LOGO INSTITUSI
Disusun oleh:
Kelompok 4 Gelombang I (RW VIII)
1. XXXXXXXX NIM
2. XXXXXX NIM
3.
BAB 1
2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap sumber daya
manusia dan masa depan bangsa yang merupakan hak setiap manusia (Depkes RI, 2005).
Kesehatan juga dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah factor lingkungan yang
mana di dalamnya termasuk lingkungan dan pemukiman. Lingkungan adalah tempat
pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan
dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat di duga ikut mempengaruhi tingkat
kehidupan maupun kesehatan dari organism itu (A.L. Slamet Riyadi, 1976).
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum
pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup: perumahan, pembuangan
kotoran manusia (tinja), pembuangan sampah, pembuangan air kotor (limbah) dan
sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha
untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media
yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya
(Notoadmodjo, 2003).
Masalah kesehatan lingkungan di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah pengelolaan
sampah. Indonesia merupakan Negara kedua di dunia penghasil sampah plastic terbesar ke
laut (KLHK, 2016). Peringkat pertama ditempati Tiongkok dengan 262,9 juta ton sampah
plastic. Jumlah sampah kantong plastic terus meningkat signifikan dalam 10 tahun terakhir.
Kementrian lingkungan hidup dan kehutanan (2016) memperkirakan volume sampah di
Indonesia pada 2019 akan mencapai 68 juta ton. Dari angka tersebut, 14% atau sekitar 9,52%
diantaranya adalah sampah plastic. Sekitar 9,8 miliar lembar kantong plastic digunakan oleh
masyarakat Indonesia setiap tahunnya. Sebesar 95% kantong plastic hanya menjadi sampah,
sedangkan plastic sulit diarui oleh lingkungan.
Berdasarkan data pengkajian yang telah dilakukan di RW VIII di Kelurahan Medokan
Semampir RT 03, 04, 05 didapatkan data bahwa pengolahan sampah masih kurang maksimal,
sudah ada Bank Sampah namun tidak berjalan dengan maksimal, kegiatan kerja bakti juga
tidak rutin di tiap RT. Kegiatan kerja bakti hanya di lakukan pada hari-hari tertentu seperti
malam tahun baru atau acara 17 Agustus. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan
3
kebanyakan warga Medokan Semampir menggunakan bak mandi kecil sekali pakai habis agar
tidak ada jentik-jentik nyamuk, dan juga ditemukan jentik-jentik nyamuk bagi warga yang
menggunakan bak mandi yang ukuran agak besar tapi tidak banyak jentik-jentiknya.
Fakta diatas disebabkan oleh beberapa factor diantaranya adalah kurangnya kesadaran
dan peduli warga terhadap lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya kesehatan lingkungan serta dampak kesehatan bagi masyarakat dan keterbatan
ekonomi. Berdasarkan data tersebut, maka diperlukan upaya untuk memperbaiki kondisi
kesehatan lingkungan khususnya pembuangan dan pengelolaan atau pemilahan sampah di
RW VIII Kelurahan Medokan Semampir. Upaya tersebut dapat direalisasikan melalui
kegiatan kerja bakti untuk membersihkan got-got yang buntu di setiap gang, pemilahan
sampah, pembuatan pupuk dan penyuluhan tentang keuntungan dan kerugian pengolahan
sampah, dan penyuluhan jamban untuk meningkatkan pengetahuan wagra tentag
kesehatannya. Diharapkan dengan adanya kegiatan di atas,masyarakat RW VIII RT 03, 04, 05
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya mampu meningkatkan
derajat kesehatan di lingkungannya, ditandai dengan meningkatnya pemahaman warga
tentang pentingnya manfaat kesehatan lingkungan serta menurunnya angka terjadinya
penyakit akibat masalah sanitasi dan kebersihan lingkungan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kesehatan komunitas yang berhubungan
dengan kelompok kerja kesehatan lingkungan mahasiswa dapat memotivasi
masyarakat dalam meningkatkan hidup sehat dan menciptakan lingkungan yang bersih
di wilayah RW VIII Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya.
