Definisi CA Hepar
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang
digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan
kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui
batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan
menyebar ke organ lain.
Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis
hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar
fungsi hepar. ( Gips& Willson :1989 )
Kanker hati adalah penyakit gangguan pada hati yang disebabkan karna
hepatis kronik dalam jangka panjang yang menyebabkan gangguan pada fungsi
hati. ( Ghofar , Abdul : 2009 )
Kanker hepar atau kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker
yang timbul dari hati. Ia juga dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma.
Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang berbeda (contohnya, pembuluh-pembuluh
empedu, pembuluh-pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak).
Bagaimanapun, sel-sel hati (hepatocytes) membentuk sampai 80% dari jaringan
hati. Jadi, mayoritas dari kanker-kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%)
timbul dari sel-sel hati dan disebut kanker hepatoselular (hepatocellular cancer)
atau Karsinoma (carcinoma).
Ca Hepar atau yang biasa disebut kanker hati adalah Tumor ganas primer
pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase
dari tumor jaringan lainnya dan kanker hati terjadi apabila sel kanker berkembang
pada jaringan hati.
B. Etiologi
Penyebab kanker hepar secara umum adalah infeksi virus hepatitis B dan C,
cemaran aflatoksin B1, sirosis hati, infeksi parasit, alkohol serta faktor keturunan.
(Fong, 2002).
Infeksi virus hepatitis B dan C merupakan penyebab kanker hepar yang utama
didunia, terutama pasien dengan antigenemia dan juga mempunyai penyakit kronik
hepatitis. Pasien laki-laki dengan umur lebih dari 50 tahun yang menderita penyakit
hepatitis B dan C mempunyai kemungkinan besar terkena kanker hepar. (Tsukuma
dkk., 1993; Mor dkk., 1998). Faktor faktor yang dapat merusak hati dan penyebab
kanker hati :
2. Fisiologi
Fungsi utama hati yaitu (Suzanne C. Smeltser& Brenda G. Bare. 2002):
a. Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.
Bergantung kepada kebutuhan tubuh, ketiganya dapat saling
dibentuk.
b. Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe)
serta vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K),
glikogen dan berbagai racun yang tidak dapat dikeluarkan dari
tubuh (contohnya : pestisida DDT).
c. Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon dan
detoksifikasi toksin dan obat.
d. Untuk fagositosis mikroorganisme, eritrosit, dan leukosit yang
sudahtua atau rusak.
e. Untuk sekresi, dimana hati memproduksi empedu yang berperan
dalam emulsifikasi dan absorbsi lemak.
D. Patofisiologi
Kanker hati terjadi akibat kerusakan pada sel sel parenkim hati yang biasa
secara langsung disebabkan oleh primer penyakit hati atau secara tidak langsung
oleh obstruksi aliran empedu atau gangguan sirkulasi hepatik yang menyebabkan
disfungsi hati. Sel parenkim hati akan bereaksi tehadap unsur unsur yang paling
toksik melalui penggantian glikogen dengan lipid sehingga terjadi infiltrasi lemak
dengan atau tanpa nekrosis atau kematian sel. Keadaan ini sering disertai dengan
infiltrasisel radang dan pertumbuhan jaringan fibrosis. Regenerasi sel dapat terjadi
jika proses perjalanan penyakit tidak terlampau toksik bagi sel sel hati. Sehingga
terjadi pengecilan dan fibrosis selanjutnya akan menjadi kanker hati.
Pada waktu yang bersamaan peradangan sel hepar memacu proses regenerasi
sel-sel hepar secara terus menerus (fibrogenesis) yang mengakibatkan gangguan
kemampuan fungsi hepar yaitu gangguan metabolik protein, yang menyebabkan
produksi albumin menurun (hipoalbuminenia), sehingga tidak dapat
mempertahankan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotik koloid yang rendah
mengakibatkan terjadinya acites dan oedema. Kedua keadaan ini dapat
menyebabkan masalah kelebihan volume cairan. Metabolisme protein
menghasilkan produk sampingan berupa amonia bila kadarnya meningkat dalam
darah dapat menimbulkan kerusakan saraf pusat (SSP) yang dapat menimbulkan
rangsangan mual dan ensefalopati hepatik.
1. Hepatoma 75 % berasal dari Sirosis hati yang lama / menahun. Khususnya yang
disebabkan oleh alkoholik dan post nekrotik.
2. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati
mendadak.
3. Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain.
Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal
ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak
tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati,
misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
4. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran
tumor yang sangat luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.
E. Pathway
percabangan pembuluh
hepatik dan aliran darah
pada porta
pemekaran pembuluh vena esofagus, vena rektum superior dan vena kolateral
dinding perut
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan gejala
seperti :
1. Gangguan nutrisi: penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan
kekuatan, anoreksia, dan anemia.
2. Nyeri abdomen
3. Pembesaran hati yang cepat
4. Pada pemeriksaan fisik, palpasi teraba permukaan hati yang ireguler
a. Gejala ikterus, terjadi jika saluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan nodul
malignan dalam hilus hati.
b. Acites timbul setelah nodul tersumbat vena porta atau bila jaringan tumor tertanam
dalam rongga peritoneal.
Manifestasi klinik berupa tanda dan gejala yang meliputi : Kulit menjadi
berwarna kuning, Deman, Menggigil, Merasa lelah yang luar biasa, Nausea, Nyeri
pada perut, Kehilangan nafsu makan, Berat badan yang turun drastis, Nyeri pada
punggung dan bahu, Urin yang berwarna gelap, Terjadi pendarahan di bagian dalam
tubuh.
F. Klasifikasi
Ca Hepar atau kanker hati dapat digolongkan beberapa type yaitu :
G. Penatalaksanaan
1. Non Bedah
a. Terapi Radiasi
Tujuan: Mengurangi nyeri dan gangguan rasa nyaman, gejala anoreksia, panas dan
kelemahan. Pelaksanaan metode radiasi meliputi :
Penyuntikan anti bodi berlabel isotop radio aktif secara intravena yang
secara spesifik akan menyerang antigen yang berkaitan dengan tumor.
Penempatan sumber radiasi perkutan intensitas tinggi untuk terapi radiasi
interstisil.
b. Kemoterapi
Tujuan: Untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang
kelangsungan hidupnya.
Bentuk terapi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajuan setelah dilakukan
reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infus regional merupakan
dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada
pasien tumor primer dan metastasis hati.
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Lobektomi hepatik dapat dilakukan jika tumor hepatik primer adalah
setempet atau jika tempat primer dapat dieksisi secara keseluruhan dan metastasis
dapat di batasi. Dengan kemampuan kapasitas pada regenerasi sel-sel hepar, 90%
hepar telah dapat diangkat dengan berhasil. Adanya sirosis menyebabkan
keterbatasan kemampuan hepar untuk beregenerasi.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas
a. Usia : Biasanya menyerang dewasa dan orang tua
b. Jenis kelamin : Kanker hati sering terjadi pada laki laki dari pada
perumpuan.
c. Pekerjaan : Dapat ditemukan pada orang dengan aktivitas yang berlebihan
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Keluhan pasien pada waktu dikaji.
b. Riwayat penyakit dahulu : Pasien dahulu pernah menderita penyakit apa dan
bagaimana pengobatanya.
c. Riwayat penyakit sekarang
3. Pemeriksaan fisik
Menurut Doengoes, 1999 hasil pemeriksaan fisik pada pasien kanker hati
adalah:
1. Tanda tanda vital: Tekanan darah meningkat, nadi bradikardial, suhu
meningkat, pernafasan meningkat.
2. Mata: Skera ikterik
3. Mulut: Mukosa kering, bibir pucat.
4. Abdomen: Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas, pembesaran
hati, asites, permukaan teraba ireguler.
5. Kulit: Gatal gatal ( pruritus )
6. Ekstremitas: Mengalami kelemahan, peningkatan edema.
4. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium:
500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium. Darah
lengkap ; SGOT, SGPT, LDH, CPK, Alkali Fostatase.
AST / SGOT meningkat Nn ( 10 40 unit (4,8 -19 U/L)
ALT / SGPT meningkat Nn ( 5 35 unit (2,4 17 U/L)
LDH meningkat Nn (165 400 unit (80 192 U/L)
Alkali Fostatase meningkat Nn ( 2 -5 unit (20 90 IU/L)
Albumin menurun Nn ( 3,5 5,5 g/dl (35-55 g/L)
Globulin meningkat Nn ( 1,5 3,0 g/dl (15-30g/L)
2. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan barium esofagus: Menunjukkan peningkatan
tekanan portal.
Foto rongent abdomen : Pada penderita kanker hati akan terlihat
perubahan ukuran hati.
Arteriografi pembuluh darah seliaka : Untuk melihat hati dan
pankreas.
Laparoskopi : Melihat perbedaan permukaan hati antara lobus
kanan dengan kiri sehingga jika ada kelainan akan terlihat jelas.
Biobsi hati : Menentukan perubahan anatomis pada jaringan
hati
Ultrasonografi : Memperlihatkan ukuran ukuran organ
abdomen.
5. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diet yang tidak adekuat, ketidakmampuan untuk
memproses/mencerna makanan,anorexia,mual dan muntah.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan
natrium/masukan cairan ,penurunan protein plasma ,malnutrisi.
c. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru akibat pengumpulan cairan intra abdomen (asites).
d. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut (asites).
e. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
pruritus,edema dan asites.
6. Intervensi
1) Diagnosa I
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan diet yang tidak adekuat ,ketidakmampuan
untuk memproses/mencerna makanan ,anorexia, mual dan muntah.
Mandiri :
Kolaborasi:
2) Diagnosa II
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan
natrium/masukan cairan, penurunan protein plasma, malnutrisi.
Mandiri:
Batasi asupan Na+ dan cairan jika diintruksikan.
Ukur intake dan output,timbang BB tiap hari ,dan catat peningkatan
BB> 5 kg/hari
Awasi TD,CVP,dan catat DVJ
Kaji derajat pitting edema
Ukur lingkar abdomen
Dorong untuk tirah baring bila ada asites
Kolaborasi:
Awasi albumin serum dan e- (k+ dan Na+)
Batasi Na+ dan cairan sesuai indikasi
Berikan diuretik = furosemide (lasix),spirolaktan
3) Diagnosa III
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru akibat pengumpulan cairan intra abdomen (asites)
Mandiri:
Awasi frekuensi ,kedalaman dan upaya pernapasan
Pertahankan kepala TT tinggi
Ubah posisi dengan sering ,dorong napas dalam,dan latihan
Selidiki perubahan tingkat kesadaran
Monitor TTV tiap 2 jam
Anjurkan klien untuk banyak istirahat
Kolaborasi :
Awasi seri AGD,Ro dada
Berikan O2 sesuai indikasi
Siapkan untuk prosedur parasentesis
4) Diagnosa IV
Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut (asites).
Tujuan :
Intervensi :
Rasional:
5) Diagnosa V
Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
pruritus,edema dan asites.
Tujuan :
Intervensi :
Rasional :
Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi
dapat terjadi dalam area radiasi. Deskuamasi kering dan deskuamasi
kering, ulserasi.
Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.
Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/
jaringan yang tidak perlu.
Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata.
7. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi keperawatan, maka hal yang perlu di
evaluasi dari tindakan yang telah kita lakukan yaitu :
a. Kebutuhan akan nutrisi dapat terpenuhi
b. Nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang
c. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh
d. Klien dapat turut berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah
komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Gips,CH & CH Wilson 1989. Diagnosis dan Terapi Penyakit Hati dan Empedu.
Jakarta: Gramedia.
2. Etiologi
Kanker hati ( karsinoma hepatoseluler ) disebabkan adanya infeksi
hepatis B kronis yang terjadi dalam jangka waktu lama. ( ghofar, Abdul : 2009
)
Penyebab kanker hepar secara umum adalah infeksi virus hepatitis B
dan C, cemaran aflatoksin B1, sirosis hati, infeksi parasit, alkohol serta faktor
keturunan. (Fong, 2002).
Infeksi virus hepatitis B dan C merupakan penyebab kanker hepar
yang utama didunia, terutama pasien dengan antigenemia dan juga
mempunyai penyakit kronik hepatitis. Pasien laki-laki dengan umur lebih dari
50 tahun yang menderita penyakit hepatitis B dan C mempunyai kemungkinan
besar terkena kanker hepar. (Tsukuma dkk., 1993; Mor dkk., 1998).
Orang yang didiagnosis menderita kanker hati berusia diatas enam
puluh tahun. Dari sebuah survei di Kanada,setiap tahun sekitar 1800 orang
didiagnosis menderita kanker hati, dan separuh lebih adalah lelaki.
Faktor faktor yang dapat merusak hati dan penyebab kanker hati :
3. Patofisiologi
Kanker hati terjadi akibat kerusakan pada sel sel parenkim hati yang
biasa secara langsung disebabkan oleh primer penyakit hati atau secara tidak
langsung oleh obstruksi aliran empedu atau gangguan sirkulasi hepatik yang
menyebabkan disfungsi hati. Sel parenkim hati akan bereaksi tehadap unsur
unsur yang paling toksik melalui penggantian glikogen dengan lipid sehingga
terjadi infiltrasi lemak dengan atau tanpa nekrosis atau kematian sel. Keadaan
ini sering disertai dengan infiltrasi sel radang dan pertumbuhan jaringan
fibrosis. Regenerasi sel dapat terjadi jika proses perjalanan penyakit tidak
terlampau toksik bagi sel sel hati. Sehingga terjadi pengecilan dan fibrosis
selanjutnya akan menjadi kanker hati.
4. Pathway
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari Carcinoma Hepatoseluler berupa tanda dan
gejala yang meliputi : Kulit menjadi berwarna kuning, Deman, Menggigil,
Merasa lelah yang luar biasa, Nausea, Nyeri pada perut, Kehilangan nafsu
makan, Berat badan yang turun drastis, Nyeri pada punggung dan bahu, Urin
yang berwarna gelap, Terjadi pendarahan di bagian dalam tubuh.
6. Penatalaksanaan
A. Non Bedah .
1. Terapi Radiasi
Tujuan : Mengurangi nyeri dan gangguan rasa nyaman, gejala
anoreksia, panas dan kelemahan.
Pelaksanaan metode radiasi meliputi :
2. Kemoterapi
Tujuan : Untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan
memperpanjang kelangsungan hidupnya.
Bentuk terapi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajuan setelah
dilakukan reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infus
regional merupakan dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat
antineoplastik kepada pasien tumor primer dan metastasis hati.
Untuk memberikan kemoterapi dengan kosentrasi yang tinggi kedalam
hati melalui arteri hepatika dipasang pompa yang dapat ditanam. Metode ini
menghasilkan pemberian obat dengan cara infus yang kontinyu, dapat di
andalkan dan terkontrol yang dapat dilaksanakan sendiri dirumah.
3. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di rumah
Tujuan :
Membantu pasien dan kulurganya untuk mengatasi gejala yang dapat
terjadi serta prognosis penyakit tersebut
Untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan strategi
penanganan rasa nyeri serta pendekatan terhadap penanganan
masalah yang dapat terjadi.
B. Penatalaksanaan Pembedahan
Lobektomi hepatik dapat dilakukan jika tumor hepatik primer adalah
setempet atau jika tempat primer dapat dieksisi secara keseluruhan dan
metastasis dapt di batasi. Dengan kemampuan kapasitas pada regenerasi sel-
sel hepar, 90% hepar telahg dapat diangkat dengan berhasil. Adanya sirosis
menyebabkan keterbatasan kemampuan hepar untuk beregenerasi.
7. Pengkajian
A. Identitas
B. Riwayat kesehatan
D. Pemeriksaan fisik
Menurut Doengoes, 1999 hasil pemeriksaan fisik pada pasien kanker
hati adalah:
E. Pemeriksaan penunjang
HASIL :
1. Laboratorium:
500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium. Darah
lengkap ; SGOT, SGPT, LDH, CPK, Alkali Fostatase.
2. Pemeriksaan radiologi
8. Diagnosa keperawatan
RASIONAL
Diagnosa : II.
Tujuan : Perbaikan status nutrisi
INTERVENSI
1. Kaji asupan diet dan status nutrisi lewat riwayat diet dan food diare,
pengukuran berat badan setiap hari, pemeriksaan laboratorium dan
antropometrik.
2. Berikan diet tinggi karbohidrat dengan asupan protein yang konsisten
dengan fungsi hati.
3. Bantu pasien dalam mengenali jenis jenis makanan rendah natrium.
4. Tinggikan bagian kepala tempat tidur selama pasien makan.
5. Pelihara higine oral sebelum makan dan memberikan suasana yang
menyenangkan pada waktu makan.
RASIONAL
Diagnosa : III
Tujuan :
INTERVENSI :
RASIONAL :
Daftar Pustaka
Gips,CH & CH Wilson 1989. Diagnosis dan Terapi Penyakit Hati dan Empedu. Jakarta:
Gramedia.
Ghofar,Abdul. 2009. Cara Mudah Mengenal dan Mengobati Kanker. Yogyakarta:
Flamingo.
http://lulu-pramono.blogspot.com/2009/06/askep-kanker-hati.html
http://www.oncolink.org