Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi kepulauan beriklim kering, dengan
jumlah curah hujan yang rendah. Umumnya tanah-tanah dipulau timor memiliki tingkat
kesuburan tanah yang rendah salah satunya adalah alfisol, sehingga perlu adanya upaya yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki kesuburan salah satunya adalah dengan penambahan
bahan organik dan penggunaan pupuk hayati yaitu FMA. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh inokulasi FMA dan penambahan bahan organik dalam meningkatkan C
organik tanah, pertumbuhan dan N jaringan tanaman. Perlakuan ini disusun menggunakan
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan
menggunakan FMA dengan penambahan dosis bahan organik yang berbeda, yaitu: tanpa
bahan organik, bahan organik biochar sekam padi, pupuk kandang, dan kirinyu yang masing-
masing akan diaplikasikan dengan dosis 1%, 2% dan 3% dari berat tanah. Data diuji dengan
analisis ragam kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT pada á=5%. Hasil penelitian
menunjukan bahwa perlakuan T2 (sekam 1%+ FMA), T4 (sekam 3%+ FMA), T5 (pupuk
kandang kotoran sapi 1%+ FMA) dan T6 (Pupuk kandang kotoran sapi 2%+ FMA)
memberikan kandungan C organik sebesar 4,37% dan lebih baik dari perlakuan lainnya serta
adanya pengaruh antara FMA dan bahan organik. Pada variabel N jaringan, dan pertumbuhan
tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun) tidak terdapat pengaruh antara FMA
yang dikombinasikan dengan bahan organik namun terdapat beberapa perlakuan yang
dianggap baik karena memiliki nilai yang lebih besar dari perlakuan lainnya. N jaringan
tanaman terbaik terdapat pada perlakuan T10(kirinyu 3%+ FMA ). Pada pertumbuhan tinggi
tanaman, dan jumlah daun perlakuan T7 (Pupuk kandang kotoran sapi 3%+ FMA)
memberikan tinggi sebesar 97,83cm dan jumlah daun sebanyak 13 helai. Total luas daun
tanaman terbaik terdapat pada perlakuan perlakuan T4 (sekam 3%+ FMA) yaitu 4225,53 cm2.