanakan tugas limpah yang di berikan kepala ruangan
c. Bidan pelaksana (bidan penanggung jawab pasien)
Pengertian: Seorang tenaga kebidanan yang di beri wewenang
untuk melaksanakan asuhan kebidanan di ruangan bidanan
Uraian tugas bidan pelaksana:
1) Mengikuti timbang terima pasien dengan katim dan karu
2) Membaca renpra yang telah di tetapkan
3) Menerima pasien baru dan memberikan
informasi tentang pasien dan keluarga
4) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang akan di lakukan
5) Melakukan tindakan kebidanan sesuai perencanaan
6) Mengikuti visiti dokter
7) Mengecek kerapian dan kelengkapan status pasien
8) Mengkomunikasikan kepada katim bila ada masalah
9) Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan laboratorium,

27
pengobatan dan tindakan
10) Berperan serta dalam pendidikan kesehatan
11) Melakukan inventaris fasilitas yang di lakukan dalam
pelayanan
12) Membantu tim lain apa bila di perlukan
13) Meberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien
14) Melaksanakan tugas yang di delegasikan oleh katim atau
karu

d. Pekerja rumah sakit


Pengertian: Seorang tenaga non kebidanan yang di berikan
wewenang untuk melaksanakan administrasi di ruangan dan
membantu kebidanan di ruang bidanan.
Uraian tugas pekarya rumah sakit
1) Melakukan timbang terima dengan PRS jaga sebelumnya
2) Memantau kebersihan dan melakukan pekerjaan yang
tidak menjadi tugas clining service
3) Memantau pemberian makanan pada pasien
4) Mengantar dan mengambil cucian dilaundri
5) Mengantar bahan dan mengambil hasil pemeriksaan
laboratorium
6) Mengantar pasien dan mengambil hasil untuk pemeriksaan
radiologi
7) Mengantar blanko bon dan mengambil permintaan obat
atau/alkes, o2, ATK, alat kebersihan, alat rumah tangga,
alat linen, meubelir, blanko-blanko yang diperlukan
8) Mengantar berbagai laporan keinstalasi rawat inap bidang
kebidanan dan lainnya
9) Melakukan inventaris alat rumah tangga alat linen ke
dan dari loundri
10) Melaksanakan tugas administrasi diruangan
11) Mengantar pasien ke ruangan lain untuk tindakan konsul
dan pindah ruangan

28
12) Mengantar pasien dari OK dan ICU
13) Mengantarkan pasien menuju ke kendaraan saat pulang
sesuai permintaan
14) Mengantar dan mengambil alat-alat yang perlu diperbaiki
15) Melaksanakan tugas lain yang diberikan bidan dan karu

Pada ruangan VK Bhayangkara, tugas kepala ruangan dalam


perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan pengarahan di
bantu oleh KATIM. Asuhan kebidanan yang di lakukan di ruangan
dilakukan secara berkesinambungan dengan mengatur daftar dinas
pagi, sore, dan malam. Pelaksanaan asuhan kebidanan klien pada
pagi hari dibawah tanggung jawab kepala ruangan. Kepala ruangan
kemudian menunjuk ketua tim yang bertanggung jawab atas
kondisi klien, dan dalam pelaksanaan tugas nya ketua tim dibantu
oleh bidan pelaksana beserta pekarya.
Rumah sakit Bhayangkara kupang sebagai salah satu rumah
sakit pendidikan juga menerima mahasiswa kebidanan dalam
melaksanakan praktik klinik. Kepala ruangan bertindak sebagai
pembimbing mahasiswa (clinical instructure) yang melakukan
praktik klinik di ruangan VK terutama mahasiswa program DIII
Kebidanan dan s1 kebidanan dan NERS, kepala ruangan juga di
bantu oleh ketua tim sebagai pembimbing (clinical instructure)

2. JUMLAH TENAGA
No Nama Status pendidi Masa Pelatihan jabatan
kepega kan kerja
waian
1 Betseba PNS D-III 21  Patient Safety Kepala
Tuati tahun  Emergency code ruangan
(44 tahun)  Keselamatan
dan kesehatan
kerja rumah
sakit
 Mutu rumah
sakit
 Poned
 Vaksinator
 Deteksi dini

29
kanker serviks
2 Santi PNS D-III 14  Patient Safety Wakil
susanty tahun  Emergency code kepala
Edoh  Keselamatan ruangan
(41 tahun) dan kesehatan
kerja rumah
sakit
 Mutu rumah
sakit
 Deteksi dini
kanker serviks
3 Maria J.D. Honore D-III 7  Patient Safety katim
Due r tahun  Emergency code
(29 tahun)  Keselamatan
dan kesehatan
kerja rumah
sakit
 Mutu rumah
sakit
 vaksinator
 Deteksi dini
kanker serviks
4 Maria P. Honore D-III 3  Patient Safety Anggota
Elsa r tahun  Emergency code
(30 tahun)  Keselamatan
dan kesehatan
kerja rumah
sakit
 Mutu rumah
sakit
 Deteksi dini
kanker serviks
5 Marlin Honore D-III 4  Patient Safety Anggota
Liem r tahun  Emergency code
(27 tahun)  Keselamatan
dan kesehatan
kerja rumah
sakit
 Mutu rumah
sakit
 vaksinator
 Deteksi dini
kanker serviks
6 Fadilla Honore D-IV 4  Patient Safety Anggota
poloopodan r tahun  Emergency code
(29 tahun)  Keselamatan
dan kesehatan
kerja rumah
sakit
 Mutu rumah
sakit
 Deteksi dini
kanker serviks
7 Elisabet Honore D-III 5  Patient Safety Katim
Malafu r tahun  Emergency code
(29 tahun)  Keselamatan

30
dan kesehatan
kerja rumah
sakit
 Mutu rumah
sakit
 Deteksi dini
kanker serviks
8 Yesli Honore D-III 2  Patient Safety Katim
Tarigan r tahun  Emergency code
(25 tahun)  Keselamatan
dan kesehatan
kerja rumah
sakit
 Mutu rumah
sakit
 Deteksi dini
kanker serviks
9 Sindy Siga Honore D-III 1,5  Patient Safety Anggota
(24 tahun) r tahun  Emergency code
 Keselamatan
dan kesehatan
kerja rumah
sakit
 Mutu rumah
sakit
 Deteksi dini
kanker serviks
10 Ni Ketut P. Honore D-III <1  Patient Safety Anggota
Ningsih r tahun  Emergency code
(29 tahun)  Keselamatan
dan kesehatan
kerja rumah
sakit
 Mutu rumah
sakit
 Deteksi dini
kanker serviks
Berdasarkan undang-undang tentang kebidanan nomor 4
tahun 2019 menyatakan bahwa bidan adalah seorang perempuan
yang telah menyelesaikan program pendidikan kebidanan baik
didalam negri maupun diluar negri yang diakui secara sah oleh
pemerintah pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk
melakukan praktik kebidanan. Bedasarkan Permenpan RB nomor
36 tahun 2019 tentang jabatan fungsional bidan, maka kategori dari
jenjang terendah kejenjang tertinggi yaitu: (1) bidan ahli pertama,
(2) bidan ahli muda, (3) bidan ahli madya dan (4) bidan ahli utama
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada 10 tenaga
bidan diruangan VK saat ini, 9 berpendidikan D-III, dan 1 orang

31
berpendidikan D-IV dan sudah mengikuti beberapa pelatihan
diantaranya: seluruh tenaga kebidanan sudah mengikuti pelatihan
patient safety, emergency code, keselamatan dan kesehatan kerja
rumah sakit, mutu rumah sakit, serta deteksi dini kangker serviks.
Sedangkan untuk pelatihan vaksinator baru diikuti oleh 2 tenaga
kebidanan, dan pelatihan poned oleh 1 tenaga kebidanan.
Dalam hal ini bidan diruang VK dipandang mampu untuk
meningkatkan jenjang karir dalam bentuk pelatihan-pelatihan yang
lebih mengarah kepada bidang kebidanan, maupun melalui
pendidikan yang lebih lanjut.