1.2.2 Tujuan khusus
Mahasiswa Program Profesi Keperawatan Komunitas, mampu:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan lingkungan di wilayah RT 03, 04 dan 05 RW
VIII Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
2. Memberikan asuhan keperawatan komunitas secara profesional pada masyarakat
dan lingkungan di wilayah RT 03, 04 dan 05 RW VIII Kelurahan Medokan
Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
4
3. Mengambil keputusan terkait masalah yang ada pada lingkungan RT 03, 04 dan 05
RW VIII Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi mahasiswa
1. Mampu mengaplikasikan konsep keperawatan kesehatan komunitas pada
lingkungan RT 03, 04 dan 05 RW VIII Kelurahan Medokan Semampir
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
2. Mampu mengaplikasikan model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas pada kesehatan lingkungan.
3. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analisis dan bijaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan pada kesehatan lingkungan.
1.3.2 Bagi masyarakat
1. Mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit.
2. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari masalah
kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah pengetahuan tentang
kesehatan lingkungan.
3. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan mempunyai upaya
peningkatan status kesehatan tersebut.
4. Meningkatkan kesehatan warga RT 03, 04 dan 05 RW VIII dengan memodifikasi
lingkungan komunitas warga RW VIII yang sehat.
1.3.3 Bagi pendidikan
1. Merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya Program Profesi khususnya di bidang keperawatan kesehatan
komunitas.
2. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model praktik
keperawatan kesehatan komunitas di masa yang akan datang.
1.3.4 Bagi profesi
1. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi secara mandiri
sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
alam yang berbentuk padat. Menurut (Notoatmojo, 2003) sampah mengandung prinsip sebagai
berikut:
1) Adanya sesuatu benda atau bahan padat.
2) Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia.
3) Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi
(7) Sampah hasil penghancuran gedung/bangunan (Demolotion waste), yaitu sampah yang
berasal dari perombakan gedung/bangunan.
(8) Sampah dari daerah pembangunan merupakan sampah yang berasal dari sisa
pembangunan dan perbaikan gedung. Sampah mengandung tanah batu-batuan, potongan
kayu, alat perekat.
(9) Sampah Padat Pada Air Buangan (Sewage Solid) yaitu sampah yang terdiri dari benda
yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengolahan air
buangan.
(10) Sampah Khusus merupakan sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam
pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radio aktif dan zat yang toksis.
2.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah
Sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan
taraf hidup masyarakat sekitar (Slamet, 2004). Beberapa faktor-faktor yang penting
mempengaruhi kuantitas dan kualitas sampah antara lain :
1) Jumlah Penduduk
Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk semakin banyak pula
sampahnya. Pengelolaan sampah pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.
2) Keadaan sosial ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita
sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat
membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan
yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan
kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-
bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan
bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah pada lingkungan
masyarakat.
3) Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi akan menambah jumlah sampah maupun kualitas sampah, karena
pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan produk dan produk
manufaktur yang semakin beragam pula di masyarakat.
4) Tingkat pendidikan
10
dengan keranjang saat berbelanja, hindari penggunaan styrofoam karena banyak mengandung
zat kimia berbahaya.
5) Replant
Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik
lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali
ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah.
2) Air tanah
Terbagi menjadi 2 yaitu: air tanah dangkal, terjadi akibat proses penyerapan air dari
permukaan tanah; dan air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama.
3) Air atmosfer/meteriologi/air hujan, dalam keadaan murni sangat bersih tetapi sering terjadi
pengotoran karena industri, debu, dan lain sebagainya.
Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan
penyakit (Kusnoputranto, 1986) yaitu :
1) Water Borne Disease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh
bakteri patogen dari penderita (carier). Bila air yang mengandung kuman patogen terminum,
maka dapat terjadi penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Typhoid,
Hepatitis, Dysentri Basiler.
13
2) Water Based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan melalui air sebagai pejamu (host)
perantara pada orang lain, misalnya Schistosomiasis.
