Anda di halaman 1dari 27

A.

Definisi CA Hepar
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang
digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan
kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui
batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan
menyebar ke organ lain.

Menurut National Cancer Institute(2009), kanker adalah suatu istilah untuk


penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat
menyerang jaringan di sekitarnya.

Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis
hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar
fungsi hepar. ( Gips& Willson :1989 )

Kanker hati adalah penyakit gangguan pada hati yang disebabkan karna
hepatis kronik dalam jangka panjang yang menyebabkan gangguan pada fungsi
hati. ( Ghofar , Abdul : 2009 )

Kanker hepar atau kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker
yang timbul dari hati. Ia juga dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma.
Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang berbeda (contohnya, pembuluh-pembuluh
empedu, pembuluh-pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak).
Bagaimanapun, sel-sel hati (hepatocytes) membentuk sampai 80% dari jaringan
hati. Jadi, mayoritas dari kanker-kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%)
timbul dari sel-sel hati dan disebut kanker hepatoselular (hepatocellular cancer)
atau Karsinoma (carcinoma).

Ca Hepar atau yang biasa disebut kanker hati adalah Tumor ganas primer
pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase
dari tumor jaringan lainnya dan kanker hati terjadi apabila sel kanker berkembang
pada jaringan hati.

B. Etiologi

Kanker hati ( karsinoma hepatoseluler ) disebabkan adanya infeksi hepatis B


kronis yang terjadi dalam jangka waktu lama.(ghofar, Abdul : 2009)

Penyebab kanker hepar secara umum adalah infeksi virus hepatitis B dan C,
cemaran aflatoksin B1, sirosis hati, infeksi parasit, alkohol serta faktor keturunan.
(Fong, 2002).

Infeksi virus hepatitis B dan C merupakan penyebab kanker hepar yang utama
didunia, terutama pasien dengan antigenemia dan juga mempunyai penyakit kronik
hepatitis. Pasien laki-laki dengan umur lebih dari 50 tahun yang menderita penyakit
hepatitis B dan C mempunyai kemungkinan besar terkena kanker hepar. (Tsukuma
dkk., 1993; Mor dkk., 1998). Faktor faktor yang dapat merusak hati dan penyebab
kanker hati :

1. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang


2. Tidak buang air di pagi hari
3. Pola makan yang terlalu berlebihan
4. Tidak makan pagi
5. Terlalu banyak mengkonsumsi obat obatan
6. Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna,
pemanis buatan.
7. Minyak goreng yang tidak sehat. Sedapat mungkin kurangi penggunaan
minyak goreng saat menggoreng makanan. Jangan mengkonsumsi makanan
yang di goreng bila kita dalam kondisi penat, kecuali dalam kondisi tubuh
yang fit.
8. Mengkonsumsi makanan mentah ( sangat matang ) juga menambah beban
hati. Sayur yang digoreng harus dimakan habis saat itu juga, jangan
disimpan.
9. Alkohol
10. Keturunan
11. Hepatis B, C
C. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas
rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat
badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena
kaya akan persediaan darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan
yang dipisahkan oleh ligamentum falciforme. Lobus kanan hati lebih besar
dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas,
lobus caudatus, dan lobus quadratus. Hati disuplai oleh dua pembuluh darah
yaitu :
a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya
akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut
dalam air, dan mineral.
b. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.

Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri


hepatica mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien,
oksigen, dan zat racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun
akan dinetralkan sedangkan nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru,
dimana zat tersebut akan disekresikan ke peredaran darah tubuh.

2. Fisiologi
Fungsi utama hati yaitu (Suzanne C. Smeltser& Brenda G. Bare. 2002):
a. Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.
Bergantung kepada kebutuhan tubuh, ketiganya dapat saling
dibentuk.
b. Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe)
serta vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K),
glikogen dan berbagai racun yang tidak dapat dikeluarkan dari
tubuh (contohnya : pestisida DDT).
c. Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon dan
detoksifikasi toksin dan obat.
d. Untuk fagositosis mikroorganisme, eritrosit, dan leukosit yang
sudahtua atau rusak.
e. Untuk sekresi, dimana hati memproduksi empedu yang berperan
dalam emulsifikasi dan absorbsi lemak.

D. Patofisiologi
Kanker hati terjadi akibat kerusakan pada sel sel parenkim hati yang biasa
secara langsung disebabkan oleh primer penyakit hati atau secara tidak langsung
oleh obstruksi aliran empedu atau gangguan sirkulasi hepatik yang menyebabkan
disfungsi hati. Sel parenkim hati akan bereaksi tehadap unsur unsur yang paling
toksik melalui penggantian glikogen dengan lipid sehingga terjadi infiltrasi lemak
dengan atau tanpa nekrosis atau kematian sel. Keadaan ini sering disertai dengan
infiltrasisel radang dan pertumbuhan jaringan fibrosis. Regenerasi sel dapat terjadi
jika proses perjalanan penyakit tidak terlampau toksik bagi sel sel hati. Sehingga
terjadi pengecilan dan fibrosis selanjutnya akan menjadi kanker hati.

