Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DENGAN”


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

OLEH:

KELOMPOK 1
Adilla Permata Syafni (183310797)
Amelia Ermi Juwita (203310681)
Anila Luqma (203310682)
Annisa Alzura Fatihah (203310683)
Ariva Firdiani (203310686)
Fadhila Kamil (203310693)
Mulyana Dwi Firza (203310701)
Nur Hamni (203310704)
Yakub Fawzy (203310718)
Zuriyah Tul Hasanah (203310720)

DOSEN PEMBIMBING:

Renidayati,S.Kp,M.Kep,Sp.Jiwa

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PADANG
SEMESTER GENAP 2021/ 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunianya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya mengucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing kita ibu Renidayati,S.Kp,M.Kep,Sp.Jiwa dalam membimbing
tugas ini karena telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Dalam rangka memenuhi tugas ilmu dasar keperawatan maka makalah ini dibuat dengan
judul “Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Klien dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi”. Dengan dibuatnya karya tulis ini saya mampu memenuhi kelengkapan
tugas dan mendapatkan ilmu untuk topik hari ini.

Saya mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Selain itu, saya
berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tercapainya tujuan dari
penulisan makalah ini.

Padang, 17 Februari 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................

A. Latar Belakang ............................................................................................................

B. Rumusan Masalah........................................................................................................

C. Tujuan..........................................................................................................................

D. Manfaat........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS.................................................................................................

A. Defenisi Komunikasi Terapeutik.................................................................................


B. Komunikasi Terapeutik Sebagai Tangung Jawab Moral Perawat...............................
C. Tujuan Komunikasi Terapeutik...................................................................................
D. Ciri – Ciri Komunikasi Terapeutik..............................................................................
E. Jenis Komunikasi Terapeutik.......................................................................................
F. Teknik Komunikasi Terapeutik...................................................................................
G. Karakteristik Komunikasi Terapeutik..........................................................................
H. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik.................................................
I. Prinsip Komunikasi Terapeutik...................................................................................
J. Tahap Komunikasi Terapeutik.....................................................................................
K. Definisi Kebutuhan Nutrisi..........................................................................................
L. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi.........................................................
M.Masalah Kebutuhan Nutrisi.........................................................................................
N. Ropley Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi........................................................................................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................................

A. Kesimpulan.................................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu dasar dan kunci seseorang dalam menjalankan


tugasnya, komunikasi merupakan suatu proses dalam perawatan untuk menjalankan
dan menciptakan hubungan dengan pasien, komunikasi tampaknya sederhana tetapi
untuk menjadikan suatu komunikasi berguna dan efektif membutuhkan usaha dan
keterampilan serta kemampuan dalam bidang itu (Arifin, 2002).

Tidak ada persoalan sosial manusia dihadapkan dengan masalah sosial yang
penyelesaiannya menyangkut komunikasi yang lebih baik, Setiap hari semua orang
melakukan proses komunikasi. Sering kali akibat komunikasi yang tidak tepat terjadi
perbedaan pandangan atau salah paham. Oleh karena itu setiap orang perlu memahami
konsep dan proses komunikasi untuk meningkatkan hubungan antar manusia dan
mencegah kesalah pahaman yang mungkin terjadi, hubungan komunikasi terapeutik
antara perawat atau bidan dengan pasien adalah hubungan kerjasama yang ditandai
dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina
hubungan intim yang terapeutik (Utami P, 1998). Dasawarsa terakhir masalah
komunikasi antara petugas kesehatan dan pasien telah mendapatkan sorotan luas
karena adanya beberapa laporan riset yang di kumpulkan Faulkner (1984), laporan
tersebut mengungkapkan bahwa banyak pasien yang merasa tidak pernah menerima
cukup informasi (Nancy, 1988).

Nutrisi sangat berpengaruh bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka gizi
dalam tubuh kita berkurang sehingga bisa menyebabkan penyakit /terkena gizi buruk
oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi .astrointestinal ialah suatu kelainan
atau penyakit pada jalan makanan ,yang termasuk penyakit astrointestinal yaitu
kalainan penyakit kerongkongan,lambung(gaster),usus halus(intestinum).

B. Rumusan Masalah

1. Apa Defenisi Komunikasi Terapeutik ?


2. Apa Komunikasi Terapeutik Sebagai Tangung Jawab Moral Perawat?
3. Jelaskan Tujuan Komunikasi Terapeutik?
4. Apa Ciri– Ciri Komunikasi Terapeutik ?
5. Apa Jenis Komunikasi Terapeutik ?
6. Apa Teknik Komunikasi Terapeutik?
7. Apa Karakteristik Komunikasi Terapeutik?
8. Apa Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik?
9. Apa Prinsip Komunikasi Terapeutik?
10. Apa Tahap Komunikasi Terapeutik?
11. Apa Definisi Kebutuhan Nutrisi?
12. Apa Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi ?
13. Apa Masalah Kebutuhan Nutrisi?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui penerapan komunikasi terapeutik pada klien dengan gangguan


pemenuhan kebutuhan nutrisi

2. Tujuan Khusus

1) Mengetahui Defenisi Komunikasi Terapeutik


2) Mengetahui Komunikasi Terapeutik Sebagai Tangung Jawab Moral Perawat
3) Mengetahui Tujuan Komunikasi Terapeutik
4) Mengetahui Ciri– Ciri Komunikasi Terapeutik
5) Mengetahui Jenis Komunikasi Terapeutik
6) Mengetahui Teknik Komunikasi Terapeutik
7) Mengetahui Karakteristik Komunikasi Terapeutik
8) Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik
9) Mengetahui Prinsip Komunikasi Terapeutik
10) Mengetahui Tahap Komunikasi Terapeutik
11) Mengetahui Definisi Kebutuhan Nutrisi
12) Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
13) Mengetahui Masalah Kebutuhan Nutrisi

D. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait.
Adapun manfaat yang dicapai melalui hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis
Hasil makalah ini dapat memberikan sumbangan untuk memperkaya ilmu
pengetahuan dalam melakukan komunikasi tarapeutik pada pasien yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi .
2. Manfaat praktis
a. Bagi perawat
Sebagai masukan bagi perawat atau tenaga kesehatan lainnya agar dapat
menerapkan komunikasi tarapeutik yang baik dan benar pada pasien di rumah
sakit khususnnya pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
b. Bagi pasien
Pasien merasa lebih semangat untuk sembuh karena terjalinnya komunikasi
yang baik sehingga pasien dapat secara leluasa menyampaikan segala
keluhannya sehingga pasien bisa membagi beban yang di rasakan dengan
perawat melalui komunikasi tarapeutik yang baik dan benar.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi Komunikasi Terapeutik

Hubungan timbal balik antara pemberi asuhan keperawatan tidak terlepas dari
bagaimana pemberi asuhan menyampaikan instruksi atau ide kepada penerima
asuhan. Komunikasi yang baik adalah salah satu syarat tercapainya asuhan
yang benar. Komunikasi dalam kesehatan atau keperawatan sangat di perlukan
dalam penyembuhan pasien( Nur, 2019).

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjalin dengan baik,


komunikatif dan bertujuan untuk menyembuhkan atau setidaknya dapat
melegakan serta dapat membuat pasien merasa nyaman dan akhirnya
mendapatkan kepuasan(Yubiliana, 2017).

Komunikasi terapeutik dapat didefinisikan sebagai bentuk komunikasi antara


tenaga kesehatan dan pasien yang mendorong mereka untuk mencapai tujuan
keperawatan melalui suatu partisipasi dalam suatu hubungan yang erat
(Ruesch, 1961) dalam Kearney-Nunnery (2008).

Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi social dalam niat dari satu
atau lebih ornag yang mengikutinya secara jelas diarahkan untuk membawa
tentang perubahan sistem dan cara komunikasi. Komunikasi ini berbeda dari
komunikasi social, karena ada tujuan yang jelas atau yang direncanakan pada
saat melakukannya.

B. Komunikasi Terapeutik Sebagai Tangung Jawab Moral Perawat

Perawat harus memiliki tanggung jawab moral tinggi yang didasari atas sikap
peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain
untuk tumbuh dan berkembang. Addalati(1983), Bucaille(1979) dan
Amsyari(1995) menambahkan bahwa sebagai orang beragama, perawat tidak
dapat bersikap tidak peduli terhadap orang lain, seperti seorang pendosa yang
mementingkan dirinya sendiri.

Selanjutnya Pasquali & Arnold(1989) dan Watson(1979) menyatakan bahwa :


human care” terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/
mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti
dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya.

C. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Komunikasi tarapeutik sengaja di rancang agar hubungan perawat dank lien


menjadi efektif dalam rangka mencapai kesembuhan .untuk itu menurut stuart
&sunden dalam Nurjannah(2001), tujuan komunikasi tarapeutik adalah
sebagai berikut:

1) Kesadaran diri,penerimaan diri dan meningkatkan kehormatan diri


Untuk mencapai tujuan akhir dari proses pelayanan kesehatan utamannya
pelayanan keperawatan adalah dengan memperpendek lama hari rawat.
Perawat dank lien akan terlibat dalam hubungan yang intensif. Untuk itu
perawat harus melakukan eksplorasi diri atas kemampuan yang dimiliki
dalam berkomunikasi dengan klien. Dalam melaksanakan komunikais
yang tarapeutik, perawat harus memiliki kemampuan-kemampuan ,antara
lain pengetahuan yang cukup, keterampilan yang mumpuni. Dengan
demikian, kehadiran perawat di sisi klien merupakan kehadiran yang
bermakna dan membawa dampak yang positif bagi klien. Konsep Carl
Roger Yang(2006) mengidentifikasi tiga faktor dasar dalam
mengembangkan hubungan yang saling membantu (helping
relationship),yaitu1) genuineness(keiklasan),2) empathy(empati),3)
warmth(kehangatan).
2) Mendorong fungsi dan menigkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang
memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistis
Komitmen yang tinggi dari perawat dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatn sangat dibutuhkan dalam tujuan yang optimal.komitmen itu
didasari keinginan yang kuat dalam memberikan pelayanan dengan
harapan perawatn yang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Prinsip dalam peleyanan keperawatan dengan memperhatikan
semua aspek yang dimiliki mempunyai sifat pelayanan yang
cepat,tegas,dengan suasana yang tenang dan humanistic. Demikian bagi
klien komunikasi tarapeutik memberikan dorongan untuk mengutarakan
apa yang dikeluhkan dan sedang ia alami tanpa satu manipulasi dengan
harapan keluhannya mendapatkan pelayanan keperawatn yang sesuai.
D. Ciri – Ciri Komunikasi Terapeutik

Berikut adalah beberapa hal mendasar yang merupakan ciri-ciri dari


komunikasi terapeutik menurut Baradero et al (2000), yaitu:

1. Client centered (berpusat pada pasien).


2. Menghargai pasien sebagai individu yang unik dan bebas.
3. Meningkatkan kemampuan pasien untuk berpartisipasi dengan aktif dalam
mengambil keputusan mengenai pengobatan dan perawatannya.
4. Menghargai keluarga, kebudayaan, kepercayaan dan nilai hidup pasien.
5. Menghargai kerahasiaan komunikasi perawat – pasien
6. Saling percaya, menghargai dan menerima.
E. Jenis Komunikasi Terapeutik
1) Komunikasi verbal
Jenis komunikasi verbal yang paling lazim digunakan dalam pelayanan
keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal
terutama pada saat berbicara tatap muka. Komunikasi verbal biasanya
lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata yang digunakan adalah alat atau
symbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional. Keuntungan dalam komunikasi verbal
tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara
langsung.
Komunikasi verbal yang efektif:
a. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan
mengucapkannya dengan jelas. Ulangi bagian penting dari pesan yang
di sampaikan.
b. Perbendaharaan kata(mudah dipahami)
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran tidak dapat dimengerti pasien, hal ini
membuat perawat perlu menggunakan istilah yang dimengerti pasien.
c. Arti denotative dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata
yang digunakan, sedangkan arti konotatif adalah pikiran, perasaan atau
ide yang terdapat dalam suatu kata. Ketika berkomunikasi dengan
pasien harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk
disalah tafsirkan, terutama penting ketika menjelaskan tujuan terapi
dan kondisi pasien
d. Selaan dan kesempatan dalam berbicara
Kecepatan serta tempo bicara yang tepat turut menentukan
keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan
yang cepat pada suatu pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan
kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap
pasien. Perawat sebaliknya tidak berbicara dengan cepat sehingga
kata-kata yang diucapkan menjadi jelas.
2) Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan
kata-kata. Komunikasi non verbal merupakan cara yang meyakinkan
untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari
pesan verbal dan non verbal yang di sampaikan pasien mulai dan saat
pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan karna isyarat non verbal
menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendeteksi suatu
kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan
Menurut Liliweri, komunikasi non verbal dibagi menjadi ,yakni :
a) Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam
bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa
dalam pengalihan informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak
saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat
pesanpesan itu dengan bahasa isyarat seperti, cara mengaduk obat, dll
b) Haptic
Haptik artinya tidak ada lagi jarak diantara dua orang waktu
berkomunikasi. Atas dasar itu maka ahli komunikasi non verbal yang
mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-neouk, meraba-raba,
memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan
relasi anda dengan seseorang
c) Paralaguage
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia
bermanfaat jika hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai
contoh orang-orang jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan
dengan suara yang keras, berbeda dengan orang Batak dan Timor yang
mengungkapkan segala sesuatu dengan menggunakan suara keras.
d) Tampilan fisik tubuh
Seringkali pasien mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik
tubuh dari lawan bicara. Salam satu keutamaan pesan atau informasi
kesehatan adalah persuasive, artinya bagaimana perawat merancang
pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain
(pasien) agar dapat mengetahui informasi tersebut.
e) Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada
hubungan antara pembicaraan dengan lawan bicarannya.
Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan
sifat hubungan antara yang berbicara,yaitu pesan di dalam pesan yang
menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar.
Contoh: tersenyum ketika sedang marah .
f) Gerakan mata
Kontak mata sangat penting dalam komunikasi intrapersonal . orang
yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan
dideskripsikan sebagai orang yang dapat di percaya, dan
memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat
sebaiknnya tidak memmandang ke bawah ketika sedang berbicara
dengan klien,oleh karena itu ketika sedang berbicara sebaiknnya
duduk sehingga perawat tidak tampak dominan ,jika kontak mata
dilakukan dalam keadaan sejajar dengan klien.
F. Teknik Komunikasi Terapeutik
Menurut Uripni dkk (2002), teknik yang dilakukan dalam pelaksanaan
komunikasi terapeutik, adalah sebagai berikut:

1) Mendengar dengan penuh perhatian. Hal ini perawat harus mendengarkan


masalah yang disampaikan oleh klien untuk mengetahui perasaan, pikiran
dan persepsi klien itu sendiri. Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi
pendengar yang baik adalah menatap matanya saat berbicara, tidak
menyilangkan kaki dan tangan, hindari gerakan yang tidak perlu dan
condongkan tubuh kearah lawan bicara.
2) Menunjukkan penerimaan. Mendukung dan menerima dengan tingkah laku
yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Menerima bukan berarti
menyetujui. Menerima berarti mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan
keraguan atau ketidaksetujuan.
3) Menanyakan pertanyaan yang berkaitan. Tujuan perawat bertanya adalah
untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai masalah yang telah
disampaikan oleh klien. Oleh sebab itu, sebaiknya pertanyaan yang
diajukan berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh klien.
4) Mengulang ucapan klien dengan kata-kata sendiri. Melalui pengulangan
kembali kata-kata klien, seorang perawat memberikan umpan balik bahwa
perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
5) Mengklarifikasi. Klarifikasi terjadi pada saat perawat menjelaskan dalam
kata-kata mengenai ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
Tujuan dari teknik ini untuk menyamakan pengertian.
6) Memfokuskan. Tujuan dari memfokuskan untuk membatasi pembicaraan
sehingga pembicaraan menjadi lebih spesifik dan dimengerti. Hal yang
perlu diperhatikan adalah tidak memutuskan pembicaraan ketika klien
menyampaikan masalah yang sedang dihadapi.
G. Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Menurut Arwani (2002), terdapat tiga ciri-ciri yang menjadi karakteristik serta
membedakan komunikasi terapeutik dengan komunikasi yang lain, yaitu:
a. Keikhlasan (genuiness)

Perawat harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang dimiliki
terhadap keadaan klien. Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya
mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai terhadap klien
sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikan secara tepat.

b. Empati (empathy)

Empati merupakan perasaan pemahaman dan penerimaan perawat


terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan dunia
pribadi klien. Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitif dan tidak
dibuat-buat (objektif) didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati
cenderung bergantung pada kesamaan pengalaman diantara orang yang
terlibat komunikasi.

c. Kehangatan (warmth)

Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk


mengekspresikan ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan
tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi. Suasana yang hangat, permisif
dan tanpa adanya ancaman menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat
terhadap klien. Sehingga klien akan mengekspresikan perasaannya secara
lebih mendalam.

H. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik

Menurut Shives (1998), Ramsden (1999), Potter dan Perry (2006), Townsend

(2000), Machfoedz (2009), Arnold dan Boggs (2007) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat.
Beberapa faktor itu adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan komunikator

Meliputi kemampuan untuk berbicara, mendengar dan melihat.

b. Persepsi

Merupakan pendapat individu mengenai apa yang akan terjadi.

c. Peranan dan hubungan


Peranan dan hubungan antara encoder dan decoder juga mempengaruhi
komunikasi, misalnya peranan dan hubungan perawat – pasien, dokter
perawat, dan seterusnya.

d. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang berbeda antara perawat dengan pasien dapat


membuat komunikasi menjadi sulit.

e. Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi


perawat untuk menyadari nilai seseorang.

f. Latar belakang budaya

Budaya membentuk individu yang unik, sehingga komunikasi juga akan


berbeda antara satu dengan yang lainnya.

g. Emosi

Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa.

h. Sikap

Sikap peduli, kehangatan, menghargai dan menerima dapat memperlancar


komunikasi.

i. Lingkungan

Lingkungan yang tenang, bebas dari kebisingan, ventilasi yang baik, suhu
kamar yang tidak terlalu panas/dingin, serta adanya privacy akan
memperlancar komunikasi.

j. Waktu

Komunikasi dengan pasien yang menuntut pasiennya harus menunggu baru


kemudian perawatnya akan muncul, akan berbeda tanggapannya dengan
pasien yang tidak dibiarkan menunggu lama.

I. Prinsip Komunikasi Terapeutik


Prinsip dasar komunikasi adalah sebagai berikut:

1) Komunikasi hanya bisa terjadi apabila terdapat pertukaran pengalaman


yang sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses
komunikasi(sharing similar experiences) artinnya informasi yang di
sampaikan mampu ditangkap oleh si penerima pesan dengan sempurna
2) Jika daerah tumpang tindih(the field of experience)menyebar dan menutupi
lingkaran tersebut, maka makin besar kemungkinan tercipta suatu proses
komunikasi yang mengena
3) Jika daerah tumpang tindih mengecil dan menjauhi sentuhan kedua
lingkaran,atau cenderung mengisolasi lingkaran masing-masing, maka
komunikasi yang terjadi sangat terbatas. Bahkan besar kemungkinan gagal
dalam menciptakan suatu proses komunikasi yang efektif

J. Tahap Komunikasi Terapeutik

Stuart G. W, 2009 menjelaskan bahwa dalam prosesnya komunikasi terapeutik


terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap persiapan atau tahap pra-interaksi,
tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.

a. Tahap Persiapan/Pra-interaksi

Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya


dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap
ini juga perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya.
Setelah hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan
pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan
mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh
perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi
interaksinya dengan orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 20011 dalam
Suryani, 2009). Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam
menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada saat
perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yang
dikatakan oleh klien dengan baik (Brammer, 2007 dalam Suryani, 2009)
sehingga tidak mampu melakukan active listening (mendengarkan dengan
aktif dan penuh perhatian).

Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:

a) Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan


mengidentifikasi kecemasan.
b) Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
c) Mengumpulkan data tentang klien.
d) Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
b. Tahap Perkenalan/Orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien
dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data
dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta
mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu (Stuart. G. W, 2009).
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
a) Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan
komunikasi terbuka.
b) Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik
pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau
mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.
c) Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah
klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik
komunikasi pertanyaan terbuka.
d) Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini
dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan
terapeutik antara perawat dan klien.
c. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik
(Stuart, G. W, 2009). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam
komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk
membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi
verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula
perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga
mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang
dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan
percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha
untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan
membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,
B. & Judith, P, 2011 dalam Suryani, 2010). Dengan dilakukannya
penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa
keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima
dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat.
d. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap
terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,
G. W, 2009). Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan
perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan
bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh
perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
a) Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah
dilaksanakan (evaluasi objektif). Brammer dan McDonald (2009)
menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan tentang
apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat
berguna pada tahap ini.
b) Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan
klien setelah berinteraksi dengan perawat.
c) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
Tindak lanjut yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang
baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang  akan dilakukan
selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada
pertemuan berikutnya.
K. Definisi Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nancy Nuwer
Konstantinides). Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan dipergunakan
dalam aktivitas tubuh. Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu
kebutuhan dasar manusia yang sangat vital. Nutrisi merupakan sumber energi
untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal
dari dalam tubuh itu sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati
ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari
luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia (Sutanto & Fitriana,
2017).

L. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi, yaitu :

1. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat


memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
kurngnya informasi sehinga dapat terjadi kesaalahan dalam memenuhi
kebutuhan gizi.

2. Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi


dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah,
tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan
bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap
bahwa makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.

3. Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan


tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya di beberapa daerah,
terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal
makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang baik.

4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat
mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai
dengan nilai yang diharapkan.

5. Status Ekonomi

Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena


penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.
Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perokonomian yang tinggi
biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan
masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.

M. Masalah Kebutuhan Nutrisi


1. Kekurangan Nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam


keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakcukupan asupan nutrisi untuk proses metabolisme.

a. Tanda Klinis:
1. Berat badan 10-20% di bawah normal.
2. Tinggi badan dibawah ideal.
3. Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
4. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.
5. Adanya penurunan albumin serum.
6. Adanya penurunan transfersin.
b. Kemungkinan penyebab:
1. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori
akibat penyakit infeksi atau kanker.
2. Disfagia karena adanya kelainan persarafan.
3. Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi
laktosa.Nafsu makan menurun.
2. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme yang berlebih
a. Tanda Klinis:
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal.
2) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada
wanita.
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan.
5) Aktivitas menurun atau monoton.
b. Kemungkinan Penyebab:
1) Perubahan pola makan
2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman
3. Malnutrisi

Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat


gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai asupan zat gizi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya dengan adanya
berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan
kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan
energi, pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva dan lain-lain.

4. Obesitas

Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan uyang mencapai


lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan
dalam penggunaan kalori.

5. Diabetes Militus

Diabetes Militus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai


dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan
insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.

6. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya
asupan kalsium, natrium yang berlebihan.

7. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung Koroner merupakan gangguan pemenuhan nutrisi yang


sering disebabakan oleh peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat
ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup
yang tidak sehat.

N. Ropley Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dengan Gangguan Pemenuhan


Kebutuhan Nutrisi

Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB. Perawat Esti akan digantikan


oleh perawat Venty, yang bertugas dinas siang. Perawat Esti dan Perawat
Venty mengunjungi pasien untuk memberi tahu bahwa sudah ganti perawat.
Setelah itu, perawat venty masuk ke ruang untuk mengecek kondisi pasien dan
mengetahui tindakan yang akan dilakukan setelah melihat data data yang
diperoleh dari pemeriksaan yang dilakukan oleh perawat yang bertugas
sebelumnya. Setelah melihat tanda tanda tersebut dan setelah konsultasi
dengan dokter, tuan I mendapat diagnosis “ Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi “ kemudian perawat dan dokter menentukan tindakan yang akan
dilakukan.

Perawat 2 : Assalamu’alaikum mas selamat siang

Pasien : Wa’alaikumussalam selamat siang sus

Perawat 2 : Apakah ini benar dengan mas Ihsyan?

Pasien : iya benar sus

Perawat 2 : Perkenalkan mas saya perawat venty yang bertugas merawat


mas dari pukul 14.00 sampai pukul 21.00 WIB nanti. Jadi jika
mas membutuhkan saya mas bisa panggil saya di ruang perawat
atau bisa tekan bel yang ada disebelah kiri mas ya.

Pasien : Oh iya baik sus terimakasih

Perawat 2 : Apa mas tadi pagi sudah diperiksa oleh suster esti?

Pasien : iya sus sudah

Perawat 2 : Baik mas, setelah saya mempelajari data data dan laporan dari
perawat yang bertugas sebelum saya, katanya mas mengeluh
susah makan?

Pasien : iya sus, karena tenggorokan saya masih terasa sakit karena
operasi kemarin.

Perawat 2 : Oh iya mas, baiklah sebelumnya perkenalkan ini dr. Eneng,


dokter ini akan melakukan penjelasan agar mas bisa lebih
paham dengan tindakan apa yang akan kami lakukan.

Dokter : Selamat siang mas, baiklah mas sesuai dengan masalah


penyakit yang di derita mas dan diagnosis yang saya terima
kami akan memberikan tindakan pemasangan NGT yang akan
dilakukan oleh suster venty, pemasangan NGT ini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mas agar mas tidak merasa
lemas lagi, dan pemenuhan nutrisi mas juga terpenuhi.
Bagaimana mas, apakah mas menyetujui dengan rencana
tindakan yang akan kami lakukan?

Ayah Pasien : Tetapi sebelumnya pemasangan NGT itu apa dok?

Dokter : Pak, pemasangan NGT itu yaitu memasang selang yang akan
dimasukkan ke dalam lambung Tn. I melewati hidung untuk
memasukkan makanan karena Tn. I ini sulit untuk menelan
makanan setelah pasca operasi kemarin.

Perawat 2 : Jadi begitu mas, apakah mas bersedia dilakukan pemasangan


NGT?

Pasien : Baiklah jika tindakan tersebut menurut dokter dan perawat


yang terbaik bagi diri saya, saya akan menyetujuinya.
Kemudian pasien menandatangani surat persetujuan tindakan

Perawat 2 : Kalau begitu saya akan ke ruang perawat dulu untuk


membawa peralatannya. Nanti sekitar 10 sampai 15 menit saya
akan kembali lagi ya pak. Saya permisi mas, assalamu’alaikum.

Pasien : ya wa’alaikumussalam sus

Sesuai dengan kontrak yang telah dilakukan sebelumnya, perawat venty


melakukan implementasi atas rencana tindakan yang akan diberikan kepada
Tn.I pada pukul 15.00 WIB. Setelah beberapa menit perawat venty kembali ke
ruang pasien dengan membawa peralatannya.

Perawat 2 : Assalamu’alaikum mas, selamat sore sesuai dengan


kesepakatan kita tadi maka saya akan melakukan tindakan
pemasangan NGT, apakah mas sudah siap? Apakah mas ada
keperluan lainnya?

Pasien : Tidak sus langsung saja saya sudah siap sus.

Kemudian perawat melakukan tindakan pemasangan NGT


tersebut.
Perawat 2 : Baiklah mas saya akan melakukan pemasangan NGT nya,
maaf ya mas agak sedikit kurang nyaman sebelumnya mas
cukup rileks saja ya ( saat akan melakukan tindakan )

Pasien : Suster, Apakah saya bisa normal kembali seperti biasa? Saya
takut sebab, saya merasa lemas dan tenggorokan saya masih
terasa sakit pasca operasi.

Perawat 2 : saya mengerti dengan apa yang mas rasakan, betapa


khawatirnya mas ini, mas tidak usah khawatir. Kami tim
kesehatan akan berusaha semaksimal mungkin untuk proses
penyembuhan mas, mas banyak banyak berdoa kita serahkan
semuanya kepada Allah swt ya mas.

Pasien : ya sus, kalau begitu saya optimis untuk sembuh.

Perawat 2 : bagus mas, dengan bersikap optimis mas akan cepat lekas
sembuh

Kemudian tak lama setelah perawat memasang selang NGT

Perawat 2 : Nah sekarang pemasangan NGT nya sudah selesai, bagaimana


perasaan mas setelah saya pasang NGT?

Pasien : Kurang nyaman sus, rasanya seperti mual dan mengganjal di


daerah tenggorokan

Perawat 2 : Iya itu pasti mas, tapi lama kelamaan akan terbiasa dan ini
pun untuk kesembuhan mas dan juga untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi mas agar mas cepat bisa sembuh.

Pemasangan selang NGT pun sudah selesai, perawat pun bergegas


membereskan alat alat dan melakukan terminasi .

Perawat 2 : Baiklah mas kalau begitu saya akan kembali ke ruang


perawat, nanti sekitar 20 sampai 30 menit , saya akan
kembali lagi untuk memberikan obat melalui selang
NGT nya ya mas, jika mas membutuhkan bantuan saya
mas bisa tekan bel sebelah kiri mas atau bisa panggil
saya oleh ayahnya ya mas.

Ayah Pasien : ya sus

Perawat 2 : Saya permisi dulu ya mas, pak. Assalamu’alaikum

Pasien dan keluarga : ya silahkan sus, wa’alaikumussalam.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hubungan timbal balik antara pemberi asuhan keperawatan tidak terlepas dari
bagaimana pemberi asuhan menyampaikan instruksi atau ide kepada penerima
asuhan. Komunikasi yang baik adalah salah satu syarat tercapainya asuhan yang
benar. Komunikasi dalam kesehatan atau keperawatan sangat di perlukan dalam
penyembuhan pasien( Nur, 2019)

Nutrisi adalah substansi organic yang di butuhkan organisme untuk fungsi normal
dari system tubuh ,pertumbuhan pemeliharaan kesehatan nutrisi didapatkan dari
makanan dan cairan yang selanjutnnya diasimilasikan tubuh. Penelitian di bidang
nutrisis mempelajari hubungan antara makanan dan minuman terhadap kesehatan
dan penyakit khususnnya dalam menentukan diet yang optimal. Gastrointestinal
ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan /pencernaan.penyakit
gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan penyakit kerongkongan
,lambung,usus halus ,usus besar ,hati,saluran empedu.

B. Saran

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kuranganya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.Penyusun banyak berharap para pembaca
yang budiman dapat memeberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penyusun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penyusun pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umunya.kita sebagai perawat
hendaknya harus mengetahui bagaimana komunikasi tarapeutik yang baik bagi
pasien khususnya pada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi sehingga dapat nantinya kita jadikan acuan dalam berkomunikasi pada
pasien di rumah sakit dengan baik dan secara profesional khususnya dalam
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Anjaswarni, Tri. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan “komunikasi dalam

kepetawatan”. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses di :


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Komunikasi-dalam-Keperawatan-
Komprehensif.pdf

Abdurakhman.,N. 2019. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta : Syntax

Computama.

https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrPiBdR9FFgjwQA3STLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZ
zMEcG9zAzMEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1616012498/RO=10/RU=https
%3a%2f%2finohim.esaunggul.ac.id%2findex.php%2fINO%2farticle%2fdownload
%2f110%2f91/RK=2/RS=YhIy25KTUxULGbremYIvkXNH8PE-

https://www.kajianpustaka.com/2020/06/komunikasi-terapeutik-pengertian-fungsi-
karakteristik-prinsip-dan-teknik.html

Modul bahan cetak keperawatan Komunikasi-dalam-Keperawatan-Komprehensif

Muhmit.A., & Sandu., S. 2018. Aplikasi komunikasi terapeutik nursing & healthy.

Yogyakarta : CV BUDI UTAMA.

Tamsuri, Anas.(2006).”komunikasi dalam keperawatan”. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai