OLEH:
MARGA ANISAH
NIM: 1614401002
7. Hak-hak anak
Paradikma sehat yang diartikan sebagai pemikiran dasar sehat berorientasi pada
peningkatan dan perlindungan anak sehat, bukan merupakan penyembuhan anak
yang jatuh sakit. Kebijakan tersebut ditentukan pada upayah promotif dan preventif
dengan tujuan untuk melindungi dan meningkatkan kondisi anak yang sehat agar
lebih produktif dan inovatif sesuai dengan Undang-undang RI, No. 23 tahun 1992
tentang kesehatan, BAB V Upayah kesehatan, pasal 7 ayat 1 dan 2.
Ayat (1):
Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Ayat (2):
Kesehatan dilakukan melalui peningkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa
bayi, masa balita, usia prasekolah, dan usia sekolah.
8. Hak dan kewajiban menurut Undang-undang RI, No. 23 Tahun 1992
Berikut ini adalah isi Undang-Undang RI, No. 23 tahun 1992 tentang hak dan
kewajiban tenaga medis, perawat, dan pasien.
BAB I
Pasal 1, ayat (1)
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktf secara sosial dan ekonomis.
BAB III hak dan kewajiban
Pasal 4
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
optimal.
Pasal 5
Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungannya.
BAB V uapaya kesehatan
Bagian kedua: kesehatan keluarga
Pasal 12
Ayat (1):
Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujutkan keluarga sehat, kecil,
bahagia, dan sejahtera.
Ayat (2):
Kesehatan keluarga meliputi kesehatan suami-istri, anak, dan anggota keluarga
lainnya.
Pasal 14
Kesehatan istri meliputi pada masa prakehamilan, persalinan, dan pasca persalinan,
dan masa diluar kehamilan dan persalinan.
Pasal 15
Ayat (1):
Dlam keadaan darurat sebagai upayah untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Ayat (2):
Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan:
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan
pertimbangan tim ahli.
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya.
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
Pasal 53
Ayat (1):
Pasal 54
Ayat (1):
Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
Ayat (2):
Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian, ditentukan oleh Majelis Disiplin
Tenaga Kesehatan.
Dilema etik adalah suatu masalh yang melibatkan dua atau lebih landasan moral
suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduannya. Pearan perawat ditantang ketika
harus berhadapan dengan masalh dilema etik, untuk memutuskan mana yang benar dan
mana yang salah. Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional. Kerangka
pemecah masalah dilema etik adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan data dasar
2. Mengidentifikasi konflik
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
4. Menentukan siap pengambil keputusan yang tepat
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
6. Membuat keputusan
Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etik. Enam
pendekatan dapat dilakukna orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada
dasarnya mengunakan kerangka proses keperawatan/ pemecahan masalah secara
ilmiah, antara lain:
1. Dari konsep etika dan uud perawat boleh dilakukan asalkan sesuai dengan standart
oprasional (SOP) pada pasal 35 ayat (1) boleh dilakukan jika dalam keadaan darurat
untuk memberikan pertolongan pertama, perawat dapat melakukan tindakan medis dan
pemberian obat sesuai dengan kompetensinya. Pada pasal 32 ayat (4) berbunyi tindakan
medis yang dapat dilimpahkan secara delegatif, antara lain adalah menyuntik,
memasang infus, dan memberikan imunisasi dasar sesuai dengan program pemerintah.
2. Tidak boleh dilakukan jika tindakan medis yang dilakukan tidak sesuai dengan standart
oprasional (SOP) seperti untuk mengancam nyawa pasien, kecacatan pasien, tindakan
kejahatan yang dapat membahayakan nyawa pasien itu tidak diperbolehkan.