Berdasarkan etiologi dapat dijelaskan bahwa Virus Hepatitis B dan Hepatitis


C, kontak dengan racun kimia tertentu (misalnya : ninil klorida, arsen), kebiasaan
merokok, kebiasaan minum minuman keras (pengguna alkohol), aftatoksik atau
karsinogen dalam preparat herbal, dan Nitrosamin dapat menyebabkan terjadinya
peradangan sel hepar.

Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul yang menyebabkan


percabangan pembuluh hepatik dan aliran darah pada porta yang dapat
menimbulkan hipertensi portal. Hipertensi portal terjadi akibat meningkatnya
resistensi portal dan aliran darah portal karena tranmisi dari tekanan arteri hepatik
ke sistem portal. Dapat menimbulkan pemekaran pembuluh vena esofagus, vena
rektum superior dan vena kolateral dinding perut. Keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan (hematemesis melena). Perdarahan yang bersifat masif dapat
menyebabkan anemia, perubahan arsitektur vaskuler hati menyebabkan kongesti
vena mesentrika sehingga terjadi penimbunan cairan abnormal dalam perut (acites)
menimbulkan masalah kelebihan volume cairan .

Pada waktu yang bersamaan peradangan sel hepar memacu proses regenerasi
sel-sel hepar secara terus menerus (fibrogenesis) yang mengakibatkan gangguan
kemampuan fungsi hepar yaitu gangguan metabolik protein, yang menyebabkan
produksi albumin menurun (hipoalbuminenia), sehingga tidak dapat
mempertahankan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotik koloid yang rendah
mengakibatkan terjadinya acites dan oedema. Kedua keadaan ini dapat
menyebabkan masalah kelebihan volume cairan. Metabolisme protein
menghasilkan produk sampingan berupa amonia bila kadarnya meningkat dalam
darah dapat menimbulkan kerusakan saraf pusat (SSP) yang dapat menimbulkan
rangsangan mual dan ensefalopati hepatik.

Kerusakan sel hepar juga mempengaruhi terganggunya metabolisme


karbohidrat. Sel hati tidak mampu menyimpan glikogen sedangkan pemakaian tetap
bahkan meningkat akibat proses radang, menyebabkan depot glikogen di hati
menurun. Kurangnya asupan (perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan) akibat
anoreksia menyebabkan turunnya produksi energi sehingga timbul gejala lemas,
perasaan sepat lelah yang dapat mengganggu aktivitas. Peradangan hati
menyebabkan pembesaran pada hati yang menimbulkan nyari. Nyeri yang tidak
dapat ditoleransi menimbulkan penurunan nafsu makan, asupan berkurang
menyebabkan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Berdasarkan sumber lain fatofisiologi Ca. Hepar ada yang menjelaskan


bahwa :

1. Hepatoma 75 % berasal dari Sirosis hati yang lama / menahun. Khususnya yang
disebabkan oleh alkoholik dan post nekrotik.
2. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati
mendadak.
3. Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain.
Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal
ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak
tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati,
misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
4. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran
tumor yang sangat luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.

E. Pathway

Hepatitis B&C,racun kimia, merokok dll

Racun kimia ( ninil klorida,arsen)

Terjadinya peradangan sel hepar

percabangan pembuluh
hepatik dan aliran darah
pada porta

hipertensi portal (peningkatan tekanan


aliran darah portal diatas 10-12 mmHg
yang menetap, dimana tekanan dalam
keadaan normal berkisar 4-8 mmHg)

meningkatnya resistensi portal


dan aliran darah portal

pemekaran pembuluh vena esofagus, vena rektum superior dan vena kolateral
dinding perut

perdarahan (hematemesis melena)

perubahan arsitektur vaskuler hati

kongesti vena mesentrika

penimbunan cairan abnormal dalam perut (acites)

kelebihan volume cairan


memacu proses regenerasi sel-sel hepar secara terus menerus (fibrogenesis)

