Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN AKHIR

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG PICU RSUD Dr. SOEKARDJO KOTA
TASIKMALAYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Stase Manajemen Keperawatan


Preceptor Akademik: Ns. Asep Mulyana, S.Kep., MM., M.Kep., Ph.D
Preceptor Klinik: Ns. Atang, S.Kep

Oleh:
Kelompok 3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALYA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Program Studi : Profesi Ners Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya


Stase : Manajemen Keperawatan
Lokasi : Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya

Laporan ini telah disetujui oleh pembimbing lapangan


dan pembimbing stase manajemen keperawatan

Pada tanggal: ...............

Preceptor Klinik Kepala Ruangan Ruang PICU

Ns. Atang, S.Kep Ira Rositawati, S.Kep., Ners

Preceptor Akademik

Ns. Asep Mulyana, S.Kep., MM., M.Kep., Ph.D


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas
limpahan rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan
“Laporan Manajemen Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Ruang PICU Rumah
Sakit dr.Soekardjo Tasikmalaya” ini dengan lancar.
Dalam proses penyusunan laporan ini tentu banyak pihak yang berperan,
oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direktur Utama Rumah Sakit dr Soekardjo Tasikmalaya.
2. Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit dr Soekardjo Tasikmalaya.
3. Preceptor Akademik Stase Manajemen Program Profesi Ners di Rumah
Sakit dr Soekardjo Tasikmalaya yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam pelaksanaan praktek profesi Stase Manajemen Keperawatan
Program Profesi Ners.
4. Preceptor Klinik Stase Manajemen Program Profesi Ners di Rumah Sakit dr
Soekardjo Tasikmalaya yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam pelaksanaan praktek profesi Stase Manajemen Keperawatan Program
Profesi Ners.
5. Kepala ruangan Ruang PICU RSUD Dokter Soekardjo
6. Seluruh staff dan perawat di Ruang PICU dr Soekardjo Tasikmalaya.
7. Rekan-rekan kelompok III Stase Manajemen Keperawatan Program Profesi
Ners atas kerjasama selama kegiatan praktek lapangan.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran proses praktik dan pembuatan laporan ini.
Kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya. Kami menyadari
bahwa laporan yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kami terbuka terhadap kritik ataupun saran yang dapat menyempurnakan
laporan ini. Semoga dengan adanya laporan ini, dapat bermanfaat bagi para
pembaca dalam memperluas dan meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan, khususnya dalam manajemen keperawatan.

Tasikmalaya, Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Hal
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR DIAGRAM ...................................................................................... v
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ viii
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Waktu Pelaksanaan...............................................................................
C. Tujuan...................................................................................................
D. Praktikan ..............................................................................................
BAB II HASIL PENGKAJIAN .......................................................................

A. Profil Ruang PICU ...............................................................................


B. Unsur Input ..........................................................................................
1. Pasien .............................................................................................
2. Mahasiswa Praktikan .....................................................................
3. Ketenaga Kerja ..............................................................................
4. Sumber Dana .................................................................................
5. Fasilitas/Sarana Prasarana .............................................................
6. Metode ...........................................................................................
C. Unsur Proses ........................................................................................
1. Proses Asuhan Keperawatan ..........................................................
2. Proses Managemen Pelayanan........................................................
3.
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Ketergantungan Pasien di Ruang PICU


Tabel 2.2 Data Alamat Pasien
Tabel 2.3 Data Rujukan Pasien
Tabel 2.4 10 Diagnosa Keperawatan
Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Praktek
Tabel 2.6 Distribusi Frekuensi Tenaga Keperawatan
Tabel 2.7 Distribusi Frekuensi Tenaga Non Keperawatan
Tabel 2.8 Perhitungan Tenaga Perawat di Ruang PICU
Tabel 2.9 Perhitungan Tenaga Perawat Di Ruang PICU
Tabel 2.10 Perhitungan Tenaga Perawat Di Ruang PICU
Tabel 2.11 Perhitungan Rata-Rata Kebutuhan Tenaga Perawat
Tabel 2.12 Distribusi Frekuensi Ketenagaan Non Keperawatan
Tabel 2.13 Distribusi Frekuensi Ketenagaan Lain
Tabel 2.14 Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan, Jenis Pelatihan, dan
lama kerja
Tabel 2.15 Distribusi Tarif Pasien di Ruang PICU
Tabel 2.16 Distribusi Frekuensi Karakteristik Bangunan Ruang PICU
Tabel 2.17 Standar dan Inventarisasi Alat Tenun
Tabel 2.18 Distribusi Frekuensi Alat Rumah Tangga
Tabel 2.19 Standar Ruang PICU
Tabel 2.20 Distribusi Frekuensi Obat Emeregncy di Ruang PICU
Tabel 2.21 Distribusi Karakteristik Bangunan ruang PICU
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Jumlah Pasien Di Rawat Dari Bulan Desember 2022- Februari
2023
Diagram 2.2 Distribusi Frekuensi Asal Kecamatan Pasien
Diagram 2.3 Sumber Biaya Pasien
Diagram 2.4 10 Penyakit Terbanyak
Diagram 2.5 Distribusi Frekuensi Kualifikasi Pendidikan Formal tenaga
Keperawatan
Diagram 2.6 Distribusi Frekuensi Jenjang Karir Tenaga Keperawatan
Diagram 2.7 Distribusi Frekuensi Status Kepegawaian
DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Struktur Organisasi Ruang PICU


Bagan 1.2 Denah Ruang PICU
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat (UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan). Keperawatan sebagai
salah satu bentuk pelayanan propesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat
maupun sakit (UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan). Pelayanan
keperawatan merupakan faktor penentu baik buruknya mutu dan citra dari
rumah sakit, oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan hingga tercapai hasil yang optimal. Untuk
mencapai hal tersebut dibutuhkan proses manajemen yang baik.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur atau
mengelola atau mengurus. Beberapa ahli manajemen mengemukan
pengertian manajemen dari sudut pandang yang berbeda, antara lain Mary
Parker Follet misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa
seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang
dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi.
Manajemen tersebut mencakup kegiatan planning, organizing, actuuling,
controlling (POAC) 2 terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai
tujuan organisasi (Nursalam, 2014).
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang
lain. Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen
secara umum, dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan
(pengawasan dan Evaluasi). Manajemen pelayanan keperawatan berfokus
pada komponen 5 M (Man, Money, Material, Method, Machine). Dalam
setiap kegiatan manajemen selalu diawali dari Perencanaan dan diakhiri
dengan Pengontrolan yang merupakan suatu siklus yang berulang (Mugianti,
2016). Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur
beberapa hal secara baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan
agar hal hal yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan
yang diharapkan.
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanankesehatan yang
memegang peranan penting dalamkesejahteraankehidupan rakyat dalam
negaranya yang dapat dikelola perorangansecara paripurna untuk
menyediakan dan melaksanakan pelayananrawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat berdasarkan undang- undang no. 44 tahun 2009 pasal 1 ayat 1
tentang rumahsakit. Berdasarkan data kementrian kesehatan tahun 2018
jumlah RS di seluruh indonesia sebanyak 2.813 unit hingga akhir 2018.
Jumlahtersebut terdiri atas 2.269 RS umum dan 544 RS khusus. Adapun
jumlah RS terbanyak ada di Jawa Timur, yakni mencapai 381 RS yang
terdiri atas 293 RS umum dan 88 RS khusus. Kemudian di Jawa Barat
sendiri merupakan terbanyak kedua yaitu 350 RS yang terdiri atas 285 RS
umum dan 65 RS khusus. Sedangkan di kota Tasikmalaya terdapat 13 RS
termasuk Rumah Sakit dr. Soekardjo.
Rumah sakit umum (RSU) tasikmalaya merupakan rumah sakit kelas B
Non Pendidikan. Dahulu RSU Tasikmalaya disebut dengan “Provinciale
Ziekenhuis” karena RSU Tasikmalaya pertama kali didirikan oleh Belanda
pada tahun 1922 namun secara oprasional RSU Tasikmalaya mulai
beroperasi pada tanggal 14 juli 1925. Rumah sakit umum daerah
dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya terletak di jalan Rumah Sakit No.33
Tasikmalaya, terdiri dari 65 unit bangunan yang di pergunakan untuk
ruangan unit perawatan dan lainnya dipergunakan untuk unit rawat jalan,
perawatan darurat medik, penunjang medik dan penunjang-penunjang
lainnya serta pelayanan administrasi berdiri diatas areal seluas 35.897.82
M², dengan luas keseluruhan bangunan sampai dengan tahun 2020 adalah
13.839.34 M².
Kondisi fisik dan luas bangunan RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya
pada tahun 2020 mengalami pengurangan dan perubahan struktur bangunan,
sehingga luas keseluruhan bangunan RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya
adalah 13.839.34 M². Ruang PICU merupakan bagian dari ruang rawat inap
yang berlokasi di Rumah Sakit dr. Soekardjo Tasikmalaya. Ruang PICU
digunakan sebagai ruangan yang memberikan pelayanan pada semua pasien
yang keadaan umumnya diperlukan pemantauan. Kapasitas ruang PICU
adalah 5 kamar. Ruang PICU dipimpin oleh seorang kepala ruangan yang
dibantu oleh perawat pelaksana. Ruang PICU merupakan ruangan yang
memberikan pelayanan bagi pasien umum, pasien BPJS serta pasien dengan
jaminan kesehatan lainnya.
Hal tersebut tidak terlepas dari manajemen untuk menjalankan
pelayanan- pelayanan, dibutuhkan perencanaan yang matang,
pengorganisasian, pembentukan staff, pengawasan dan pengontrolan. Selain
itu tidak terlepas pula dari unsur 5M yaitu Man, Money, Material, Metod,
dan Market. Itu semua merupakan dasar untuk menjalankan roda organisasi
dalam mencapai tujuan bersama. Dalam menjalankan organisasi kota harus
menganalisis kekuatan, kelemahan yang dikaji berasal dari internal,
memanfaatkan kesempatan dari luar dan mengantisipasi ancaman dari luar
yang berpotensi terjadi. Salah satu cara untuk mendapatkan keterampilan
manajemen keperawatan yang handal selain didapatkan diperkuliahan juga
harus melalui pembelajaran ditempat praktek manajemen di rumah sakit dr.
Soekardjo Tasikmalaya khususnya di ruang rawat inap PICU dengan arahan
pembimbing rumah sakit dan pembimbing institusi. Dengan adanya praktek
tersebut, mahasiswa program Profesi Ners mampu menerapkan ilmu yang
didapatkan didalam stase manajemen keperawatan dan mengelola ruang
perawatan dengan pendekatan proses manajemen.
Berkaitan dengan hal itu, maka kami sebagai mahasiswa Program Profesi
Ners bermaksud untuk melakukan pengkajian mengenai manajemen
keperawatan diruang rawat inap PICU rumah sakit umum dr. Soekardjo
Tasikmalaya untuk mengetahui manajemen yang berjalan di Rumah Sakit
tersebut secara optimal.

B. Waktu Pelaksanaan
1. Tanggal Pelaksanaan
06 Maret 2023 sampai dengan 18 Maret 2023
2. Tempat Pelaksanaan
Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
3. System Shift Dinas
Dibagi menjadi 3 shift (pagi, siang, malam)
4. Lama Waktu Dinas
Lamanya waktu dinas setiap shift selama 7 jam, dengan uraian sebagai
berikut:
a. Pagi (07.00-14.00)
b. Siang (14.00-21.00)
c. Malam (21.00-07.00)

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan Praktek Stase Manajemen Keperawatan selama 2
minggu di Ruang Rawat PICU dr Soekardjo Tasikmalaya, diharapkan
mahasiswa Program Profesi Ners mampu mengelola pelayanan dan
asuhan keperawatan serta bimbingan praktek klinik keperawatan di
ruang PICU menggunakan keterampilan manajemen dan kepemimpinan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu mahasiswa dapat menunjukkan
kemampuan dalam hal manajemen keperawatan baik pengelolaan sarana
maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik. Kemampuan
manajemen diantaranya meliputi:
a. Melakukan pengkajian data yang meliputi profil umum ruang
keperawatan, unsur input, unsur proses dan unsur output
b. Menganalisa hasil kajian pada setiap sub unsur input, unsur proses
dan unsur output
c. Membuat identifikasi permasalahan yang ada, memprioritaskan
masalah tersebut dan menyusun rencana kegiatan
d. Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan sesuai rencana yang sudah
disusun

D. Praktikan
1. Angkatan
Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya Profesi Ners: 9 orang

2. Nama Mahasiswa
a. Asep Zamzam Rahayu
b. Dewi Agustiani
c. Euis Rahayu
d. Faldisa Saepul Rahman
e. Irna Nurlela
f. Rani Tiara
g. Resti Yanti
h. Tia Nurfadhila
i. Yudi Supriyadi
BAB II
HASIL KAJIAN

A. Profil/ Gambaran Umum Ruang PICU


Ruang PICU merupakan bagian dari Instalasi Rawat Inap (IRNA) yang
berlokasi di Rumah Sakit Umum dr. Soekardjo. Ruang PICU digunakan
sebagai ruang rawat inap kelas I,II, dan III yang memberikan pelayanan
pada pasien yang membutuhkan perawatan secara intensive. Kapasistas
ruang PICU adalah 5 kamar. Ruang PICU dipimpin oleh seorang kepala
ruangan yang dibantu oleh wakil kepala ruangan, ketua tim, serta perawat
pelaksana. Untuk kelancaran administrasi ada 1 orang dibagian tata usaha
dan 1 orang sebagai cleaning service. Ruang PICU merupakan ruang rawat
inap bagi pasien umum, BPJS serta pasien dengan jaminan kesehatan
lainnya.
1. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit Umum Pendidikan Dengan Pelayanan Prima
b. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna,
bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien
2) Melaksanakan pelayanan pendidikan, dan penelitian di bidang
kesehatan
3) Menyelenggarakan kegiatan manajemen rumah sakit secara
professional, efektif dan efisian
c. Motto
“Setulus Hati Kami Melayani”
2. Struktur Organisasi
Bagan 1.1 Struktur Organisasi ruang PICU

Sumber: Hasil Studi Dokumentasi di Ruang PICU (2023)


3. Denah Ruang PICU
Bagan 1.2 Denah Ruang PICU

Keterangan angka :
I : Ruang dokter, kepala ruangan dan wakil kepala ruangan
II : Wastafel
III : Kamar pasien 1
IV : Kamar pasien 2
V : Kamar pasien 3
VI : Kamar perawat
VII : Nurse station
VIII : WC karyawan
IX : WC Mahasiswa
X : Spoel hoek
XI : Gudang dan Alat-alat
XIII : Kamar 5
XIV : Kamar 4
XV : Ruang Mahasiswa dan Administrasi
XVI : Tangga belangkar
XVII : Tangga
B. Unsur Input/ Masukan
1. Pasien
a. Kajian Teori
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang
membutuhkan pelayanan medis/keperawatan yang terganggu
kondisi kesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO, 1999).
Menurut Nursalam (2014), pasien merupakan makhluk Bio-Psiko-
SosioEkonomi-Budaya yang artinya dia memerlukan terpenuhinya
kebutuhan, keinginan dan harapan dari aspek biologis (kesehatan),
aspek psikologis (kepuasan), aspek sosio-ekonomi (papan, sandang,
pangan dan afiliasi sosial), serta aspek budaya.
Tingkat ketergantungan pasien adalah kondisi atau keadaan
pasien yang menggambarkan seberapa banyak waktu yang
diperlukan seorang perawat memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dalam waktu 24 jam.
Tingkat ketergantungan pasien menurut Douglass dibagi menjadi
3, yaitu :
1) Minimal Care : Memerlukan perawatan 1-2 jam/24 jam dengan
kriteria kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri,
makan dan minum dilakukan sendiri, ambulasi dengan
pengawasan, observasi tanda-tanda vital setiap shift, pengobatan
minimal dengan status psikologis stabil.
2) Parsial Care : Memerlukan perawatan 3-4 jam/24 jam dengan
kriteria kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu,
observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam, ambulasi dibantu,
pengobatan lebih dari sekali, pasien dengan kateter urine, intake
output cairan dihitung/dicatat, persiapan pengobatan yang
memerlukan prosedur.
3) Total Care : Memerlukan perawatan 5-6 jam/24 jam dengan
kriteria semua keperluan pasien dibantu, ambulasi dibantu,
observasi tanda-tanda vital setiap 15 menit, makan melalui NGT,
terapi intravena, dilakukan penghisapan lender atau suction,
gelisah atau disorientasi

b. Kajian Data
Tabel 2.1 Klasifikasi Ketergantungan Pasien di Ruang PICU
a. Senin, 06 Maret 2023
Karakteristik Pasien Pagi Siang Malam
Total care 4 4 5
Jumlah 4 4 5

Sumber: Hasil kajian situasi

Berdasarkan data diatas pada hari Senin, 6 Maret 2023 dinas


pagi pasien berjumlah 4 orang dengan karakteristik pasien total care,
dinas siang pasien berjumlah 4 orang dan dinas malam pasien
berjumlah 5 orang.
b. Selasa, 07 Maret 2023
Karakterist k Pasien Pagi Siang Malam
Total care 5 2 2
Jumlah 5 2 2

Sumber: Hasil kajian situasi

Berdasarkan data diatas pada selasa, 8 Maret 2023 dinas pagi


pasien berjumlah 5 orang dengan karakteristik pasien total care,
dinas siang pasien berjumlah 2 orang dan dinas malam pasien
berjumlah 2 orang.
c. Rabu, 08 Maret 2023
Karakterist k Pasien Pagi Siang Malam
Total care 2 2 2
Jumlah 2 2 2

Sumber: Hasil kajian situasi

Berdasarkan data diatas pada hari Rabu, 8 Maret 2023 dinas


pagi pasien berjumlah 2 orang dengan karakteristik pasien total care,
dinas siang pasien berjumlah 2 orang dan dinas malam pasien
berjumlah 2 orang.

Diagram 2.1 Jumlah Pasien di Rawat dari Bulan Desember 2022- Februari 2023

Jumlah Pasien di Rawat Inap Bulan Desember 2022 -


Februari 2023
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Desember Januari Februari

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

Sumber: Tata Usaha


Berdasarkan data diatas jumlah pasien bulan Desember yang dirawat
berdasarkan kelas yaitu sebanyak 3 orang kelas 2, dan 17 orang kelas 3. Bulan
Januari kelas 1 sebanyak 3 orang, kelas 2 sebanyak 3 orang, dan kelas 3 sebanyak
4 orang. Bulan Februari kelas 1 sebanyak 1 orang, kelas 2 sebanyak 2 orang, kelas
3 sebanyak 11 orang.

Diagram 2.2 distribusi frekuensi asal kecamatan pasien


Data Alamat Pasien Desember 2022 - Februari 2023

Purbaratu Cipedes Mangkubumi Cibereum Cihideung


Tawang Jati Waras Sukaraja Indihiang Bungursari

Tabel 2.2 Data Alamat Pasien

No Asal Kecamatan Jumlah

1. Purbaratu 5

2. Cipedes 5

3. Mangkubumi 5

4. Cibereum 6

5. Cihideung 4

6. Tawang 3

7. Jati waras 3

8. Sukaraja 3

9. Indihiang 2

10. Bungursari 2
Sumber:Kajian Tata Usaha

Berdasarkan data diatas yang paling banyak pasien diruang PICU


pada bulan Desember – Februari 2023 yaitu kecamatan Cibeureum
dengan jumlah 6 orang.

Tabel 2.3 Data Rujukan Pasien

No Bulan rujukan Jumlah


1. Desember - 0
2. Januari RSHS 1
3. Februari - 0
Total 1
Sumber: Tata Usaha

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa selama bulan


Desember – Februari hanya 1 orang yang di rujuk ke Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung.

Diagram 2.3 sumber biaya pasien


Sumber Biaya Pasien
BPJS JAMKESDA UMUM BPK

23
19

13

2 3 3
0 1 0 0 1 0
D esem b er J an u ar i Feb ru ar i

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa sumber biaya pasien


pada bulan Desember – februari yaitu BPJS sebanyak 55 orang, Jamkesda
sebanyak 5 orang, Umum sebanyak 4 orang dan BPK sebanyak 1 orang.

Diagram 2.4 Sepuluh Penyakit Terbanyak


Sepuluh Penyakit Terbanyak
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Desember Januari Februari

Bronchopneumonia Epileftikus Tb Paru Syok Sepsis


Ileus KDK Hidrosefalus Dehidrasi Berat
DBD Mild HI

Sumber: Buku Register Ruang PICU


Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa diagnose medis
terbanyak di ruang PICU selama 3 bulan terakhir yaitu Bronkopneumonia
sebanyak 14 orang.

Tabel 2.4 Sepuluh Diagnosa Keperawatan


No Jenis Diagnosa Jumlah
1 Pola nafas tidak efektif
2 Hipertermi
3 Bersihan jalan nafas
4 Gangguan cairan elektrolit
5 Gangguan perfusi jaringan serebral
6 Kerusakan jaringan integritas kulit
7 Nutrisi kurang dari kebutuhan
8 Gangguan ventilasi spontan
9 Resiko infeksi
10 Resiko perdarahan
Sumber: Perawat Picu
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa diagnose keperawatan
terbanyak di ruang PICU selama 3 bulan terakhir yaitu
2. Mahasiswa Praktek
a. Kajian teori
Visi RSUD Dr. Soekardjo adalah menjadi rumah sakit umum
pendidikan dengan pelayanan prima. Dalam rangka mewujudkan visi
tersebut RSUD Dr. Soekardjo melaksanakan pelayanan pendidikan, dan
penelitian di bidang kesehatan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
termasuk SDM keperawatan.
Pendidikan dan praktek keperawatan profesional merupakan aspek
yang tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan calon perawat secara
komprehensif dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pengetahuan yang telah didapat dari pendidikan baik di kelas maupun di
laboratorium akan digunakan pada situasi nyata di lapangan/klinik. RSUD
Dr. Soekardjo sebagai rumah sakit pendidikan, yang digunakan sebagai
lahan praktek dari berbagai institusi pendidikan kesehatan, termasuk
pendidikan keperawatan. Untuk menghasilkan lulusan peserta didik
keperawatan yang berkualitas, perlu adanya pengelolaan bimbingan yang
baik, bermutu tinggi, serasi dan selaras dengan perkembangan IPTEK
b. Kajian data
Data mahasiswa keperawatan yang praktik berasal dari institusi :
Tabel Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Asal Institusi, Jumlah dan Lama
Praktek Pada Bulan Januari.

Tabel 2.5 distribusi frekuensi mahasiswa praktek


Lama Praktek Jumlah
No Nama Institusi
(Hari) Mahasiswa

Profesi Ners Universitas Bhakti 12 hari dari tanggal 6 –


1 9 orang
Kencana Tasikmalaya 18 Maret 2023

Jumlah 9

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah Mahasiswa


Praktek pada bulan Februari 2023 yaitu hanya dari Universitas Bhakti
Kencana Tasikmalaya yang berjumlah 9 orang.

- Pembagian dinas mahasiswa tangg 6-8 maret 2023

No Senin, 6 maret 2023 Jumlah mahasiswa

1 Pagi 9

2 Siang 0

3 Malam 0

Jumlah 9

No Selasa, 7 maret 2023 Jumlah mahasiswa

1 Pagi 3

2 Siang 6

3 Malam 0

Jumlah 9

No Rabu, 8 maret 2023 Jumlah mahasiswa

1 Pagi 3

2 Siang 3

3 Malam 3

Jumlah 9
3. Ketanaga Kerja
a. Kajian teori
Ketenagaan merupakan faktor penting dalam input
instrumental. Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah suatu
proses membuat perencanaan untuk menentukan alokasi SDM di
ruangan agar pelayanan dan proses manajerial berjalan efektif dan
efisien. Beberapa ahli telah mengembangkan beberapa formula
untuk menetapkan jumlah tenaga tersebut. Berikut adalah
beberapa contohnya:
1) Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan
dengan perhitungan sebagai berikut : Tenaga perawat = A x B x
365 : (365 – C) x jam kerja/hari
Keterangan :
A = Jam Perawatan/24 jam
B = (BOR x jumlah TT) → jumlah pasien
C = Jumlah libur
2) Menurut Douglas (1984)
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas
dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien untuk
setiap shiftnya seperti berikut:

Kebutuhan Pagi Siang Malam

Total care Jml x 0,36 Jml x 0,30 Jml x 0,20

3) Perhitungan Tenaga Perawat Intensive (Metode Ilyas)

A x B x 365
TP = 255x 7 Jam kerja

12 x (92% x 5)x 365


= 255x 7

12 x (5)x365
=
1.785
21.900
= 1.785
= 12,2 di bulatkan menjadi 12 Orang
Berdasarkan hasil perhitungan Ilyas tenaga perawat yang dibutuhkan di
ruang PICU berjumlah 12 orang + 2 orang (Karu & Wakaru) = 14
orang. Jumlah perawat di ruang PICU sebanyak 14 orang. Berdasarkan
perhitungan Ilyas dapat disimpulkan bahwa adanya kelebihan tenaga
keperawatan.
b. Kuantitas
Berikut adalah ketenaga kerjaan diruang PICU RSUD dr. Suekardjo
Tasikmalaya
1) Tenaga Perawat

Tabel 2.6 distribusi frekuensi tenaga keperawatan


No Tenaga Kerja Jumlah
1 Kepala Ruangan 1
2 Wakil Kepala Ruangan 1
3 Perawat Pelaksana 14
Total 16
Sumber : Kepala Ruangan PICU

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa Tenaga kerja di


Ruang PICU Kepala ruangan berjumlah 1, wakil kepala ruangan jumlah
1 dan perawat pelaksana jumlah 14, total tenaga kerja di Ruang PICU ada
16.

2) Tenaga non Keperawatan

Tabel 2.7 distribusi frekuensi tenaga non keperawatan


No Kategori Jumlah
1 TU 1 orang
2 CS 1 orang
3 Warois 1 orang
Total 3 orang
Sumber : Kepala Ruangan PICU
Berdasarkan data diatas jumlah tenaga non perawat di
Ruang PICU RSUD Dokter Soekardjo berjumlah 3 orang 1 orang
berkategori TU, 1 orang berkategosi CS dan 1 orang berkategori
warois.

 Menghitung Kebutuhan Perawat

1. Menurut Douglas

Berikut perhitungan tenaga keperawatan menurut Douglas :


 Senin, 6 Maret 2023
Tabel 2.8 Perhitungan Tenaga Perawat Di Ruang PICU RSUD
Dokter Soekardjo Tasikmalaya
Karaktristik Kebutuhan tenaga keperawatan
Pasien Pagi Siang Malam
Total care 4 x 0,36 = 4 x 0,30 = 0,90 5x
1,44 0,20 = 1
Jumlah 2 1 1
Sumber : Rumus Douglas
Berdasarkan hasil perhitungan douglas, pada hari Senin, 6
Maret 2023 jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada dinas
pagi berjumlah 1 orang dan ditambah 2 orang (Karu &
Wakaru). Jadi total kebutuhan adalah 3 orang, dinas siang
berjumlah 1 orang dan malam berjumlah 1 orang. Jumlah
perawat ruangan yang dinas pada Senin, 6 Maret 2023 pada
pagi 7 orang, siang 2 orang, dan malam 2 orang. Berdasarkan
rumuh douglas dapat disimpulkan bahwa adanya kelebihan
tenaga perawat.
• Selasa, 7 Maret 2023

Tabel 2.9 Perhitungan Tenaga Perawat Di Ruang PICU


RSUD Dokter Soekardjo Tasikmalaya
Karakteristik Dines
Pasien Pagi Siang Malam
Total care 5 x 0,36 = 1,8 2 x 0,30 = 2 x 0,20 =
0,6 0,4
Jumlah 2 1 1
Sumber : Rumus Douglas

Berdasarkan hasil perhitungan douglas, pada hari Selasa, 7


Maret 2023 jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada dinas
pagi berjumlah 2 orang dan ditambah 2 orang (Karu &
Wakaru). Jadi total kebutuhan adalah 4 orang, dinas siang
berjumlah 1 orang dan malam berjumlah 1 orang . Jumlah
perawat ruangan yang dinas pada Selasa, 7 Maret 2023 pada
pagi 7 orang, siang 2 orang, dan malam 2 orang. Berdasarkan
rumuh douglas dapat disimpulkan bahwa adanya kelebihan
tenaga perawat.

• Rabu, 8 Maret 2023

Tabel 2.10 Perhitungan Tenaga Perawat Di Ruang PICU


RSUD Dokter Soekardjo Tasikmalaya
Karakteristik Dines
Pasien Pagi Siang Malam
Total care 2 x 0,36 = 0,72 2 x 0,30 = 2 x 0,20 =
0,6 0,4
Jumlah 1 1 1
Sumber : Rumus Douglas
Berdasarkan hasil perhitungan douglas, pada hari Rabu, 8
Maret 2023 jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada dinas
pagi berjumlah 1 orang dan ditambah 2 orang (Karu &
Wakaru). Jadi total kebutuhan adalah 3 orang, dinas siang
berjumlah 1 orang dan malam berjumlah 1 orang. Jumlah
perawat ruangan yang dinas pada Rabu, 8 Maret 2023 pada
pagi 8 orang, siang 2 orang, dan malam 2 orang. Berdasarkan
rumuh douglas dapat disimpulkan bahwa adanya kelebihan
tenaga perawat.

• Rata – Rata Kebutuhan Tenaga Perawat


Berikut adalah rata – rata kebutuhan tenaga perawat
Tabel 2.11 Perhitungan Rata-Rata Kebutuhan Tenaga Perawat Di Ruang
PICU
Kebutuhan
Tanggal
Pagi Siang Malam
06/03/2023 2 1 1
07/03/2023 2 1 1
08/03/2023 1 1 1
Jumlah 5 3 3
Rata-Rata 1 1 1

Berdasarkan hasil perhitungan Douglas, rata-rata jumlah


kebutuhan tenaga keperawatan pada dinas pagi berjumlah 1 orang
dan ditambah 2 orang (Karu & Wakaru), jadi total kebutuhan
perawat pada dinas pagi sebanyak 3 orang. Kebutuhan tenaga
perawat untuk dinas siang berjumlah 1 orang dan dinas malam
berjumlah 1 orang. Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 5
orang. Rata-rata jumlah perawat ruangan yang dinas pagi hari 7
orang (termasuk Karu & Wakaru), siang 2 orang, dan malam 2
orang. Total tenaga keperawatan di ruang PICU adalah 16 orang.

2. Menurut Gilles

A x B x 365
TP =(365-C)x Jam kerja efektif

8 x (92% x 5)x 365


= (365-115)x 7

8 x (5)x365
= 250 x 7

14.600
= 1.750

= 8,3 dibulatkan menjadi 8 orang


Faktor koreksi = 20%
20
= + 8 = 10 orang
100
Total tenaga perawat 10 orang
Berdasarkan hasil perhitungan Gillies tenaga perawat yang
dibutuhkan di ruang PICU berjumlah 10 orang + 2 orang (Karu &
Wakaru) = 12 orang. Jumlah perawat di ruang PICU sebanyak 16
orang. Berdasarkan perhitungan Gillies dapat disimpulkan bahwa
adanya kelebihan tenaga keperawatan.
3. Perhitungan Tenaga Perawat Intensive (Metode Ilyas)
A x B x 365
TP = 255x 7 Jam kerja

12 x (92% x 5)x 365


= 255x 7
12 x (5)x365
= 1.785
21.900
= 1.785
= 12,2 di bulatkan menjadi 12 Orang
Berdasarkan hasil perhitungan Ilyas tenaga perawat yang
dibutuhkan di ruang PICU berjumlah 12 orang + 2 orang (Karu
& Wakaru) = 14 orang. Jumlah perawat di ruang PICU
sebanyak 16 orang. Berdasarkan perhitungan Ilyas dapat
disimpulkan bahwa adanya kelebihan tenaga keperawatan.
c. Kualitas
1) Klasifikasi pendidikan perawat
Berikut dibawah ini pendidikan terakhir pada perawat di Ruang
PICU RSUD Dokter Soekardjo :
Diagram 2.5 distribusi frekuensi Kualifikasi Pendidikan Formal
Tenaga Keperawatan

Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga


Keperawatan

Profesi Ners
31%

D3 Keperawatan
50%

S1 Keperawatan
19%

Sumber : Kepala Ruangan PICU


Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
tenaga keperawatan memiliki pendidikan terakhir Profesi Ners sebesar
5 orang (31,25%) D3 Keperawatan yaitu sebesar 8 orang (50%)
sebagian kecil S1 Keperawatan yaitu 3 orang (18,75%).
Berdasarkan data diatas, tenaga keperawatan sudah sesuai dengan
ketetapan yang ada pada permenkes RI, Nomor 26 tahun 2019 yaitu
tenaga keperawatan rumah sakit minimal Diploma.

2) Jenjang Karir

Diagram 2 . 6 distribusi frekuensi Jenjang Karir Tenaga Keperawatan

Jenjang Karir Tenaga Keperawatan Ruang PICU


PK 4 PK 1
19% 19%

PK 3
25%
PK 2
38%

Sumber : Kepala Ruangan PICU


Jumlah tenaga perawat di Ruang PICU RSUD Dokter Soekardjo
berjumlah 16 orang. Dengan jumlah PK 1 sebanyak 3 orang
(18,75%), PK 2 sebanyak 6 orang (37,5%), PK 3 sebanyak 3 orang
(18,75%), dan PK 4 sebanyak 4 orang (25%).
3) Status Kepegawaian
Berikut dibawah ini status kepegawaian pada perawat di Ruang
PICU RSUD Dokter Soekardjo :
Diagram 2.7 distribusi frekuensi Status
Kepegawaian

Status Kepegawaian
PPPK
6%

PPT
31%

PNS
Sumber : Kepala Ruangan PICU

Jumlah PNS di Ruang PICU RSUD Dokter Soekardjo berjumlah


10 orang dengan presentase 62,5%, PTT ada 5 dengan
presentase31,25 %, dan PPPK ada 1 orang 6,25%.

4) Ketenagaan non perawat

Tabel 2.12 distribusi frekuensi Ketenagaan Non Keperawatan


No Kategori Jumlah Persentase
1 TU 1 33,3%
2 CS 1 33,3%
3 Warois 1 33,3%
Total 3 100%
Sumber : Kepala Ruangan PICU

Jumlah TU di Ruang PICU RSUD Dokter Soekardjo berjumlah 1


orang dengan presentase 33,3 %, CS ada 1 dengan presentase 33,3
%, dan warois dengan presentase 33,3 %.

5) Ketenagaan lain

Tabel 2.13 Distribusi Frekuensi Ketenagaan Lain


STATUS KEPEGA
GOLON
NO NAMA/NIP JABATAN WAIAN GAN

Dr. Raddi Moekdas,


1. Sp.A, M. Kes Dokter Jaga PNS
Ruang PICU

Sumber : Kepala ruangan PICU


Tabel 2.14 Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan, Jenis Pelatihan, dan Lama Kerja

No Nama perawat Status Golongan Durasi BHD/BTCLS ICU PICU ENIL PPGD
kepegawaian kerja
1. Ira Rositawati, S. Kep., Ners PNS IV A 23 tahun √ √ -
2. Nengsri Budi Yuniar, S. Kep., PNS III D 23 tahun √ √ -
Ners
3. Susi Susanti, S. Kep., Ners PNS III D 23 tahun √ - -
4. Dede Nurhayati, S. Kep PNS III D 23 tahun √ - -
5. Rina Nurlaela S, S. Kep, Ners PNS III B 11tahun - - √
6. Ferra PuspitasariH, Amd. Kep PNS III B 11 tahun - - - √
7. Lispry Mandari, S. Kep PNS III B 13 tahun - - √
8. Sri Aryanti, Amd. Kep PNS II C 1 tahun √ - -
9. Cika Ihsani R, Amd. Kep PNS II C 1 tahun √ - -
10 Ania Febrianti, Amd. Kep PNS II C 1 tahun - - √
.
11. Jajang darsono, AMK PPPK PPPK 15 tahun - -
12 Neti Yuniarti, S. Kep., Ners PTT PTT 6 tahun - -
.
13 Diki Ginanjar, S. Kep PTT PTT 12 tahun - - √
.
14 Doni hendrawan, Amd. Kep PTT PTT 6 tahun √ - -
.
15 Rima Santi, Amd. Kep PTT PTT 11 tahun - - √
.
16 Leni Oktaviani, AMK PTT PTT - - √
.
Sumber : Kepala Ruangan PICU
4. Sumber Dana
Penyelenggaraan administasi dan keuangan diruangan dilakukan oleh
bagian Tata Usaha (TU) melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIM RS) ,
dalam pelaksanaannya dibantu oleh kepala ruangan dan perawat di ruangan.
Pengelolaan administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan pasien untuk masuk
dan keluar, pasien meninggal, dan dirujuk dan dipindahkan sesuai indikasi ,
input tarif rawat inap , tarif operasi atau tindakan , jasa konsultasi, visite dokter,
sepuluh besar penyakit sesuai indikator mutu pelayanan di ruangan, SPM
(Standar Pelayanan Minimal) serta penyelesaian administrasi keuangan pasien
pulang.
Petugas TU mengecek ulang data pasien yang dirawat dengan memastikan
jenis administrasi yang digunakan (Umum, BPJS, Jamkesda dll) dan dijelaskan
sebagai tarif yang berlaku pada masing-masing jaminan untuk kemudian
dijelaskan sebagai tarif yang berlaku pada masing-masing jaminan untuk
kemudian dijelaskan kepada pengguna pelayanan serta kelengkapan persyaratan
sesuai peraturan yang berlaku bagi perawatan kela I, II, III kemudian keluarga
mengisi formulir khusus apabila menggunakan jaminan pembayaran umum.
Sedangkan untuk pasien BPJS, persyaratan administrasi diselesaikan dalam
kurun waktu 3x24 jam.
Dari beberapa kegiatan dilakukan dalam upaya tertib administrasi dan
keuangan dapat dilihat pada penjelasan berikut ini:
Pentarifan dan Pembayaran Biaya Perawatan
Tarif PICU
Umum, kelas I, kelas II : 450.000/Hari
BPJS Kelas III : 350.000/Hari
Visite Dokter Kelas I,II : 130.000
Visite Dokter Kelas III : 80.000
Konsul di tempat : 130.000
Konsul di telepon : 50.000
Tabel 2.15 distribusi tarif pasien diruang PICU
No Tindakan Harga TNO
1 Pemasangan infus Kelas 1 : 50.000
Kelas II :30.000
2 Melakukan suction Kelas I : 50.000
Kelas II ; 50.000
Kelas III : 40.000
3 Melakukan Ekg Kelas I : 50.000
Kelas II : 40.000
Kelas III : 40.000
4 Melakukan Ngt Kelas I : 50.000
Kelas II : 50.000
Kelas III : 40.000
5 Bilas lambung Kelas I : 95.000
Kelas II : 95.000
Kelas III : 76.000
6 Rjp Kelas I : 95.000
Kelas III : 76.000
7 Transfusi Kelas I : 50.000
Kelas III : 45.000
8 Ett Kelas I : 400.000
Kelas II : 400.000
Kelas III : 320.000
9 Nebulizer Kelas I : 99.000
Kelas II : 99.000
Kelas III : 40,000
10 Sonde Kelas I : 50.000
Kelas II : 50.000
Kelas III : 40.000
11 Perawatan luka Kelas I : 50.000
Kelas II : 50.000
Kelas III : 40.000
12 Respiratori Kelas I : 400.000
Kelas II : 400.000
Kelas III : 320.000
13 Inpus pompa Kelas I : 50,000
Kelas II : 50.000
Kelas III : 40.000
14 Syring pompa Kelas I : 50.000
Kelas II : 50.000
Kelas III : 40.000
15 Pemasangan awal monitor EKG Kelas I : 40.0000
Kelas II : 40.000
Kelas III : 40.000
16 Dc ( down kateter) Kelas I : 95.000
Kelas II : 95.000
Kelas III : 76.000
17 Tindakan keperawatan ( jasa Kelas I : 65.000
perawat) Kelas II : 65.000
Kelas III : 25.000
18 Instubasi Kelas I : 250.000
Kelas II : 250.000
Kelas III : 200.000

Sumber : Tata Usaha PICU


5. Fasilitas / Sarana Prasarana
a. Kajian teori
Ketersediaan Sarana dan prasarana kesehatan yang sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit menurut jenis dan tingkatan pelayanan rumah sakit
memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan pelayanan
medis yang bermutu. Tanpa dukungan faktor sarana dan prasarana yang sesuai
dengan standar, maka pelayanan medis yang diberikan kepada pasien menjadi
tidak optimal. Terdapat saling terkaitan yang kuat antara standar profesi,
standar operasional prosedur dan standar sarana dan prasarana rumah sakit
dalam pelaksanaan pelayanan medis.
Ketiganya merupakan sebuah bangunan segi tiga sama sisi yang saling
mempengaruhi satu sama lain dalam mewujudkan standar pelayanan medis
yang optimal. 23.
Menurut Permenkes Nomor 40 Tahun 2020 Tentang Aplikasi Sarana,
Prasarana dan Alat Kesehatan menyebutkan pengertian sarana, prasarana dan
alat kesehatan sebagai berikut :
1) Sarana
Yang dimaksud dengan sarana adalah bangunan yang sebagian atau
seluruhnya berada di atas tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan
dan digunakan untuk penyelenggaraan atau penunjang pelayanan
2) Prasarana
Yang dimaksud dengan prasarana adalah alat, jaringan, dan sistem yang
membuat suatu sarana dapat berfungsi.
3) Yang dimaksud dengan alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin
dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh

b. Peralatan untuk pelayanan perawatan intensif PICU menurut Permenkes


nomor 40 tahun 2022 tentang persayaratan teknis bangunan, prasarana, dan
peralatan kesehatan rumah sakit
Tabel 2.16 distribusi frekuensi karakteristik Alat Medis ruang PICU

Peralatan Minimal Kuantitas Kualitas Ket


Standar
Baik Hilang/rusak
Oxygen tank with flowmeter +/- 1 1 - Sesuai
Central monitor + - - - Tidak
Patient monitor + 5 5 - Sesuai
Emergency trolley (resucitation + 1 1 - Sesuai
crash cart)
Defibrilator + 1 1 - Sesuai
ECG/EKG/ Electrocardiograph 3 3 - Sesuai
Vein viewer + 1 1 -
Tempat tidur + 5 5 - Sesuai
Infusion pump + 5 5 - Sesuai
Syringe pump + 5 5 - Sesuai
Infusion warmer/ blood and + - - - Tidak
plasma warming device/ alat
memanaskan darah dan plasma
Matras dekubitus + - - -
Oximeter/pulse oximetry + 2 2 - Sesuai
Resucitation set + 5 5 - Sesuai
CRRT (Continuous Renal +/- - - - Tidak
Replacement Theraphy)
Mobile X-ray +/- - - - Tidak
Blanket warmer + - - - Tidak
Suction pump +/- 5 5 - Sesuai
Tensimeter/ + 1 1 - Sesuai
sphygmomanometer
Lampu periksa/examination + 1 1 - Sesuai
lamp light/hanging lamp
Nebulizer + 1 1 - Sesuai
Ventilator + 6 6 - Sesuai
High Flow Nasal Canulla +/- - - - Tidak
(HNFC)
Cardiac message unit / CPR +/- - - - Tidak
machine
Continuous positive airway + Ada - Sesuai
presure (CPAP) ventilator
Stetoskop + 2 2 - Sesuai
Resusitator anak + 1 1 - Sesuai
Sumber : Tata usaha PICU
c. Alat Tenun

Tabel 2.17 Standar dan Inventarisasi Alat Tenun


No Nama Rasio Standar Kuantitas Kualitas Ket
Alat
Baik Hilang/rusak
1. Laken 1:5 25 23 √ KURANG
2. Stik 1:6 30 18 √ KURANG
laken
3 Perlak 1:2 10 20 √ CUKUP
4 Sarung 1:5 15 25 √ CUKUP
bantal
5 Selimut 1:1 10 5 √ KURANG
Wol
6 Bantal 1:1 5 7 √ CUKUP
7 Bad dan 1:1 5 5 √ CUKUP
matras
Pasien
8 Gorden 1:2 10 10 √ CUKUP
Sumber : Tata usaha PICU
d. Alat Rumah Tangga

Tabel 2.18 Distribusi Frekuensi Alat Rumah Tangga


No Nama Alat Rasio Kuantitas Kualitas Keterangan
Baik Hilang/rusak
1 Kursi roda 2/ruangan 1 1 - KURANG
2 Lemari alat 1/ruangan 1 1 - CUKUP
3 Lemari 1/ruangan 1 1 - CUKUP
loker obat
4 Lemari alat 1/ruangan 1 1 - CUKUP
tenun
5 Lemari 1/ruangan - - - KURANG
plastik
6 Lemari 1/ruangan 2 2 - CUKUP
arsip
7 Lemari kaca 1 1 - CUKUP
8 Meja tulis 1/ruangan 1 1 - CUKUP
9 Meja makan 1:1 KURANG
pasien
10 Meja 1:1 5 5 CUKUP
observasi
11 Meja KURANG
televisi
12 Kursi bulat 15/ruangan 5 5 CUKUP
plastik
13 Kursi lipat 15/ruangan 13 13 CUKUP
14 Kursi sova 1 1 1 CUKUP
set/ruangan
15 Nampan 5/ruangan 5 5 CUKUP
16 Kulkas 1 1 1 CUKUP
17 Televisi 1 1 1 CUKUP
18 Telepon 1 1 1 CUKUP
19 Kunci 1 KURANG
inggris
20 AC 1:1 4 4 CUKUP
21 disfenser 1 1 1 CUKUP
22 Jam dinding 2 1 1 KURANG
23 Cermin 2 1 1 KURANG
24 Seperangkat 1 KURANG
X-ray
25 Pengharum 1 KURANG
ruangan
26 Wastafel 1 1 1 CUKUP
27 Komputer 1 1 1 CUKUP
28 Lampu 1 KURANG
emergency
29 Tempat 4/ruangan 1 1 KURANG
sampah
infeksius
30 Tempat 6/ruangan 2 2 KURANG
sampah non
infeksius
31 Terminal 1 set : 1 2
32 Magicom 1 1 1 CUKUP
33 Rak piring 1 KURANG
34 Alat 2 1 1
kebersihan set/ruangan
35 Ember 1/wc 2 2 CUKUP
36 Handwash 1/ruangan 2 2 CUKUP
37 Sikat Wc 1/wc 1 1 CUKUP
38 Gayung 1/wc 2 2 CUKUP
39 Baskom 1:1 3 3 CUKUP
Sumber : Tata usaha PICU
e. Standar Ruang PICU (Permenkes RI N0.40 Tahun 2022)
Tabel 2.19 standar ruang PICU

No Standar Ada Tidak Keterangan


1. Gudang Alat Medis √
2. Gudang bersih / steril (clean utility) √
3. Gudang kotor (spoolhook / dirty √
utility)
4. Ruangan Administrasi √
5. Ruangan Tunggu √
6. Ruangan ganti petugas / loker √
7. Ruangan loker pengunjung √
8. Ruangan petugas (kepala & staf) √
9. KM / WC (toilet) √
10. Janitor √
11. Area parkir Brankar √
12 Ruangan trafo isolasi √
14. Ruangan diskusi, ruangan dokter, √
ruangan perawat
15. Janitor / Ruang cleaning service √
Sumber : Tata usaha PICU

f. Obat Emergency
Tabel 2.20 Distribusi frekuensi obat emergency di ruang PICU

No Nama Obat Emergency Jumlah


1 Aminophylline inj 2
2 Aquadest 1
3 Asam tranexamat 2
4 Aspilet tab 80 mg 3
5 Atropin sulfas inj 5
6 Ca Gluconas inj 1
7 Dopidogrel tab 3
8 Mefrovent neb 3
9 Salbutamol neb 1
10 Dfo % 3
11 Dexamethason inj 3
12 Diajepam inj 2
13 Dobutmin inj 1
14 Dopamin inj 3
15 Epinephrine inj 6
16 Furosemide inj 3
17 ISDN Inj 3
18 ISDN Tab 5 mg 3
19 MgS04 40 % 1
20 Nacl 0,9% 100 ml 1
21 N. Ephineprine 2
22 Midazolam 5Mg 2
23 Sedacum 15Mg 1
24 Roculax/rocuranium 2
25 RL 1
26 IV Cateter 24 1
27 IV Cateter 26 1
28 NRM Anak 1
29 NRM Bayi 1
30 Mayo nomor 1,2,3,4,5,6 1
31 Sarung tangan steril 1
32 Sarung tangan bersih 1
33 Skin elektroda 5
34 Spuit 10 cc 1
35 Suction cateter no 8,10,12,14 1
36 Blood set 1
37 Alkohol swab 5
38 Vit K 10 mg inj 2
39 ETT nomor 5,5 (balon) 1
40 ETT Nomor 4,5 (tanpa balon) 1
41 ETT nomor 3,5 ( balon ) 1
42 ETT nomor 3 (balon) 1
43 ETT nomor 3 (tanpa balon) 1
44 ETT nomor 6 (balon) 1
45 ETT nomor 6,5 (balon) 1
g. Karakteristik Bangunan
Tabel 2.21 Distribusi Krakteristik Bangunan Ruang PICU

No Bangunan Hasi Pengkajian Standar Menkes RI No. 40 Tahun 2020


1. Atap Atap ruangan tampak kuat, tidak ada bocor, Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi
tahan lama, dan tidak menjadi perindukan perindukan serangga, tikus atau binatang pengganggu lainnya
serangga, tikus atau binatang pengganggu
2. Langit – langit Keadaan langit – langit diruangan berwarna - Langit – langit harus kuat, mudah dibersihkan, tahan
terang yaitu warna putih, dan mudah terhadap cuaca, tahan terhadap air, tidak mengandung
dibersihkan tinggi langit – langit 3,36 m unsur yang dapat membahayakan pasien serta tidak
berjamur
- Memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak
berpori) sehingga tidak menyimpan debu
- Berwarna terang, tetapi tidak menyilaukan pengguna
ruangan, tinggi langit – langit diruangan 2,80 m
- Pada ruang intensif bahan dan penggantung langit – langit
harus kuat tidak rontok saat terjadi bencana
3. Dinding Keadaan dinding di ruangan keras, berpori, - Dinding harus keras, rata, tidak berpori, kedap air,
sebagian berjamur, lembab, tidak
tahan api, tahan karat, harus mudah dibersihkan,
menyebabkan silau, terbuat dari bahan beton
dan mudah untuk dibersihkan tahan cuaca dan tidak berjamur
- Warna dinding cerah dan menyilaukan mata
- Memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak
mengandung pori-pori) sehingga dinding tidak
menyimpan debu
- Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata
- Ruang perawatan intensif apabila berada pada dalam 1
gedung berlantai yang bergabung dengan ruang – ruang
lainnya, maka ruang tersebut harus merupakan satu
kompartemen dengan persyaratan bahan dinding/partisi
memiliki tingkat ketahanan api minimal 2 jam
4. Lantai Keadaan lantai diruangan terbuat dari - Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air,
keramik yang kuat berukuran 29 x 29 cm, permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah
kedap air permukaan rata, tidak licin, dibersihkan
berwarna putih dan mudah dibersihkan - Tidak terbuat dari bahan yang memiliki lapisan
Jalur blankar tingkat kemiringan 14,5º lebar permukaan dengan porositas yang tinggi yang dapat
1,8 m, dibeberapa titik lantai pecah dan menyimpan debu
terkelupas - Lantai anti bakteri, anti statik, tahan terhadap gesekan
- Lantai mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan
- Lantai berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata
- Bahan penutup lantai ram tidak licin walaupundalam
kondisi basah
- Hubungan/pertemuan antara lantai dengan dinding harus
menggunakan bahan yang tidak siku, tetapi melengkung
untuk memudahkan pembersihan lantai (Hospital plint).
5 Pintu dan jendela Keadaan pintu diruangan kamar pasien - Pintu tu utama dan pintu – pintu yang dilalui
terbuat dari alumunium dan terdapat kaca
untuk melihat keadaan pasien dan untuk brankar/tempat tidur pasien memiliki lebar bukaan
memudahkan perawat untuk mengecek minimal 120 cm, dan pintu yang tidak menjadi akses
keadaan pasien. Lebar 80 cm tinggi 2 m
tempat tidur pasien memiliki lebar bukaan 90 cm.
Keadaan pintu di kantor terbuat dari
alumunium dan terdapat kaca dengan lebar - Di daerah sekitar pintu masuk tidak boleh ada perbedaan
80 cm tinggi 2 m
ketinggian lantai tidak boleh menggunakan ram
- Pintu untuk kamar mandi di ruangan perawatan pasien dan
pintu toilet untuk aksesibel, haru terbuka ke luar, dan lebar
daun pintu minimal 85 cm.
- Pintu – pintu yang menjadi akses tempat tidur pasien
harus dilapisi bahan anti benturan
- Ruangan perawatan pasien harus memiliki bukaan jendela
yang dapat terbuka secara maksimal kepentingan
pertukaran udara.
- Jendela juga berfungsi sebagai media pencahayaan alami
di siang hari
6 Toilet / kamar Ruang gerak cukup, closet sesuai standar Toilet umum
mandi
menggunakan closet jongkok, tidak - Toilet atau kamar mandi umum harus memiliki ruang
nampak tergenang air, tidak licin dan arah gerak yang cukup untuk masuk dan keluar oleh pengguna.
pintu wc terbuka kedalam - Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan
ketinggian pengguna (36 – 38 cm)
- Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh
menyebabkan genangan
- Pintu harus mudah dibuka dan ditutup
- Kunci – kunci toilet atau Grendel dapat dibuka dari luar
jika terjadi kondisi darurat.
Toilet petugas
- Satu toilet melayani satu ruangan perawatan Toilet untuk
aksesibel
- Toilet di ruangan rawat inap harus aksesibel untuk pasien
- Toilet atau kamar mandi umum yang aksesibel harus
dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol "disabel" pada
bagian luarnya.
- Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak
yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
- Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan
ketinggian pengguna kursi roda sekitar (45 - 50 cm)
- Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan
pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan
ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan
penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan
memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk
membantu pergerakan pengguna kursi roda. Letak kertas
tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan
perlengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan
pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga
mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan
keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.
- Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada
daerah pintu masuk, dianjurkan untuk menyediakan
tombol bunyi darurat (emergencysound button) bila
sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan
7 Koridor Ukuran koridor akses horizontal berdasarkan - Ukuran koridor akses horizontal antar ruang
fungsi koridor
1,8 m dipertimbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang
dan jumlah penggunakan
- Ukuran koridor yang aksesibilitas tempat tidur pasien
minimal 2,40 m
8 Ruangan perawatan Ukuran ruangan rawat inap 3,5 m - Ukuran ruangan rawat inap tergantung kelas perawatan
Jarak tempat tidur lebar ± 2 m dan tinggi 3,5
m dan jumlah tempat tidur
Antar tempat tidur dibatasi oleh dinding yang - Jarak tempat tidur 2,4 m atau antar tepi tempat tidur
terbuat dari alumunium dan kaca, setiap
tempat tidur terdapat 6 kotak kontak dan minimal ,5 m.
tidak ada percabangan. - Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel harus
Tersedia outlen oksigen per ruangan
Ruangan cukup baik 3 ruangan dibenamkan/menempel di plafon, dan sebaiknya bahan
menggunakan ventilasi atau pertukaran udara tirai non porosif.
secara alami dan 2 ruangan dengan
pertukaran udara secara mekanik, untuk - Setiap tempat tidur disediakan minimial 2 (dua) kotak
pencahayaan mengoptimalkan pencahayaan
alami kontak dan tidak boleh ada percabangan /sambungan
langsung tanpa pengamanan arus
- Harus disediakan outlet oksigen
- Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik
alami maupun mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal
total pertukaran udara 6 kali per jam, untuk ventilasi alami
harus lebih dari nilai tersebut.
- Ruangan perawatan pasien harus memiliki bukaan jendela
yang aman untuk kebutuhan pencahayaan dan ventilasi
alami.
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami.
Untuk pencahayaan buatan dengan intensitas cahaya 250
lux untuk penerangan, dan 50 lux untuk tidur.
- Ruang perawatan harus menyediakan nurse call untuk
masing-masing tempat tidur yang terhubung ke pos
perawat (nurse station).
- Di setiap ruangan perawatan harus disediakan kamar
mandi.
- Kamar mandi ini mengikuti persyaratan kamar mandi
aksebilitas
9 Ruangan pos Luas ruangan perawat 3 – 5 m2, (terdapat - Luas ruangan pos perawat minimal 8 m2 atau 3-5 m2 per
perawat (nurse lemari arsip lemari obat terdapat alat
station) komunikasi dengan pencahayaan 123 lux perawat, disesuaikan dengan kebutuhan. Satau pos perawat
terdapat sova, lemari, meja / kursi melayani maksimal 25 tempat tidur.
- Luas ruangan harus dapat mengakomodir lemari arsip dan
lemari obat.
- Disediakan instalasi untu alat komunikasi
- Disediakan fasilitas desinfektas tangan (handscrub)
- Ruangan harus optimalkan pencahayaan alami. Untuk
pencahyaan buatan dengan intensitas cahaya 200 lux untuk
penerangan.
- Terdapat sopa, lemari, meja/kursi,
- washtafel.
- Dilengkapi toilet
10 Ruangan tindakan - Luas ruangan per tempat tidur resusitasi 12-20 m2
- Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh
memiliki tingkat porostitas yang tinggi.
- Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami.
Untuk pencahyaan buatan dengan intensitas cahaya 300
lux.
- Dilengkapi wastafel
- Dilengkapi toilet
11 Ruangan linen Tersedia 1 lemari Disediakan lemari atau rak
bersih

12 Gudang kotor Terdapat lemari 1, luas ruangan panjang - Dilengkapi dengan sink dan service sink
(spoplhoek/Dirty 3,6m lebar 2 m
Utility) - Letak ruang spoolhoek berada di area servis
- Persyaratan ventilasi udara
- Tekanan udara dalam ruangan negative.
- Total pertukaran volume udara min.0 kali perjam.
- Luas ruangan 4-6 m2.
- Pada ruangan kloset leher angsa keran air bersih,
- keterangan tinggi bibir klosit 80-100 m dari permukaan
lantai.
13 Kamar Mandi/Wc Terdapat 2 toilet di ruangan ada 2 wc petugas - Toilet petugas mengikuti persyaratan toilet umum.
(Toilet) petugas dan wc mahasiswa dengan fasilitas :
Kamar mandi sesuai kriteria, dikamar mandi - Satu toilet melayani satu ruangan perawatan.
terdapat penampung air, gayung, closet
- Toilet diruangan rawat inap harus aksesibel untuk pasien
dan tersedia tombol panggil bantuan perawat
14 Ruangan Perawatan Tidak terdapat ruang isolasi - Ukuran ruangan perawatan isolasi minimal 3x4 m2.
Isolasi
- Satu ruangan untuk satu tempat tidur.
- Terdapat toilet
15 Ruang Loker Tidak ada Dilengkapi toilet.
Ruang ganti
Pakaian
16 Ruang dokter Menyatu dengan ruang perawat Terdapat kursi dan meja
Jaga

Sumber : Tata usaha PICU


6. Metode
Metode atau cara melaksanakan suatu pekerjaan gunamencapai tujuan
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Cara kerja atau metode yang tepat
sangat menentukan kelancaran setiapkegiatan proses manajemen dari suatu
organisasi. Metode primer adalah suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat professional bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam.
Menurut Nursalam (2014), metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Tanggung jawab meliputi
pengkajian pasien, perencanaan, implementasi, dan evaluasi askep dari sejak
pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang ini merupakan
tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam
pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada
metode keperawatan primer terdapat kontinuitas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan. Setiap perawat primer
biasanya mempunyai 4–6 pasien dan bertanggung jawab selama 24 jam
selama pasien dirawat di rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab
untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang pasien jika diperlukan.
Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Kelebihan:
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri.
 Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
(Gillies, 1989 dalam Nursalam, 2014).
 Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu.
Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan
yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan
advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbarui dan komprehensif.
Kelemahan: metode ini hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mempu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin ilmu.
Konsep Dasar Metode Primer
a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
b) Ada otonomi.
c) Ketertiban pasien dan keluarga

C. Unsur Proses

D. Unsur Output
1. Efisisnesi ruang rawat (BOR, LOS, BTO, TOI)
a. Kajian teori
Audit merupakan penilaian/evaluasi dari pekerjaan yang telah
dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan.
Peralatan atau instrumen yang dipilih digunakan untuk mengumpulkan
bukti dan untuk mengevaluasi apakah standar yang telah ditetapkan
telah dilaksanakan dengan baik atau belum. Terdapat tiga kategori audit
keperawatan yaitu :
1) Audit Struktur adalah audit yang berfokus pada sumber daya
manusia; lingkungan perawatan (termasuk fasilitas fisik, peralatan,
109 organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam medic);
serta pelanggan (internal maupun eksternal). Standar dan indikator
diukur dengan menggunakan cek list.
2) Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan
keperawatan untuk menentukan apakah standar keperawatan telah
tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat restropektif, concurrent, atau
peer review. Restropektif adalah audit dengan menelaah dokumen
pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi
asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat kegiatan
keperawatan sedang berlangsung. Peerreview adalah umpan balik
sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
3) Audit Hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi
pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat
berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat
berupa efektivitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu
umum dapat berupa BOR, ALOS, TOI. Indikator mutu umum :
a) Penghitungan lama hari rawat ( BOR ) Bed occupancy rate adalah
prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur 110 rumah sakit. Standar
internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90% sedangkan
standar nasional BOR adalah 70-80%. Rumus perhitungan BOR
sbb :

JUMLAH HARI KEPERAWATAN

RUMUS
X 100%
JUMLAH TT X JUMLAH HARI PERSATUAN
WAKTU

Keterangan:
- Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat
dalam satu hari kali jumlah hari dalam satu satuan waktu
- Jumlah hari per satuan waktu. Kalau diukur per satu bulan,
maka jumlahnya 28 – 31 hari, tergantung jumlah hari dalam
satu bulan tersebut.
b) Penghitungan rata-rata lama di rawat ( ALOS ) Average Length
of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini di samping memberikan gambaran tingkat efisiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer (yang
perlu pengamatan lebih lanjut). Secara umum ALOS yang ideal
antara 1-10 hari Di ruang MPKP pengukuran ALOS dilakukan
oleh kepala ruangan yang dibuat setiap bulan dengan rumus sbb :

JUMLAH HARI PERAWATAN KELUAR

RUMUS

JUMLAH PASIEN KELUAR (HIDUP/MATI)

Keterangan:
- Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari
perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode
waktu.
- Jumlah pasien keluar (hidup atau mati): jumlah pasien yang
pulang atau meninggal dalam satu periode waktu
c) Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi ( TOI ) Turn Over
Interval ( TOI ) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati
dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 – 3 hari. Di
MPKP pengukuran TOI dilakukan oleh kepala ruangan yang
dibuat setiap bulan dengan rumus sebagai berikut :

(JUMLAH TT X HARI) – JUMLAH HARI PERAWATAN

RUMUS

JUMLAH PASIEN KELUAR (HIDUP/MATI)


Keterangan:
- Jumlah TT: jumlah total kapasitas tempat tidur yang
dimiliki - Hari perawatan: jumlah total hari perawatan
pasien yang keluar hidup dan mati
- Jumlah pasien keluar: jumlah pasien yang dimutasikan
keluar baik pulang, mutasi lari, atau meninggal

JUMLAH PASIEN KELUAR (HIDUP+MATI)

RUMUS

JUMLAH TEMPAT TIDUR


d) Perhitungan rerata jumlah pasien yang menggunakan setiap
tempat tidur dalam periode tertentu (BTO) 112 Bed Turn Over
(BTO) merupakan rerata jumlah pasien yang menggunakan setiap
tempat tidur dalam periode tertentu. Nilai ideal BTO 5-45
kali/tahun. Indikator rawat inap terkait BTO sangat penting
diperhatikan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan b. Kajian
data Setelah melewati proses penghitungan, didapatkan hasil
BOR, LOS, TOI, BTO pada bulan November 2022 – Januari
2023 di ruang Mawar sebagai berikut :

b. Kajian data
Setelah melewati proses perhitungan, didapatkan hasil BOR, LOS, TOI,
BTO pada bulan Desember 2022 – Februari 2023 di ruang PICU
sebagai berikut:
Tabel 2.29 Efesiensi ruang rawat

No Bulan Indikator
BOR LOS TOI BTO
1. Desember 2022 97,4% 9% 0,25 % 3%
2. Januari 2023 80% 9% 2% 3%
3. Februari 2023 98% 17% 0,25 % 2%
Total 275% 35 3 8
Rata - rata 92% 12 hari 1 hari 3 hari
Standar 70-80% 1-10 hari 1-3 hari 5-45 hari
Berdasarkan tabel diatas rata-rata BOR di ruang PICU bulan
desember 2022-februari 2023 adalah 92%. Menurut depkes RI 2005 nilai
parameter BOR yang ideal adalah 60-85%. Sehingga dapat disimpulkan
nilai BOR di ruang picu lebih. Berdasarkan tabel diatas rata-rata di ruang
PICU bulan desember 2022 – februari 2023 adalah LOS 12 hari. Menurut
depkes RI 2005 nilai parameter LOS yang ideal adalah antara 1-10 hari.
Sehingga dapat disimpulkan nilai LOS diruang PICU. Berdasarkan tabel
diatas rata-rata BTO di raung PICU bulan desember 2022-february 2023
adalah TOI 1 hari. Menurut depkes RI 2005 nilai parameter TOI yang
ideal adalah antara 1-3 hari, sehingga dapat disimpulkan TOI diruang
PICU pas. Berdasarkan tabel diatas rata-rata BTO diruang PICU bulan
desember 2022 – februari 2023 adalah 3 hari. Menurut depkes RI 2005
nilai parameter BTO yang ideal adalah antara 5-45 hari. Sehingga dapat
disimpulkan nilai BTO diruang PICU kurang.
2. Hasil Evaluasi SAK
a. Kajian Teori
Dalam buku pelayanan keperawatan standar prosedur standar
operasional ada keputusan ada direktur rumah sakit umum daerah kota
tasikmalaya.NO.445/kep/88/huk/2010 Lampiran 1 (satu) berkas
tentang penetapan standar prosedur operasional atau (SOP)
rumahsakit umum daerah kota tasikmalaya memutuskan standar
operasional (SOP) sebagai mana dimaksud pada duktum ke-2
merupakan acuan dalam melaksanakan tugas dirumah sakit umum
daerah kota tasikmalaya.
b. Kajian data

Rata-rata
No Aspek Yang Dinilai
Jumlah Persentasi
1 Pengkajian keperawatan 40 100%
2 Diagnosa Keperawatan 30 100%
3 Perencanaan Keperawatan 50 100%
4 Tindakan Keperwatan 30 100%
5 Evaluasi Keperawatan 6 80%
6 Catatan Askep 50 100%
Pencapaian Rata-rata 34,3 (96,6%)
Berdasarkan dari tabel diatas dapat disimpulkan pada aspek
evaluasi keperawatan pada point no. 2 yaitu hasil evaluasi dicatat,
masih ada hasil evaluasi pada beberapa askep yang belum lengkap,
sedangkan dikajian teori hasil evaluasi harus segera dicatat dan
ditindak lanjuti, dimana terdapat 3 alternatif dalam menafsirkan hasil
evaluasi yaitu tujuan tercapai, tujuan sebagian tercapai dan tujuan tidak
tercapai.
3. Keselamatan Pasien (patienty Safety)
Konsep keselamatan pasien (patient safety) secara mendasar
diartikan sebagai “freedom from accidental injury” oleh Institute Of
Medicine (IOM). Sejalan dengan batasan tersebut, Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) mendefinisikan keselamatan pasien
sebagai bebas dari cedera (harm) yang seharusnya tidak terjadi atau
potensial cedera akibat dari pelayanan kesehatan yang disebabkan error
yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang
salah dalam mencapai tujuan (Wardhani, 2017 : 2). Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien,
keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Menurut Vincent (2008)
dalam Tutiany, dkk (2017 : 2) menyatakan bahwa keselamatan pasien
didefinisikan sebagai penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari hasil
yang buruk atau injury yang berasal 9 dari proses perawatan kesehatan.
Definisi ini membawa beberapa cara untuk membedakan
keselamatan pasien dari kekhawatiran yang lebih umum mengenai kualitas
layanan kesehatan. Berdasarkan beberapa definisi para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk
melakukan pencegahan serta perbaikan yang diakibatkan dari kesalahan
pelayanan kesehatan terhadap pasien.
A. Standar Keselamatan Pasien
Standar keselamatan pasien wajib diterapkan rumah sakit dan
penilaiannya dilakukan dengan menggunakan instrumen akreditasi
rumah sakit. Standar keselamatan pasien rumah sakit disusun mengacu
pada “Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh
Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA
tahun 2002 yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
perumahsakitan di Indonesia (Kemenkes RI, 2015). Menurut
Kemenkes RI (2015), standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh
standar, yaitu :
a. Hak pasien Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak
diharapkan.
b. Mendidik pasien dan keluarga Rumah sakit harus mendidik
pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan Rumah
sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien Rumah sakit harus mendesain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif kejadian tidak diharapkan, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien :
a) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi
program keselamatan pasien secara terinterasi
dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”.
b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program
proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien
dan program menekan atau mengurangi kejadian
tidak diharapkan.
c) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan
komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang
adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja rumah sakit serta
meningkatkan keselamatan pasien.
e) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektivitas
kontribusinya dalam meningkatkan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien.
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
a) Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan,
dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas.
b) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan
dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
a) Rumah sakit merencanakan dan mendesaian proses
manajemen informasi keselamatan pasien untuk
memenuhi kebutuhan infromasi internal dan
eksternal.
b) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan
akurat.

Tingkat Pengetahua Keselamatan Pasien


Menguasai Tidak Menguasai

Tidak Menguasai
3%

Menguasai
97%

Hasil Kajian Di Ruang PICU

Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan perawat


tentang Keselamatan Pasien (Patient Safety) sebesar 97% menguasai pengetahuan
tentang keselamatan pasien dan sebesar 3% tidak mengetahui keselamatan pasien

4. Kepuasan kerja karyawan dan pasien


a. Kepuasan karyawan
1) Kajian Teori
Kepuasan kerja diartikan sebagai perasaan (keadaan emosional),
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, yang dirasakan
pegawai terhadap pekerjaannya (Davis, 2002). Kepuasan kerja
mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaanya. Hal ini
tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala
sesuatu yang dihadapi di lingkungan pekerjaannya (Handoko, 1994).
Siagian (2007) mengatakan kepuasan kerja merupakan suatu cara
pandang seseorang baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif
tentang pekerjaannya.
Teori kepuasan kerja banyak dikemukakan oleh beberapa ahli
antara lain :
a) Teori Hirarkhi kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow
Maslow (1970, dalam Marquis & Huston, 2000). meyakini bahwa
orang termotivasi untuk mencapai kepuasan melalui hirarki
kebutuhan dari yang paling dasar sampai kebutuhan psikologis
dan seseorang akan mencapai kebutuhan yang tinggi bila
kebutuhan yang rendah terpenuhi. Hirarki kebutuhan dasar
manusia tersebut adalah 113
(1) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan akan makan,
minum, tempat tinggal.
(2) Kebutuhan keselamatan dan keamanan, merupakan kebutuhan
akan kebebasan dari ancaman, misalnya perlindungan dari
bahaya kecelakan kerja
(3) Kebutuhan sosial, kebutuhan berinteraksi dengan oranglain,
mencintai dan dicintai
(4) Kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan akan penghargaan
diri dan penghargaan dari orang lain.
(5) Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan menunjukkan
kemampuan melalui keterampilan dan potensi yang dimiliki
b) Teori dua faktor dari Herzberg
Teori ini dikenal dengan Teori Hygieni Motivasi
(Motivation Hygiene Theory). Penelitian yang dilakukan
menghasilkan dua kesimpulan (Tampubolon,2004) yaitu yang
pertama kondisi ekstrinsik (Hygiene factors)) , dimana keadaan
pekerjaan dan hygieni yang menyebabkan rasatidak puas bila
kondisi ini tidak ada. Faktor-faktor itu meliputi upah, keamanan
kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, supervisi,
hubungan interpersonal. Kedua kondisi instrinsik (Motivator),
kepuasan pekerjaan yang akan menggerakkan tingkat motivasi
yang kuat yangdapat menghasilkan prestasi 114 pekerjaan yang
baik, yang meliputi prestasi (achievement), pengakuan
(recognition), tanggung jawab (responsibility), kemajuan
(advancement), pekerjaan itu sendiri (the work it self),
kemungkinan berkembang (the posibility of growth)
c) Discrepancy theory (teori ketidaksesuaian) Teori ini
mengemukakan bahwa kepuasan kerja seseorang bergantung
kepada discrepancy atau ketidaksesuaian antara apa yang
diinginkan atau diharapkan oleh seseorang dengan kenyataan
yang diperoleh (As’ad, 2000). Apabila para karyawan merasa
apa yang mereka peroleh ternyata melebihi dari apa yang
mereka harapkan maka kepuasan akan tercapai. Namun
sebaliknya jika apa yang mereka peroleh ternyata lebih kecil
dari apa yang mereka harapkan maka akan timbul suatu
ketidakpuasan
d) Equity Theory (Teori keadilan) Teori keadilan dalam As’ad
(2000) bahwa input yang kita rasa sebagai investasi dalam
bekerja dan hasil (output) yang kita peroleh merupakan
pembanding dengan input dan output orang lain yang memiliki
pekerjaan yang sama dengan kita. Input dalam hal ini
merupakan segala sesuatu yang diberikan atau disumbangkan
oleh seseorang kepada organisasi seperti tingkat pendidikan,
pengalaman, kemampuan, hasil kerja, dan lainsebagainya.
Sedangkan output dalam hal ini merupakan 115 segala sesuatu
yang dirasakan karyawan sebagai hasil dari pekerjaannya,
seperti upah, promosi, status sosial, penghargaan dan lain-lain.
2) Kajian data
Sales
Puas Tidak Puas Sangat Puas