3) Water Washed Disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk
pemeliharaan kebersihan perorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan
alat makan. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya penyakit infeksi
saluran pencernaan, yaitu diare. Diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya
melalui air dan melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air.
4) Water Related Insect Vectors. Vektor-vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu
penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah,
Yellow Fever, Trypanosomiasis.
Jenis sarana air bersih ada beberapa macam, yaitu sumur gali, sumur pompa tangan
dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat penampungan air hujan, penampungan mata air,
dan perpipaan.
Air sumur merupakan sumber air yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia.
Sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan (Sanropie, 1986) adalah :
1) Lokasi
(1) Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran, misalnya jamban, tempat pembuangan
air kotor, lubang resapan, tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan tempat
pembuangan kotoran lainnya.
14
(2) Tempat-tempat yang miring, misalnya pada lereng-lereng pegunungan, letak sumur gali
di atas sumber pencemaran.
(3) Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang lapisan tanahnya mengandung air
sepanjang musim.
(4) Lokasi sumur gali supaya diusahakan pada daerah yang bebas banjir.
2) Konstruksi
(1) Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 m dari permukaan tanah untuk mencegah
rembesan dari air permukaan.
(2) Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 m dari permukaan tanah untuk
mencegah rembesan air bekas pemakaian ke dalam sumur.
(3) Cara pengambilan air dari dalam sumur sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
masuknya kotoran kembali melalui alat yang digunakan, misalnya pompa tangan, timba
dengan kerekan,dsb.
(4) Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi lantai dengan tepi luar dinding sumur
minimal 1 m dengan kemiringan ke arah tepi lantai.
(5) Saluran pembuangan air kotor / bekas harus kedap air sepanjang minimal 10 m dihitung
dari tepi sungai.
(6) Dilengkapi dengan sumur / lubang respan air limbah bagi daerah yang tidak mempunyai
saluran penerimaan air limbah.
Pengolahan air untuk keperluan rumah tangga dapat dilakukan dengan sederhana dengan
cara sebagai berikut :
1) Sediakan bahan-bahan seperti pasir, arang aktif (dapat dari batok kelapa, tawas, kaporit, dan
bubuk kapur)
2) Sediakan empat buah kaleng. Kaleng pertama dipakai untuk menampung air yang akan
dibersihkan, dalam proses pengolahan didalamnya dibubuhi setengah sendok teh kaporit, 2
sdm tawas yang telah dilarutkan dahulu, kemudian semuanya diaduk beberapa menit. Setelah
tampak keping-keping bubuhkan satu sdm bubuk kapur, kemudian aduk lagi, setelah beberapa
menit tampak kepingan yang lebih besar, setelah itu endapkan selama setengah jam.
3) Alirkan air dari kaleng pertama ke dalam kaleng kedua.
15
4) Kaleng ketiga adalah sebagai penampung air yang telah disaring dari kaleng kedua. Air yang
mengalir mula-mula keruh, tetapi lama-lama akan jernih. Air dalam kaleng ketiga ini
digunakan untuk proses pengendapan sisa kotoran yang mungkin ada.
5) Kaleng keempat diisi dengan arang aktif berguna untuk menghilangkan bau khlor yang ada.
Air yang keluar dari kaleng keempat ini, telah dapat dipergunakan untuk sumber air bersih.
(2) Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang
nyamuk.
(3) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang
kecoa atau serangga lainnya.
(4) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.
(5) Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.
4) Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
(1) Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan.
(2) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh
air.
(3) Lubang buangan kotoran sebaikya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau
dari dalam lubang kotoran.
(4) Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan
secara periodik.
5) Aman digunakan oleh pemakainya.
6) Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
(1) Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran.
(2) Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena
dapat menyumbat saluran.
(3) Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat
penuh.
(4) Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter
minimal 4 inchi.
7) Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
(1) Jamban harus berdinding dan berpintu.
(2) Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan
dan kepanasan.
Jamban adalah suatu bangunan ruang dipergunakan untuk membuang tinja atau
kotoran manusia bagi keluarga yang lazim disebut WC/kakus. Manfaat jamban adalah
untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia.
b. Jamban Plengsengan
Tempat jongkok tidak berada diatas lubang kotoran, melainkan kotoran
dialirkan melalui saluran/pipa ke penampungan kotoran.