gangguan kemampuan fungsi hepar

produksi albumin menurun

tidak dapat mempertahankan tekanan osmotik koloid

terjadinya acites dan oedema

depot glikogen di hati menurun


kanker hati

E. Manifestasi Klinik
Manifestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan gejala
seperti :
1. Gangguan nutrisi: penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan
kekuatan, anoreksia, dan anemia.
2. Nyeri abdomen
3. Pembesaran hati yang cepat
4. Pada pemeriksaan fisik, palpasi teraba permukaan hati yang ireguler
a. Gejala ikterus, terjadi jika saluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan nodul
malignan dalam hilus hati.
b. Acites timbul setelah nodul tersumbat vena porta atau bila jaringan tumor tertanam
dalam rongga peritoneal.
Manifestasi klinik berupa tanda dan gejala yang meliputi : Kulit menjadi
berwarna kuning, Deman, Menggigil, Merasa lelah yang luar biasa, Nausea, Nyeri
pada perut, Kehilangan nafsu makan, Berat badan yang turun drastis, Nyeri pada
punggung dan bahu, Urin yang berwarna gelap, Terjadi pendarahan di bagian dalam
tubuh.

F. Klasifikasi
Ca Hepar atau kanker hati dapat digolongkan beberapa type yaitu :

1. Kanker Hati Primer


Cholangio Carcinoma kanker yang berawal dari saluran empedu
Hepatoblastoma pada umumnya menyerang anak-anak atau anak yang
mengalami pubertas
Angiosarcoma kanker yang jarang terjadi, bermula di pembuluh darah
yang ada pada hati.
Hepatoma (HCC) berawal di hepatosit dan dapat menyebar ke organ yang
lain. Laki- laki dua kali lebih rawan terkena penyakit ini dibandingkan
wanita.
2. Kanker Hati Sekunder
Kanker hati sekunder dapat muncul dari kanker hati primer pada organ-
organ lain. Tetapi, pada umumnya bersumber dari perut, pankreas, kolon,
dan rektum. Kanker hepar memiliki beberapa stadium perkembangan yaitu:
a. Stadium 1, kanker berukuran tidak lebih dari 2 cm dan belum
menyebar. Stadium ini pasien kanker hepar dapat beraktivitas dan hidup
secara normal,
b. Stadium 2, kanker mempengaruhi pembuluh darah di hepar atau
terdapat lebih dari satu tumor di hepar.
c. Stadium 3A, kanker berukuran lebih dari 5 cm dan telah menyebar ke
pembuluh darah di dekat hepar,
d. Stadium 3B, kanker telah menyebar ke organ terdekat seperti lambung
namun belum mencapai limfonodus,
e. Stadium 3C, kanker berada dalam berbagai ukuran dan telah mencapai
limfonodus,
f. Stadium 4, kanker telah menyebar ke organ yang jauh dari hepar misal
paru-paru. Saat stadium ini pasien kanker hepar sudah tidak dapat
beraktivitas lagi (Fong, 2002; Bruix dan Sherman., 2005).

G. Penatalaksanaan
1. Non Bedah
a. Terapi Radiasi
Tujuan: Mengurangi nyeri dan gangguan rasa nyaman, gejala anoreksia, panas dan
kelemahan. Pelaksanaan metode radiasi meliputi :
Penyuntikan anti bodi berlabel isotop radio aktif secara intravena yang
secara spesifik akan menyerang antigen yang berkaitan dengan tumor.
Penempatan sumber radiasi perkutan intensitas tinggi untuk terapi radiasi
interstisil.

b. Kemoterapi
Tujuan: Untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang
kelangsungan hidupnya.
Bentuk terapi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajuan setelah dilakukan
reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infus regional merupakan
dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada
pasien tumor primer dan metastasis hati.

Untuk memberikan kemoterapi dengan kosentrasi yang tinggi kedalam hati


melalui arteri hepatika dipasang pompa yang dapat ditanam. Metode ini
menghasilkan pemberian obat dengan cara infus yang kontinyu, dapat di andalkan
dan terkontrol yang dapat dilaksanakan sendiri dirumah.

c. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di rumah


Tujuan:

Membantu pasien dan keluarganya untuk mengatasi gejala yang dapat


terjadi serta prognosis penyakit tersebut
Untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan strategi penanganan
rasa nyeri serta pendekatan terhadap penanganan masalah yang dapat
terjadi.

d. Drainase Bilier Perkutan


Digunakan untuk melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh
tumor hati, pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang dianggap
beresiko. Dengan bantuan fluroskopi, sebuah kateter dimasukan melalui dinding
abdomen dengan melewati lokasi obstruksi kedalam deudenum. Sebagai hasil
prosedur ini pasiem merasa lebih nyaman, dan kualitas hidup hidup serta
kelangsungan hidupnya meningkat. Selama beberapa hari setelah dipasang kateter
tersebut dibuka untuk drainase eksternal. Cairan empedu yang mengalir keluar di
observasi dengan ketat untuk mengetahui jumlah , warna dan adanya darah serta
debris.
Kepada pasien dan keluarganya diberitahukan tentang strategi
penatalaksanaan dan peranan mereka dalam kemoterapi. Mereka diminta untuk
mengkaji sendiri dan melaporkan komlikasi serta efek samping kemoterapi yang
akan digunakan. Oleh karena itu, mereka harus mendapatkan informasi yang benar
tentang kerja kemoterapi dan efek yang di kehendaki serta yang tidak di kehendaki.
Perawat harus menekankan pentingnya kunjungan tindak lanjut untuk
memungkinkan pengkajian yang sering terhadap respon pasien dan tumor yang
diderita setelah dilakukan kemoterapi, kondisi tempat pompa di pasang dan
terjadinya efek yang bersifat toksik. Pasien didorong untuk melanjutkan kembali
semua aktivitas rutinya untuk menghindari aktivitas yang dapat merusak pompa
tersebut.

2. Penatalaksanaan Pembedahan
Lobektomi hepatik dapat dilakukan jika tumor hepatik primer adalah
setempet atau jika tempat primer dapat dieksisi secara keseluruhan dan metastasis
dapat di batasi. Dengan kemampuan kapasitas pada regenerasi sel-sel hepar, 90%
hepar telah dapat diangkat dengan berhasil. Adanya sirosis menyebabkan
keterbatasan kemampuan hepar untuk beregenerasi.

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
1) Identitas
a. Usia : Biasanya menyerang dewasa dan orang tua
b. Jenis kelamin : Kanker hati sering terjadi pada laki laki dari pada
perumpuan.
c. Pekerjaan : Dapat ditemukan pada orang dengan aktivitas yang berlebihan
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Keluhan pasien pada waktu dikaji.
b. Riwayat penyakit dahulu : Pasien dahulu pernah menderita penyakit apa dan
bagaimana pengobatanya.
c. Riwayat penyakit sekarang

2. Data fokus terkait perubahan pola fungsi


Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya pada kerusakan atau
gangguan hati menurut doengoes, 1999 adalah :
Aktivitas : Klien akan mengalami kelelahan , kelemahan, malaise
Sirkulasi : Bradikardi akibat hiperbilirubin berat, akterik pada sclera,
kulit dan membran mukosa.
Eliminasi: Warna urin gelap ( seperti teh ), diare feses warna tanah
liat.
Makanan dan cairan : Anoreksia, berat badan menurun, perasaan
mual dan muntah, terjadi peningkatan edema, asites.
Neurosensori : Peka terhadap rangsangan, cenderung tidur,
asteriksis
Nyeri / Kenyamanan : Kram abdomen, nyeri tekan pada abdomen
kuadran kanan atas, mialgia, sakit kepala, gatal gatal.
Keamanan : Urtikaria, demam, eritema, splenomegali, pembesaran
nodus servikal posteior
Seksualitas : Perilaku homoseksual aktif atau biseksual pada wanita
dapat meningkatkan faktor resiko.

3. Pemeriksaan fisik
Menurut Doengoes, 1999 hasil pemeriksaan fisik pada pasien kanker hati
adalah:
1. Tanda tanda vital: Tekanan darah meningkat, nadi bradikardial, suhu
meningkat, pernafasan meningkat.
2. Mata: Skera ikterik
3. Mulut: Mukosa kering, bibir pucat.
4. Abdomen: Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas, pembesaran
hati, asites, permukaan teraba ireguler.
5. Kulit: Gatal gatal ( pruritus )
6. Ekstremitas: Mengalami kelemahan, peningkatan edema.
4. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium:
500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium. Darah
lengkap ; SGOT, SGPT, LDH, CPK, Alkali Fostatase.
AST / SGOT meningkat Nn ( 10 40 unit (4,8 -19 U/L)
ALT / SGPT meningkat Nn ( 5 35 unit (2,4 17 U/L)
LDH meningkat Nn (165 400 unit (80 192 U/L)
Alkali Fostatase meningkat Nn ( 2 -5 unit (20 90 IU/L)
Albumin menurun Nn ( 3,5 5,5 g/dl (35-55 g/L)
Globulin meningkat Nn ( 1,5 3,0 g/dl (15-30g/L)

2. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan barium esofagus: Menunjukkan peningkatan
tekanan portal.
Foto rongent abdomen : Pada penderita kanker hati akan terlihat
perubahan ukuran hati.
Arteriografi pembuluh darah seliaka : Untuk melihat hati dan
pankreas.
Laparoskopi : Melihat perbedaan permukaan hati antara lobus
kanan dengan kiri sehingga jika ada kelainan akan terlihat jelas.
Biobsi hati : Menentukan perubahan anatomis pada jaringan
hati
Ultrasonografi : Memperlihatkan ukuran ukuran organ
abdomen.

5. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diet yang tidak adekuat, ketidakmampuan untuk
memproses/mencerna makanan,anorexia,mual dan muntah.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan
natrium/masukan cairan ,penurunan protein plasma ,malnutrisi.
c. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru akibat pengumpulan cairan intra abdomen (asites).
d. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut (asites).
e. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
pruritus,edema dan asites.

6. Intervensi
1) Diagnosa I
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan diet yang tidak adekuat ,ketidakmampuan
untuk memproses/mencerna makanan ,anorexia, mual dan muntah.

Mandiri :

Dorong klien untuk makan,libatkan orang terdekat ,dan pilih


makanan yang disukai klien.
Berikan makanan sedikit tapi sering
Berikan perawatan mulut sebelum makan
Timbang BB tiap hari
Tambahkan garam bila diizinkan

Kolaborasi:

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diit


TKTP,KH,rendah lemak
Kolaborasi pemberian obat penambah nafsu makan,anti
mual/muntah.
Awasi pemeriksaan lab. : glukosa serum, albumin, protein total,
ammonia.

2) Diagnosa II
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan
natrium/masukan cairan, penurunan protein plasma, malnutrisi.
Mandiri:
Batasi asupan Na+ dan cairan jika diintruksikan.
Ukur intake dan output,timbang BB tiap hari ,dan catat peningkatan
BB> 5 kg/hari
Awasi TD,CVP,dan catat DVJ
Kaji derajat pitting edema
Ukur lingkar abdomen
Dorong untuk tirah baring bila ada asites
Kolaborasi:
Awasi albumin serum dan e- (k+ dan Na+)
Batasi Na+ dan cairan sesuai indikasi
Berikan diuretik = furosemide (lasix),spirolaktan

3) Diagnosa III
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru akibat pengumpulan cairan intra abdomen (asites)
Mandiri:
Awasi frekuensi ,kedalaman dan upaya pernapasan
Pertahankan kepala TT tinggi
Ubah posisi dengan sering ,dorong napas dalam,dan latihan
Selidiki perubahan tingkat kesadaran
Monitor TTV tiap 2 jam
Anjurkan klien untuk banyak istirahat
Kolaborasi :
Awasi seri AGD,Ro dada
Berikan O2 sesuai indikasi
Siapkan untuk prosedur parasentesis

4) Diagnosa IV
Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut (asites).

Tujuan :

Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas


hiburan sesuai indikasi nyeri.
Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan
pengaruh minimal pada AKS.

Intervensi :

Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan


intensitas ( 0-10 ) dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan
berikan posisi yang duduk tengkurap dengan dialas bantal pada
daerah antara perut dan dada.
Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok
punggung.
Kaji tingkat nyeri.

Rasional:

Memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan


intervensi misalnya : nyeri adalah individual yang digabungkan baik
respons fisik dan emosional.
Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali
perhatian.
Kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.

5) Diagnosa V
Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
pruritus,edema dan asites.

Tujuan :

Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.


Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi /
meningkatkan penyembuhan.

Intervensi :

Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan


kerusakan atau perlambatan penyembuhan.
Mandikan dengan air hangat dan sabun.
Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit
yang kering dari pada menggaruk.
Balikkan / ubah posisi dengan sering.
Anjurkan pasein untuk menghindari krim kulit apapun ,salep dan
bedak kecuali seijin dokter.

Rasional :

Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi
dapat terjadi dalam area radiasi. Deskuamasi kering dan deskuamasi
kering, ulserasi.
Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.
Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/
jaringan yang tidak perlu.
Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata.
7. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi keperawatan, maka hal yang perlu di
evaluasi dari tindakan yang telah kita lakukan yaitu :
a. Kebutuhan akan nutrisi dapat terpenuhi
b. Nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang
c. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh
d. Klien dapat turut berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah
komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Gips,CH & CH Wilson 1989. Diagnosis dan Terapi Penyakit Hati dan Empedu.
Jakarta: Gramedia.

Ghofar,Abdul. 2009. Cara Mudah Mengenal dan Mengobati Kanker. Yogyakarta:


Flamingo.
http://health.kompas.com/read/2011/02/01/18410953/Waspadai.Kanker.Hati
03/10/2013 (13.10)
Kanker Hati
Karsinoma hepatoseluler
1. Pengertian
Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan
fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya
sebagian besar fungsi hepar. ( Gips & Willson :1989 )
Kanker hati adalah penyakit gangguan pada hati yang disebabkan
karna hepatis kronik dalam jangka panjang yang menyebabkan gangguan pada
fungsi hati. ( Ghofar , Abdul : 2009 )
Kanker hati berasal dari satu sel yang mengalami perubahan
mekanisme kontrol dalam sel yang mengakibatkan pembelahan sel yang tidak
terkontrol. Sel abnormal tersebut akan membentuk jutaan kopi, yang disebut
klon. Mereka tidak dapat melakukan fungsi normal sel hati dan sel terus
menerus memperbanyak diri. Sel-sel tidak normal ini akan membentuk tumor
(Anonim, 2004).

2. Etiologi
Kanker hati ( karsinoma hepatoseluler ) disebabkan adanya infeksi
hepatis B kronis yang terjadi dalam jangka waktu lama. ( ghofar, Abdul : 2009
)
Penyebab kanker hepar secara umum adalah infeksi virus hepatitis B
dan C, cemaran aflatoksin B1, sirosis hati, infeksi parasit, alkohol serta faktor
keturunan. (Fong, 2002).
Infeksi virus hepatitis B dan C merupakan penyebab kanker hepar
yang utama didunia, terutama pasien dengan antigenemia dan juga
mempunyai penyakit kronik hepatitis. Pasien laki-laki dengan umur lebih dari
50 tahun yang menderita penyakit hepatitis B dan C mempunyai kemungkinan
besar terkena kanker hepar. (Tsukuma dkk., 1993; Mor dkk., 1998).
Orang yang didiagnosis menderita kanker hati berusia diatas enam
puluh tahun. Dari sebuah survei di Kanada,setiap tahun sekitar 1800 orang
didiagnosis menderita kanker hati, dan separuh lebih adalah lelaki.
Faktor faktor yang dapat merusak hati dan penyebab kanker hati :

1. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang


2. Tidak buang air di pagi hari
3. Pola makan yang terlalu berlebihan
4. Tidak makan pagi
5. Terlalu banyak mengkonsumsi obat obatan
6. Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat
pewarna, pemanis buatan.
7. Minyak goreng yang tidak sehat. Sedapat mungkin kurangi
penggunaan minyak goreng saat menggoreng makanan. Jangan
mengkonsumsi makanan yang di goreng bila kita dalam kondisi penat,
kecuali dalam kondisi tubuh yang fit.
8. Mengkonsumsi makanan mentah ( sangat matang ) juga menambah
beban hati. Sayur yang digoreng harus dimakan habis saat itu juga,
jangan disimpan.
9. Alkohol
10. Keturunan
11. Hepatis B, C

3. Patofisiologi
Kanker hati terjadi akibat kerusakan pada sel sel parenkim hati yang
biasa secara langsung disebabkan oleh primer penyakit hati atau secara tidak
langsung oleh obstruksi aliran empedu atau gangguan sirkulasi hepatik yang
menyebabkan disfungsi hati. Sel parenkim hati akan bereaksi tehadap unsur
unsur yang paling toksik melalui penggantian glikogen dengan lipid sehingga
terjadi infiltrasi lemak dengan atau tanpa nekrosis atau kematian sel. Keadaan
ini sering disertai dengan infiltrasi sel radang dan pertumbuhan jaringan
fibrosis. Regenerasi sel dapat terjadi jika proses perjalanan penyakit tidak
terlampau toksik bagi sel sel hati. Sehingga terjadi pengecilan dan fibrosis
selanjutnya akan menjadi kanker hati.
4. Pathway
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari Carcinoma Hepatoseluler berupa tanda dan
gejala yang meliputi : Kulit menjadi berwarna kuning, Deman, Menggigil,
Merasa lelah yang luar biasa, Nausea, Nyeri pada perut, Kehilangan nafsu
makan, Berat badan yang turun drastis, Nyeri pada punggung dan bahu, Urin
yang berwarna gelap, Terjadi pendarahan di bagian dalam tubuh.

6. Penatalaksanaan
A. Non Bedah .
1. Terapi Radiasi
Tujuan : Mengurangi nyeri dan gangguan rasa nyaman, gejala
anoreksia, panas dan kelemahan.
Pelaksanaan metode radiasi meliputi :

Penyuntikan anti bodi berlabel isotop radio aktif secara intravena


yang secara spesifik akan menyerang antigen yang berkaitan dengan
tumor.
Penempatan sumber radiasi perkutan intensitas tinggi untuk terapi
radiasi interstisil.

2. Kemoterapi
Tujuan : Untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan
memperpanjang kelangsungan hidupnya.
Bentuk terapi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajuan setelah
dilakukan reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infus
regional merupakan dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat
antineoplastik kepada pasien tumor primer dan metastasis hati.
Untuk memberikan kemoterapi dengan kosentrasi yang tinggi kedalam
hati melalui arteri hepatika dipasang pompa yang dapat ditanam. Metode ini
menghasilkan pemberian obat dengan cara infus yang kontinyu, dapat di
andalkan dan terkontrol yang dapat dilaksanakan sendiri dirumah.
3. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di rumah
Tujuan :
Membantu pasien dan kulurganya untuk mengatasi gejala yang dapat
terjadi serta prognosis penyakit tersebut
Untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan strategi
penanganan rasa nyeri serta pendekatan terhadap penanganan
masalah yang dapat terjadi.

Kepada pasien dan keluarganya diberitahukan tentang strategi


penatalaksanaan dan peranan mereka dalam kemoterapi. Mereka diminta
untuk mengkaji sendiri dan melaporkan komlikasi serta efek samping
kemoterapi yang akan digunakan. Oleh karena itu, mereka harus mendapatkan
informasi yang benar tentang kerja kemoterapi dan efek yang di kehendaki
serta yang tidak di kehendaki. Perawat harus menekankan pentingnya
kunjungan tindak lanjut untuk memungkinkan pengkajian yang sering
terhadap respon pasien dan tumor yang diderita setelah dilakukan
kemoterapi, kondisi tempat pompa di pasang dan terjadinya efek yang bersifat
toksik. Pasien didorong untuk melanjutkan kembali semua aktivitas rutinya
untuk menghindari aktivitas yang dapat merusak pompa tersebut.
4. Drainase Bilier Perkutan
Digunakan untuk melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat
oleh tumor hati, pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang
dianggap beresiko. Dengan bantuan fluroskopi, sebuah kateter dimasukan
melalui dinding abdomen dengan melewati lokasi obstruksi kedalam
deudenum. Sebagai hasil prosedur ini pasiem merasa lebih nyaman, dan
kualitas hidup hidup serta kelangsungan hidupnya meningkat. Selama
beberapa hari setelah dipasang kateter tersebut dibuka untuk drainase
eksternal. Cairan empedu yang mengalir keluar di observasi dengan ketat
untuk mengetahui jumlah , warna dan adanya darah serta debris.

B. Penatalaksanaan Pembedahan
Lobektomi hepatik dapat dilakukan jika tumor hepatik primer adalah
setempet atau jika tempat primer dapat dieksisi secara keseluruhan dan
metastasis dapt di batasi. Dengan kemampuan kapasitas pada regenerasi sel-
sel hepar, 90% hepar telahg dapat diangkat dengan berhasil. Adanya sirosis
menyebabkan keterbatasan kemampuan hepar untuk beregenerasi.
7. Pengkajian
A. Identitas

1. Usia : Biasanya menyerang dewasa dan orang tua


2. Jenis kelamin : Kanker hati sering terjadi pada laki laki dari pada
perumpuan.
3. Pekerjaan : Dapat ditemukan pada orang dengan aktivitas yang
berlebihan

B. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama : Keluhan pasien pada waktu dikaji.


2. Riwayat penyakit dahulu : Pasien dahulu pernah menderita penyakit
apa dan bagaimana pengobatanya.
3. Riwayat penyakit sekarang

C. Data fokus terkait perubahan pola fungsi


Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya pada kerusakan
atau gangguan hati menurut doengoes, 1999 adalah :

Aktivitas : Klien akan mengalami kelelahan , kelemahan, malaise


Sirkulasi : Bradikardi akibat hiperbilirubin berat, akterik pada sclera,
kulit dan membran mukosa.
Eliminasi: Warna urin gelap ( seperti teh ), diare feses warna tanah
liat.
Makanan dan cairan : Anoreksia, berat badan menurun, perasaan
mual dan muntah, terjadi peningkatan edema, asites.
Neurosensori : Peka terhadap rangsangan, cenderung tidur, asteriksis
Nyeri / Kenyamanan : Kram abdomen, nyeri tekan pada abdomen
kuadran kanan atas, mialgia, sakit kepala, gatal gatal.
Keamanan : Urtikaria, demam, eritema, splenomegali, pembesaran
nodus servikal posteior
Seksualitas : Perilaku homoseksual aktif atau biseksual pada wanita
dapat meningkatkan faktor resiko.

D. Pemeriksaan fisik
Menurut Doengoes, 1999 hasil pemeriksaan fisik pada pasien kanker
hati adalah:

1. Tanda tanda vital : Tekanan darah meningkat, nadi brakikardial,


suhu meningkat, pernafasan meningkat.
2. Mata : Skera ikterik
3. Mulut : Mukosa kering, bibir pucat.
4. Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas,
pembesaran hati, asites, permukaan teraba ireguler.
5. Kulit :Gatal gatal ( pruritus )
6. Ekstremitas : Mengalami kelemahan, peningkatan edema.

E. Pemeriksaan penunjang
HASIL :
1. Laboratorium:
500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium. Darah
lengkap ; SGOT, SGPT, LDH, CPK, Alkali Fostatase.

AST / SGOT meningkat Nn ( 10 - 40 unit (4,8 -19 U/L)


ALT / SGPT meningkat Nn ( 5 35 unit (2,4 17 U/L)
LDH meningkat Nn (165 400 unit (80 192 U/L)
Alkali Fostatase meningkat Nn ( 2 -5 unit (20 90 IU/L)
Albumin menurun Nn ( 3,5 5,5 g/dl (35-55 g/L)
Globulin meningkat Nn ( 1,5 3,0 g/dl (15-30g/L)

2. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan barium esofagus : Menunjukkan peningkatan tekanan


portal.
Foto rongent abdomen : Pada penderita kanker hati akan terlihat
perubahan ukuran hati.
Arteriografi pembuluh darah seliaka : Untuk melihat hati dan
pankreas.
Laparoskopi : Melihat perbedaan permukaan hati antara lobus kanan
dengan kiri sehingga jika ada kelainan akan terlihat jelas.
Biobsi hati : Menentukan perubahan anatomis pada jaringan hati
Ultrasonografi : Memperlihatkan ukuran ukuran organ abdomen.

8. Diagnosa keperawatan

1. Toleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, letargi danmalaise


(tidak enak badan).
2. Perubahan nutrisi berhubungan dengan distensi abdomen, perasaan
tidak enak pada perut serta anoreksia
3. Nyeri berhubungan dengan hepatomegali
Fokus Intervensi dan Rasional
Diagnosa : I
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
INTERVENSI

1. Kaji tingkat toleransi aktivitas dan derajat kelelahan, letargi dan


malaise.
2. Bantu dalam pelaksanaan aktivitas dan kebersihan diri bila pasien
masih merasa lelah
3. Anjurkan pasien istirahat bila pasien merasa lelah atau bila terdapat
keluhan nyeri atau rasa tidak enak pada perut.
4. Bantu memilih latihan dan aktivitas yang diinginkan.

RASIONAL

1. Menyediakan dasar bagi pengkajian dan kriteria selanjutnya untuk


mengkaji efektifitas tindakan
2. Meningkatkan sebagian latihan dan kebersihan diri dalam tingkat
toleransi pasien.
3. Menyimpan tenaga dan melindungi hati.
4. Merangsang minat pasien dalam menyeleksi aktivitas

Diagnosa : II.
Tujuan : Perbaikan status nutrisi
INTERVENSI

1. Kaji asupan diet dan status nutrisi lewat riwayat diet dan food diare,
pengukuran berat badan setiap hari, pemeriksaan laboratorium dan
antropometrik.
2. Berikan diet tinggi karbohidrat dengan asupan protein yang konsisten
dengan fungsi hati.
3. Bantu pasien dalam mengenali jenis jenis makanan rendah natrium.
4. Tinggikan bagian kepala tempat tidur selama pasien makan.
5. Pelihara higine oral sebelum makan dan memberikan suasana yang
menyenangkan pada waktu makan.

RASIONAL

1. Mengidentifikasi defist dalam asupan nutrisi dan kecukupan status


nutrisi.
2. Memberikan kalori untuk energi, mempertahankan protein untuk
kesembuhan.
3. Mengurangi edema dan pembentukan asites.
4. Mengurangi rasa tidak enak akibat distensi abdomen dan mengurangi
perasaan penuh karena tekanan isi perut serta asites pada lambung
5. Meningkatkan suasana lingkungan yang positif dan meningkatkan
selera makan.

Diagnosa : III
Tujuan :

Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas


hiburan sesuai indikasi nyeri.
Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan pengaruh
minimal pada AKS

INTERVENSI :

1. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan


intensitas (0-10) dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan
posisi yang duduk tengkurap dengan dialas bantal pada daerah antara
perut dan dada.
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok
punggung.
3. Kaji tingkat nyeri / kontrol nilai

RASIONAL :

1. Memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan


intervensi
misalnya : nyeri adalah individual yang digabungkan baik respons
fisik dan emesional
2. Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali
perhatian
3. Kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.

Daftar Pustaka
Gips,CH & CH Wilson 1989. Diagnosis dan Terapi Penyakit Hati dan Empedu. Jakarta:
Gramedia.
Ghofar,Abdul. 2009. Cara Mudah Mengenal dan Mengobati Kanker. Yogyakarta:
Flamingo.
http://lulu-pramono.blogspot.com/2009/06/askep-kanker-hati.html
http://www.oncolink.org

Anda mungkin juga menyukai