PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan terutama penyakit kardiovaskuler menjadi masalah
kesehatan yang utama dalam masyarakat pada beberapa Negara industri maju dan
Negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu dari penyakit kardiovaskuler yang
marak terjadi di Indonesia adalah Congestive Heart Failure (CHF). CHF merupakan
ketidakmampuan jantung memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan (Smeltzer.S.C, 2013). CHF juga
merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan kelebihan beban (overload) cairan
dan perfusi jaringan yang buruk (Smeltzer.S.C, 2013).
Berdasarkan data dari World Health Organization (2016) menyebutkan bahwa
terdapat 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat gangguan kardiovaskular.
Sebanyak 75% penderita kardiovaskular terjadi di negara-negara yang memiliki
penghasilan rendah. Indonesia termasuk kelompok dengan jumlah kejadian tertinggi
yaitu 371 per 100.000 orang lebih tinggi di Asia Tenggara (Dewanti, 2019).
Berdasarkan Prevalensi Penyakit Jantung (Diagnosis Dokter) pada penduduk menurut
semua umur, Provinsi Sulawesi Tengah urutan ke-4 Setelah Provinsi Yogyakarta.
Berdasarkan (Riskesdas, 2018) di Indonesia jumlah penderita penyakit jantung
mencapai 1,5 % pada tahun 2013, dan mengalami peningkatan sebesar 2,2% pada
tahun 2018.
Penyebab umum CHF adalah rusaknya atau berkurangnya massa otot jantung
karena iskemik akut atau kronik, peningkatan resistensi vaskuler karena hipertensi,
atau karena takiaritmia (misalnya fibrilasi atrial) (Uly, 2014). Apabila terjadi CHF,
hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti:
tangan, kaki, paru-paru atau organ lainnya sehingga menimbulkan bengkak yang
dapat menghambat aktivitas dari pasien CHF (Budiono & Slamet, 2019). Bendungan
cairan pada CHF kanan terjadi karena ketidakmampuan jantung bagian kanan yang
mengakibatkan penimbunan darah dalam atrium kanan, vena kava dan sirkulasi besar.
Pada kondisi vena yang terbendung (Congesti), terjadi peningkatan tekanan
hidrostatik intra vaskuler (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskuler
oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang
interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan
rongga badan maka terjadi edema. Edema pada ekstremitas bawah adalah salah satu
manifestasi dari CHF kanan (Budiono & Slamet, 2019).
Jika permasalahan edema tidak segera ditangani akan berdampak pada
ketidaknyamanan, penurunan kualitas hidup, perubahan postur tubuh, menurunkan
mobilitas serta meningkatkan resiko jatuh, adanya gangguan sensasi di kaki dan juga
bisa menyebabkan lesi pada kulit (Rahnavard, Nodeh, & Hatamipour, 2014). Edema
kaki secara fisiologis menyebabkan kram di malam hari, merasakan ketidaknyamanan
dan perasaan berat (Widi et al., 2018).
Menurut penelitian (Ristanti & Budiono, 2019) dilakukannya penerapan terapi
contrast bath dengan elevasi kaki 300 dapat memberikan keefektifan dalam penurunan
derajat edema ekstremitas bawah. Menurut (Villeco & Otr, 2012 dalam Sukmana,
Mayusef, 2016) penatalaksanaan edema berupa elevasi 30° menggunakan gravitasi
untuk meningkatkan aliran vena dan limpatik dari kaki. Posisi pembuluh darah yang
lebih tinggi dari jantung gravitasi akan meningkatkan dan menurunkan tekanan perifer
sehingga mengurangi derajat edema. Dengan pengkombinasian penerapan terapi
contrast bath yang akan mengurangi tekanan hidrostatik intra vena yang
menimbulkan pembesaran cairan plasma ke dalam ruang interstisium dan cairan yang
bererada di intertisium akan kembali ke vena. Sehingga dapat mengurangi edema
(Mcneilus, 2004 dalam Purwadi, I Ketut Agus Hida, 2015).
Sedangkan menurut penelitian (Engkartini & Kasron, 2019), dilakukan
penerapan foot massage terhadap penurunan derajat edema dinilai efektif. Edema kaki
secara umum bisa dikurangi dengan melakukan penerapan penatalaksanaan foot
massage, dengan foot massage akan menstimulasi pengeluaran cairan melalui saluran
limfe ke bagian yang lebih proksimal, sehingga menurunkan kejadian edema kaki
(Ciocon et al., 1995; Ely et al., 2006). Penerapan foot massage yang dilakukan dalam
penelitian ini sesuai prosedur yang dilakukan oleh Shimizu (2009), dimana Shimizu
melakukan penerapan foot massage tersebut dalam penelitian yang digunakan pada
ibu hamil yang mengalami edema kaki fisiologis. Hasil penelitian tersebut
menunjukan terdapat adanya pengaruh foot massage dengan penurunan edema kaki
pada wanita hamil (Shimizu, 2009). Hasil penelitian (Engkartini & Kasron, 2019)
menunjukan terdapat perubahan lingkar edema pada pasien CHF yang mengalami
edema kaki setelah diberikan intervensi foot massage setelah intervensi pemijatan hari
kedua dan ketiga dengan p-value <0,001 (Engkartini & Kasron, 2019).
Maka dari itu penulis ingin menguji keefektifan intervensi keperawatan
mandiri terapi contrast bath dengan pengkombinasian foot massage yang merupakan
terapi dengan rendam kaki sebatas betis secara bergantian dengan menggunakan air
hangat dan dilanjutkan dengan air dingin, dimana suhu dari air hangat antara 36,6 –
43,3°C dan suhu air dingin antara 10 – 20°C dan dilanjutkan dengan perawatan foot
masssage menggunakan gerakan sederhana yang berirama memijat kaki bagian
telapak kaki untuk menstimulasi aliran getah bening ke system sirkulasi darah, dengan
serangkaian tehnik, metode dan alat pijat tertentu. Maka diharapkan dengan
pengkombinasian kedua tindakan keperawatan mandiri tersebut, dapat memberikan
keefektifitas terhadap penurunan derajat edema.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, penerapan
tindakan keperawatan mengenai permasalahan edema pada ekstremitas bawah di
RSUD Poso ruangan neurologi, penyakit dalam, ICU, yang sebagian besar dialami
oleh pasien CHF, masih menerapkan tindakan pemberian diuretic dan memberikan
posisi elevasi kaki 300 untuk penurunan derajat edema. Maka penulis ingin
menerapkan salah satu intervensi keperawatan mandiri yakni dengan mengkombinasi
terapi contrast bath dengan foot massage. Dengan memberikan kombinasi terapi
farmakologi diuretic dengan intervensi keperawatan mandiri diharapkan dapat
memaksimalkan proses penurunan derajat edema kaki dan meningkatkan kenyamanan
pada pasien. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis ingin mengetahui
efektifitas terapi contrast bath dengan foot massage untuk mengatasi permasalahan
edema ekstremitas bawah pada pasien CHF di RSUD Poso.
B. Rumusan Masalah
Penurunan Derajat Edema pada Pasien dengan Kasus CHF di RSUD Poso”?.
C. Tujuan Penelitian
dengan Foot Massage terhadap Penurunan Derajat Edema pada Pasien dengan Kasus
rumah sakit terkait dengan intervensi keperawatan mandiri yang sederhana dan
mudah untuk diaplikasikan kepada pasien untuk mengatasi edema kaki pada
Keperawatan Poso.
h. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolism, hipoksia, dan anemia
diperlukan adanya peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen
ke jantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit juga dapat menurunkan
kontraktilitas jantung (Dewi, 2019).
3. Tanda dan gejala
a. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada
mekanisme kontrol pernafasan.
1) Dispnea
Terjadi karena penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli
yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi pada saat
istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sering
(Munandar, 2019).
2) Orthopnea
Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau berbaring, tetapi
akan menggunakan bantal agar bisa tegak ditempat tidur atau duduk
dikursi, bahkan saat tidur (Munandar, 2019).
3) Batuk
Hal ini disebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak produktif,
tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan
sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang terkadang disertai dengan
adanya bercak darah (Munandar, 2019).
4) Mudah Lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan dari
srikulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang di gunakan
untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernafasan dan
batuk (Munandar, 2019).
Hambatan pengosongan
ventrikel
Beban jantung
meningkat
Tekanan
Diastole
Forward Failure Backward Failure
Bendungan atrium
LVED (Left Ventrikular kanan,vena kava
Cardiac Output menurun
End Diastolic) naik dan sirkulasi besar
Renal Flow
Suplai O2 Ke
Otak Tekanan
Suplai darah ke Tekanan vena
hidrostatik Intra
jaringan pulmonalis
Glomerular Filtration vaskuler
Rate
Metabolisme anaerob
Metabolisme Sel
Oedema paru
Oedema
Kelebihan Volume Cairan
Ekstremitas
Vaskuler
Lemah Fatique Cairan masuk dalam alveoli
Hambatan
Mobilisasi Berjalan
Intoleransi Aktivitas
Ketidakefektifan Gangguan
Pola Nafas Pertukaran Gas
interstisial lebih dari jumlah yang biasa atau di dalam berbagai rongga
dan gejala awal dari CHF pada pasien yang lebih tua. Apabila diamati
penumpukan cairan pada siang hari dan mereda pada malam hari, ini
penyebab yang lebih rumit (Simon, 2009). Jika ukuran kaki normal
a. Edema vena
punggung jari kaki dan kaki serta lubang dengan susah payah.
Warna dan tekstur kulit normal hingga tahap selanjutnya, saat kulit
berlumut).
c. Lipedema
badan. Edema tungkai juga terlihat pada pasien yang lebih tua
edema.
sirkulasi vena. Menurut (Cho & Atwood, 2002) pasien CHF yang
dependen) dan secara bertahap bertambah keatas tungkai dan paha dan
jarang terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena daerah sakral
dengan pitting edema. Pitting edema adalah edema yang akan tetap
cekung bahkan setelah penekanan ringan pada ujung jari , baru jelas
6. Grading edema
detik.
(Siregar, 2018)