Penggunaan jamban tanpa leher angsa dengan tutup untuk memutuskan
mata rantai penularan penyakit melalui kotoran manusia masih memiliki
kelemahan yaitu menimbulkan bau dan tanpa tutup mungkin masih menarik
lalat, dimana lalat tersebut dapat mencemari makanan dengan kotoran.
Namun tangan yang kontak dengan kotoran setelah buang air besar
mungkin dapat mencemari makanan atau langsung ke mulut, maka upaya untuk
tidak terjadinya pencemaran tersebut dianjurkan untuk membiasakan cuci tangan
sesudah buang air besar dan sebelum menyajikan makanan.
2. Jamban leher angsa
a. Jamban leher angsa
Tempat jongkok leher angsa berada langsung di atas lubang penampungan.
b. Jamban leher angsa dengan septic tank
Tempat jongkok leher angsa tidak berada di atas lubang kotoran,
melainkan kotoran dialirkan melalui saluran/pipa ke penampungan kotoran.
Penggunaan jamban yang dianjurkan adalah jamban dengan leher angsa yang
memenuhi persyaratan kesehatan karena dapat mencegah pencemaran air
maupun tanah dari kotoran manusia serta mencegah lalat kontak dengan kotoran
maunusia.
19
sudah dapat mencegah perkembangbiakan lalat ini, baik karena kerapatannya maupun
karena sifat lalat yang prototropisme positip (tertarik pada sinar dan menjauhi
kegelapan atau permukaan yang gelap).
2.3.2.8 Faktor Lubang Jamban
Harus di upayakan adanya tutup lubang jamban yang dapat mendorong pemakai
jamban untuk memfungsikan sebagaimana mestinya, dalam konstruksi yang sederhana
mungkin hingga pemakai tidak terlalu sulit untuk menggunakannya.
Faktor non teknis, meliputi :
1) Faktor Manusia
Dalam soal pembuangan tinja, faktor manusia sama penting dengan faktor teknis.
Orang tidak akan mau menggunakan jamban dari tipe yang tidak disukainya, atau
yang tidak memberikan privacy yang cukup padanya, atau yang tidak dapat dipelihara
kebersihannya. Satu buah jamban idealnya untuk satu keluarga yang terdiri dari lima
orang.
2) Faktor Biaya
Jenis jamban yang dianjurkan bagi masyarakat atau keluarga harus sederhana,
dapat diterima, ekonomis pembangunan, pemeliharaan serta penggantinya. Faktor
biaya ini bersifat relatif, sebab sistim mahal pembuatannya dapat menjadi paling
murah untuk perhitungan jangka panjang, mengingat masa penggunaanya yang lebih
panjang karena kekuatannya serta paling mudah dan ekonomis dari pemeliharaannya.
pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan
dengan baik. Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat
untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani
maupun sosial (Sanropie, dkk, 1989). Rumah sehat menurut Winslow memiliki kriteria,
antara lain: (Chandra, 2007)
1) Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis.
2) Dapat memenuhi kebutuhan psikologis.
3) Dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan.
4) Dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit.
Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2002, secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2) Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit
dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.
Dalam pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa variabel yang harus
diperhatikan:
1) Bahan bangunan
(1) Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai dari tanah lebih baik tidak
digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan
23
3) Pencahayaan
Rumah sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya yang masuk ke
rumah, terutama cahaya matahari, di samping kurang nyaman, juga merupakan media yang
baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya
dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya merusak mata. Ada sumber cahaya
yang dapat dipergunakan, yakni:
(1) Cahaya alamiah yaitu matahari. Rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk
cahaya matahari yang cukup. Jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya
10% dari luas dalam ruangan rumah.
(2) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu
minyak tanah, listrik dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007).
4) Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya
luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas
bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan
penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah
apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 meter persegi untuk setiap orang (tiap anggota keluarga).
3) Sebagai advokasi
Perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya
pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua
inormasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun professional seperti kerja bakti, pemberian pendidikan kesehatan tentang
sampah dan kebersihan lingkungan, bekerjasama dengan kelurahan tentang pengadaan septic
tank, dan kerjasama dengan Unilever tentang bank sampah.
26
BAB 3
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RW VIII KELURAHAN MEDOKAN SEMAMPIR KECAMATAN SUKOLILO
KOTA SURABAYA
5. Politik dan Warga juga sering melakukan pertemuan rutin seperti PKK atau
Pemerintah Dasa Wisma yang dihadiri ketua RT untuk membahas mengenai
wilayah ataupun kegiatan wilayah RT
6. Komunikasi RT 03, RT 04, RT 05:
Apabila ada pertemuan biasanya mengundang warga menggunakan
undangan. Bila ada warga yang meninggal akan disiarkan melalui
masjid. Mayoritas warga sudah menggunakan alat komunikasi
yang canggih seperti handphone. Penduduk juga mayoritas sudah
memiliki televisi sebagai media elektronik yang menyajikan
informasi. Untuk pertemuan ketika rapat biasanya diumumkan
melalui pesan singkat menggunakan handphone atau melalui
undangan dan biasanya juga pemberitahuan dari rumah ke rumah.
7. Pendidikan Wilayah RT 03 tidak terdapat fasilitas pendidikan formal, tetapi
memiliki fasilitas untuk mengaji yaitu TPA (Taman Pendidikan
Al-qur’an) . wilayah RT 04 terdapat SMPN 30 Surabaya, SMAN
20 Surabaya, Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM), SMA-IT AL
USWAH, dan DAY CARE/ KB/ TK DIAN CERIA. Sedangkan
wilayah RT 05 tidak terdapat fasilitas pendidikan formal. Warga
RT 03, RT 04, RT 05 sebanyak 119 orang sebagai pelajar/
mahasiswa
8. Rekreasi Anak-anak biasanya bermain di rumahnya masing-masing dan
jalanan disekitar perkampungan RT 3, RT 4, dan RT 5 dengan
bermain layang-layang atau sepak bola. Para remaja biasanya
rekreasi dengan teman sebaya mereka ke mall ataupun belajar
bersama. Orang dewasa di wilayah RT 3, RT 4, RT 5 khususnya
para ibu-ibu biasanya memiliki kebiasaan ke pengajian, sedangkan
bapak-bapak biasanya rekreasi mereka dalam bentuk kumpul
bersama dengan para bapak-bapak yang lain di warung kopi sambil
bergurau dan berbincang-bincang
Gambar 3.1 Proporsi penduduk berdasarkan jenis kelamin RT 03, 04, & 05 RW
VIII Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya tanggal 5-7 April 2018
Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah proporsi jenis kelamin laki- laki
sebanyak (49,6%) dan perempuan (50,4%).
b. Usia
Gambar 3.2 Proporsi penduduk berdasarkan usia di RT 03, 04, & 05 RW VIII
KelurahanMedokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018
Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah presentase proporsi usia dewasa (18-<45
tahun) paling banyak yaitu berjumlah 39,1%, presentase lansia (60-<90 tahun)
berjumlah 9,9%, presentase dewasa akhir (45-<60 tahun) berjumlah 21,0%,
presentase anak (5-<!3 tahun) berjumlah 15,2%, presentase remaja (13-<18 tahun)
berjumlah 8,7%, dan balita (0-<5 tahun) berjumlah 6,1%.
31
Gambar 3.3 Proporsi penduduk berdasarkan status perkawinan di RT 03, 04, & 05
RW VIII Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya tanggal 5-7 April 2018
Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah proporsi warga dengan status kawin lebih
banyak sebanyak (55%), status tidak kawin (38%), dan janda/ duda sebanyak (7%).
3. Proporsi Penduduk RW VIII Berdasarkan Agama
Gambar 3.4 Proporsi penduduk berdasarkan Agama di RT 03, 04, & 05 RW VIII
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018
Gambar di atas menunjukkan sebagian besar penduduk memeluk Agama Islam yaitu
sebesar (96%) Kristen (3%) dan Katolik (1%). Hal tersebut menunjukkan bahwa agama
mayoritas dapat hidup berdampingan dengan pemeluk minoritas.
4. Proporsi Penduduk RW VIII Berdasarkan Suku
32
Gambar 3.5 Proporsi Penduduk berdasarkan Suku di RT 03, 04, & 05 RW VIII
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018
Gambar di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk RW VIII adalah Suku
Jawa (93,3%), Suku Madura (6,1%), dan lain-lain (0,6%).
5. Proporsi Penduduk RW VIII Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Lain-Lain Pegawai Swasta Pelajar
Petani PNS/TNI/Polri Supir
Tidak Bekerja Wiraswasta
13,7%
0,3%
1,7%
37,9% 0,7%
Gambar 3.6 Proporsi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di RT 03, 04, & 05 RW VIII
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-6 Juli 2017
Gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat RW VIII tidak bekerja
(37.9%), wiraswasta (20,4%), pegawai swasta (22,7%), petani (0.3%), PNS/TNI/Polri
(2,3%), Supir (0,9%), pelajar (13,7%), dan lain-lain (1,7%).
6. Proporsi Penduduk RW VIII Berdasarkan Penghasilan
33
Gambar 3.7 Proporsi Penduduk berdasarkan penghasilan RT 03, 04, & 05 RW VIII
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018
Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa penghasilan warga RW VIII
berkisar antara 1 juta rupiah sampai dengan 3 juta rupiah sebanyak (51%), < 1 juta
rupiah sebanyak (39%), dan lebih dari 3 juta rupiah sebanyak (10%).
7. Proporsi Penduduk RW VIII Berdasarkan Status Kesehatan
Gambar 3.8 Proporsi Penduduk berdasarkan penyakit RT 03, 04, & 05 RW VIII
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018
Berdasarkan gambar 3.8 dapat dilihat bahwa 3 penyakit yang paling banyak diderita di
RW VIII adalah ISPA sebesar 25%, hipertensi (6%) Penyakit kulit (gatal) sebesar 3%.
34
Gambar 3.22 Data sumber air minum di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII Kelurahan
Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tanggal 5-7
April 2018.
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis jambannya leher angsa
(77%)
4. Tempat BAB
38
Gambar 3.31 Data konsumsi lauk per hari di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5 – 7 April 2018
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa sebagian kecil warga tidak
mengkonsumsi lauk setiap hari (1%) dan sebagian besar mengkonsumsi lauk setiap hari
(99%).
12. Konsumsi Sayur dan Buah Setiap Hari
Gambar 3.32 Data konsumsi sayur dan buah per hari di RT 03, RT 04 dan RT 05 RW
VIII Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
tanggal 5-7 April 2018
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa sebagian kecil warga tidak mengkonsumsi
sayur dan buah setiap hari (7 %)
13. Kebiasaan Merokok
43
BAB 4
ANALISIS DATA KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RW VIII KELURAHAN MEDOKAN SEMAMPIR KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian yang dilakukan mulai tanggal 2 – 8 April 2018 kepada warga RT 03, RT 04 dan RT
05 RW VIII dan wawancara dengan ketua RW VIII, ketua RT 03, RT 04, dan , RT 05, kader jumantik serta masyarakat di lingkungan
RT 03, RT 04 dan RT 05 RW VIII, selanjutnya data dianalisis dan diperoleh diagnosa keperawatan komunitas, kemudian dilakukan
penapisan untuk menentukan prioritas diagnosa keperawatan komunitas.
Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosa keperawatan komunitas di RT 03, RT 04, dan RT 05 RW VIII, Kelurahan
Medokan Semampir adalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan pemeliharaan komunitas di RT 03, RT 04, dan RT 05 RW VIII Medokan Semampir, Sukolilo Kota
Surabaya
2. Defisiensi kesehatan komunitas di RT 03, RT 04, dan RT 05 RW VIII Medokan Semampir, Sukolilo Kota Surabaya.
BAB 5
49
Hasil analisa data yang telah dilakukan didapatkan diagnose keperawatan komunitas sesuai prioritas. Doagnosa keperawatan
kemonutas tersebut, kami melakukan perencanaan bersama dengan seluruh penanggung jawab Pokja dan menentukan sarana dan
prasarana yang akan digunakan untuk melaksanakan intervensi yang akan dilakukan. Perencanaan yng akan kamu laksanakan sebagai
berikut:
No Diagnosa Tujuan Dan Rencana Sasaran Waktu Intervensi PJ
Keperawatan Kriteria Hasil Kegiatan Hari/ Tempat
Tanggal
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1.Penanaman Warga RW Sosialisasi Lingkun NIC: Selfia Wahyu
pemeliharaan tindakan toga. VIII RT 03, pemilahan gan RW Environmental Widiawati,
kesehatan di RW keperawatan 2.Sosialisasi 04, dan 05 di sampah VIII RT management S.Kep.
VIII RT 03, 04, dan selama 7 minggu pemilahan Medokan Rabu, 25 03, 04, 1) Pemanfaatan
tanaman toga
05 Kelurahan warga RW VIII sampah. Semampir April 2018 dan 05
a. melakukan
Medokan Semampir RT 03, 04, dan 05 sosialisasi terlebih
Kecamatan Sukolilo Kelurahan Penanaman dahulu kepada
Kota Surabaya Medokan toga : warga tentang
Semampir Rabu, 9 manfaat tanaman
Kecamatan Mei 2018 toga
Sukolilo Kota b. mencari lahan
Surabaya di yang cocok untuk
harapkan warga dilakukan
mampu: penanaman toga
NOC: c. melakukan
penanaman toga
Primer:
bersama warga
pengetahuan: 2) Pengajaran
promosi kelompok
kesehatan 3) Panduan system
Sekunder:
50
keamanan, kesehatan
kesehatan serta 4) Pengembangan
perawatan kesehatan
lingkungan masyarakat seperti
Tersier: cara pemilahan
penggunaan antara sampah
sumber yang ada dapur, limbah
di komunitas manusia dan
sampah organik
atau an organic.
2. Kesiapan untuk Setelah dilakukan 1. Gebrak Warga RW Rabu, 9 Lingkun NIC: Faradila
meningkatkan tindakan Jumatik (1 VIII RT 03, Mei 2018 gan RW Environmental Risk Amalia,
kesehatan keperawatan rumah 1 04, dan 05 di VIII RT Protection S.Kep.
lingkungan di RW selama 7 minggu jumantik). Medokan 03, 04, 1. melakukan
pemeriksaan
VIII RT 03, 04, dan warga RW VIII Semampir dan 05
jentik- jentik
05 Kelurahan RT 03, 04, dan 05 2.Pendataan nyamuk dari
Medokan Semampir Kelurahan ODF rumah ke rumah
Kecamatan Sukolilo Medokan warga
Surabaya Semampir 2. memberikan
Kecamatan informasi kepada
Sukolilo warga dampak
Surabaya jika di dapatkan
diharapkan warga jentik-jentik
mampu: nyamuk di bak
Prevensi primer penampungan air
seperti penyakit
1. Pengetahuan
DBD
promkes 3. berkerja sama
2. Pengetahuan dengan pihak
perilaku sehat puskesmas untuk
3. Pengetahuan: meningkatkan
gaya hidup tingkat kesehatan
sehat warga
51
Prevensi 4. melakukan
sekunder: pendataan setiap
1. Kepatuhan rumah bagi warga
perilaku yang belum
mempunyai
2. kontrol resiko
jamban
status
kesehatan
komunitas
52
DAFTAR PUSTAKA
Depkes R.I. 1992. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta : Bakti Husada.
Gunawan S, Nardho, Dr, MPH. 2002. Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.
Kusmiran, E.2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Lestari, S & Restu. 2008. Identifikasi Kebutuhan Informasi Seksual pada Remaja. Surakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Jakarta.
Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursal. 2005. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Jakarta.
Soetjiningsih. 2004. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto.