HALUSINASI
Oleh:
MARGA ANISAH
1614401002
MOJOKERTO
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan
jiwa memiliki rentang respon adaptif yang merupakan sehat jiwa, masalah
psikososial, dan respon maladaptif yaitu gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun
2014).
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja, 2011).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran
dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat
meliputi semua sistem penginderaan ( Dalami, dkk, 2014).
Menurut Stuart (2007) proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor
predisposisi dan faktor presipitasi ( Dalami, dkk, 2014) :
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami, dkk, 2014):
1) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit
atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas
perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
2) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor,
misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain, sedangkan
reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
a. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada
tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa
bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien
mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cari ini
hanya menolong sementara.
b. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan,
kecemasan meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai
dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu,
dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
c. Fase ketiga
Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman
sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya
terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian
hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase keempat
Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam,
memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya,
hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain
di lingkungan.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katakonik, tidak mampu merespon
terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu
orang
4. Rentang Respon Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia (2005) halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalan rentang respon neurobiologis. Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat
mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui pancaindra (pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan, peraban), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
pancaindra walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Rentang respon
tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini ( Muhith, 2015 ) :
1. Distorsi
1. Pikiran logis pikiran ilusi 1. Gangguan pikir
2. Persepsi akurat 2. Reaksi atau delusi
3. Emosi konsisten emosi 2. Halusinasi
dengan berlebihan 3. Sulit
pengalaman 3. Perilaku merespon emosi
4. Perilaku sesuai aneh atau 4. Perilaku
5. Berhubungan tidak biasa disorganisasi
sosial 4. Menarik diri 5. Isolasi sosial
Keterangan :
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu akan dapat memecahkan masalah tersebut.
4) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
untuk menghindari interaksi dengan orang lain
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati
sebagai berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :
a. Halusinasi penglihatan
1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa saja
yang sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak
berbicara atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak
tampak.
b. Halusinasi pendengaran
1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain, benda
mati atau stimulus yang tidak tampak.
c. Halusinasi penciuman
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan
e. Halusinasi perabaan
a. Data Subjektif
Klien mengatakan :
b. Data Objektif
4) Menutup telinga
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
6. Penatalaksanaan Halusinasi
1) Penatalaksanaan Medis
Menurut Struat, Laraia (2005) Penatalaksanaan klien skizofrenia yang
mengalami halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan
lain (Muhith, 2015).
a. Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia
adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan
adalah :
2) Penatalaksanaan Keperawatan
1) Terapi aktivitas
Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi relaksasi, terapi
sosial, terapi kelompok , terapi lingkungan.
BAB 3
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial
dan spiritual. Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :
1) Identitas klien
2) Alasan masuk
3) Faktor predisposisi
4) Faktor Presipitasi
5) Fisik
6) Psikososial
a) Genogram
b) Konsep diri
d) Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak
sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya
menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu
atau sangat berlebihan.
7) Menta
a) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan
berubah dari biasanya
b) Pembicaraan
c) Aktifitas motorik
d) Alam perasaan
g) Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang
halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri
dan menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak
nyata, tidak dapat memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak,
takut, ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.
h) Proses pikir
i) Isi pikir
j) Tingkat kesadaran
k) Memori
m) Kemampuan penilaian
a) Makan
e) Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam : biasanya
istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang.
f) Pemeliharaan kesehatan
2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi adalah sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Gangguan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi sosial
3. Intervensi keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk klien halusinasi Tujuan tindakan untuk klien
meliputi (Dermawan & Rusdi, 2013) :
1) Klien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Klien dapat mengontrol halusinasinya
3) Klien mengikuti progam pengobatan secara optimal
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :
a) Membantu klien mengenali halusinasi
Membantu klien mengenali halusinasi dapat melakukan dengan cara
berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar Effect
Perubahan sensori persepsi : Halusinasi Core problem Cause atau dilihat),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan respon klien saat halusiansi muncul
b) Melatih klien mengontrol halusinasi
(1) Strategi Pelaksanaan 1 : Menghardik halusinasi
Upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak
halusinasi yang muncul. Klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya, ini dapat
dilakukan klien dan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti
halusinasi yang muncul, mungkin halusinasi tetap ada namun dengan
kemampuan ini klien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam
halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi : menjelaskan cara meghardik
halusinasi, memperagakan cara menghardik, meminta klien
memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku
klien.
(2) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
Mampu mengontrol halusinasi klien juga harus dilatih untuk menggunakan
obat secara teratur sesuai dengan progam. Klien gangguan jiwa yang
dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya
klien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk itu
klien perlu dilatih menggunakan obat sesuai progam dan berkelanjutan.
(3) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
Mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang
lain. Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi
fokus perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain tersebut, sehingga salah satu cara yang efektif
untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang
lain.
(4) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal
Mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri
dengan aktivitas yang teratur. Beraktivitas secara terjadwal klien tidak
akan mengalami banyak waktu luang sendiri yangs eringkali mencetuskan
halusinasi. Untuk itu klien yang mengalmai halusinasi bisa dibantu untuk
mengatasi halusinasi dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun
pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga klien halusinasi
Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya ditujukan untuk
klien tetapi juga diberikan kepada keluarga, sehingga keluarga mampu
mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi. Tujuan : keluarga mampu :
1) Merawat masalah halusinasi dan masalah yang dirasakan dalam
merawat klien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi
3) Merawat klien halusinasi
4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan untuk mengontrol
halusinasi
5) Mengenal tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan
segera ke fasilitas kesehatan
6) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up klien
secara teratur.
Tindakan keperawatan :
a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam merawat
klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien dengan
menghardik
Tahapan sebagai berikut :
(1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien
(2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi
(gunakan booklet)
(3) Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan melatih cara menghardik
(4) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan beri pujian
b) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat klien halusinasi
dengan enam benar minum obat
Tahapan tindakan sebagai berikut :
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala halusinasi klien,
merawat klien dalam mengontrol halusinasi dengan menghardik
(2) Berikan pujian
(3) Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
(4) Latih cara memberikan/membimbing minum obat
(5) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal
c) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat klien halusinasi
dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
Tahapan tindakan sebagai berikut :
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi halusinasi klien dan
merawat/melatih klien menghardik, dan memberikan obat
(2) Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga
(3) Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
(4) Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan klien terutama saat
halusinasi
(5) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan pujian
d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk follow up klien halusinasi
Tahapan tindakan sebagai berikut :
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala halusinasi
pasien, merawat/melatih pasien mengahrdik, memberikan obat, bercakap-
cakap
(2) Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan keluraga
(3) Jelaskan follow up ke pelayanan kesehatan, tanda kekambuhan,
rujukan
(4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian
NO Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1 Resiko perilaku NOC NIC
Kekerasan 1. Setelah dilakukan 1. Manajemen
terhadap diri Tindakan keperawatan perilaku: menyakiti
sendiri diharapkan kontrol diri diri sendiri
terhadap impuls dapat a. Tentukan motif
dilakukan dengan atau
kriteria hasil : alasan tingkah laku
a. Secara konsisten b. Kembangkan
menunjukkan harapan tingkah
mengidentifikasi laku yang tepat dan
perilaku impulsif yang konsekuensinya,
berbahaya berikan pasien
b. Secara konsisten tingkat fungsi
menunjukkan kognitif dan
mengidentifikasi kapasitas untuk
perasaan yang mengarah mengontrol diri
pada tindakan impulsif c. Pindahkan barang
c. Secara konsisten yang berbahaya dari
menunjukkan lingkungan dari
mengidentifikasi lingkungan sekitar
konsekuensi dari tindakan pasien
impulsif d. Instrusikan pasien
d. Secara konsisten untuk melakukan
menunjukkan strategi koping
menghindari (mislnya latihan
lingkungan yang berisiko asertif, impuls
tinggi kontrol training,
e. Secara konsisten relaksasi otot
menunjukkan mengontrol progresif) dengan
impulsif cara yang tepat
f. Secara konsisten e. Antisipasi situasi
menunjukkan pemicu yang
mempertahankan kontrol mungkin membuat
diri tanpa pengawasan pasien menyakiti diri
f. Bantu pasien
2. Setelah dilakukan untuk
Tindakan keperawatan mengidentifikasi
diharapkan kontrol diri situasi atau perasaan
terhadap distorsi yang mungkin
pemikiran dapat memicu perilaku
dilakukan dengan menyakiti diri
kriteria hasil : g. Lakukan kontrak
a. Secara konsisten dengan pasien untuk
menunjukkan mengenali tidak menyakiti diri,
halusinasi atau delusi dengan cara yang
yang sedang terjadi tepat
b. Secara konsisten h. Ajarkan dan
menunjukkan menahan kuatkan pasien untuk
diri dari mengikuti melakukan tingkah
halusinasi atau delusi laku koping yang
c. Secara konsisten efektif dan untuk
menunjukkan menahan mengekspresikan
diri dari bereaksi terhadap perasaan dnegan
halusinasi atau delusi cara yang tepat
e. Secara konsisten i. Monitor pasien
menunjukkan untuk adanya impuls
menjelaskan isi dari menyakiti diri jika
halusinasi atau delusi mungkin memburuk
f. Secara konsisten menjadi pikiran atau
menunjukkan pemikiran sikap bunuh diri
yang
berdasarkan kenyataan 2. Manajemen
g. Secara konsisten Halusinasi
menunjukkan melaporkan a. Bangun hubungan
penurunan halusinasi atau interpersonal dan
delusi saling percaya
h. Secara konsisten dengan klien
menunjukkan b. Monitor dan atur
mempertahankan tingkat aktivitas dan
afek yang konsisten stimulasi lingkungan
dengan alam perasaan c. Pertahankan
i. Secara konsisten lingkungan yang
menunjukkan pola pikir aman
yang logis e. Secara konsisten
j. Secara konsisten menunjukkan
menunjukkan isi pikiran menjelaskan isi dari
yang tepat halusinasi atau
delusi
f. Secara konsisten
menunjukkan
pemikiran yang
berdasarkan
kenyataan
g. Secara konsisten
menunjukkan
penurunan halusinasi
atau delusi
h. Secara konsisten
menunjukkan
mempertahankan
afek yang konsisten
dengan alam
perasaan
i. Secara konsisten
menunjukkan pola
pikir yang logis
j. Secara konsisten
menunjukkan isi
pikiran yang tepat
d. Catat perilaku
klien
yang menunjukkan
halusinasi
e. Tingkatkan
komunikasi yang
jelas dan tebuka
f. Berikan klien
kesempatan untuk
mendiskusikan
halusinasinya
g. Dorong klien
untuk
mengekspresikan
perasaan secara tepat
h. Fokuskan kembali
klien mengenai topik
jika komunikasi
klien
tidak sesuai situasi
i. Dorong klien
untuk
memvalidasi
halusinasi dengan
orang yang
dipercaya
j.Berikan pengajaran
terkait obat pada
klien dan orang-
orang
terdekat (klien)
k.Berikan
pengajaran
terkait penyakit
kepada klien/ orang
terdekat (klien) jika
halusinasinya
didasarkan karena
penyakit (misalnya
delirium, skizofrenia
dan depresi)
l. Didik keluarga dan
orang terdekat
mengenai cara untuk
menangani klien
yang
mengalami
halusinasi
Monitor kemampuan
merawat diri Bantu
dengan perawatan
diri jika dibutuhkan
o. Libatkan klien
dalam aktivitas
berabasis realitas
yang mampu
mengalihkan
perhatian dari
halusinasi
3. Manajemen
lingkungan :
pencegahan
kekerasan
a. Singkirkan senjata
potensial dari
lingkungan
(misalnya, objek
yang tajam yang
mirip tali seperti
senar gitar)
b. Periksa
lingkungan
secara rutin untuk
memastikan bebas
dari bahan
berbahaya
c. Monitor pasien
selama penggunaan
barang yang bisa
digunakan menjadi
senjata (misalnya
pisau cukur)
d. Tempatkan pasien
di ruangan yang
mudah diamati
sehingga mudah
dilakukan observasi
sesuai kebutuhan
e. Gunakan alat
makan dari plastik
dan
kertas
f. Lakukanm
pengawasan terus
menerus terhadap
semua area yang
bisa
diakses pasien untuk
menjaga keamanan
pasien dan
pemberian intervensi
terapeutik jika
diperlukan
3. Terapi aktivitas
a. Kembangkan
kemampuan klien
dalam berpatisipasi
melalui aktivitas
spesifik
b. Bantu klien utuk
mengeksplorasi
tujuan personal dari
aktivitas-aktivitas
yang biasa dilakukan
(misalnya, bekerja
dan aktivitas-aktivitas
yang disukai)
melalui aktivitas yang
konsisten dengan
kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial
d. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
diinginkan
e. Bantu klien untuk
menjadwalkan waktu
spesfik terkait dengan
aktivitas harian
f. Instrusikan klien dan
keluarga untuk
melaksanakan
aktivitas yang
diinginkan maupun
yang (telah)
diresepkan
g. Bantu dengan
aktivitas fisik secara
teratur (misalnya
berpindah, berputar
dan kebersihan diri)
sesuai dengan
kebutuhan
h. Berikan pujian
positif
karena kesediannya
untuk terlibat dalam
kelompok
i. Berikan kesempatan
keluarga untuk terlibat
dalam aktivitas,
dengan cara yang tepat
j. Bantu klien untuk
meningkatkan
motivasi dari dan
penguatan
k. Monitor respon
emosi, fisik, sosial
dan spiritual terhadap
aktivitas
l. Bantu klien dan
keluarga memantau
perkembangan
terhadap pencapaian
tujuan (yang di
harapkan)
Sumber : Nursing Intervention Classification (NIC). 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC). 2016. NANDA. 2016.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan
yang akan dilakukan implementasi pada klien dengan halusinasi dilakukan
secara interaksi dalam melaksanakan tindakan keperawatan, perawat harus
lebih dulu melakukan (Afnuhazi, 2015):
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi waktu, frekuensi, situasi, respon klien terhadap halusinasi
c. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
d. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
e. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
f. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan kegiatan
terjadwal
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada
situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana. Sebelum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and now). Perawat juga
menilai diri sendiri, apakah kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal
sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan (Dalami, dkk, 2014).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi
proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan
evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien
pada tujuan yang telah ditentukan (Afnuhazi, 2015). Evaluasi dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir, dimana masing-
masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada yang kontradiksi
dengan masalah yang ada
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien.
Pertemuan 1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
2. Diagnosa keperawatan
Resiko mencedarai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perubahan persepsi sensori yaitu halusinasi pendengaran.
3. Tujuan khusus
4. Tindakan keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mas, sedang apa?”.” Kenalkan nama saya Bapak budi
sisroyo, mas bisa panggil saya Bapak atau mas budi saja. Mas namanya
siapa?.........oooooo Joko prisanto, senang di panggil siapa?”.” Mas joko
atau mas yanto.”oooo begitu baiklah mas yanto, saya akan menemani mas
kurang 19
lebih dua minggu ke depan, nanti bisa cerita masalah yang di alami mas
joko.
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan mas joko saat ini?....ooooo kalau saya lihat mas joko
tampak bicara, berbicara sama siapa?
c. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap suara yang mas joko dengar dan
orang yang mengajak bicara?
2) Tempat
Dimana kita akan berbincang-bincang mas?oooooo di ruang makan,
baiklah.
3) Waktu
Kita akan bercakap-cakap berapa menit?”.” 15 menit, ya baiklah.
2. Kerja
Yeah sekarang jika sudah duduk santai, tolong ceritakan suara yang mas
joko dengar tadi tentang apa isi suara tersebut ?. Saat kapan mas joko
mendengar suara tersebut ?. berapa kali mas joko mendengar suara
tersebut.? Maukah Mas Joko saya ajarkan cara untuk mengontrol
halusinasi ?caranya seperti menghardik, , misalkan ada suara-suara yang
mas joko dengar menghardiknya dengan cara berteriak “pergi.....” apakah
mas joko sudah minum obat secara langsung. ooooooo begitu, lalu! Jadi
mas mendengar suara orang yang mengajak berbicara dan menyuruh
memukul orang”.” Menurut mas suara tersebut suara siapa, apakah
mengenalnya?ooooooo seperti suara laki-laki.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan mas joko setelah berbincang-bincang tentang suara yang mas
dengar
b. Evaluasi Objektif
Jadi suara yang mas dengar adalah……muncul saat…….dan yang mas lakukan
saat suara-suara tersebut muncul…….
c. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau begitu, dimana kita akan bercakap-cakap, tentang cara
mengendalikan suara-suara tersebut? Setuju!
2) Tempat
Baiklah kalau begitu, di mana kita akan bercakap-cakap, mungkin mas
joko punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol?
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap-cakap?”.” 10 menit atau 15 menit”.”
Sampai jumpa besok ya mas!.
d. Rencana tindak lanjut
Baiklah mas, nanti di ingat-ingat lagi yang suara lain yang di dengar.
Jangan lupa kalau suara-suara itu muncul lagi beritahu perawat biar di
bantu ya!.(Wijayaningsih,2015)
Pertemuan 2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
Klien sudah mengetahui cara-cara yag dapat digunakan untuk memutus atau
menghilangkan halusinani
2. Diagnosa keperawatan
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.
3. Tujuan khusus
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4. Tindakan keperawatan
a. Salam terapeutik
“ Selamat pagi, Mas Joko ?”. “ masih ingat nama saya ? Bagus !”.
b. Evaluasi/ Validasi
“ Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini ? apakah ada suara-suara yang
didengar dan belum diceritakan kemarin ?”
c. Kontrak
1) Topik
“ Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang
cara mengendalikan halusinasi yang Mas Joko alami ?” , “ Bagaimana
setuju ?”
2) Tempat
“ Kita bercakap-cakap diruang makan saja ya !”.
3) Waktu
“ Mas Joko mu berapa lama kita bercakap-cakap ?”. “ 15 menit, baiklah”.
4) Kerja
“ Kemarin Mas Joko sudah menceritakana tindakan yang dilakukan ketika
suara-suara tersebut muncul. Masih ingat ?. “ 22
Bagaimana apakah dapat mengurangi / menghilangkan suara-suara yang Mas
Joko dengar ?” ooooo..... begitu!”
“ Kalau Mas Joko mau saya akan memberitahu cara-cara lain yang dapat
dilakukan ketika suara-suara tersebut muncul ?”. “ Bagaimana !” “ Oke yang
pertama dengan menghardik suara-suara tersebut, caranya dengan mengatakan
saya enci kamu, pergi.....pergi !”, lalu tarik nafas dalam-dalam than sebentar dan
keluarkan pelan-pelan melalui mulut, maka Mas Joko akan rilex dan santai
kembali “. “ Mari saya ajari, tirukan saya ya !” “ Pertama katakan “ saya benci
kamu pegi...... pergi !”, kemudian tarik nafas dan keluarkan, begitu”, “ Bagus
mudah kan ?”
“ Cara yang kedua dengan melakukan kegiatan yang dapat memutus/
menghilangkan suara-suara itu, misalnya dengan mengambil air wudhu, solat atau
membaca Al-quran, membersihkan rumah atau alat-alat rumah tangga, apabila
suara-suara tersebut muncul siang atau sore hari”.
“ Cara yang ketiga adalah mencari teman untuk diajak ngobrol sehingga suara-
suara tersebut dapat dialihkan, tetapi cara ini tidak dapat dilakukan apabila suara-
suara itu muncul malam hari”.
“ Jika suara sering muncul malam hari, yang dapat Mas Joko lakukan adalah
minum obat tepat waktu, tepat obat, dan tepat dosis, misanya jam 17:30 WIB
sehingga Mas Joko akan terbangun pada jam 05:00 pagi,”
“ Kalau Mas Joko suka olahraga, untuk menghindari suara muncul kembali Mas
Joko dapat mengikuti olahraga dengan teman-temannya, tentunya kaau sore hari”.
“ Bagaimana mudah kan ?”. Mas Joko dapat pilih sesuai dengan kondisi dan
keadaaan !”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana rasanya setelah bercakap-cakap tentang cara mengendalikan
suara-suara yang muncul ?”
b. Evaluasi Obyektif
“ Coba sebutkan kembali cara yang dapat Mas Joko lakukan untuk
menghindari/ memutuskan suara-suara yang muncul ! Bagus....... lagi”.
c. Kontrak
1) Topik
“ Bagaimana kalau besok keluarga Mas Joko menjenguk, kita bercakap-
cakap lagi bersama-sama keluarga tentang halusinasi yang Mas Joko alami
?”.
2) Tempat
“ Baiklah kalau begitu dimana kita akan bercakap-cakap mungkin Mas
Joko punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol ?”.
3) Waktu
“ Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?’. “ 10 menit atau 15 ment”. “
Sampai jumpa besok yaa, Mas!”.
d. Rencana Tindak Lanjut
“ Kalau suara-suara itu muncul lagi coba dipraktikan ya Mas Joko, siapa
tahu dapat membantu !” ( wijayaningsih,2015: 91-94)
Pertemuan 3
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien sudah mengetahui cara-cara yang dapat digunakan untuk memutus atatu
menghilangkan halusinasi
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.
3. Tujuan khusus
Klien mendapatakan dukungan keluarga dalam mengatasi halusinasinya
4. Tindakan Keperawatn
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, pak?” ,”kenalkan saya bapak budi yang merawat mas Joko
disini, saya panggil bapak siapa?”…”,0…ya pak Mahmud”.
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mas Joko saat ini? Apakah mas Joko, masih ingat
cara-carar yang kemarin saya ajarkan?”. “apakah bapak/ibu mengetahui
pengertian halusinasi, gejala halusinasi dan cara mengatasi halusinasi?”.
c. Kontrak
1) Topik
“Pagi hari ini kebetulan bapak Mahmud mas Joko, kita akan bercakap-
cakap tentang pengertian halusianasi dan cara-cara yang harus dilakukan
agar mas Joko terhindar dari halusinasi?”
“Kita bercakap-cakap di ruang keperawatan saja agar lebih santai?”
3) Waktu
“Berapa lama kita bercakap-cakap? “bagaimana kalau 30 menit?”.
2. Kerja
“Tolong mas joko ceritakan tentang suara – suara didengar pada pak
mahmud , agar beliau tahu dan dapat membantu kalau di rumah muncul
lagi”. “ jadi begini yaa pak , mas joko ini kalau dalam kedokteran
mengalami halusinasi”.
“ nah apa halusinasi itu ?”, halusinasi adalah kesalahan dalam mengartikan
rangsangan dari luar yang sebenarnya menagajak bicara atau menyuruh
mwlakukan seseatu padahal tidak ada yang mengajak bicara , seperti yang
dialami mas joko ini”.
“ maukah saya beritahu orang yang mengalami halusinasi?”.
“ bapak mahmud akan menjumpai orang tersebut tampak termenung,
kemudian bicara sendiri atau tertawa sendiri , tidak jarang orang tersebut
tampak gelisah , mengalir bingung dan ketautan karena suara yang
mengancap atau memuluk orang lain , jika siuara itu tidak menyuruh untuk
memukul , bagaimanasudah jelas ?
Apa akibatnya jika halusinasi tidak di atasi ? , orang tersebut dapat
beresiko melakukan kekerasan yang arahnya diri sendiri orang lain atau
lingkungan maka jangan heran kalau bapak pernah melihat orang gila
melempar pakai batu atau tiba – tiba merusak tanaman yang ada di
dekatnya untuk menghindari hal tersebut ada cara halusinasi tidak muncul
yaitu tidak membiarkan joko sendirian melamun beri mas joko mengisi
kegiatan untuk mengisi waktu ruangan , ajak mas joko mengajak televisi
bersama , jalan – jalan atau gotong royong”, “ Bagaimana ?” Bapak sudah
paham.
“ Bila belum jelas Pak Mahmud dapat bertanya ?”
“......Ya jangan lupa minum obat secara tepat dan teratur serta antar Mas
Joko kontrol atau pergi RSJ sangat membantu agar Mas Joko terhindar
dari hausinasi?”.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
1) Topik
“ Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang manfaat dan efek
samping obat yang mas Joko minum ?”.
2) Tempat
“ Bagaimana kalau kita bercakap-cakap ditaman ?”, setuju !”.
3) Waktu
“ mau berapa lama ? “ bagaimana kalau 10 memit saja ?”.
4. Rencana Tindak Lanjut
“ Tolong ya pak Mas Joko dibantu untuk menghindari suara-suara itu
muncul lagi, caranya dengan yang sudah saya jelaskan tadi !”.
(Wijayaningsih, 2015 :95)
Pertemuan 4
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi Mas Joko ?” masih ingat nama saya ? Bagus !
b. Evaluasi/ Validasi
“ Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini baik-baik saja kan, ada yang
ingin disampaikan ?”.
c. Kontrak
1) Topik
“ Kita akan berbicara tentang jenis obat, efek samping obat serta cara
pemakaiannya”, “ Bagaimana Mas Joko bersedia ?”
2) Tempat
“ Bagaimana kalo kita bercakap-cakap di taman saja, biar lebih santai “.
3) Waktu
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang jenis dan
manfaat obat yang Mas Joko minum setiap hari ?”
b. Evaluasi Obyektif
“ Coba sebutkan kembali jenis obat yang Mas Joko minum, dan ambilkan
yang namanya HPD.......... dan seterusnya, sebutkan manfaatnya sekalian...
Bagus, di ingat-ingat ya ? “
c. Kontrak
“ Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi dengan topik
yang lain ?”
2) Tempat
“ Bagaimana kalau kita bercakap-cakap diteras saja?” setuju !”
3) Waktu
“ Mau berapa lama ? “. Bagaimana kalau 10 menit saja ?”.
4. Rencana Tindak Lanjut
“ Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya !”.
ohya jika ada yang belum jelas bisa Mas Joko tanyakan kembali pada
waktu lain.” (Wijayaningsih, 2015 :99-
DAFTAR PUSTAKA