Anda di halaman 1dari 53

1

LAPORAN PROGRAM KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


DI RW XXXX KELURAHAN MEDOKAN SEMAMPIR
KECAMATAN SUKOLILOKOTA SURABAYA

PERIODE 2 APRIL 2018 – 19 MEI 2018

LOGO INSTITUSI

Disusun oleh:
Kelompok 4 Gelombang I (RW VIII)

1. XXXXXXXX NIM
2. XXXXXX NIM
3.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES XXXXXXXXXXXXXX
TANGERANG SELATAN
2018

BAB 1
2

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap sumber daya
manusia dan masa depan bangsa yang merupakan hak setiap manusia (Depkes RI, 2005).
Kesehatan juga dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah factor lingkungan yang
mana di dalamnya termasuk lingkungan dan pemukiman. Lingkungan adalah tempat
pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan
dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat di duga ikut mempengaruhi tingkat
kehidupan maupun kesehatan dari organism itu (A.L. Slamet Riyadi, 1976).
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum
pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup: perumahan, pembuangan
kotoran manusia (tinja), pembuangan sampah, pembuangan air kotor (limbah) dan
sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha
untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media
yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya
(Notoadmodjo, 2003).
Masalah kesehatan lingkungan di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah pengelolaan
sampah. Indonesia merupakan Negara kedua di dunia penghasil sampah plastic terbesar ke
laut (KLHK, 2016). Peringkat pertama ditempati Tiongkok dengan 262,9 juta ton sampah
plastic. Jumlah sampah kantong plastic terus meningkat signifikan dalam 10 tahun terakhir.
Kementrian lingkungan hidup dan kehutanan (2016) memperkirakan volume sampah di
Indonesia pada 2019 akan mencapai 68 juta ton. Dari angka tersebut, 14% atau sekitar 9,52%
diantaranya adalah sampah plastic. Sekitar 9,8 miliar lembar kantong plastic digunakan oleh
masyarakat Indonesia setiap tahunnya. Sebesar 95% kantong plastic hanya menjadi sampah,
sedangkan plastic sulit diarui oleh lingkungan.
Berdasarkan data pengkajian yang telah dilakukan di RW VIII di Kelurahan Medokan
Semampir RT 03, 04, 05 didapatkan data bahwa pengolahan sampah masih kurang maksimal,
sudah ada Bank Sampah namun tidak berjalan dengan maksimal, kegiatan kerja bakti juga
tidak rutin di tiap RT. Kegiatan kerja bakti hanya di lakukan pada hari-hari tertentu seperti
malam tahun baru atau acara 17 Agustus. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan
3

kebanyakan warga Medokan Semampir menggunakan bak mandi kecil sekali pakai habis agar
tidak ada jentik-jentik nyamuk, dan juga ditemukan jentik-jentik nyamuk bagi warga yang
menggunakan bak mandi yang ukuran agak besar tapi tidak banyak jentik-jentiknya.
Fakta diatas disebabkan oleh beberapa factor diantaranya adalah kurangnya kesadaran
dan peduli warga terhadap lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya kesehatan lingkungan serta dampak kesehatan bagi masyarakat dan keterbatan
ekonomi. Berdasarkan data tersebut, maka diperlukan upaya untuk memperbaiki kondisi
kesehatan lingkungan khususnya pembuangan dan pengelolaan atau pemilahan sampah di
RW VIII Kelurahan Medokan Semampir. Upaya tersebut dapat direalisasikan melalui
kegiatan kerja bakti untuk membersihkan got-got yang buntu di setiap gang, pemilahan
sampah, pembuatan pupuk dan penyuluhan tentang keuntungan dan kerugian pengolahan
sampah, dan penyuluhan jamban untuk meningkatkan pengetahuan wagra tentag
kesehatannya. Diharapkan dengan adanya kegiatan di atas,masyarakat RW VIII RT 03, 04, 05
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya mampu meningkatkan
derajat kesehatan di lingkungannya, ditandai dengan meningkatnya pemahaman warga
tentang pentingnya manfaat kesehatan lingkungan serta menurunnya angka terjadinya
penyakit akibat masalah sanitasi dan kebersihan lingkungan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kesehatan komunitas yang berhubungan
dengan kelompok kerja kesehatan lingkungan mahasiswa dapat memotivasi
masyarakat dalam meningkatkan hidup sehat dan menciptakan lingkungan yang bersih
di wilayah RW VIII Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya.
1.2.2 Tujuan khusus
Mahasiswa Program Profesi Keperawatan Komunitas, mampu:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan lingkungan di wilayah RT 03, 04 dan 05 RW
VIII Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
2. Memberikan asuhan keperawatan komunitas secara profesional pada masyarakat
dan lingkungan di wilayah RT 03, 04 dan 05 RW VIII Kelurahan Medokan
Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
4

3. Mengambil keputusan terkait masalah yang ada pada lingkungan RT 03, 04 dan 05
RW VIII Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi mahasiswa
1. Mampu mengaplikasikan konsep keperawatan kesehatan komunitas pada
lingkungan RT 03, 04 dan 05 RW VIII Kelurahan Medokan Semampir
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
2. Mampu mengaplikasikan model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas pada kesehatan lingkungan.
3. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analisis dan bijaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan pada kesehatan lingkungan.
1.3.2 Bagi masyarakat
1. Mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit.
2. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari masalah
kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah pengetahuan tentang
kesehatan lingkungan.
3. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan mempunyai upaya
peningkatan status kesehatan tersebut.
4. Meningkatkan kesehatan warga RT 03, 04 dan 05 RW VIII dengan memodifikasi
lingkungan komunitas warga RW VIII yang sehat.
1.3.3 Bagi pendidikan
1. Merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya Program Profesi khususnya di bidang keperawatan kesehatan
komunitas.
2. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model praktik
keperawatan kesehatan komunitas di masa yang akan datang.
1.3.4 Bagi profesi
1. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi secara mandiri
sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
5

2. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas khususnya kesehatan


lingkungan sehingga profesi mampu mengembangkannya.
1.4 Ruang Lingkup
Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan komunitas RT 03, 04 dan 05 RW VIII
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya dalam masalah
kesehatan lingkungan.
1.5 Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dilakukan adalah metode pendekatan pada tokoh masyarakat
yang menangani masalah di masyarakat RT 03, 04 dan 05 RW VIII melalui asuhan
keperawatan profesional yang meliputi biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural
secara mandiri maupun kolaborasi lintas sektor.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dimulai dengan pengkajian data keperawatan, analisis data,
penapisan masalah, penentuan prioritas diagnosa keperawatan, dan rencana keperawatan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kesehatan Lingkungan


6

2.1.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan


Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap sumber daya manusia dan masa depan bangsa
adalah kesehatan yang merupakan hak setiap manusia (Depkes RI, 2005). Kesehatan juga di
pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan yang mana didalamnya termasuk
lingkungan dan pemukiman.
Sehat menurut WHO adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial
yang tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Menurut UU
No. 23/1992 tentang kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara dan ekonomis.
Kesehatan lingkungan menurut World Health Organization (WHO) : Those aspects of
human health and disease that are determined by factors in the environment. It also refers to the
theory and practice of assessing and controlling factors in the environment that can potentially
affect health. Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan lingkungan
adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat dan bahagia.
Dapat disimpulkan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya perlindungan, pengelolaan,
dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat
kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.

2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang esensial
selain masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Lingkungan
memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat. Ruang
lingkup kesehatan lingkungan adalah:
1) Menurut WHO ada 17 lingkup kesehatan lingkungan
(1) Penyediaan air minum
(2) Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
(3) Pembuangan sampah padat
7

(4) Pengendalian vektor


(5) Pencegahan / pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
(6) Higiene makanan, termasuk higiene susu
(7) Pengendalian pencemaran udara
(8) Pengendalian radiasi
(9) Kesehatan kerja
(10) Pengendalian kebisingan
(11) Perumahan dan pemukiman
(12) Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
(13) Perencanaan daerah dan perkotaan
(14) Pencegahan kecelakaan
(15) Rekreasi umum dan pariwisata
(16) Tindakan - tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi atau wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk
(17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
2) Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan (pasal 22 ayat 3), ruang lingkup kesehatan
lingkungan sebagai berikut :
(1) Penyehatan air dan udara
(2) Pengamanan limbah padat / sampah
(3) Pengamanan limbah cair
(4) Pengamanan limbah gas
(5) Pengamanan radiasi
(6) Pengamanan kebisingan
(7) Pengamanan vektor penyakit
(8) Penyehatan dan pengamanan lainnya, misalnya pasca bencana
2.2 Sampah
2.2.1 Pengertian Sampah
Menurut World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor
18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses
8

alam yang berbentuk padat. Menurut (Notoatmojo, 2003) sampah mengandung prinsip sebagai
berikut:
1) Adanya sesuatu benda atau bahan padat.
2) Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia.
3) Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi

2.2.2 Jenis – Jenis Sampah


1) Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, yaitu:
(1) Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya:
logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.
(2) Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa-
sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, sayur-sayuran dan sebagainya.
2) Sampah digolongkan berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar (Notoatmodjo, 2003):
(1) Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan
sebagainya.
(2) Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas, besi atau logam bekas,
pecahan gelas, kaca, dan sebagainya
3) Sampah berdasarkan karakteristiknya
(1) Abu (Ashes), merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di
rumah, di kantor maupun industri.
(2) Sampah Jalanan (Street Sweeping), berasal dari pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari
kertas – kertas, kotoran dan daun – daunan.
(3) Bangkai Binatang (Dead Animal), yaitu bangkai binatang mati karena bencana alam,
penyakit atau kecelakaan.
(4) Sampah pemukiman (Household refuse), sampah campuran yang berasal dari daerah
perumahan.
(5) Bangkai Kendaraan (Abandoned vehicles), yang termasuk jenis sampah ini adalah
bangkai mobil, truk, kereta api, satelit, kapal laut dan alat transportas lainnya.
(6) Sampah Industri, terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri pengolahan hasil
bumi, tumbuh-tumbuhan dan industri lainnya.
9

(7) Sampah hasil penghancuran gedung/bangunan (Demolotion waste), yaitu sampah yang
berasal dari perombakan gedung/bangunan.
(8) Sampah dari daerah pembangunan merupakan sampah yang berasal dari sisa
pembangunan dan perbaikan gedung. Sampah mengandung tanah batu-batuan, potongan
kayu, alat perekat.
(9) Sampah Padat Pada Air Buangan (Sewage Solid) yaitu sampah yang terdiri dari benda
yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengolahan air
buangan.
(10) Sampah Khusus merupakan sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam
pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radio aktif dan zat yang toksis.
2.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah
Sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan
taraf hidup masyarakat sekitar (Slamet, 2004). Beberapa faktor-faktor yang penting
mempengaruhi kuantitas dan kualitas sampah antara lain :
1) Jumlah Penduduk
Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk semakin banyak pula
sampahnya. Pengelolaan sampah pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.
2) Keadaan sosial ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita
sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat
membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan
yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan
kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-
bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan
bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah pada lingkungan
masyarakat.
3) Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi akan menambah jumlah sampah maupun kualitas sampah, karena
pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan produk dan produk
manufaktur yang semakin beragam pula di masyarakat.
4) Tingkat pendidikan
10

Menurut Hermawan (2005) Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan


mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar
akan bahaya limbah rumah tangga terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran
terhadap kesehatan manusia dan dengan pendidikan dapat ditanamkan berpikir kritis, kreatif
dan rasional. Semakin tinggi tingkat pendidikan selayaknya semakin tinggi kesadaran dan
kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
2.2.4 Cara Pengolahan Sampah Penerapan Prinsip 3R, 4R atau 5R
Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penanganan sampah misalnya dengan
menerapkan prinsip 3R, 4R atau 5R. Penanganan sampah 3R adalah konsep penanganan sampah
dengan cara Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang
sampah), sedangkan 4R ditambah Replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5R selain
4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan Replant (menanam kembali). Penanganan sampah
4R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang
efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan sampah.
1) Reduce
Prinsip Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin melakukan minimalisasi barang
atau material yang digunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak
sampah yang dihasilkan. Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan
dengan program reduce:
(1) Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah
besar.144
(2) Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lain
(3) Gunakan baterai yang dapat dicharge kembali
(4) Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
(5) Ubah pola makan (pola makan sehat : mengkonsumsi makanan segar, kurangi makanan
kaleng/instan)
(6) Membeli barang dalam kemasan besar (versus kemasan sachet)
(7) Membeli barang dengan kemasan yang dapat di daur ulang (kertas, daun dan lain-lain)
(8) Bawa kantong/tas belanja sendiri ketika berbelanja
(9) Tolak penggunaan kantong plastik
(10) Gunakan rantang untuk tempat membeli makanan
11

(11) Pakai serbet/saputangan kain pengganti tisu


(12) Kembali kepemakaian popok kain bagi para ibu
2) Reuse
Prinsip reuse dilakukan dengan cara memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali dan
menghindari pemakaian barang hanya sekali pakai. Hal ini memperpanjang waktu pemakaian
barang sebelum menjadi sampah. Tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program
reuse (Suyoto,2008):
(1) Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
(2) Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
(3) Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
(4) Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah
(5) Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat sampah
(6) Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam kerajinan
(7) Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas
(8) Styrofoam digunakan untuk alas pot atau lem
(9) Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan lain-lain
(10) Majalah atau buku untuk perpustakaan
(11) Kertas koran digunakan untuk pembungkus
3) Recycle
Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak
berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah
banyak industri non formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi
barang lain. Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program
recycle:
(1) Mengubah sampah plastik menjadi souvenir
(2) Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos
(3) Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan miniatur
4) Replace
Prinsip replace dilakukan dengan memperhatikan barang-barang yang digunakan sehari-
hari. Mengganti barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang tahan lama. Prinsip
mengedepankan penggunaan bahan ramah lingkungan seperti mengganti kantong plastik
12

dengan keranjang saat berbelanja, hindari penggunaan styrofoam karena banyak mengandung
zat kimia berbahaya.
5) Replant
Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik
lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali
ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah.

2.3 Sanitasi Dasar


Sanitasi dasar yaitu sanitasi minimal yang diperlukan untuk menyehatkan lingkungan
pemukiman yang meliputi penyediaan air, pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan
air limbah dan pengelolaan sampah.
2.3.1 Penyediaan Air Bersih
Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang
masa. Menurut Waluyo (2005) sumber air yang banyak dipergunakan oleh masyarakat berasal
dari :
1) Air permukaan
Air yang mengalir di permukaan bumi akan membentuk air permukaan. Air ini umumnya
mendapat pengotoran selama pengalirannya.

2) Air tanah
Terbagi menjadi 2 yaitu: air tanah dangkal, terjadi akibat proses penyerapan air dari
permukaan tanah; dan air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama.
3) Air atmosfer/meteriologi/air hujan, dalam keadaan murni sangat bersih tetapi sering terjadi
pengotoran karena industri, debu, dan lain sebagainya.
Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan
penyakit (Kusnoputranto, 1986) yaitu :
1) Water Borne Disease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh
bakteri patogen dari penderita (carier). Bila air yang mengandung kuman patogen terminum,
maka dapat terjadi penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Typhoid,
Hepatitis, Dysentri Basiler.
13

2) Water Based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan melalui air sebagai pejamu (host)
perantara pada orang lain, misalnya Schistosomiasis.
3) Water Washed Disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk
pemeliharaan kebersihan perorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan
alat makan. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya penyakit infeksi
saluran pencernaan, yaitu diare. Diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya
melalui air dan melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air.
4) Water Related Insect Vectors. Vektor-vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu
penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah,
Yellow Fever, Trypanosomiasis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 yang dimaksud


air bersih adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Syarat-syarat kualitas air
bersih antara lain :
1) Syarat fisik : tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
2) Syarat kimia : kadar besi maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, kesadahan maksimal 500
mg/l.
3) Syarat mikrobiologis : jumlah total koliform dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal
adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk air yang berasal dari
perpipaan.