3. KOMPOSISI KETENAGAAN NON KEBIDANAN


No Kualifikasi Jumlah Jenis
1 Tenaga administrasi 1 Terpusat diruangan
2 Cleaning servis 2 Out source
3 Ahli gizi 1 Terpusat
Total 4 orang

4. PENGATURAN KETENAGAAN
Jumlah tenaga yang diperlukan tergantung dari jumlah pasien dan
tingkat ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan
pasien dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Perawatan minimal, memerlukan waktu 1 sampai 2 jam sehari
b. Perawatan partial, memerlukan waktu 3 sampai 4 jam sehari
c. Perawatan total, memerlukan waktu 5 sampai 6 jam sehari
Tanggal 12
Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan tenaga
Tingkat Jumlah pagi sore malam
ketergantunga pasien
n
Minimal 2 2x 0.17= 2x0.14= 2x0.07=
0.34 0.28 0.14
Partial 3 3x0.27= 3x0.15= 3x0.10=
0.81 0.45 0.3
Total 3 3x0.36= 3x0.30= 3x0.20=

32
1.08 0.9 0.6
Jumlah 8 2.23 1.63 1.04
Tota tenaga bidan 4.9= 5 orang
Pagi =2
Sore =2
Malam =1

Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari:


86 x 5 =1.44 = 1 orang
297
Jadi jumlah bidan yang dibutuhkan perhari untuk bertugas diruang
VK adalah kepala ruangan dan pembantu kepala ruangan + 5 orang
+ 1 orang lepas dinas = 8 orang

Tanggal 13
Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan tenaga
Tingkat Jumlah pagi sore malam
ketergantunga pasien
n
Minimal - - - -
Partial 3 3x0.27= 3x0.15= 3x0.10=
0.81 0.45 0.3
Total 3 3x0.36= 3x0.30= 3x0.20=
1.08 0.9 0.6
Jumlah 6 1.89 1.35 0.9
Tota tenaga bidan 4.14= 4 orang
Pagi =2
Sore =1
Malam =1
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari:
86 x 4 =1.15 = 1 orang
297
Jadi jumlah bidan yang dibutuhkan perhari untuk bertugas diruang
VK adalah kepala ruangan dan pembantu kepala ruangan + 4 orang
+ 1 orang lepas dinas = 7 orang

33
5. BED OCCUPACY RATE
Pada tanggal 12 april 2021, BOR ruangan VK adalah sebagai
berikut:
No Sif Tempat tidur BOR
yang terpakai
1 Pagi 3 3/5 x 100% = 60%
(2 kosong)
2 Sore 3 3/5 x 100% = 60%
(2 kosong)
3 Malam 2 2/5 x 100%= 40%
(3 kosong)

Pada tanggal 13 april 2021, BOR ruangan VK adalah sebagai


berikut:
No Sif Tempat tidur BOR
yang terpakai
1 Pagi 2 2/5 x 100%= 40%
(2 kosong)
2 Sore 2 2/5 x 100%= 40%
(2 kosong)
3 Malam 2 2/5 x 100%= 40%
(3 kosong)

II. M2 MATERIALS
1. LOKASI DAN DENAH

Lokasi penerapan proses profesi manajemen mahasiswa Ners


STIKes Maranatha Kupang dilakukan di ruangan VK Bhayangkara
kupang. Di uraikan sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan ruangan melati

 Sebelah selatan berbatasan dengan ruangan ICU dan Radiologi

 Sebelah barat berbatasan dengan kali

 Sebelah timur berbatasan dengan ruangan mawar dan cempaka


2. DATA TEMPAT TIDUR PASIEN

34
Dalam ruangan Kebidanan/VK terdapat 5 tempat tidur. 3 tempat
tidur untuk tindakan partus, 2 tempat tidur untuk tindakan kuret
dan 1 tempat tidur untuk USG.

3. PERALATAN DAN FASILITAS


No Nama barang/alat Jumlah Kondisi barang
yg ada baik Rusak
Ringan berat
Alat Tenun
1 Baju pasien (untuk operasi) 3 3
2 Baju ganti petugas 5 5
3 Gorden panjang 20 20
4 Perlak sedang 10 10
5 Sarung bantal kepala 5 5
6 Skort perawat kain 5 5
Alat Rumah Tangga
1 AC 4 3 1
2 Bantal kepala 5 5
3 Ember sedang 2 2
4 Ember pel 2 2
5 Gayung wc/kamar mandi 2 2
6 Alat pel 1 1
7 Jam dinding 1 1
8 Kasur busa 2 2
9 Keset kaki 3 3
10 Kulkas satu pintu 1 1
11 Troli obat 1 1
12 Hp ruangan 1 1
13 Wastafel 2 2
14 Serok sampah 1 1
15 Sikat lantai 1 1
16 Sikat kloset 2 2
17 Sapu lantai 2 2
18 Sepatu bot 5 5
19 Box bayi 1 1
20 Tempat pidur partus 3 3
21 Tempat tidur kuret 2 2
22 Tempat tidur USG 1 1
23 TV 1 1
24 Sapu lidi 1 1
25 Vas bunga 2 2
26 Buku partus 1 1
27 Buku rujukan 1 1
28 Buku vaksin 1 1
29 Buku registrasi 1 1
Alat-alat meubeler
1 Bangku penunggu pasien 1 1
2 Kursi plastik 10 10
3 Kursi kayu 2 2
4 Kursi besi 1 1
5 Lemari 5 5

35
6 Meja perawat 3 3
7 Tempat sampah 5 5
Alat medis
1 Amubag 1 1
2 Alat EKG 1 1
3 Lampu sorot 2 2
4 Tensimeter 3 3
5 Stetoskop 2 2
6 Suction 1 1
7 Termometer 2 2
8 Pinset
9 Sterilisator 1 1
10 Standar infus 5 5
11 Timbangan dewasa 1 1
12 Timbangan bayi 1 1
13 Korentang 1 1
14 Urinal 2 2
15 Troli 3 3
16 Flow meter 3 3
17 Gunting
18 Spuit
19 Kursi roda 2 2
20 Nebulizer 1 1
21 Nierbeken 4 4
22 Meter 1 1
23 Alat DJJ 2 2
24 Alat USG 1 1

4. CONSUMABLE
a. Obat-obatan
1) Phytomenadine
2) Ondansentron
3) Procines
4) Metoclopramide
5) Ranitidine
6) Bledstop
7) Totedef
8) Diphoneltydramine HCL
9) Rotivol
10) Oxytosin
11) Duvadilan
12) Cedoxine
13) Lidocain HCL Monotridate
14) Taxegram

36
15) Cefotaxime
b. Peralatan
1) Spuit
2) Abocath
3) Infus set
4) Umbilical cord klem
5) Cairan infus
6) Underpad

5. ADMINISTRASI DAN PENUNJANG


Adapun beberapa administrasi yang tersedia diruangan VK antara
lain:
a. Surat pernyataan mendapatkan edukasi dan persetujuan
pembelian obat diluar fornas
b. Formulir permintaan pemeriksaan patologi anatomi dan sitologi
c. Daftar permintaan alkes
d. Implementasi dan evaluasi kebidanan
e. Persetujuan tindakan kedokteran
f. Daftar permintaan obat
g. Laporan pemberian vaksin Hbig,HB0, dan vitamin K
h. Kartu 3 E (Triple eliminasi HIV, Sifilis, dan hepatitis B)
i. Lembar penilaian kerja pegawai magang rumah sakit
Bhayangkara Kupang
j. Rencana kebutuhan bahan medis habis pakai
k. Alat dan bahan habis pakai
l. Daftar penerima biaya rujukan rumah sakit Bhayangkara
Kupang
m. Surat perintah penerimaan materil
n. Persetujuan tindakan transfusi darah
o. Surat pernyataan (pulang paksa perawatan)
p. Surat pernyataan peserta JPM
q. Surat pernyataan naik kelas perawatan

37
r. Formulir rujukan implementasi dan evaluasi kebidanan
s. Rencana keperawatan formulir informasi dan edukasi pasien
atau keluarga
t. Form serah terima antara sift
u. Formulir transfer pasien dari OK ke rawat inap
v. Surat persetujuan pasien rawat inap
w. Persetujuan umum (general consent) pasien rawat jalan dan
rawat inap

6. PENCAHAYAAN DAN VENTILASI


Ruangan VK memiliki jendela yang dipasang permanen
sehingga tidak dapat dibuka namun cahaya matahari dapat tembus
kedalam ruangan karena jendela bukan dari bahan kaca yang gelap.
Penerangan juga didukung dengan 7 titik bola lampu. Dikamar
mandi pasien maupun bidan juga dilengkapi dengan pencahayaan
yang baik.
Untuk ventilasi ruangan VK cukup baik karena pintu
utama yang selalu dibiarkan terbuka dan didukung dengan 3 AC.

7. KALIBRASI DAN MAINTENANCE ALKES


Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan yang bertugas
diruangan VK, didapatkan data bahwa tidak adanyapetugas khusus
untuk memantau kalibrasi dan perawatan alat. Jika ada kerusakan
maka dari ruangan akan menghubungi pihak rumah sakit untuk
diberikan petugas yang dapat memperbaiki kerusakan alat
kesehatan. Meskipun demikian, terdapat kartu kuning “jadwal
pembersihan” pada beberapa alat seperti sterilisasi dan box bayi.
Dalam jadwal tersebut terlihat pembersihan dilakukan oleh bidan
yang berkerja dirungan VK

8. PENGOLAHAN SAMPAH

38
Tempat sampah Jumlah
Tempat sampah infeksius 1 buah
Tempat sampah non infeksius 1 buah
Tempat sampah plabot infeksius 1 buah
Tempat sampah safety box 3 buah
Tempat sampah umum dalam 1 buah
ruangan
Tempat umum di luar ruangan 1 buah
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar peralatan di ruangan sudah memenuhi standar yang
ditetapkan oleh RS Bhayangkara Kupang. Alat-alat yang sudah
terpenuhi sesuai standar telah dimanfaatkan oleh ruangan sesuai
dengan kebutuhan klien. Pengadaan alat-alat kesehatan di ruangan
dikoordinasi oleh kepala ruangan.

III. M3 METHOD

1. PENERAPAN MODEL ASUHAN KEBIDANAN

Dari hasil pengumpulan data melalui kuisioner dan observasi


yang dilakukan kepada bidan diruangan VK mengenai penerapan
MAKP didapatkan model asuhan kebidanan profesional (MAKP)
yang digunakan diiruangan saat ini adalah MAKP tim dengan
modifikasi. Ruangan VK memiliki struktur tim yang jelas dari
kepala ruangan, ketua tim, hingga anggota dengan tugas-tugasnya
masing-masing.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang


berbeda- beda dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap
sekelompok pasien. Dengan ketua tim tidak mempunyai anggota
tetap pada tim. Bidan ruangan dibagi menjadi 3 tim dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu.

Kegiatan pemberian asuhan kebidanan yang dilaksanakan


tidak berdasarkan pada tingkat ketergantungan pasien. Berdasarkan
hasil pengumpulan data dengan kuisioner dari kepala ruangan
menyatakan MAKP yang diterapkan diruangan adalah tim
modifikasi, memahami dan menyatakan cocok dengan model
MAKP yang diterapkan diruangan dan MAKP yang digunakan

39
sesuai dengan kondisi dimana pasien yang masuk hanya beberapa
jam diruangan lalu dipindahkan keruang rawat inap.

Secara teori Metode tim merupakan suatu metode pemberian


asuhan kebidanan dimana seorang bidan profesional memimpin
sekelompok tenaga kebidanan dalam memberikan asuhan
kebidanan kelompok klien melalui upaya kooperatifdan kolaburatif
(Hidayah, 2014).

Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota


kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan kebidanan sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab bidan yang tinggi sehingga diharapkan mutu
asuhan kebidanan meningkat(Hidayah, 2014).

2. TIMBANG TERIMA

Hasil pengumpulan data melalui kuisioner, observasi, dan


wawancaraa yang dilakukan kepada bidan diruangaan VK
didapatkan timbang terima dilaksanakan 3 kali sehari yaitu pada
pergantian sift pagi ke sift sore, sift sore ke sift malam dan sift
malam ke sift pagi. Timbang terima dilakukan di ners station yaitu
antara bidan dipimpin oleh kepala ruangan dan dihadiri oleh
seluruh bidan yang bertugas, kemudian bidan akan kepasien untuk
menfalidasi data saat timbang terima. Melalui hasil pengamatan
dan wawancara, timbang terima dapat berlangsung selama kurang
lebih 20-30 menit secara keseluruhan, atau 1-5 menit untuk setiap
pasien.
Timbang terima dilaksanakan tiga kali selalu tepat waktu
pelaksanaan yang dipersiapkan sebelumnya, semua bidan
mengethui hal-hal yang harus disampaikan saat timbang terima
tersedianya buku catatan hasil timbang terima tidak mengalami
kesulitan dalam pendokumentasian timbang laporan terima, adanya
interaksi antra pasien dan bidan saat timbang terima berlangsung,
waktu timbang terim 5-10 menit setiap perggantian sift dan selalu

40
dievaluasi oleh kepala ruangan.
Secara teori Timbang terima merupakan teknik atau cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien.Timbang terima harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri bidan, tindakan kolaboratif yang
sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat
itu. Informasi yang harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
kebidanan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh bidan primer kebidanan
kepada bidan primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas
malam secara tertulis dan lisan. Antara shift satu dan shift yang
lainnya (shift yang bertugas kepada shift berikutnya).
(Asmuji.2012).

3. RONDE KEBIDANAN
Berdasarkan pengkajian dan hasil wawancara didapatkan
data bahwa ruangan VK beberapa kali melakukan pertemuan
secara umum saat ditemukan masalah baik menyangkut pasien
maupun masalah internal dalam tim. Meskipun dalam teori
kebidanan tidak mengenal ronde keperawatan, namun diskusi
untuk bertukar pikiran saat terjadi masalah selalu dilakukan.
Meskipun dalam ruangan ini belum terbentuk tim khusus untk
ronde kebidanan, namun kegiatan ini tetap dilaksanakan dibawah
pimpinan kepala ruangan, selain itu pertemuan tidak dijadwalkan
rutin sebulan sekali, namun akan dilakukan saat menghadapi
kendala yang dipandang perlu didiskusikan bersama-sama.
Ronde kebidanan sebagai salah satu bentuk dari
pelaksanaan Model Asuhan Kebidanan dengan metode Kebidanan
Primer, merupakan salah satu metode pemberian pelayanan
kebidanan yang harus ditingkatkan dan dimantapkan. Metode ini
ditujukan untuk menggali dan membahas secara mendalam

41
masalah kebidanan yang ditemukan pada pasien sehingga dengan
ronde kebidanan diharapkan didapatkan pemecahan masalah
melalui cara berpikir kritis berdasarkan konsep asuhan kebidanan.
(nursalam,2014)
Dengan pelaksanaan ronde kebidanan yang
berkesinambungan, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
bidan ruangan untuk berpikir secara kritis dalam peningkatan
bidanan secara professional. Dalam pelaksanaan ronde juga akan
terlihat kemampuan bidan dalam melaksanakan kerja sama dengan
tim kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang
terjadi pada pasien. (Nursalam,2014)

4. SENTRALISASI OBAT
Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian kuesioner,
didapatkan bahwa ruangan VK juga memiliki sistem sentralisasi
obat sendiri. Ruangan sudah memiliki daftar pengadaan tiap-tiap
macam obat, dan menjalankan alur penerimaan obat dengan baik
dimana saat ada obat yang diresepkan maka bidan akan meminta
bantuan keluarga pasien maupun bidan secara mandiri mengambil
obat ke apotik, obat yang sudah didapat kemudian dikelola oleh
bidan untuk diberikan kepada pasien. Meski tidak terdapat ruangan
khusus untuk sentralisasi obat, namun persediaan obat disimpan
dengan baik dalam lemari/baki khusus obat. Kepemilikan obat
masing-masing pasien juga diatur dengan baik sehingga tidak
tercampur antara obat pasien yang satu dengan pasien lainnya.
Obat merupakan salah satu program terapi yang sangat
menunjang proses kesembuhan pasien. Dalam pemberian obat
diperlukan ketepatan waktu, dosis, cara dan tempat pemberian
obat. Salah satu upaya untuk memastikan pemberian obat yang
tepat dan efektif adalah sistem sentralisasi obat . Sentralisasi obat
adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat yang akan diberikan

42
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh bidan.
(Nursalam,2014)

5. SUPERVISI KEBIDANAN
Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian kuesioner
didapatkan data bahwa ruangan VK rutin melakukan supervisi
setiap 1 bulan sekali, supervisi dilakukan oleh kepala ruangan
dengan menggunakan format baku yang disediakan oleh rumah
sakit. Saat supervisi selesai, kepala ruangan selalu menyampaikan
hasil yang didapat kepada bidan yang dinilai, kepala ruangan juga
memberikan feed back untuk setiap tindakan yang dilakukan bidan
Era globalisasi dapat memberikan dampak positif bagi
setiap profesi kesehatan untuk terus berusaha meningkatkan kinerja
di berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan secara profesional.
Sejalan dengan hal tersebut tuntutan masyarakat akan kualitas
pelayanan kesehatan juga makin meningkat. Dalam memberikan
asuhan kebidanan secara profesional seharusnya didukung dengan
adanya sumber daya manusia yang bermutu, standar pelayanan,
termasuk pelayanan yang berkualitas, di samping fasilitas yang
sesuai harapan masyarakat. Agar pelayanan kebidanan sesuai
dengan harapan konsumen dan memenuhi standar yang berlaku
maka perlu dilakukan pengawasan atau supervisi terhadap
pelaksanaan asuhan kebidanan. Supervisi merupakan salah satu
bentuk kegiatan dari manajemen kebidanan dan merupakan cara
yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan kebidanan. Supervisi
adalah teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari
dan memperbaiki secara bersama-sama. (Nursalam,2014)

6. PENERIMAAN PASIEN BARU


Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian kuesioner
didapatkan data bahwa tenaga medis diruang VK sudah memahami
bagaimana cara menerima pasien baru dengan baik, saat pasien

43
masuk format pendokumentasian disediakan dengan sangat
lengkap, begitu juga dengan kelengkapan ruangan dan nursing kit
yang diperlukan. Saat pasien baru masuk, petugas selalu
mengingatkan tata tertib kepada pasien maupun keluarga seperti
jumlah pengunjung yang diperbolehkan, ketentuan melakukan
swab sebelum masuk keruangan, dan beberapa hal lainnya. Namun
karena ruangan VK bukan merupakan ruangan rawat inap, dalam
hal ini pasien tidak menetap dalam jangka waktu yang lama dan
bebas datang kapan saja saat diperlukan maka pelaporan mengenai
pasien yang masuk kepada kepala ruangan sulit untuk dijalankan.
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima
kedatangan pasien baru (pasien dan/atau keluarga) di ruang
pelayanan kebidanan, khususnya pada rawat inap atau kebidanan
intensif. Dalam penerimaan pasien baru, maka sampaikan beberapa
hal mengenai orientasi ruang, pengenalan ketenagaan ners−medis,
dan tata tertib ruang, serta penyakit. (Nursalam,2014)

7. DISCHARGE PLANNING
Berdasarkan hasil pengkajian dan wawancara didapatkan
data bahwa bidan yang bertugas diruangan VK sudah paham
mengenai discharge planning. Saat melakukan discharge
planning, bidan memberikan edukasi, surat kontrol, dan hasil
pemeriksaan. discharge planning dilakukan saat pasien
direncanakan pulang oleh dokter, dan dengan menggunakan bahasa
yang mudah dipahami oleh pasien. discharge planning kemudian
diakhiri dengan melakukan pendokumentasian.
Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan
komponen yang terkait dengan rentang ners. Rentang kebidanan
sering pula disebut dengan kebidanan yang berkelanjutan yang
artinya kebidanan yang selalu dibutuhkan pasien di mana pun
pasien berada. Rentang kebidanan kontinu (continum of care)
adalah integrasi sistem kebidanan yang berfokus pada pasien terdiri

44
atas mekanisme pelayanan kebidanan yang membimbing,
mengarahkan pasien sepanjang waktu (Nursalam,2014)
Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari
program kebidanan pasien yang dimulai segera setelah pasien
masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang
menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan, keluarga,
pasien, dan orang yang penting bagi pasien (Nursalam,2014)

8. DOKUMENTASI KEBIDANAN
Berdasarkan hasil wawancara dan pembagian kuesioner didapatkan
data bahwa model dokumentasi yang digunakan diruangan VK
merupakan format pendokumentasian yang sudah baku, diberikan
dan diadakan oleh pihak rumah sakit, dan cara pengisiannya mudah
dimengerti oleh bidan sehingga memudahkan pekerjaan dan tidak
banyak menyita waktu
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan
manajemen asuhan kebidanan profesional. Ners profesional
diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan.
Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat
sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.
Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi,
proses kebidanan, dan standar asuhan kebidanan. Efektivitas dan
efisiensi sangat bermanfaat dalam mengumpulkan informasi yang
relevan serta akan meningkatkan kualitas dokumentasi kebidanan.
(Nursalam,2014)
Salah satu bentuk kegiatan kebidanan adalah dokumentasi
kebidanan profesional yang akan tercapai dengan baik apabila
sistem pendokumentasian dapat dilakukan dengan benar. Kegiatan
pendokumentasian meliputi keterampilan berkomunikasi dan
keterampilan mendokumentasikan proses kebidanan sesuai dengan
standar asuhan kebidanan. (Nursalam,2014)

45
IV. M4 MONEY
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, didapatkan beberapa data
tarif yang digunakan oleh rumah sakit khususnya diruangan VK.
Diantaranya:
Pemeriksaan Nominal
Tarif Tindakan
1 Injeksi Rp.13.000
2 Pasang drain Rp.60.000
3 Aff drain Rp.40.000
4 Aff implant Rp.100.000
5 Aff IUD Rp.60.000
6 ANC Rp.50.000
7 Control IUD Rp.50.000
8 Cross check (sampel darah) Rp.35.000
9 Digital plasenta Rp.90.000
10 Doopler Rp.30.000
11 Hacting tingkat (kebidanan) Rp.55.000
12 Irigasi vagina Rp.50.000
13 Kristeler Rp.35.000
14 Manual placenta Rp.172.500
15 Memandikn bayi Rp.35.000
16 Memandikan ibu Rp.35.000
17 Obs.induksi Rp.30.000
18 Obs. 2 jam post partum Rp.30.000
19 Pasang/lepas tampon vagina Rp.35.000
20 Pasang implant Rp.35.000
21 Pasang IUD Rp.90.000
22 Rawat luka perineum Rp.60.000
23 Reparasi vagina Rp.250.000
24 Rujuk bayi Rp.50.000
25 Suntik KB Rp.30.000
26 Suppositoria Rp.20.000
27 Transfusi Rp.40.000
28 Vagina touche Rp.40.000
29 Vulva hygiene Rp.50.000
30 Persalinan normal oleh bidan Rp.800.000
31 Persalinan abnormal oleh bidan Rp.1.000.000
tanpa alat
32 Persalinan abnormal oleh bidan Rp.1.200.000
menggunakan alat
33 Persalinan normal oleh dokter Rp.900.000

46
umum
34 Persalinan abnormal oleh dokter Rp.1.100.000
umum tanpa alat
35 Persalinan abnormal oleh dokter Rp.1.300.000
umum menggunakan alat
36 Persalinan normal oleh dokter Rp.1.200.000
spesialis
37 Persalinan abnormal oleh dokter Rp.1.300.000
spesialis tanpa alat
38 Persalinan abnormal oleh dokter Rp.1.500.000
spesialis menggunakan alat
Tarif Ruangan
1 Kelas III Jasa sarana Rp.120.000,
visite dokter umum
Rp.35.000 Visite dokter
spesialis Rp.55.000
2 Kelas II Jasa sarana Rp.160.000,
visite dokter umum
Rp.35.000 Visite dokter
spesialis Rp.55.000
3 Kelas I Jasa sarana Rp.240.000,
visite dokter umum
Rp.40.000 Visite dokter
spesialis Rp.70.000
Tarif laboratorium
1 Anti HIV Rapid test Rp.75.000
2 Bilirubin direct Rp.50.000
3 Bilirubin indirect Rp.50.000
4 Darah lengkap Rp.80.000
5 Glukosa puasa Rp.30.000
6 Glukosa sesaat/2jam pp Rp.30.000
7 HBS Ag Rp.95.000
8 Pembekuan/CT Rp.25.000
9 Pembekuan/BT Rp.25.000
1 SGOT Rp.45.000
0
1 SGPT Rp.45.000
1
1 Urine lengkap Rp.45.000
2
Tarif Radiologi
1 USG 2D Abdomen Rp.257.500
2 USG 2D Ginekologi Rp.257.500
3 USG 2D Thorax Rp.257.500
4 USG 3D Abdomen Rp.357.500

47
5 USG 3D Ginekologi Rp.357.500
6 USG 3D Thorax Rp.357.500
7 USG 4D Abdomen Rp.500.000
8 USG 4D Ginekologi Rp.500.000
9 USG 4D Thorax Rp.500.000

V. M5 MARKETING/MUTU
1. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
a. Identitas pasien
Berdasarkan data pengkajian tentang indentifikasi pasien
diruangan VK didapatkan bahwa semua pasien sudah
menggunakan gelang identitas
b. Komunikasi efektif
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan didapakan bahwa
komunikasi efektif antara bidan dan pasien sudah dilakukan
secara verbal, dan tertulis.
c. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal dengan SBAR

S: situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)

B: background (info penting yang berhubungan dengan kondisi


terkini pasien

A: assesment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)

R: recommendation (komunikasi verbal dengan read back,


komuikasi tertulis, komunikasi elektronik

d. Pengendalian infeksi

1) Hand hygine

Setelah dilakukan pengkajian secara observasi diapatkan


data bahwa

a) Sebagian bidan sudah melakukan teknik 6 langkah


mencuci tangan dan memperhatikan 5 momen mencuci
tangan

48
b) Sudah ada edukasi kepada pasien dan keluarga pasien
tentang 6 langkah menuci tangan yang baik dan benar
dilakukan oleh mahasiswa praktek dan didampingi
clinical instruktur

2) Bidan sudah menggunakan APD saat melakukan tindakan


terhadap pasien

3) Manajemen sampah

a) Kuning : sampah infeksius

b) Hitam : sampah noninfeksius

c) Safety box : sampah tajam

d) Glass box : sampah boto kaca

4) Isolasi pasien tidak ada

e. Pengurangan pasien jatuh

Berdasarkan risiko jatuh yang dilakukan didapatkan data:


No Variabel Tanggal
12 13
1. Jumlah pasien 0 0

Jatuh
2. Jumlah pasien 8 6

yang beresiko
jatuh
Angka kejadian jatuh = jumlah pasien yang jatuh X 100%
Jumlah pasien yang beresiko
= 0 X 100%
14
= 0%
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai 0% pada angka
kejadian jatuh diruangan VK

49
2. EVALUASI KEPUASAN KLIEN TERHADAP KINERJA
BIDAN

Setelah dilakukan pengkajian menggunakan kuisioner diruangan


VK didapatkan data seperti tabel dibawah ini:
Kode Hasil presentase Kategori
kepuasan
Pasien
%
1. 28,57 Sangat puas
2. 57,14 Puas
3. 14,28 Tidak puas
Total 100
Pelaksanaan evaluasi kepuasan pasien yang telah dilakukan adalah
dengan mengguankan instrumen kepuasan pasien dari nursalam
tahun 2014 yang berisi 25 soal pertanyaan berbentuk piihan dengan
jawaban sangat puas, puas, tidak puas, berdasarkan tabel diatas
dapat disimpulkan bahwa 6 pasien mengelami kepuasan pada
pelayanan rumah sakit diantaranya terdapat 28,57 % pasien yang
sangat puas 57,14 % pasien yang puas dan 14,28 % pasien tidak
puas dengan pelayanan.

3. PERAWATAN DIRI

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data tentang perawatan


diri pada pasien seperti tabel dibawah ini berdasrkan indeks KATZ
Kategori Deskripsi Jumlah pasien
A Mandiri dalam hal makan, 5
BAK/BAB mengenakan
pakian pergi ketoilet,
berpindah dan
Mandi
B Mandiri semuanya, kecuali 9
salah satu dari fungsi diatas

50
C Mandiri kecuali mandi -
berpakian salah satu dari
fungsi diatas
D Mandiri kecuali mandi 9
berpakian ke toilet dan salah
satu dari fungsi diatas
F Mandiri kecuali mandi, 9
berpakian, ke toilet, berpindah
dan salah satu dari fungsi
diatas
G Ketergantungan untuk semua -
fungsi diatas

4. AVERAGE LENGHT OF STAY


a. ALOS secara umum
Lama rawat inap pasien diruangan VK pada bulan maret 2021
sejumlah 140 orang, rata-rata 15-24 jam
b. ALOS secara khusus
1) Pemeriksaan kondisi fisik/ kondisi kehamilan
Pasien dapat berada dalam ruangan selama rata-rata 2 jam
2) Partus normal
Pasien dapat berada dalam ruangan selama rata-rata 2 hari,
tergantung kondisi pasien
3) Sectio cesaria
Pasien dapat berada dalam ruangan selama rata-rata 1 hari.

C. ANALISIS SWOT
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobo x rating

51
1 M1 (Ketenagaan/SDM)
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1) Seluruh tenaga bidan telah 0.2 2 0.4 S-W
mengerti MAKP-tim modifikasi 2.6 -3
2) Pembagian tugas yang = -0.4
dilakukan diruangan sudah 0.2 2 0.4
sesuai dengan struktur
organisasi yang telah ada, dan
adanya tugas, peran dan
wewenang yang jelas
3) Seluruh tenaga bidan telah
memenuhi standar pendidikan 0.3 3 0.9
minimal yang ada
4) Pelaksanaan tugas dari kepala
ruangan, ketua tim dan anggota 0.3 3 0.9
dikategorikan baik
TOTAL 1 10 2.6
WEAKNESS
1) Adanya penggabungan antara
ruang VK dan melati karena 1 3 3
kurangnya tenaga bidan
sehingga setiap kali shift bidan
harus bertugas didua ruangan
TOTAL 1 3 3
b. External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
1) Tersedianya fasilitas penunjang
dan peralatan yang mendukung 0.3 2 0.6 O-T
pekerjaan bidan 2.4-
2) Adanya kesempatan untuk 3.5=
melanjutkan pendidikan dan 0.3 2 0.6 -1,1
menambah jumlah tenaga
3) Adanya kesesuaian antara
pekerjaan dan latar belakang 0.4 3 1.2
pendidikan
TOTAL 1 7 2.4
THREATENED
1) Masyarakat menginginkan 0.5 4 2
pelayanan yang profesional
2) Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan kualitas, 0.5 3 1.5
efektif, dan efisiensi pelayanan
kesehatan
TOTAL 1 7 3.5
2 M2 (SARANA DAN PRASARANA)

52
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1) Mempunyai sarana dan 0.3 3 0.9 S-W
prasarana yang memadai untuk 2.5-2=
pasien 0.5
2) Semua bidan mengerti cara
menggunakan alat-alat 0.2 2 0.4
kebidanan
3) Terdapat administrasi
penunjang yang memadai 0.3 2 0.6
4) Tersedianya nurse station 0.2 3 0.6
TOTAL 1 10 2.5
WEAKNESS
1) Belum adanya penyedia jasa 1 2 2
untuk perawatan alat kesehatan
dan kalibrasi
TOTAL 1 2 2
b. External factor (EFAS)
OPPORTUNITY
1) Adanya kesempatan
menyediakan jaga pemeliharaan 1 2 2 O-T
dan kalibrasi alat kesetahan 2-2=
secara terjadwal 0
TOTAL 1 2 2
THREATENED
1) Adanya tuntutan dari
masyarakat untuk melengkapi 1 2 2
sarana dan prasarana
TOTAL 1 2 2
3 M3 (METODE)
MAKP
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1) Sudah ada model asuhan 0.4 3 1.2 S-W
kebidanan yaitu MAKP tim 3-2=
modifikasi 1
2) Semua bidan mengerti dan
memahami model yang 0.3 3 0.9
digunakan dan menyatakan
cocok dengan model yang ada
3) Bidan menjalankan kegiatan 0.3 3 0.9
sesuai tupoksi
TOTAL 1 9 3
WEAKNESS
1) Kurangnya jumlah tenaga 1 2 2
kebidanan

53
TOTAL 1 2 2
b. External factor (EFAS)
OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa praktik 0.5 2 1 O-T
yang dapat membantu 2.5-
pelaksanaan kegiatan dan 3.6 =
mengurangi beban kerja -1.1
2) Adanya kesempatan 0.5 3 1.5
melanjutkan studi dan
mengambil tenaga kebidanan
TOTAL 1 5 2.5
THREATENED

1) Adanya tuntutan masyarakat


0.4 3 1.2
yang semakin tinggi terhadap
peningkatan
pelayanan kebidanan yang
lebih professional.

2) Makin tinggi kesadaran


0.6 4 2.4
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.

TOTAL 1 7 3.6

TIMBANG TERIMA

a. Internal factor (IFAS)

STRENGTH

1) Timbang terima merupakan


0.4 3 1.2 S-W
kegiatan rutin dan
3-2=
dilaksanakan 3 kali sehari 1
2) Laporan timbang terima yang
0.3 3 0.9
disampaikan dapat
menggambarkan kondisi
pasien
3) Kemampuan bidan dalam
0.3 3 0.9
berkomunikasi sangat baik.
TOTAL 1 9 3

WEAKNESS

54
1) Tidak semua bidan mengikuti
timbang terima karena 1 2 2
terlambat

TOTAL 1 2 2

b. Eksternal factor (EFAS)

OPPURTUNITY

1) Adanya mahasiswa kebidanan


0.5 2 1 O-T
yang berpraktek manajemen
2.5-2
2) Adanya sarana dan prasarana = 0.5
penunjang cukup dan tersedia
0.5 3 1.5
TOTAL

THREATENED 1 6 2.5

1) Adanya tuntutan masyarakat


yang semakin tinggi terhadap
0.5 2 1
peningkatan pelayanan yang
lebih professional

2) Meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat 0.5 2 1
bidan sebagai pemberi asuhan
kebidanan

TOTAL
1 4 2
PENERIMAAN PASIEN BARU

a. Internal factor (IFAS)

STRENGTH

1) Adanya komunikasi awal yang


0.3 3 0.9
efektif untuk membina S-W
hubungan saling percaya 2.8-2=
0.8
2) Terdapat administrasi
penunjang 0.2 2 0.4

55
3) Sebagian besar bidan mampu
melakukan penerimaan pasien
baru 0.3 3 0.9

4) Sarana dan prasarana


penerimaan pasien baru sudah
0.2 2 0.6
lengkap

TOTAL

WEAKNESS 1 10 2.8

1) Pasien tidak langsung


diberikan orientasi setelah
masuk 1 2 2

TOTAL

b. Eksternal factor (EFAS) 1 2 2

OPPORTUNITY

1) Adanya mahasiswa yang


melakukann praktik
manajemen 0.3 3 0.9 O-T
3-2.6=
2) Adanya kerjasama yang baik 0.4
antara mahasiswa praktik dan
0.4 3 1.2
bidan

3) Meningkatnya pemahaman
pasien dan keluarga tentang
bidanan rumah sakit. 0.3 3 0.9

THREATENED

1) Makin tinggi kesadaran


masyarakat akan pentingnya
kesehatan 0.6 3 1.8

2) Adanya tuntutan tinggi dari


masyarakat untuk
meningkatkan pelayanan 0.4
2 0.8

56
kesehatan

TOTAL
1
SENTRALISASI OBAT 5 2.6

a. Internal factor (IFAS)

STRENGTH

1) Tersedianya sarana dan


prasarana untuk pengelolaan
0.4
sentralisasi obat seperti lemari 3 1.2 S-W
obat dan kotak obat 3-0=
3
2) Tersedianya lembar
pendokumentasian obat 0.3 3 0.9
3) Melibatkan keluarga dalam
pengelolaan obat 0.3
3 0.9
TOTAL
1 9 3
WEAKNESS

TOTAL
0
0 0
b. Eksternal factor (EFAS)

OPPORTUNITY

1) Adanya mahasiswa yang


0.5 1.5
melakukann praktik 3
O-T
manajemen
3-3=
2) Adanya kerjasama yang baik 0
0.5
3 1.5
antara mahasiswa praktik dan
bidan

TOTAL
1 6 3
THREATENED

1) Adanya tuntutan pasien untuk


mendapatkan pelayanan yang 1
profesional 3 3

57
TOTAL
1
SUPERVISI
3 3
a. Internal factor (IFAS)

STRENGTH

1) Kepala ruangan mendukung


dan menjadi pengawas utama 0.3
supervisi S-W
4 1.2 3.3-3=
2) Format supervisi yang baku 0.3
0.3
3) Kepala ruangan mengawasi
penuh pelaksanaan praktik 3 0.9
0.4
kebidanan sesuai dengan tugas
yang didelegasikan 3 1.2

TOTAL
1
WEAKNESS
10
3.3
1) Belum adanya pendampingan
dari pihak rumah sakit saat
dilakukannya supervisi, dalam 1
hal ini supervisi dilimpahkan
3 3
kepada kepala ruangan

TOTAL
1
b. Eksternal factor (EFAS)
3 3
OPPORTUNITY

1) Hasil supervisi dapat


digunakan sebagai pedoman
untuk SKP (Stuan Kinerja 0.6

Pegawai) 3 1.8 O-T


2.6-2=
2) Terbukanya kesempatan untuk 0.6
mengikuti kursus atau
0.4
pelatihan

TOTAL 2

58
1 0.8
THREATENED

1) Tuntutan pasien sebagai 6


konsumen untuk mendapatkan 2.6
1
pelayanan yang profesional
2
TOTAL
2
1
DISCHARGE PLANNING

a. Internal factor (IFAS) 2


2
STRENGTH

1) Adanya kemauan untuk


memberikan penkes kepada
0.2
pasien dan keluarga pasien

2) Memberikan penkes kepada 2


pasien dan keluarga pasien 0.4 S-W
0.2
2.6-2=
saat akan pulang 0.6
3) Adanya surat kontrol berobat 2
0.4
untuk pasien pulang 0.3

4) Adanya pendokumentasian
3
yang baik 0.9
0.3
TOTAL
1 3
WEAKNESS
0.9
1) Tidak adanya brosur atau 10
leaflet untuk pasien saat akan 2.6
1
melakukan rencana pulang
2
TOTAL
2
1
b. Eksternal factor (EFAS)

OPPORTUNITY 2
2
1) Adanya kebijakan dari instansi
untuk melaksanakan rencana
pulang 0.6

59
3 1.8
2) Kemauan pasien untuk
0.4 O-T
menerima anjuran bidan 2.6-3=
0.4
TOTAL
2 0.8
1
THREATENED

1) Makin tinggi kesadaran 4 2.6


masyarakat akan pentingnya 0.5
kesehatan
3 1.5
2) Adanya tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk
0.5
mendapatkan pelayanan
kesehatan yang profesional
3 1.5
TOTAL
1
DOKUMENTASI KEBIDANAN

a. Internal Factor 6 3

STRENGTH

1) Tersedianya sarana dan


prasarana untuk dokumentasi 0.6
tenaga kesehatan
3
2) Adanya kesadaran bidan 1.8

tentang tanggung jawab dan S-W


tanggung gugat 0.4 2.6-0=
2.6
TOTAL 2
0.8
1

WEAKNESS 5 2.6

TOTAL
0
b. Eksternal Factor

OPPORTUNITY 0 0

1) Adanya mahasiswa yang


0.5
melakukann praktik

60
1
manajemen
2
2) Adanya kerjasama yang baik O-T
2.5-3=
antara mahasiswa praktik dan
0.5 -0.5
bidan
1.5
TOTAL 3

1
THREATENED
2.5
1) Tingkat kesadaran masyarakat 5
yang tinggi akan tanggung 0.5
jawab dan tanggung gugat 1.5
2) Persaingan rumah sakit dalam 3
memberikan pelayanan 0.5
kesehatan 1.5
3
TOTAL
1
RONDE KEBIDANAN 3
a. Internal Factor (IFAS) 6

STRENGTH

1) Meskipun diruangan
kebidanan, pertemuan untuk 0.5
menyelesaikan masalah masih 1.5
dilakukan dibawah pimpinan 3
kepala ruangan S-W
3-2=
2) Adanya kasus-kasus kebidanan 1
yang memerlukan perhatian 0.5

khusus 1.5
3
TOTAL
1
WEAKNESS 3

1) Ronde kebidanan belum 6


dilaksanakan secara terjadwal 1
2
TOTAL
1
2

61
2
b. Eksternal factor (EFAS)
2
OPPORTUNITY

1) Adanya mahasiswa ners yang


praktek manajemen kebidanan 1
2
TOTAL
2 O-T
THREATENED 1 2-2=
2 0
1) Adanya tuntutan dari
masyarakat yang lebih 2
1
tinggi untuk mendapatkan
2
pelayanan yang professional
2
TOTAL
1
2
2
4 M4 (MONEY)
a. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1) Adanya acuan tarif yang 0.6 3 1.8 S-W
dikeluarkan rumah sakit dan 2.6-0=
dapat mencakup seluruh 2.6
tindakan yang diperlukan
2) Adanya kerjasama yang baik 0.4 2 0.8
antara pihak rumah sakit dan
penyelenggara bantuan dana
kesehatan dalam hal ini BPJS
TOTAL 1 5 2.6
WEAKNESS
TOTAL 0 0 0
b. Eksternal factor (EFAS) O-T
OPPORTUNITY 3-2,6=
1) Adanya pasien umum, non 1 3 3 0,4
BPJS
THREATENED

62
1) Pasien BPJS harus 0.6 3 1.8
memperhatikan alokasi biaya
yang telah ditentukan
2) Adanya sistem dan sumber 0.4 2 0.8
dana yang terpusat dapat
menyebabkan terlambatnya
pengembangan sarana dan
prasarana rumah sakit
5 M5 (MUTU)
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1) Pendidikan terakhir dari tenaga 0.2 2 0.4 S-W
kerja miniman D3 2.6-0=
2) Standar keselamatan pasien 0.3 3 0.9 2.6
yang baik
3) Memenuhi standar pengelolaan 0.3 3 0.9
pencegahan infeksi
4) Tingkat kepuasan klien
terhadap pelayanan kesehatan 0.2 2 0.4
cukup tinggi
TOTAL 1 10 2.6
WEAKNESS
TOTAL 0 0 0
b. Eksternal faktor (EFAS)
OPPORTUNITY

1) Adanya mahasiswa yang


0.5 2 1 O-T
melakukann praktik
2-3=
manajemen
-1
2) Adanya kerjasama yang baik
0.5 2 1
antara mahasiswa praktik dan
bidan

TOTAL 1 4 2
THREATENED
1) Adanya tuntutan masyarakat
1 3 3

63
yang semakin meningkat 1 3 3
TOTAL

Diagram Layang

64
Y-Values
5

4.5

3.5

2.5

1.5

1
0.6
0.5
0.40.4 0.4
0.5
Axis Title

0 0 0
Y-Values
0
-5 -4.5 -4 -3.5 -3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5
-0.5 3 3.5 4 4.5 5
-0.5
-1
-1
-1.1 -1.1

-1.5

-2

-2.5

-3

-3.5

-4

-4.5

-5

Axis Title

Keterangan

65
M1 : Man/Ketenagaan SV : Supervisi
M2 : Material/sarana prasarana DP : Discharge Planning
MAKP : MAKP DK : Dokumentasi Kebidanan
TT : Timbang terima RK : Ronde Kebidanan
PPB : Penerimaan pasien baru M4 : Money
SO : Sentralisasi obat M5 : Mutu

Identifikasi Masalah
1. Man (M1)
Masalah: Adanya penggabungan antara ruang VK dan melati karena
kurangnya tenaga bidan sehingga setiap kali shift bidan harus bertugas didua
ruangan.
2. Sarana dan prasarana (M2)
Masalah: Belum adanya penyedia jasa untuk bidanan alat kesehatan dan
kalibrasi
3. Metode MAKP (M3)
a. Timbang terima
Masalah: Tidak semua bidan mengikuti timbang terima karena
terlambat maupun apel pagi umum.
b. Penerimaan pasien baru
Masalah: Pasien tidak langsung diberikan orientasi setelah masuk
c. Sentralisasi obat
Masalah: selama pengkajian tidak ditemukan masalah
d. Supervisi
Masalah: Belum adanya pendampingan dari pihak rumah sakit saat
dilakukannya supervisi, dalam hal ini supervisi dilimpahkan
kepada kepala ruangan
e. Discharge planning
Masalah: Tidak adanya brosur atau leaflet untuk pasien saat akan
melakukan rencana pulang
f. Ronde kebidanan
Masalah: Ronde kebidanan dilakukan secara terjadwal
4. Money (M4)
Masalah: tidak ditemukan adanya masalah
5. Mutu (M5)

66
Masalah: tidak ditemukan adanya masalah

D. PRIORITAS MASALAH MANAJEMEN


Skor Analisis
Masalah Prioritas
SWOT
IFAS EFAS
M2 0.5 0 1
M1 -0.4 -1.1 2
Supervisi 0.3 0.6 3
Penerimaan pasien baru 0.8 0.4 4
Timbang terima 1 0.5 5
Discharge planning 0.6 0.4 6
Ronde kebidanan 1 0 7
Sentralisasi obat 3 0 8
M4 2.6 0.4 9
M5 2.6 -1 10
Penentuan prioritas masalah menggunakan metode brain storming
dengan menyampaikan pendapat masing-masing anggota kelompok
delam menentukan bobot dan rating internal factor dan external factor.

1. Supervisi

Supervisi dilakukan rutin sebulan sekali, namun belum didampingi


oleh pihak rumah sakit, atau ditangani langsug oleh kepala ruangan.

2. Penerimaan pasien baru

Saat masuk keruangan, tidak dilakukan orientasi ruangan

3. Timbang terima

Terkadang tidak semua bidan mengikuti timbang terima


4. Discharge planning

Belum adanya brosur/leaflet untuk diberikan saat discharge planning


5. Ronde kebidanan
Ronde kebidanan tidak dilakukan secara terjadwal

67
68
3.2 PLANNING OF ACTION
No Masalah Data Tujuan Kegiatan Indikator waktu Penanggung
keberhasilan jawab
1 Penerimaan Pasien dan keluarga Menerapkan 1. Menyiapkan kamar Adanya alur Kamis,22 Mahasiswa
pasien baru tidak langsung penerimaan pasien baru, lembar penerimaan april profesi ners
pasien baru 2021
dilakukan orientasi secara optimal penerimaan, status pasien yang
setelah masuk pasien, lembar terstruktur
ruangan pemeriksaan medis.
2. Bidan memperkenalkan
diri kepada
pasien dan keluarga.
3. Melakukan pengkajian
pada pasien baru
4. Bidan memberikan
informasi kepada klien
dan keluarga tentang
orientasi ruangan,
bidan, tim medis yang
bertanggung jawab

69
dan tata tertibn
ruangan.
5. Mendokumentasikan
pelaksanaan
penerimaan pasien
Baru
2 Timbang Tidak semua bidan Timbang 1. Menyusun alur 1.Penulisan Kamis, Mahasiswa
terima mengikuti timbang terima timbang terima timbang 22 april profesi ners
dilaksanakan 2021
terima secara optimal 2. Membuat format terima
dan timbang terima dan yang
terdokumentasi
dengan baik petunjuk teknik berfokus
3. Melaksanakan pada
timbang terima askep
bersama dengan 2.Adanya
kepala ruangan dan format
staf kebidanan timbang
4. Mendokumentasikan terima
hasil timbang terima yang
pasien. baku.

70
3 Discharge Tidak tersedianya Discharge 1. Menyusun konsep Setiap pasien Kamis,22 Mahasiswa
planning brosur/liflet untuk planning mulai masuk april profesi ners
discharge planning
pasien saat melakukan dilaksanakan sampai pulang 2021
perencanaan pulang. secara optimal 2. Menyiapkan format sudah
dan discharge planning, mendapatkan
terdokumentasi discharge
dengan baik. liflet untuk pasien planning,
3. Melaksanakan dengan media
liflet.
discharge planning
bersama dengan
bidan ruangan
4. Mendokumentasika n
hasil pelaksanaan
discharge planning

71
3.3. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan model asuhan keperawatan profesional (MAKP) yang
dilaksanakan dalam praktik profesi ners stase manajemen keperawatan
diruang VK pada tanggal 22 april 2021, pelaksanaan MAKP ditekankan pada
komponen utama yaitu penerimaan pasien baru.
A. Struktur Organisasi

KEPALA RUANGAN
Zeasly T. Neolaka,S.Kep

KETUA TIM I KETUA TIM II KETUA TIM III


Sosipater G Otu,S.Kep Yuris Pula Podo,S.Kep Ariyanto Natonis,S.Kep

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA


1. Maria Snae,S.Kep 1. Fredik I Welem,S.Kep 1. Irwin O Sose,S.Kep
2. Martina Ratuarat,S.Kep 2. Elisabeth Renda,S.Kep 2. Detri O Oematan,S.Kep
3. Richard A. Ngonggoek,S.Kep 3. Robeka Tanesab,S.Kep 3. Marimar M Lao,S.Kep

B. Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru


1. Persiapan
a) Menyiapkan kelengkapan administrasi
b) Menyiapkan kamar
c) Menyiapkan alat kesehatan untuk pemeriksaan fisik
d) Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru
e) Menyiapkan format pengkajian, format pemeriksaan laboratorium,
inform consent, dan dokumen lainnya.

72
2. Pelaksanaan
Pada proses penerimaan pasien baru, pasien disambut dengan salam
dan perkenalan oleh parawat yang bertugas, perawat kemudian
menjelaskan bahwa dalam masa pandemi covid-19 pasien wajib
melakukan rapid test-antigen sebelum masuk keruangan, setelah
dilakukan rapid test pasien dan keluarga diminta menunggu selama 5-
15 menit hingga hasilnya diketahui. Setelah itu pasien dipersilahkan
masuk kedalam ruangan (ners station), dan dilakukan pengkajian awal
masuk seperti identitas, keadaan saat ini, riwayat kehamilan, dan
keluhan yang dirasakan, pasien kemudian dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital dan mengukur tinggi serta berat badan. Pasien juga
diberi penjelasan tentang hak dan kewajiban serta penjelasan tindakan
medis yang mungkin diberikan kepada pasien, pasien dan keluarga
kemudian diminta menandatangani lembar persetujuan tindakan, dan
lembar persetujuan rawat inap. Pasien kemudian dipasangkan gelang
identitas, diarahkan keruangan untuk pemeriksaan fisik, orientasi
ruangan, serta orientasi peraturan rumah sakit.
3. Hambatan
Dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru dilakukan oleh ketua tim
dan perawat yang bertugas pada saat itu. Karena pertimbangan privasi
klien maka kelompok melaksanakan penerimaan pasien baru tanpa
dokumentasi. Namun sebagai pelengkap, maka kelompok membuat
video role play sebagai gambaran pelaksanaan penerimaan pasien baru
yang dilaksanakan duruangan.
4. Dukungan
Pada saat menjalan kan penerimaan pasien baru oleh mahasiswa
profesi ners berjalan tanpa hambatan, hal ini tidak lepas dari
bimbingan dari kakak-kakak bidan yang diruangan VK terutama saat
pengisian format penerimaan pasien baru.

73
3.4. EVALUASI
Evaluasi dalam pelaksanaan model asuhan keperawatan profesional secara
khusus penerimaan pasien baru adalah sebagai berikut:
A. Evaluasi struktur
Kelompok telah melakukan beberapa persiapan untuk kegiatan
penerimaan pasien baru yaitu persiapan format penerimaan pasien baru,
lembar pengkajian pasien. Dan pembagian peran sebagai kepala ruangan,
ketua tim, Perawat pelaksana serta melakukan evaluasi kegiatan saat itu.
B. Evaluasi proses
Penerimaan pasien baru dilakukan pada tanggal 22 april 2021. Kegiatan
dilakukan oleh mahasiswa yang dinas pagi dan malam yang bertugas saat
itu pada Ny.R dan Ny.K mulai dari perkenalan diri, hingga orientasi
ruangan dan orientasi peraturan rumah sakit.
C. Evaluasi hasil
Kegiatan penerimaan pasien baru sudah dilakukan mulai dari menyiapkan
lembar penerima pasien baru. Dan sudah maksimal karna terlampir tanda
tangan penangung jawab pasien. Tidak ada permasalahan hambatan dalam
mempersiapkan lembar penerimaan pasien baru.

74
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengkajian 5 M diruangan VK sebagai berikut:
1. Man (M1)
a. Tingkat pendidikan perawat diruangan VK sudah sesuai standar
pendidikan kebidanan.
b. Adanya penggabungan antara ruang VK dan melati karena kurangnya
tenaga bidan sehingga setiap kali shift bidan harus bertugas didua
ruangan.
2. Sarana dan prasarana (M2)
Sarana dan prasarana diruangan sudah cukup memadai namun belum adanya
penyedia jasa untuk perawatan alat kesehatan dan kalibrasi
3. Metode MAKP (M3)
Penerimaan pasien baru telah dilakukan oleh mahasiswa praktik
profesi Ners sesuai dengan format yang ada dengan didampingi oleh
senior diruangan
4. Money (M4)
Pembiayaan diruangan VK sudah matang dan terpusat
5. Mutu (M5)
Pelayanan diruangan VK sudah sangat baik dan berdasarkan
pengkajian pada pasien diruangan memuaskan.
4.2. SARAN
1. M1 (MAN)
Tenaga kebidanan diruangan VK memiliki banyak pelatihan dan
pendidikan sudah sesuai standar pendidikan kebidanan namun perlu
adanya penambahan jumlah tenaga kebidanan agar tidak ada
penggabungan dua ruangan dan untuk mengurangi beban kerja bidan.
2. M2 (MATERIAL)
Sarana dan prasarana diruangan sudah cukup memadai namun perlu adanya
penyedia jasa untuk perawatan alat kesehatan dan kalibrasi juga
penambahan seperti leaflet, dan papan keterangan ruangan.
3. M3 (METHOD)

75
Sebagai perawat maupun bidan hendaknya hendaknya
mengaplikasikan manajemen keperawatan yang profesional dan
efektif dalam segala tindakan sehingga mendapatkan pelayanan yang
profesional.
4. M4 (MONEY)
5. M5 (MARKETING)
Tingkatkan pelayanan diruangan VK dengan memperhatikan tingkat
mutu dan kepuasan klien.

76
DAFTAR PUSTAKA

Dedi, B. (2019). Kepemimpinan Dan Manajemen Pelayanan Keperawatan: Teori


Konsep Dan Implementasi. CV. Trans info media.
Maryati, S.Y. (2017). Bahan Ajar Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan (RMK)
Manajemen Mutu Informasi Kesehatan II: Akreditasi Dan Manajemen
Resiko. Jakarta: Kemenkes RI
Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 4. Jakarta: salemba medika

77

Anda mungkin juga menyukai