7%

13%

80%

Sumber hasil kajian ruang PICU.


Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan
karyawan yaitu sebanyak 80,2% dengan kategori puas, sedangkan
sebanyak 12,8% dengan kategori tidak puas dan 7,1% dengan Sangat
puas.
3) Analisa data
Berdasarkan kuisioner yang telah diberikan kepada karyawan
(perawat) diruang PICU pada hari senin sampai dengan rabu (06 – 11
maret 2023 didapatkan hasil 100%
b. Kepuasan Pasien
1) Kajian teori
Kepuasan adalah persepsi terhadap produk atau jasa yang telah
memenuhi harapannya. Jadi kepuasan pelanggan adalah 119 hasil dari
akumulasi konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk atau
jasa (Irawan, 2003) Kepuasan adalah model kesenjangan antara
harapan (standar kinerja yang seharusnya dengan kinerja aktual yang
diterima pelanggan (Woodruff and Gardial dalam Supriyanto, 2006)
Untuk kepuasan pasien sendiri pasien adalah makhluk BioPsiko-
Sosio-Ekonomi-Budaya, artinya dia memerlukan terpenuhinya
kebutuhan, keinginan dan harapan dari aspek biologis (kesehatan),
aspek psikologis (kepuasan), aspek sosioekonomi (papan, sandang,
pangan dan afiliasi sosial), dan aspek budaya. Siapapun yang
mengetahui secara khusus kebutuhan, keinginan ataupun harapan
pelanggan atau pasien, maka dialah yang mempunyai keuntungan
berhubungan dengan pelanggan.
Kepuasan pelanggan terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan,
keinginan, harapan pelanggan dapat Anda penuhi, maka pelanggan
akan puas. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau puas
bahwa produk atau jasa yang diterima telah sesuai atau melebihi
harapan pelanggan. Kepuasan pasien juga salah satu indikator kualitas
pelayanan yang kita berikan.

2) Kajian data
Diagram Kepuasan Pasien
KEPUASAN keluarga PASIEN
TIDAK PUAS
20%

PUAS
80%

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan


pasien sebanyak 80% puas dan sebanyak 20% dikategorikan tidak
puas.

4. Keselamatan Pasien
Grhr
BAB III
PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN

A. Permasalahan

1. Analisis data

No Analisa Data Masalah


1. Dari hasil observasi pada tanggal 6-8 maret 2023 didapatkan hasil Cuci tangan
ketika perawat melakukan five moment perawat melakukan cuci
tangan dengan handscrub tetapi dengan langkah yang belum
optimal sesuai dengan SOP
2. Dari data diatas dalam asuhan Keperawatan dari tabel 2.27 dapat Pendokumentasian asuhan
di simpulkan pada aspek evaluasi keperawatan pada point no. 2 keperawatan belum optimal
yaitu hasil evaluasi dicatat, masih ada hasil evaluasi pada beberapa
askep yang belum lengkap, sedangkan dikajian teori hasil evaluasi
harus segera dicatat dan ditindak lanjuti, dimana terdapat 3
alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu tujuan tercapai,
tujuan sebagian tercapai dan tujuan tidak tercapai. Berdampak
terhadap kelanjutan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

Kepala ruangan sudah melaksanakan fungsi pengarahan di


3. Pelaksanaan diskusi belum
ruangan namun dalam prosesnya sering dilaksanakan melalui memiliki prosedur tetap
pengarahan dalam pre confrence, grup whatsapp ruangan serta
diskusi di ruangan dengan literatur, namun pelaksanaan diskusi
masih dilakukan sewaktu-waktu. Pelaksanaan
diskusi juga belum dilaksanakan dengan sebuah prosedur tetap.
Ronde keperawatan belum
4. Berdasarkan hasil kajian bahwa d i ruang PICU tidak
terlaksananya ronde keperawatan. Adapun jika ronde keperawatan optimal
terlaksana itu secara situasional dikarnakan alasan tertentu dilakukan secara rutin

5. Dari data tabel diatas menunjukkan hasil bahwa sarana diruang Sarana prasarana belum
PICU 76% memenuhi standar yaitu ruang perawatan, ruang stasi memenuhi standar
perawat (nurse station), ruang alat medis, gudang bersih, gudang
kotor, ruangan administrasi, ruang tunggu, ruang ganti petugas,
ruang loker pengunjung, ruang petugas, wc, area parkir blankar,
ruang diskusi. Sedangkan yang tidak ada ruang perawatan isolasi,
janitor, trafo isolasi, ruangan AHU. Sedangkan untuk prasarana
alat rumah tangga yang sesuai yaitu 74%, sedangkan untuk alat
tenun yang sesuai yaitu sebanyak 63%. Untuk alat medis yang
sesuai 67%. Lantai jalur blankar tingkat kemiringan 14,5 drajat
dengan lantai banyak kerusakan dikramik. Ruang isolasi tidak
ada, ventilasi kamar pasien tidak bisa dibuka, visi misi rumah
sakit tidak terpajang dirumah sakit, pintu wc harusnya keluar
dalam kajian situasi pintu wc membuka kedalam.
2. Rumusan Masalah
a. Cuci tangan
b. Pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal
c. Pelaksanaan diskusi belum memiliki prosedur tetap
d. Ronde keperawatan belum optimal dilakukan secara rutin
e. Sarana prasarana belum memenuhi standar
2. Prioritas Masalah
N Kegiatan Mg Sv Mn Nc Af Total Prioritas
o
1 Cuci tangan 5 5 5 5 5 3125 1

2 Pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal 4 4 4 4 4 1024 3

3 Pelaksanaan diskusi belum memiliki prosedur tetap 4 4 5 4 4 1280 2

4 Ronde keperawatan belum optimal dilakukan secara rutin 3 3 4 4 4 576 4

5 Sarana prasarana belum memenuhi standar 3 3 2 3 3 162 5

3. Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah


a. Cuci Tangan

No Kegiatan Ca Ac Rd Lv Skor Prioritas


1 Pelaksanaan hand hygiene five momen dengan 6 3 4 4 4 192 2
langkah
2 Diskusi kepatuhan mencuci tangan five momen dengan 5 4 4 4 320 1
6 langkah
3. Menyediakan sabun untuk cuci tangan untuk diruangan 4 3 4 3 144 3

b. Pelaksanaan diskusi

No Kegiatan Ca Ac Rd Lv Skor Prioritas


1. Sosialisasi metode diskusi refleksi kasus 3 3 4 4 144 1
2. Melakukan role play diskusi refleksi kasus 3 3 3 4 108 2

c. Pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal

No Kegiatan Ca Ac Rd Lv Skor Prioritas


1 Melengkapi evaluasi dalam asuhan keperawatan 4 3 3 3 108 3

2 Mengkaji ulang format dokumentasi keperawatan 5 5 4 3 300 1


yang
ada di ruangan
3 Sosialisasi pengisian dokumentasi keperawatan 4 4 4 4 256 2
d. Ronde keperawatan

No Kegiatan Ca Ac Rd Lv Skor Prioritas


1 Menentukan pasien untuk ronde. 4 4 4 4 256 1
2 Mempersiapkan ronde keperawatan. 3 3 4 4 144 3
3 Melaksanakan ronde keperawatan (strategi dan materi)
4 4 4 3 192 2

e. Sarana prasarana belum memenuhi standar

No Kegiatan Ca Ac Rd Lv Skor Prioritas


1Menyesuikan sarana dan prasarana yang bisa diperbaiki 2 3 3 4 72 2
atau diganti sesuai dengan standar rumah sakit dr.
Suekardjo, peraturan kementrian kesehatan No 44
tahun 2022

2Memberikan inventaris Papan informasi Visi Misi Rumah 4 4 3 4 192 1


Sakit RSUD Suekardjo
B. POA (Planning Of Action)

Orang
No Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu PJ Tempat
Terkait
- Diskusi kepatuhan
1 Cuci Tangan
mencuci tangan five
momen dengan 6 langkah
- Pelaksanaan hand hygiene
five momen dengan 6
langkah
- Menyediakan sabun untuk
cuci tangan untuk
diruangan
- Sosialisasi metode
2 Pelaksanaan
diskusi refleksi khusus
diskusi - Melakukan role play
diskusi refleksi khusus

3 Pendokume - Mengkaji ulang format


dokumentasi
ntasian
asuhan keperawatan yang ada
diruangan
keperawata
- Sosialisasi
n belum pendokumentasian
keperawatan
optimal
- Melengkapi evaluasi
dalam asuhan
keperawatan
4 Ronde - Menentukan pasien
keperawata
untuk ronde
n
- Melaksanakan ronde
keperawatan ( strategi
dan Materi )
- Mempersiapkan ronde
keperawatan
5 Sarana dan - Memberikan inventaris
prasarana Papan informasi Visi

belum Misi Rumah Sakit RSUD


Suekardjo
memenuhi
- Menyesuikan sarana dan
standar
prasarana yang bisa
diperbaiki atau diganti
sesuai dengan standar
rumah sakit dr.
Suekardjo, peraturan
kementrian kesehatan
No 44 tahun 2022

Anda mungkin juga menyukai