Jenis sarana air bersih ada beberapa macam, yaitu sumur gali, sumur pompa tangan
dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat penampungan air hujan, penampungan mata air,
dan perpipaan.
Air sumur merupakan sumber air yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia.
Sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan (Sanropie, 1986) adalah :
1) Lokasi
(1) Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran, misalnya jamban, tempat pembuangan
air kotor, lubang resapan, tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan tempat
pembuangan kotoran lainnya.
14

(2) Tempat-tempat yang miring, misalnya pada lereng-lereng pegunungan, letak sumur gali
di atas sumber pencemaran.
(3) Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang lapisan tanahnya mengandung air
sepanjang musim.
(4) Lokasi sumur gali supaya diusahakan pada daerah yang bebas banjir.
2) Konstruksi
(1) Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 m dari permukaan tanah untuk mencegah
rembesan dari air permukaan.
(2) Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 m dari permukaan tanah untuk
mencegah rembesan air bekas pemakaian ke dalam sumur.
(3) Cara pengambilan air dari dalam sumur sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
masuknya kotoran kembali melalui alat yang digunakan, misalnya pompa tangan, timba
dengan kerekan,dsb.
(4) Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi lantai dengan tepi luar dinding sumur
minimal 1 m dengan kemiringan ke arah tepi lantai.
(5) Saluran pembuangan air kotor / bekas harus kedap air sepanjang minimal 10 m dihitung
dari tepi sungai.
(6) Dilengkapi dengan sumur / lubang respan air limbah bagi daerah yang tidak mempunyai
saluran penerimaan air limbah.

Pengolahan air untuk keperluan rumah tangga dapat dilakukan dengan sederhana dengan
cara sebagai berikut :
1) Sediakan bahan-bahan seperti pasir, arang aktif (dapat dari batok kelapa, tawas, kaporit, dan
bubuk kapur)
2) Sediakan empat buah kaleng. Kaleng pertama dipakai untuk menampung air yang akan
dibersihkan, dalam proses pengolahan didalamnya dibubuhi setengah sendok teh kaporit, 2
sdm tawas yang telah dilarutkan dahulu, kemudian semuanya diaduk beberapa menit. Setelah
tampak keping-keping bubuhkan satu sdm bubuk kapur, kemudian aduk lagi, setelah beberapa
menit tampak kepingan yang lebih besar, setelah itu endapkan selama setengah jam.
3) Alirkan air dari kaleng pertama ke dalam kaleng kedua.
15

4) Kaleng ketiga adalah sebagai penampung air yang telah disaring dari kaleng kedua. Air yang
mengalir mula-mula keruh, tetapi lama-lama akan jernih. Air dalam kaleng ketiga ini
digunakan untuk proses pengendapan sisa kotoran yang mungkin ada.
5) Kaleng keempat diisi dengan arang aktif berguna untuk menghilangkan bau khlor yang ada.
Air yang keluar dari kaleng keempat ini, telah dapat dipergunakan untuk sumber air bersih.

2.3.2 Pembuangan Kotoran Manusia


Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh manusia
berbentuk tinja (feces), air seni (urin), dan karbondioksida sebagai hasil dari proses pernafasan.
Pembuangan kotoran manusia dalam ilmu kesehatan lingkungan dimaksudkan hanya tempat
pembuangan tinja dan urin, pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus (Notoadmodjo,
2003).
Kementrian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh
kriteria yang harus diperhatikan :
1) Tidak mencemari air
(1) Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak
mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar
lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
(2) Jarang lubang kotoran ke sumur minimal 10 meter.
(3) Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang
kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
(4) Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau,
sungai, dan laut.
2) Tidak mencemari tanah permukaan
(1) Tidak BAB di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata
air, atau pinggir jalan.
(2) Jamban yang sudah penuh agar selalu disedot untuk dikuras, kemudian kotoran ditimbun
di lubang galian.
3) Bebas dari serangga seperti lalat atau hewan lain
(1) Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu, untuk
mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah.
16

(2) Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang
nyamuk.
(3) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang
kecoa atau serangga lainnya.
(4) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.
(5) Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.
4) Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
(1) Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan.
(2) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh
air.
(3) Lubang buangan kotoran sebaikya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau
dari dalam lubang kotoran.
(4) Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan
secara periodik.
5) Aman digunakan oleh pemakainya.
6) Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
(1) Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran.
(2) Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena
dapat menyumbat saluran.
(3) Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat
penuh.
(4) Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter
minimal 4 inchi.
7) Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
(1) Jamban harus berdinding dan berpintu.
(2) Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan
dan kepanasan.

2.3.2.1 Definisi Jamban


17

Jamban adalah suatu bangunan ruang dipergunakan untuk membuang tinja atau
kotoran manusia bagi keluarga yang lazim disebut WC/kakus. Manfaat jamban adalah
untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia.

2.3.2.2 Syarat Jamban Sehat


1) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minuman 10 m, bila tidak memungkinkan perlu konstruksi kedap air)
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. Untuk ini tinja
harus tertutup rapat misalnya dengan menggunakan leher angsa atau penutup lubang
yang rapat.
3) Tidak mencemari tanah di sekitarnya. Lantai jamban harus cukup luas paling sedikit
berukuran 1 x 1 meter, dan dibuat cukup landai/miring ke arah lubang jongkok.
4) Mudah dibersihkan dan aman digunakan. Untuk in harus dibuat dari bahan-bahan
yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahall hendaknya dipergunakan bahan-
bahan yang ada setempat.
5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang.
6) Cukup penerangan. Tersedia lampu.
7) Lantai kedap air terbuat dari beton dengan tulang bambu atau besi.
8) Luas ruangan cukup. Atap tidak terlalu rendah.
9) Ventilasi cukup baik. Ventilasi tetap 10%
10) Tersedia air dan alat pembersih. Gunakan alat-alat pembersih, seperti sikat, sapu lidi,
ember berisi air.
2.3.2.3 Jenis Jamban
1. Jamban tanpa leher angsa
a. Jamban cemplung/cubluk
Tempat jongkok berada langsung di atas lubang penampungan kotoran
dilengkapi
tutup.
18

b. Jamban Plengsengan
Tempat jongkok tidak berada diatas lubang kotoran, melainkan kotoran
dialirkan melalui saluran/pipa ke penampungan kotoran.
Penggunaan jamban tanpa leher angsa dengan tutup untuk memutuskan
mata rantai penularan penyakit melalui kotoran manusia masih memiliki
kelemahan yaitu menimbulkan bau dan tanpa tutup mungkin masih menarik
lalat, dimana lalat tersebut dapat mencemari makanan dengan kotoran.
Namun tangan yang kontak dengan kotoran setelah buang air besar
mungkin dapat mencemari makanan atau langsung ke mulut, maka upaya untuk
tidak terjadinya pencemaran tersebut dianjurkan untuk membiasakan cuci tangan
sesudah buang air besar dan sebelum menyajikan makanan.
2. Jamban leher angsa
a. Jamban leher angsa
Tempat jongkok leher angsa berada langsung di atas lubang penampungan.
b. Jamban leher angsa dengan septic tank
Tempat jongkok leher angsa tidak berada di atas lubang kotoran,
melainkan kotoran dialirkan melalui saluran/pipa ke penampungan kotoran.
Penggunaan jamban yang dianjurkan adalah jamban dengan leher angsa yang
memenuhi persyaratan kesehatan karena dapat mencegah pencemaran air
maupun tanah dari kotoran manusia serta mencegah lalat kontak dengan kotoran
maunusia.
19

2.3.2.4 Pemeliharaan jamban yang baik adalah :


1) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering, di sekeliling jamban tidak
ada genangan air, tidak ada sampah yang berserakan.
2) Rumah jamban dalam keadaan baik, dinding tidak rusak/berlubang.
3) Bowl dan laintai selalu bersih, tidak ada kotoran yang terlihat.
4) Lalat, tikus dan kecoa tidak ada.
5) Tersedia alat pembersih, seperti sikat, sapu lidi.
6) Bila ada bagian yang rusak segera diperbaiki/diganti, seperti lantai, tutup
septic tank.
2.3.2.5 Dasar Perencanaan metode pembuangan tinja
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dasar perencanaan metode pembuangan
tinja yaitu faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis tersebut meliputi :
2.3.2.6 Faktor pencemaran tanah dan air limbah
Pada pencemaran tanah dan air limbah oleh excreta merupakan informasi penting
yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sarana pembuangan tinja, khususnya
dalam perencanaan lokasi kaitannya dengan sumber-sumber air minum yang ada.
Jamban tempat penampungan kotoran seharusnya diresapkan ke dalam tanah atau
diolah dengan cara tertentu, sehingga tidak menimbulkan bau dan mencemari sumber
air sekitarnya. Untuk mengurangi pengaruh jamban terhadap kualitas air adalah
dengan membuat jarak antara jamban dengan sumber air minimal 11 m.
2.3.2.7 Faktor perkembangbiakan lalat pada excreta
Perlu dihindarkan atau dicegah terjadinya perkembangbiakan lalat pada tinja
dalam lubang jamban. Kondisi lubang jamban yang gelap dan tertutup sebenarnya
20

sudah dapat mencegah perkembangbiakan lalat ini, baik karena kerapatannya maupun
karena sifat lalat yang prototropisme positip (tertarik pada sinar dan menjauhi
kegelapan atau permukaan yang gelap).
2.3.2.8 Faktor Lubang Jamban
Harus di upayakan adanya tutup lubang jamban yang dapat mendorong pemakai
jamban untuk memfungsikan sebagaimana mestinya, dalam konstruksi yang sederhana
mungkin hingga pemakai tidak terlalu sulit untuk menggunakannya.
Faktor non teknis, meliputi :
1) Faktor Manusia
Dalam soal pembuangan tinja, faktor manusia sama penting dengan faktor teknis.
Orang tidak akan mau menggunakan jamban dari tipe yang tidak disukainya, atau
yang tidak memberikan privacy yang cukup padanya, atau yang tidak dapat dipelihara
kebersihannya. Satu buah jamban idealnya untuk satu keluarga yang terdiri dari lima
orang.
2) Faktor Biaya
Jenis jamban yang dianjurkan bagi masyarakat atau keluarga harus sederhana,
dapat diterima, ekonomis pembangunan, pemeliharaan serta penggantinya. Faktor
biaya ini bersifat relatif, sebab sistim mahal pembuatannya dapat menjadi paling
murah untuk perhitungan jangka panjang, mengingat masa penggunaanya yang lebih
panjang karena kekuatannya serta paling mudah dan ekonomis dari pemeliharaannya.

2.3.3 Pembuangan Air Limbah


Air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat
membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan
manusia, termasuk industrialisasi (Azwar, 1995). Beberapa sumber air buangan :
1) Air buangan rumah tangga (domestic waste water)
Air buangan dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang terdiri dari
ekskreta (tinja dan urine), air bekas cucian, dapur dan kamar mandi, dimana sebagian besar
merupakan bahan-bahan organik.
2) Air buangan kotapraja (minicipal waste water)
Air buangan ini umumnya berasal dari daerah perkotaan, perdagangan, selokan, tempat
21

ibadah dan tempat-tempat umum lainnya.


3) Air buangan industri (industrial waste water)
Air buangan yang berasal dari berbagai macam industri. Pada umumnya lebih sulit
pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas. Zat-zat yang terkandung didalamnya
misalnya logam berat, zat pelarut, amoniak dan lain-lain (Entjang, 2000).
Dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara
menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah sebelumnya. Air
buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangbiakan
mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga yyang dapat menjadi media
transmisi penyakit seperti Cholera, Thypus Abdominalis, Dysentri Basiler, dan sebagainya.
Menurut Kusnoputranto (2000), pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat
buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, yaitu:
1) Terhadap Lingkungan
Air buangan antara lain mempunyai sifat fisik, kimiawi, bakteriologis yang dapat
menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapat
menimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah, atau lingkungan hidup
lainnya. Disamping itu kadang-kadang dapat menimbulkan bau yang tidak enak serta
pemandangan yang tidak menyenangkan.
2) Terhadap Kesehatan Masyarakat
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan gangguan
terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media tempat berkembang
biaknya mikroorganisme pathogen, terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui
air yang tercemar.
2.3.4 Rumah Sehat
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping kebutuhan sandang
dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk berlindung
dari gangguan iklim serta makhluk hidup lainnya. Selain itu rumah juga merupakan tempat
berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya (Depkes RI,
2002).
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. (Notoatmodjo,
2007). Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi seluruh
22

pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan
dengan baik. Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat
untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani
maupun sosial (Sanropie, dkk, 1989). Rumah sehat menurut Winslow memiliki kriteria,
antara lain: (Chandra, 2007)
1) Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis.
2) Dapat memenuhi kebutuhan psikologis.
3) Dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan.
4) Dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit.

Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2002, secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2) Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit
dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.

Dalam pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa variabel yang harus
diperhatikan:
1) Bahan bangunan
(1) Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai dari tanah lebih baik tidak
digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan
23

gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Oleh sebab itu, perlu dilapisi dengan


lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik, dan lain-lain.
(Notoatmodjo, 2010).
(2) Dinding berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap, untuk melindungi ruangan
rumah dari ganggua n serangga, hujan dan angin, serta melindungi dari pengaruh
panas dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik adalah bahan yang tahan
api yaitu dinding dari batu. (Sanropie, 1989).
(3) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
(4) Atap berfungsi untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan angin, panas dan
hujan, juga melindungi isi rumah dari pencemaran udara seperti debu, asap dan lain-
lain. Atap yang paling baik adalah atap dari genteng karena bersifat isolator, sejuk
dimusim panas dan hangat di musim hujan. (Sanropie, 1989).
2) Ventilasi
Menurut Sanropie (1989), ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini
karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama adalah sebagai lubang masuk
udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan keluarnya udara kotor dari
dalam keluar (cross ventilation). Ventilasi silang akan terjamin adanya gerak udara yang
lancar dalam ruangan.
Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti
cahaya matahari, sehingga di dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun
sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah yang memenuhi syarat kesehatan, ventilasi
mutlak ada.
Berdasarkan Notoatmodjo (2007), ada dua macam cara yang dapat dilakukan agar
ruangan mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu :
(1) Ventilasi alamiah, dimana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah
melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di
pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan
masuknya nyamuk dan serangga lain ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha lain
untuk melindungi penghuninya dari gigitan serangga tersebut.
(2) Ventilasi buatan, yaitu mempergunakan alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut,
misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara.
24

3) Pencahayaan
Rumah sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya yang masuk ke
rumah, terutama cahaya matahari, di samping kurang nyaman, juga merupakan media yang
baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya
dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya merusak mata. Ada sumber cahaya
yang dapat dipergunakan, yakni:
(1) Cahaya alamiah yaitu matahari. Rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk
cahaya matahari yang cukup. Jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya
10% dari luas dalam ruangan rumah.
(2) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu
minyak tanah, listrik dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007).
4) Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya
luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas
bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan
penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah
apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 meter persegi untuk setiap orang (tiap anggota keluarga).

2.4 Peran Perawat Komunitas Terkait Kesehatan Lingkungan


Peran dan fungsinya perawat komunitas bagi kesehatan lingkungan, yaitu:
1) Sebagai pendidik
Perawat membantu masyarakat meningkatkan kesehatannya melalui pemberian
pengetahuan yang terkait dengan sanitasi dan kesehatan lingkungan yang diterima sehingga
klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai
pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga
yang beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan sebagainya.
2) Sebagai motivator
Sebagai motivator, perawat memberikan motivasi kepada pemuda sampai lansia untuk
menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
25

3) Sebagai advokasi
Perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya
pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua
inormasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun professional seperti kerja bakti, pemberian pendidikan kesehatan tentang
sampah dan kebersihan lingkungan, bekerjasama dengan kelurahan tentang pengadaan septic
tank, dan kerjasama dengan Unilever tentang bank sampah.
26

BAB 3
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RW VIII KELURAHAN MEDOKAN SEMAMPIR KECAMATAN SUKOLILO
KOTA SURABAYA

3.1 Pengkajian Winshield Survey


Asuhan keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk memecahkan masalah
kesehatan yang ada dimasyarakat secara sistematis dan rasional yang didasarkan pada kebutuhan
dan masalah masyarakat. Pengkajian merupakan tahap kedua dalam proses keperawatan yang
berperan penting dalam proses keperawatan yang berperan penting dalam menentukan masalah
kesehatan. Data pengkajian terhadap ketua RW VIII dan RT 03, 04. Dan 05 Kelurahan Medokan
Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya pada tanggal 02-07 April 2018 didapatkan data
pengamatan melalui komponen Winshield Survey sebagai berikut:
Tabel 3.1 Hasil Windshield Survey
I. Inti Komunitas Hasil Observasi
1. Sejarah Pada tahun 1985 Medokan Semampir awalnya masih berupa
daerah rawa-rawa, infrastruktur jalan berupa tanah liat. Pada
tahun 1988 belum terpasang PLN dan PDAM, dan mulai tahun
1990 mulai terpasang PLN namun belum dapat dioperasikan.
Beberapa tahun kemudian PDAM mulai dipasang akan tetapi
belum dioperasikan, dan tahun 1995 TELKOM mulai dipasang.
Jumlah KK pada awalnya masih 263 KK.
2. Demografi Penduduk di wilayah RT 03, 04 dan 05 ini bervariasi mulai dari
anak-anak, dewasa hingga lansia. Namun yang paling
mendominasi adalah usia produktif. Mayoritas berusia 19-45
tahun dan kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Jumlah
penduduk keseluruhan wilayah RT 03 sekitar 84 KK, RT 04
adalah 80 KK dan RT 05 adalah 101 KK
3. Vital Statistik RT 03, RT 04 dan RT 05 : angka kelahiran lebih banyak daripada
kematian
4. Kelompok etnis Mayoritas penduduk RT 03, RT 04 dan RT 05 adalah orang jawa.
Suku Jawa sekitar 97%, suku Madura 1% dan lainnya 2%
27

5. Nilai dan Mayoritas warga di RT 03, RT 04 dan RT 05 beragama Islam


Keyakinan (95%), Kristen (4%), dan Katolik (1%). Terdapat mushola
sebagai rumah ibadah warga yang beragama islam.

II.Subsistem Hasil Observasi


1. Lingkungan fisik a. Bangunan
Mayoritas rumah pada wilayah RT 03, RT 04 dan RT
05
adalah bangunan permanen terbuat dari tembok.
b. Arsitektur
Arsitektur rumah bermacam macam antara satu rumah
dengan rumah lainnya. Lantai terbuat dari tegel/
keramik namun sebagian masih terdapat rumahnya yang
lantainya dari semen. Masing-masing rumah terdapat
jendela namun jarak antara rumah satu dengan rumah
yang lain berdempetan. Halaman rumah sebagian besar
tidak ada.
c. Keunikan lingkungan
Lingkungan RT 3, RT 4 dan RT 5 merupakan
lingkungan yang padat penduduknya. Banyak penduduk
yang bukan penduduk asli melainkan pendatang yang
telah menetap lama. Selain itu banyak anak kos yang
sering keluar masuk.
2. Pelayanan Terdapat Rumah Sakit Gotong Royong yang terletak di wilayah
kesehatan RW VIII. Kebanyakan warga RT 03, RT 04 dan RT 05 jika sakit
akan segera periksa ke Puskesmas Keputih, namun beberapa warga
dengan ekonomi menengah ke atas memilih untuk memeriksakan
langsung ke Rumah Sakit Gotong Royong. Posyandu balita
(Teratai 1) dilaksanakan setiap hari kamis minggu kedua dan
ketiga di RT 04 untuk wilayah RT 03, RT 04 dan RT 05 dan
untuk posyandu lansia dilaksanan minggu keempat di RT 03 .
Penyakit 6 bulan terakhir yang sering diderita adalah ISPA sebesar
26%, Hipertensi 6%, Gatal 3%, Diare 3%, DM 2%.
28

3. Ekonomi Pekerjaan warga di RT 03, RT 04, dan RT 05 mayoritas adalah


pegawai swasta. Wilayah RT 03 terdapat usaha laundry pakaian
dan ada yang memiliki usaha bengkel mobil/motor. Wilayah RT 04
terdapat produksi bawang goreng. Wilayah RT 05 terdapat home
industri jamu dan handmade accessoris dari sampah plastik. Selain
itu warga di wilayah RT 03, RT 04, RT 05 mayoritas juga
memiliki usaha sendiri, misalnya: warung untuk kebutuhan sehari-
hari, warung makan, penjahit dan juga kos-kosan. Namun ada juga
warga yang terlihat berangkat kerja keluar wilayah.
4. Keamanan dan Transportasi :
Transportasi Transportasi menggunakan kendaraan pribadi (motor, sepeda,
mobil) selain itu juga jalan kaki. Mayoritas warga memiliki
kendaraan bermotor roda dua. Jalan di RT 03 sering dilalui
kendaraan umum. Kondisi jalan baik dan beraspal.
Keamanan :
Dahulu sempat ada siskampling tetapi sekarang tidak jalan
diakarenakan tidak ada pos kampling dan menurut warga
keamanan RT 03, RT 04 dan RT 05 cukup baik. Sering terjadi
kehilangan terutama kendaraan roda dua.
Sanitasi :
Wilayah RT 03 sudah terdapat tempat sampah di masing masih
rumah warga. Wilayah RT 05 sudah terdapat bank sampah, namun
saat ini tidak lagi berjalan hanya 5-6 warga yang rutin
menyetorkan ke bank sampah. Sebagian besar warga RT 05 tidak
lagi melakukan pemilahan organik dan anorganik. Setelah sampah
terkumpul diambil petugas sampah yang sudah dibayar dan
dibuang langsung ke TPA. Untuk saluran air selokan dialirkan ke
sungai dan seringkali buntu di wilayah RT 04 dikarenakan jarang
dilakukan pembersihan got atau kerja bakti. Kerja bakti hanya
dilakukan ketika menjelang Tahun Baru atau hari-hari besar
lainnya. Kerja bakti biasanya dilakukan di jalan-jalan besar tidak
menjangkau gang-gang kecil. Sebagian besar warga sudah
mempunyai WC leher angsa namun belum mempunyai saptitenk
sendiri Tempat pembuangan tinja langsung dialirkan ke sungai.
29

5. Politik dan Warga juga sering melakukan pertemuan rutin seperti PKK atau
Pemerintah Dasa Wisma yang dihadiri ketua RT untuk membahas mengenai
wilayah ataupun kegiatan wilayah RT
6. Komunikasi RT 03, RT 04, RT 05:
Apabila ada pertemuan biasanya mengundang warga menggunakan
undangan. Bila ada warga yang meninggal akan disiarkan melalui
masjid. Mayoritas warga sudah menggunakan alat komunikasi
yang canggih seperti handphone. Penduduk juga mayoritas sudah
memiliki televisi sebagai media elektronik yang menyajikan
informasi. Untuk pertemuan ketika rapat biasanya diumumkan
melalui pesan singkat menggunakan handphone atau melalui
undangan dan biasanya juga pemberitahuan dari rumah ke rumah.
7. Pendidikan Wilayah RT 03 tidak terdapat fasilitas pendidikan formal, tetapi
memiliki fasilitas untuk mengaji yaitu TPA (Taman Pendidikan
Al-qur’an) . wilayah RT 04 terdapat SMPN 30 Surabaya, SMAN
20 Surabaya, Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM), SMA-IT AL
USWAH, dan DAY CARE/ KB/ TK DIAN CERIA. Sedangkan
wilayah RT 05 tidak terdapat fasilitas pendidikan formal. Warga
RT 03, RT 04, RT 05 sebanyak 119 orang sebagai pelajar/
mahasiswa
8. Rekreasi Anak-anak biasanya bermain di rumahnya masing-masing dan
jalanan disekitar perkampungan RT 3, RT 4, dan RT 5 dengan
bermain layang-layang atau sepak bola. Para remaja biasanya
rekreasi dengan teman sebaya mereka ke mall ataupun belajar
bersama. Orang dewasa di wilayah RT 3, RT 4, RT 5 khususnya
para ibu-ibu biasanya memiliki kebiasaan ke pengajian, sedangkan
bapak-bapak biasanya rekreasi mereka dalam bentuk kumpul
bersama dengan para bapak-bapak yang lain di warung kopi sambil
bergurau dan berbincang-bincang

3.2 Data Umum


1. Proporsi Penduduk RT 03, 04, & 05 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
a. Jenis kelamin
30

Gambar 3.1 Proporsi penduduk berdasarkan jenis kelamin RT 03, 04, & 05 RW
VIII Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya tanggal 5-7 April 2018
Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah proporsi jenis kelamin laki- laki
sebanyak (49,6%) dan perempuan (50,4%).

b. Usia

Gambar 3.2 Proporsi penduduk berdasarkan usia di RT 03, 04, & 05 RW VIII
KelurahanMedokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018
Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah presentase proporsi usia dewasa (18-<45
tahun) paling banyak yaitu berjumlah 39,1%, presentase lansia (60-<90 tahun)
berjumlah 9,9%, presentase dewasa akhir (45-<60 tahun) berjumlah 21,0%,
presentase anak (5-<!3 tahun) berjumlah 15,2%, presentase remaja (13-<18 tahun)
berjumlah 8,7%, dan balita (0-<5 tahun) berjumlah 6,1%.
31

2. Proporsi Penduduk RW VIII Berdasarkan Status Pernikahan

Gambar 3.3 Proporsi penduduk berdasarkan status perkawinan di RT 03, 04, & 05
RW VIII Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya tanggal 5-7 April 2018
Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah proporsi warga dengan status kawin lebih
banyak sebanyak (55%), status tidak kawin (38%), dan janda/ duda sebanyak (7%).
3. Proporsi Penduduk RW VIII Berdasarkan Agama

Gambar 3.4 Proporsi penduduk berdasarkan Agama di RT 03, 04, & 05 RW VIII
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018
Gambar di atas menunjukkan sebagian besar penduduk memeluk Agama Islam yaitu
sebesar (96%) Kristen (3%) dan Katolik (1%). Hal tersebut menunjukkan bahwa agama
mayoritas dapat hidup berdampingan dengan pemeluk minoritas.
4. Proporsi Penduduk RW VIII Berdasarkan Suku
32

Gambar 3.5 Proporsi Penduduk berdasarkan Suku di RT 03, 04, & 05 RW VIII
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018
Gambar di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk RW VIII adalah Suku
Jawa (93,3%), Suku Madura (6,1%), dan lain-lain (0,6%).
5. Proporsi Penduduk RW VIII Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan
Lain-Lain Pegawai Swasta Pelajar
Petani PNS/TNI/Polri Supir
Tidak Bekerja Wiraswasta

20,4% 2,3% 22,7%

13,7%
0,3%
1,7%
37,9% 0,7%

Gambar 3.6 Proporsi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di RT 03, 04, & 05 RW VIII
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-6 Juli 2017
Gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat RW VIII tidak bekerja
(37.9%), wiraswasta (20,4%), pegawai swasta (22,7%), petani (0.3%), PNS/TNI/Polri
(2,3%), Supir (0,9%), pelajar (13,7%), dan lain-lain (1,7%).
6. Proporsi Penduduk RW VIII Berdasarkan Penghasilan
33

Gambar 3.7 Proporsi Penduduk berdasarkan penghasilan RT 03, 04, & 05 RW VIII
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018
Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa penghasilan warga RW VIII
berkisar antara 1 juta rupiah sampai dengan 3 juta rupiah sebanyak (51%), < 1 juta
rupiah sebanyak (39%), dan lebih dari 3 juta rupiah sebanyak (10%).
7. Proporsi Penduduk RW VIII Berdasarkan Status Kesehatan

Gambar 3.8 Proporsi Penduduk berdasarkan penyakit RT 03, 04, & 05 RW VIII
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018
Berdasarkan gambar 3.8 dapat dilihat bahwa 3 penyakit yang paling banyak diderita di
RW VIII adalah ISPA sebesar 25%, hipertensi (6%) Penyakit kulit (gatal) sebesar 3%.
34

3.3 Data Khusus Kesehatan Lingkungan


3.3.1 Data lingkungan fisik
1. Perumahan
a. Status kepemilikan rumah

Gambar 3.15 Data status kepemilikan rumah di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII


Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya status
kepemilikan rumah adalah mandiri (93%)
b. Tipe rumah

Gambar 3.16 Data jenis rumah di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII Kelurahan


Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tanggal 5-7
April 2018
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya jenis rumah adalah
permanen (70%)
c. Lantai
35

Gambar 3.17 Data jenis lantai di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII Kelurahan


Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tanggal 5-7
April 2018
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya jenis lantai adalah
tegel/keramik (67%)
d. Adanya jendela dirumah/ ventilasi

Gambar 3.18 Data ventilasi di RT 03, RT 04 dan RT 05 di RW VIII Kelurahan


Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tanggal 5-7
April 2018
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa lebih dari 10% ventilasi dalam rumah
(62%)
e. Luas rumah
36

Gambar 3.19 Data luas rumah di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII Kelurahan


Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tanggal 5-7
April 2018
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa sebagian besar luas rumah lebih dari 8
meter persegi (65%).
2. Sumber Air
a. Sumber Air Bersih

Gambar 3.20 Data sumber air bersih di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII


Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa sebagian kecil besar sumber air bersih
didapatkan dari PDAM (99%).
b. Sumber Air Minum
37

Gambar 3.21 Data sumber air minum di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII


Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018.
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya sumber air minum
dari air mineral (96 %).
3. Jenis Jamban

Gambar 3.22 Data sumber air minum di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII Kelurahan
Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tanggal 5-7
April 2018.
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis jambannya leher angsa
(77%)
4. Tempat BAB
38

Gambar 3.23 Data tempat BAB di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII Kelurahan


Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tanggal 5 – 7
April 2018.
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya tempat BAB warga di
WC (78%).
5. Jentik

Gambar 3.24 Data keberadaan jentik di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII Kelurahan


Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tanggal 5 – 7
April 2018.
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa sebagian kecil tidak ada jentik nyamuk
sebanyak (94%).
6. Pembuangan Sampah
a. Tempat Pembuangan Sampah
39

Gambar 3.25 Data pembuangan sampah di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII


Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5 – 7 April 2017.
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya jenis pembuangan
sampah di TPA (99%).
b. Saluran Limbah

Gambar 3.26 Data saluran limbah di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII Kelurahan


Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tanggal 5-7
April 2018.
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya saluran pembuangan
limbah ke sungai (49 %)
7. Kepemilikan Jenis Binatang
40

Gambar 3.27 Data kepemilikan jenis binatang di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII


Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5 – 7 April 2018.
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa hampir setengahnya disekitar lingkungan
rumah terdapat binatang pengerat sebanyak (17%) dan memiliki binatang peliharaan
sebanyak (29%).
8. Kandang Ternak

Gambar 3.28 Data kandang ternak di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII Kelurahan


Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tanggal 5 – 7
April 2018.
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa sebagian kecil kandang ternaknya
bersih (24%) dan sebagian besar tidak memiliki kandang ternak sebesar (75%).
9. Pemanfaatan Yankes
41

Gambar 3.29 Data pemanfaatan pelayanan kesehatan di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW


VIII Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018.
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa sebagian besar memanfaatkan fasilitas
kesehatan yaitu puskesmas sebesar 69 %.
10. Kebiasaan Cuci Tangan

Gambar 3.30 Data kebiasaan cuci tangan di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII


Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5 – 7 April 2018
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa sebesar (20%) tidak mencuci tangan pakai
sabun
11. Konsumsi Lauk Perhari
42

Gambar 3.31 Data konsumsi lauk per hari di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5 – 7 April 2018
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa sebagian kecil warga tidak
mengkonsumsi lauk setiap hari (1%) dan sebagian besar mengkonsumsi lauk setiap hari
(99%).
12. Konsumsi Sayur dan Buah Setiap Hari

Gambar 3.32 Data konsumsi sayur dan buah per hari di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW
VIII Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018

Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa sebagian kecil warga tidak mengkonsumsi
sayur dan buah setiap hari (7 %)
13. Kebiasaan Merokok
43

Gambar 3.34 Data kebiasaan merokok di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII Kelurahan


Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tanggal 5 – 7
April 2018
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa sebagian besar warga RW VIII memiliki
kebiasaan merokok rumah sebesar 35%
3.3.2 Hasil Data Focus Group Discusion (FGD)
Tanggal 15 April 2018 telah dilaksanakan pengkajian melalui proses Focus Group
Discussion (FGD) antara mahasiswa dengan kader Kesehatan lingkungan RT 03, RT 04
dan RT 05 RW VIII. Berikut resume kegiatan wawancara Pokja Kesehatan Lingkungan.
Tabel 3.2 Hasil Wawancara dengan Kader Kesehatan Lingkungan
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pandangan warga terkait Kebanyakan warga RW VIII RT 04
kebersihan sekitar lingkungan RW VIII? bila membuang sampah di got atau
depan rumah pak RT 04, jadi selokan-
selokan itu sering buntu atau mampet
dan saya ingin mangajukan kegiatan
kerja bakti di gang rumahnya pak RT
04.
2. Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai Sungainya jadi kotor bila hujan turun
sebagian besar warga yang masih lebat atau deras takut kebanjiran, dan
membuang sampah/ limbah di sungai kebanyakan warga RW VIII
(limbah manusia atau limbah sampah membuang limbah manusia di sungai
dapur dll)? terutama di daerah tangkis, mereka
enggan membuat jamban sendiri
karena ada berbagai faktor seperti
faktor ekonomi, lingkungan dll.
3. Bagaimana alur pembuangan sampah di Dulu ada pemilahan sampah dari
baung di TPA atau di bakar? pemilahan sampah dapur maupun
sampah kotoran manusia ( pempers
44

bayi) tapi sekarang sudah tidak jalan


lagi karena mereka berpikir terlalu
ribet untuk memisahkannya jadi
ksekarang kalau membuang sampah
itu di jadikan satu ada juga yang
membuang sampah tidak
menggunakan kantong kresek
4. Bagaimana proses pengolahan sampah Proses pengolahan sampah untuk saat
warga RW VIII? ini di ambil sama bapak tukang
sampah dan nanti akan di buang di
TPA
5. Bagaimana proses pemilahan/ pemisahan Untuk proses saat ini hanya di buang
sampah sebelum di buang di TPA? di TPA, dulu sempat ada bank sampah
dan warga yang mengikuti bank
sampah hanya sedikit dan lama-lama
tidak di lanjutkan lagi, kesadaran
warganya juga kurang
6. Bagaimana pemantauan jentik-jentik Untuk pemantauan jentik-jentik
nyamuk yang ada di penampungan air? nyamuk kebanyakan warga
menggunakan bak mandi sekali pakai
habis terus di isi lagi, jadi untuk jentik-
jentik nyamuk di RW VIII jarang
ditemukan di bak penampungan air.
Untuk pengecekan jentik-jentik
dilakukan seluang waktu dari
kadernya.
7. Bagaimana solusinya jika ditemukan Bagi warga yang rumahnya terdapat
jentik-jentik nyamuk? jentik-jentik nyamuk akan di berikan
abate untuk menghindari terjadinya
penyakit ( seperti DBD) dan memberi
tahu bahwa untuk lebih sering
menguras bak mandi minimal 2 hari
sekali
8. Bagaimana dampak dari kegiatan tersebut Dari kegiatan tersebut dapat
( kesehatan atau ada yang mengalami mengurangi angka kejadian DBD di
penyakit seperti DBD) kalau ada yang RW VIII dan mampu memonitor
terkena DBD ada yang harus dilakukan? temuan jentik-jentik nyamuk di
pemukima warga RW VIII
9. Bagaimana keluhan dari warga mengenai Tidak ada keluhan dari warga, biarpun
jamban yang digunakan untuk saat ini? terjadi hujan yang deras warga tidak
ada yang mengeluh dan warga sudah
terbiasa menggunakan jamban
cemplung
11. Bagaimana cara untuk meningkatkan Kesadaran warga di RW VIII kurang,
kesadaran warga untuk membuat jamban kebayakan warga menginginkan
sendiri? dengan gratisan bila ada iuran banyak
45

yang tidak mau dan untuk solusinya


kader mempunyai ide untuk memfoto
rumah, jamban untuk dilakukan
pendataan untuk meningkatka
kesadaran warga agar menggunakan
jamban
12 Bagaimana keberlanjutan penanaman toga Tanaman yang ditanam mati semua,
dari program kerja sebelumnya? karena media tanam (aqua botol) yang
digunakan tidak efektif untuk
menyerap air dalam tanah.

Tabel 3.3 Hasil Focus Group Discussion


Solusi yang sudah
Masalah POKJA Kesehatan Lingkungan Rencana Solusi
dilakukan
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan Penanaman toga 1. Penanaman
dengan media aqua toga
Pembentukan bank 2. Sosialisasi
sampah pemilihan
sampah
Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat Pemeriksaan jentik 3. Pembentukan
(PHBS) sebagai upaya peningkatan kesehatan nyamuk setiap 1 jumantik di
lingkungan masyarakat di wilayah RW VIII bulan sekali setiap rumah
Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Pendataan KK yang 4. Membatu kader
Surabaya belum memiliki untuk
sapitank pendataan
jamban sehat
46

BAB 4
ANALISIS DATA KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RW VIII KELURAHAN MEDOKAN SEMAMPIR KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

Data yang diperoleh dari hasil pengkajian yang dilakukan mulai tanggal 2 – 8 April 2018 kepada warga RT 03, RT 04 dan RT
05 RW VIII dan wawancara dengan ketua RW VIII, ketua RT 03, RT 04, dan , RT 05, kader jumantik serta masyarakat di lingkungan
RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII, selanjutnya data dianalisis dan diperoleh diagnosa keperawatan komunitas, kemudian dilakukan
penapisan untuk menentukan prioritas diagnosa keperawatan komunitas.

4.1 Analisa Data


DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF MASALAH KEPERAWATAN
1. Kader mengatakan kegiatan kerja bakti hanya Hasil survey door to door di RT 03, RT 04 1. Ketidakefektifan
dilakukan setiap mendekati hari-hari besar dan dan RT 05 RW VIII pada 150 KK. Dari pemeliharaan komunitas di
tempat yang dibersihkan adalah pinggir jalan. hasil pengkajian dan observasi ditemukan RT 03, RT 04 dan RT 05 RW
Selokan yang terdapat didepan rumah warga data–data antara lain: VIII Medokan Semampir,
khususnya RT 4 sering buntu karna jarang 1. Pengelolaan sampah (92,3%) warga Sukolilo Kota Surabaya.
dibersihkan. membuang sampah ke tempat sampah, 2. Defisiensi kesehatan
2. Kader mengatakan sudah memiliki Bank Sampah, akan tetapi tidak dilakukan pemilahan komunitas di RT 03, RT 04
akan tetapi tidak berjalan dengan maksimal. sampah kemudian di angkut oleh dan RT 05 RW VIII
Kegiatan pemilahan sampah hanya berlangsung petugas TPA. Kurang dari 3% warga Medokan Semampir,
selama 1 bulan. Kurangnya kesadaran warga yang memanfaatkan Bank Sampah Sukolilo Kota Surabaya.
dalam mengelola sampah membuat kinerja Bank yang sudah dibentuk.
Sampah menjadi pasif. 2. Jenis jamban leher angsa (94,9%),
3. Kader mengatakan kejadian penemuan jentik kebanyakan warga masih belum
nyamuk jarang terjadi, bila ada biasanya akan memiliki septic tank, untuk saluran
dilakukan pengurasan dan pemberian bubuk pembuangan di alirkan langsung ke
abate. Kondisi perumahan yang cukup dekat sungai.
47

dengan kali membuat nyamuk menjadi cukup


banyak, dalam enam bulan terakhir terdapat 1
warga yang terkena DB dan 3 orang yang masih 3. Saluran pembuangan air limbah ke
dicurigai terkena DB. sungai (53,8%). Sungai sebelah utara
4. Kader mengatakan sebagian besar warga sepanjang RT 03, RT 04, dan RT 05
menggunakan jamban leher angsa akan tetapi tampak kotor, air sungai berwarna
pembuangaannya langsung menuju ke kali, hanya coklat pekat.
sebagian kecil yang sudah memiliki saptik tank. 4. Masalah kesehatan yang paling banyak
Program perencanaan pembuatan septik tank dari diderita warga RT 03, RT 04, dan RT
pihak PKM sudah ada akan tetapi belum dapat 05 6 bulan terakhir adalah ISPA, HT,
didata keseluruhan karna keterbatasan kader. DM, rhematoid, TBC, dan DBD.
5. Kader mengatakan pernah diadakan penanaman 5. Tanaman TOGA yang di tanam
toga oleh mahasiswa profesi sebelumnya akan masyarakat dan mahasiswa tampak
tetapi tanamannya banyak yang mati karena kering dan layu.
tanahnya berjamur.

4.2 Penapisan Masalah

Pentingnya Perubahan positif untuk Penyelesaian untuk


penyelesaian penyelesaian di peningkatan kualitas
masalah komunitas hidup
Total
Diagnosa Keperawatan 1: rendah 0 : tidak ada 0: tidak ada
score
2: sedang 1: rendah 1: rendah
3: tinggi 2: sedang 2: sedang
3: tinggi 3: tinggi
Ketidakefektifan pemeliharaan komunitas di RT
03, RT 04 dan RT 05 RW VIII Medokan 2 3 3 18
Semampir, Sukolilo Kota Surabaya
Defisiensi kesehatan komunitas di RT 01 dan RT
03, RT 04, dan RT 05 RW VIII Medokan 2 3 2 12
Semampir, Sukolilo Kota Surabaya.
48

4.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosa keperawatan komunitas di RT 03, RT 04, dan RT 05 RW VIII, Kelurahan
Medokan Semampir adalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan pemeliharaan komunitas di RT 03, RT 04, dan RT 05 RW VIII Medokan Semampir, Sukolilo Kota
Surabaya
2. Defisiensi kesehatan komunitas di RT 03, RT 04, dan RT 05 RW VIII Medokan Semampir, Sukolilo Kota Surabaya.

BAB 5
49

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


DI RW VIII RT 03 – 05 KELURAHAN MEDOKAN SEMAMPIR KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

Hasil analisa data yang telah dilakukan didapatkan diagnose keperawatan komunitas sesuai prioritas. Doagnosa keperawatan
kemonutas tersebut, kami melakukan perencanaan bersama dengan seluruh penanggung jawab Pokja dan menentukan sarana dan
prasarana yang akan digunakan untuk melaksanakan intervensi yang akan dilakukan. Perencanaan yng akan kamu laksanakan sebagai
berikut:
No Diagnosa Tujuan Dan Rencana Sasaran Waktu Intervensi PJ
Keperawatan Kriteria Hasil Kegiatan Hari/ Tempat
Tanggal
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1.Penanaman Warga RW Sosialisasi Lingkun NIC: Selfia Wahyu
pemeliharaan tindakan toga. VIII RT 03, pemilahan gan RW Environmental Widiawati,
kesehatan di RW keperawatan 2.Sosialisasi 04, dan 05 di sampah VIII RT management S.Kep.
VIII RT 03, 04, dan selama 7 minggu pemilahan Medokan Rabu, 25 03, 04, 1) Pemanfaatan
tanaman toga
05 Kelurahan warga RW VIII sampah. Semampir April 2018 dan 05
a. melakukan
Medokan Semampir RT 03, 04, dan 05 sosialisasi terlebih
Kecamatan Sukolilo Kelurahan Penanaman dahulu kepada
Kota Surabaya Medokan toga : warga tentang
Semampir Rabu, 9 manfaat tanaman
Kecamatan Mei 2018 toga
Sukolilo Kota b. mencari lahan
Surabaya di yang cocok untuk
harapkan warga dilakukan
mampu: penanaman toga
NOC: c. melakukan
penanaman toga
Primer:
bersama warga
pengetahuan: 2) Pengajaran
promosi kelompok
kesehatan 3) Panduan system
Sekunder:
50

keamanan, kesehatan
kesehatan serta 4) Pengembangan
perawatan kesehatan
lingkungan masyarakat seperti
Tersier: cara pemilahan
penggunaan antara sampah
sumber yang ada dapur, limbah
di komunitas manusia dan
sampah organik
atau an organic.

2. Kesiapan untuk Setelah dilakukan 1. Gebrak Warga RW Rabu, 9 Lingkun NIC: Faradila
meningkatkan tindakan Jumatik (1 VIII RT 03, Mei 2018 gan RW Environmental Risk Amalia,
kesehatan keperawatan rumah 1 04, dan 05 di VIII RT Protection S.Kep.
lingkungan di RW selama 7 minggu jumantik). Medokan 03, 04, 1. melakukan
pemeriksaan
VIII RT 03, 04, dan warga RW VIII Semampir dan 05
jentik- jentik
05 Kelurahan RT 03, 04, dan 05 2.Pendataan nyamuk dari
Medokan Semampir Kelurahan ODF rumah ke rumah
Kecamatan Sukolilo Medokan warga
Surabaya Semampir 2. memberikan
Kecamatan informasi kepada
Sukolilo warga dampak
Surabaya jika di dapatkan
diharapkan warga jentik-jentik
mampu: nyamuk di bak
Prevensi primer penampungan air
seperti penyakit
1. Pengetahuan
DBD
promkes 3. berkerja sama
2. Pengetahuan dengan pihak
perilaku sehat puskesmas untuk
3. Pengetahuan: meningkatkan
gaya hidup tingkat kesehatan
sehat warga
51

Prevensi 4. melakukan
sekunder: pendataan setiap
1. Kepatuhan rumah bagi warga
perilaku yang belum
mempunyai
2. kontrol resiko
jamban
status
kesehatan
komunitas
52

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2010. Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat. http://sanitasi.or.id/index.php?


option=com
Chandra, Budiman. 2002. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Depkes R.I. 1992. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta : Bakti Husada.

Depkes. 2011. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).


http://www.kesehatananak.depkes.go.id

Gunawan S, Nardho, Dr, MPH. 2002. Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.

Ismayadi. 2004. Asuhan Keperawatan LAnsia dengan Rheumatik Artritis. Semarang:Unsoed.

Kementerian Kesehatan RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. http://www.depkes.go.id

Kusmiran, E.2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.

Kutanegara, P. M dkk. 2010. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Lestari, S & Restu. 2008. Identifikasi Kebutuhan Informasi Seksual pada Remaja. Surakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Mulia, R. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Edisi pertama. Yogyakarta: Penerbit Graha


Ilmu.

NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2015-2017. Philadelphia: NANDA


International.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka Cipta.
53

Jakarta.

Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursal. 2005. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Jakarta.

Sanropie, Dajsio dkk. 1989. Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.
Slamet JS. 2002. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Soetjiningsih. 2004. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai