Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

”Sistem Endokrin”

OLEH : Kelompok 2

Adilla Permata Syafni Lara Wilfi Saputri

Anisatul Fadhilah Monix Jultrizo Putri

Bunga Fatihul Rahmi Restika Margaret Hutabarat

Dea Ayunisri Shendy Wira Putra

Famelya Syafrilina Silvia Wahyuni

Hanifa Putri Siti Nabila Rustam

Laila Utami Yoga Efrizons

Dosen Pembimbing:
Ns. Nova Yanti, M.Kep., Sp. Kep. MB

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Sistem Endokrin”, dari mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.

Padang, januari 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................


Daftar Isi ......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan Penulisan .....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin..................................................
B. Fungsi Sistem Endokrin...........................................................................
C. Klasifikasi Dalam Struktur Kimia............................................................
D. Karakteristik Sistem Endokrin..................................................................
E. Pengendalian Sistem Endokrin..................................................................
F. Klasifikasi Hormon Pada Sistem Endokrin...............................................
G. Hormon Utama Sistem Endokrin...............................................................
H. Patofisiologi Hormon Secara Umum..........................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ – organ lain. Hormon bertindak sebagi pembawa pesan dan dibawa oleh aliran darah
ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan pesan tersebut
menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti
kelenjar ludah, kelenjar keringat dan kelenjar – kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.

Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran, yang


menyalurkan sekresi hormonnya langsung kedalama darah. Hormon tersebut memberikan
efeknyake organ atau jaringan target. Beberapa hormon seperti insulin dan tiroksin
mempunyai banyak organ target.

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memandukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama – sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat
dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise
posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau
diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila
endokrin umumnya bekerja melalui hormon maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung – ujung saraf.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologis sistem endokrin?
2. Apa saja fungsi sistem endokrin ?
3. Bagaimana klasifikasi dalam struktur kimia ?
4. Bagaimana karakteristik sistem endokrin ?
5. Bagaimana pengendalian sistem endokrin ?
6. Bagaimana klasifikasi hormon pada sistem endokrin ?
7. Apa saja hormon utama pada sistem endokrin ?
8. Bagaimana patofisiologi hormon secara umum ?
C. Tujuan
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem endokrin
2. Mengetahui fungsi sistem endokrin
3. Mengetahui klasifikasi dalam struktur kimia
4. Mengetahui karakteristik sistem endokrin
5. Mengetahui pengendalian sistem endokrin
6. Mengetahui klasifikasi hormon pada sistem endokrin
7. Mengetahui hormon utama pada sistem endokrin
8. Mengetahui patofisiologi hormon secara umum
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ – organ lain. Hormon bertindak sebagi pembawa pesan dan dibawa oleh aliran darah
ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan pesan tersebut
menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti
kelenjar ludah, kelenjar keringat dan kelenjar – kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.

Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran, yang


menyalurkan sekresi hormonnya langsung kedalama darah. Hormon tersebut memberikan
efeknyake organ atau jaringan target. Beberapa hormon seperti insulin dan tiroksin
mempunyai banyak organ target.

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memandukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama – sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat
dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise
posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau
diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila
endokrin umumnya bekerja melalui hormon maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung – ujung saraf.
1. Kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan
a. Hipofisis
Kelenjar hipofisis dapat menghasilkan hormon yang mampu merangsang
hormon yang dapat merangsang kelenjar lain untuk menghasilkan
hormone lain. Contohnya : hipofisa anterior TSH = tyrosomatotropic
hormone merangsang kelenjar thyroid untuk menghasilkan
thyroksin thyroksin digunakan untuk metabolisme tubuh (kh, protein,
lipid) bearti jalan menuju hipofisa anterior akan terhambat dan
seterusnya.
Sel – sel kelenjar hipofisis dikelompokkan berdasarkan jenis hormon
yang disekresikan yaitu :
1) Sel – sel somatotrof bentuknya besar, mengandung granula
sekretori, berdiameter 350 – 500 nm dan terletak di sayap lateral
hipofise. Sel – sel ini yang menghasilkan hormon somatotropin
atau hormon pertumbuhan.
2) Sel – sel lactotroph juga mengandung granula sekretori, dengan
diameter 27 – 350 nm, menghasilkan prolaktin atau laktogen.
3) Sel – sel tirotroph berbentuk polihedral, mengandung granula
sekretori dengan diameter 50 – 100 nm dan menghasilkan FSH.
4) Sel – sel gonadotro diameter sel kira – kira 275 – 375 nm,
mengandung granula sekretori, menghasilkan FSH dan LH.
5) Sel nonsekretori terdiri atas sel kromofob.

Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar


pengendali karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang
mengatur kegiatan kelenjar lainnya. Kelenjar ini berbentuk bulat dan
berukuran kecil, dengan diameter 1,3 cm. Hipofisis dibagi menjadi
hipofisis bagian anterior, bagian tengah (pars intermedia), dan bagian
posterior.

1) Hipofisis lobus anterior


Hormon pertumbuhan = growth hormone = somatotropin = GH
yang bekerja pada tulang, otot, kulit dan bekerjanya sangat
terbatas. Pada pria hormone ini bekerja dari lahir hingga usia 21
tahun. Pertumbuhan dratic terjadi pada usia 13 sampai 16 tahun.
Pada wanita, hormone ini bekerja sejak lahir hingga usia 18
tahun. Pertumbuhan drastic terjadi pada usia 9 sampai 12 tahun.
GH sangat dipengaruhi kadar glukosa dalam darah. Bila selesai
makan, kadar gula dalam darah akan meningkat. GH tidak mau
bekerja : bila kadar gula darah menurun, GH bekerja secara
maksimal. Bila GH bekerja normal maka tubuh akan normal, bila
hipersekresi maka akan tumbuh menjadi manusia raksasa
(GIANT), bila hiposekresi maka akan tumbuh menjadi manusia
kerdil/cebol, (lorain) pendek dan kurus, atau (frolich) pendek,
gendut, perut buncit.
Thyrotropic hormone = thyrosomatotropic hormone = TSH
mempengaruhi kelenjar thyroid untuk menghasilkan thyroksin
(T4), liotironin (T3) dan kalsitonin. Adreno cortico tropic
hormone (ACTH) terdiri dari tiga kelompok besar yaitu :
- Glukokortikoid penghasil gula.
- Mineralokartikoid mengatur keseimbangan cairan
antara ion Na dan ion K
- Gonad kartikoid untuk wanita estrogen &
progesteron untuk pria testrone
2) Hipofisis pars media
Jenis hormon serta fungsi hipofisis pars media

No Hormon Fungsi
1. MSH (Melanosit Mempengaruhi warna kulit
individu. Dengan cara
Stimulating Hormon)
menyebarkan butir
melanin, apabila hormon
ini banyak dihasilkan maka
menyebabkan kulit

menjadi hitam.

3) Hipofisis lobus posterior


Hormon oxytosin : regulasi kontraksi rahim setiap 3 jam, 2,5
jam, 2 jam, 1,5 jam, 1 jam s/d 10 menit sekali, serta membantu
dalam proses pengeluaran air susu ibu setelah melahirkan
kelenjar mamae ibu dihisap oleh bayi. Hormone relaxing :
membukanya simphisis pubis (tulang kemaluan) sehingga bayi
mudah dilahirkan. Kedua hormone tersebut harus bekerja sama
agar bayi mudah di keluarkan. Anti diuretika hormone (ADH) =
pitressin = vasopressin : mencegah agar urine yang keluar tidak
terlalu banyak.

b. Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel dan terdapat
di depan trakea.
1) Kelenjar yang terdapat di leher bagian depan di sebelah bawah
jakun dan terdiri dari dua buah lobus.
2) Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin
(T4) dan Triiodontironin (T3).
3) Hormon ini dibuat di folikel jaringan tiroid dari asam amino
(tiroksin) yang mengandung yodium. Yodium secara aktif di
akumulasi oleh kelenjar tiroid dari darah. Oleh sebab itu
kekurangan yodium dalam makanan dalam jangka waktu yang
lama mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok hingga 15 kali

Hormon yang dihasilkan dari kelenjar Tiroid beserta fungsinya

No Hormon Fungsi
1. Tiroksin Mengatur metabolisme, pertumbuhan,
perkembangan, dan kegiatan system
saraf
2. Triiodontironin Mengatur metabolisme, pertumbuhan,
perkembangan dan kegiatan sistem saraf
3. Kalsitonin Menurunkan kadar kalsium dalam darah
dengan cara mempercepat absorpsi
kalsium oleh tulang

c. Paratiroid
1) Berjumlah empat buah terletak di belakang kelenjar tiroid.
2) Kelenjar ini menghasilkan parathormon (PTH) yang
berfungsi untuk mengatur konsentrasi ion kalsium dalam cairan
ekstraseluler dengan cara mengatur : absorpsi kalsium dari usus,
ekskresi kalsium oleh ginjal, dan pelepasan kalsium dari tulang.
3) Hormon paratiroid meningkatkan kalsium darah dengan cara
merangsang reabsorpsi kalsium di ginjal dan dengan cara
penginduksian sel–sel tulang osteoklas untuk merombak
matriks bermineral pada osteoklas untuk merombak matriks
bermineral pada tulang sejati dan melepaskan kalsium ke dalam
darah.
4) Jika kelebihan hormon ini akan berakibat berakibat kadar
kalsium dalam darah meningkat, hal ini akan mengakibatkan
terjadinya endapan kapur pada ginjal.
5) Jika kekurangan hormon menyebabkan kekejangan disebut
tetanus.
6) Kalsitonin mempunyai fungsi yang berlawanan dengan PTH,
sehingga fungsinya menurunkan kalsium darah.

Fungsi kelenjar paratiroid adalah :

1) Mengatur metabilisme fosfor.


2) Mengatur kadar kalsium darah.
d. Kelenjar adrenalin (anak ginjal)
Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian
atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis dan
dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah
(medula).
Hormon dari kelenjar anak ginjal dan prinsip kerjanya :

No Hormon Prinsip kerja


1. Bagian korteks adrenal

a. Mineralokortikoid Mengontol metabolisme ion anorganik

b. Glukokortikoid Mengontrol metabolisme glukosa


2. Bagian Medula Adrenal Kedua hormon tersebut bekerja sama
dalam hal berikut :
Adrenalin (epinefrin)
dan noradrenalin a. dilatasi bronkiolus

b. vasokonstriksi pada arteri

c. vasodilatasi pembuluh darah otak dan


otot

d. mengubah glikogen menjadi glukosa


dalam hati

e. gerak peristaltik

f. bersama insulin mengatur kadar gula


darah

Stimulus yang mencekam menyebabkan hipotalamus mengaktifkan


medula adrenal melalui impuls saraf dan korteks adrenal melalui si
nyal hormonal. Medulla adrenal memperantarai respons jangka pendek
terhadap stress dengan cara mensekresikan hormon katekolamin yaitu
efinefrin dan norefinefrin. Korteks adrenal mengontrol respon yang
berlangsung lebih lama dengan cara mensekresikan hormone steroid.
e. Pankreas
1) Kelenjar pankreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada
pankreas, sehingga dikenal dengan pulau – pulau langerhans
2) Kelenjar pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon,
insulin mempermudah gerakan glukosa dari darah menuju ke sel
– sel tubuh menembus membrane sel
3) Di dalam otot glukosa di metabolisasi dan disimpan dalam
bentuk cadangan
4) Di sel hati, insulin mempercepat proses pembentukan glikogen
(glikogenesis) dan pembentukan lemak (lipogenesis)
5) Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan
untuk mensekresikan insulin
6) Kekurangan hormon insulin akan menyebabkan penyakit
diabetes mellitus
7) Insulin berperan mengubah glukosa menjadi glikogen agar dapat
menurunkan kadar gula darah

Peningkatan glukosa darah diatas titik pasang (sekitar 90mg/100ml


pada manusia) merangsang pankreas untuk mensekresi insulin, yang
memicu sel – sel targetnya untuk mengambil kelebihan glukosa dari
darah. Ketika kelebihan itu telah dikeluarkan atau ketika konsentrasi
glukosa turun dibawah titik pasang, maka pancreas akan merespons
dengan cara mensekresikan glukagon, yang mempengaruhi hati untuk
menaikkan kadar glukosa darah.

f. Ovarium dan testis


Ovarium
1) Merupakan kelenjar kelamin wanita yang berfungsi
menghasilkan sel telur, hormone estrogen dan hormone
progesterone.
2) Sekresi estrogen dihasilkan oleh folikel de Graaf dan dirangsang
oleh FSH
3) Estrogen berfungsi menimbulkan dan mempertahankan tanda
– tanda kelamin sekunder pada wanita, misalnya perkembangan
pinggul, payudara, serta kulit menjadi halus.
4) Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh
LH
5) Progesteron berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar
dapat menerima sel telur yang sudah dibuahi.
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1) FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone )
yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis
mengeluarkan FSH.
2) LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone ) yang
dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis
mengeluarkan LH.
3) PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis
untuk mengeluarkan prolaktin.

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis


merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung
telur).Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat
perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut
berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen.Estrogen
ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon
yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah
pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis.
Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus.Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH)
yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang
mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari
endometrium.Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi
matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus
rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon
LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon
gonadotropik).Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada
pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan
penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon
ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari
endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila
terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut
dipertahankan.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

1) Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada


saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga
timbul perdarahan dan hormon -hormon ovarium berada dalam
kadar paling rendah
2) Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-
14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi
dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk
mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin.Pada fase ini
endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14
dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut
ovulasi)
3) Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya
ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi
pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap
untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).
Testis
1) Testis pada mammalia terdiri dari tubulus yang dilapisi oleh
sel – sel benih (sel germinal), tubulus ini dikenal dengan
tubulus seminiferus.
2) Testis mensekresikan hormon testosterone yang berfungsi
merangsang pematangan sperma (spermatogenesisi) dan
pembentukan tanda – tanda kelamin pria, misalnya
pertumbuhan kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan
membesarnya suara.
3) Sekresi hormon tersebut dirangsang oleh ICTH yang dihasilkan
oleh hipofisis bagian anterior.
4) Sewaktu pubertas, hipofisis anterior memproduksi gonadotrofin,
yaitu hormone FSH dan LH. Sekresi kedua hormone ini
dipengaruhi oleh GnRF (Gonadotropin Releasing Factor) yang
berasal dari hipotalamus.
B. Fungsi Sistem Endokrin
Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang
2. Menstimulasi urutan perkembangan
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif
4. Memelihara lingkungan internal optimal
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat
C. Klasifikasi Dalam Struktur Kimia
1. Hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau yang larut dalam
lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (mis., insulin,
glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan katekolamin
(mis.,dopamin,norepinefrin, epinefrin).
2. Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (mis., estrogen, progesteron,
testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (mis., tiroksin). Hormon yang
larut dalam air bekerja melalui sistem mesenger-kedua, sementara hormon steroid
dapat menembus membran sel dengan bebas.
D. Karakteristik Sistem Endokrin
Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur
tersendiri, namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut.Hormon disekresi
dalam salah satu dari tiga pola berikut:
1. Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.
Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan
menurun pada malam hari.
2. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu,
seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya
menyebabkan siklus menstruasi.
3. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar
subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar kalsium
serum.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untuk
dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas
selular.
Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel
yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik. Hormon
mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu kelenjar
sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya. Hormon secara konstan di
reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.
E. Pengendalian Sistem Endokrin
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam
darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk
mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam
batasbatas yang tepat.
Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau
lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika
mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk
merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah
mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar.
Hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti
melepaskan hormon. Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada
dibawah kendali hipofisa. Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa
memiliki fungsi yang memiliki jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus menstruasi
wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar hipofisa setiap
bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung telur juga kadarnya mengalami
turun-naik setiap bulannya. Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan
hipofisa terhadap bioritmik ini masih belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat
bahwa organ memberikan respon terhadap semacam jam biologis.
F. Klasifikasi Hormon
1. Hormon perkembangan : hormon yangmemegang peranan di dalam
perkembangandan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.
2. Hormon metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh
bermacam macam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin.
3. Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi
endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel
(FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH).
4. Hormon pengatur metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan oleh
kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
G. Hormon Utama Sistem Endokrin

Hormon Yang menghasilkan Fungsi


Aldosteron Kelenjar adrenal Membantu keseimbangan garam & air
dengan cara menahan garam & air
serta membuang kalium
Antidiuretik(vasopresin) Kelenjar hipofisa Menyebabkan ginjal menahan air.
Bersama dengan aldosteron,
membantu mengendalikan tekanan

Darah
Kartikosteroid Kelenjar adrenal Anti peradangan

Mempertahankan kadar gula


darah,tekanan darah & kekuatan otot.
Membantu mengendalikan tekanan
darah.
Kartikotropin Kelenjar hipofisa Mengendalikan pembentukan &

pelepasan hormon oleh korteks

adrenal
Eritropoietin Ginjal Merangsang pembentukan sel darah

Merah
Estrogen Indung telur Mengendalikan perkembangan ciri

seksual & sistem reproduksi wanita


Glukagon Pankreas Meningkatkan kadar gula darah
Hormon pertumbuhan Kelenjar hipofisa Mengendalian pertumbuhan &
perkembangan

Meningkatkan pembentukan

Protein
Insulin Pankreas Menurunkan kadar gula darah

Mempengaruhi metabolisme

glukosa,protein & lemak di seluruh

tubuh
LH (Luteinizing Kelenjar hipofisa Mengendalikan fungsi reproduksi
Hormone)
(pembentukan sperma &
FSH (Follicle smentum,pematangan sel telur,siklus
Stimulating Hormone)
menstruasi)

Mengendalikan ciri seksual pria &


wanita (penyebaran rambut,
pembentukan otot, tekstur &
ketebalan kulit, suara & bahkan
mungkin sifat kepribadian)
Oksitosin Kelenjar hipofisa Menyebabkan kontraksi otot rahim
& saluran susu di payudara
Hormon paratiroid Kelenjar paratiroid Mengendalikan pembentukan

tulang.

Mengendalikan pelepasan kalsium &


fosfat progesteron indung telur

Mempersiapkan lapisan rahim untuk


penanaman sel telur yang telah
dibuahi

Mempersiapkan kelenjar susu

untuk menghasilkan susu


Polaktin Kelenjar hipofisa Memulai & mempertahankan

pembentukan susu di kelenjar susu


Renin & angiotensin Ginjal Mengendalikan tekanan darah
Hormon tiroid Kelenjar tiroid Mengatur pertumbuhan, pematangan

& kecepatan metabolisme


TSH(Tyroid Kelenjar hipofisa Merangsang pembentukan &
Stimulating Hormone)
pelepasan kelenjar tiroid

H. Patofisiologi Hormon Secara Umum


Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya bergantung
pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik. Hormon dapat
bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin),
mempengaruhi sel sekirtar (parakrin), atau mencapai sel target di organ lain melalui
darah (endokrin).
Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya
melalui berbagai mekanisme transduksi sinyal selular. Hal ini biasanya melalui penurunan
faktor perangsangan dan pengaruhnya menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon
tertentu, berarti terdapat siklus pengaturan dengan umpan balik negatif. Pada beberapa
kasus, terdapat umpan balik positif (jangka yang terbat as), berarti hormon
menyebabkan peningkatan aktifitas perangsangan sehingga meningkatkan
pelepasannya. Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan hormon dipengaruhi
secara bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan pengontrolan dan pengaturan
yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil hormon.
Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan
penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang
mensintesis atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika
kelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika
sel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan,
atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak cukup (hipoplasia, aplasia).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu cepat
atau kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan
protein plasma, lama kerja hormon bergantung pada perbandingan hormon yang
berikatan. Dalam bentuk terikat, hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisi lain,
hormon akan keluar dengan dipecah atau dieksresi melalui ginjal.
Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat kerjanya.
Namun, jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek enzim, hormon
tidak akan berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi karena target organ tidak
berespons (misal, akibat kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalan transmisi
intra sel) atau ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target .
Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama peningkatan
pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan tunggal yang
berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel penghas il
hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkan oleh
pembentukan hormon pada sel tumor yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya
(pembentukan hormon ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau diinaktifkan
terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati). Pemecahan
dapat diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein plasma, tetapi bagian
yang terikat dengan protein.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama -sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem endokrin
memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu mensekresikan
hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan
perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah baik dalam segi isi dan penulisan banyak kekurangan dan
kesalahan. Penulis berharap pembahasan dalam makalah lebih luas lagi dan tata cara
penulisan untuk kedepannya lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

J. H. Green. 2002. Fisiologi Kedokteran. Tangerang : Binarupa Aksara


Price & Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC
SOP DAN ANALISIS VIDIO

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

”Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu ( 03 april 2020)”


OLEH : Kelompok 2

Adilla Permata Syafni Lara Wilfi Saputri

Anisatul Fadhilah Monix Jultrizo Putri

Bunga Fatihul Rahmi Restika Margaret Hutabarat

Dea Ayunisri Shendy Wira Putra

Famelya Syafrilina Silvia Wahyuni

Hanifa Putri Siti Nabila Rustam

Laila Utami Yoga Efrizons

Dosen Pembimbing: Instruktur Labor


Ns. Nova Yanti, M.Kep., Sp. Kep. MB Ns. Muthia, S.Kep

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2020

SOP KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

PEMERIKSAAN GDS

PENGERTIAN :
Pemeriksaan GDS adalah Suatu tindakan untuk mengetahui hasil atau nilai gula darah
pada pasien yang dilakukan sewaktu dan tanpa persiapan apapun. 

TUJUAN :
 Pemeriksaan laboratorium harian
 Acuan tidakan medis

 Pengobatan yang tepat

 Pemilihan diit yang tepat

 Pencegahan resiko hiperglikemi

I. TAHAP PRA INTERAKSI


1. Persiapan diri : baca status pasien, persiapan kognitif dan afektif (sikap)
2. Persiapan alat :
- Mesin gluco test
- Strip stick GDS
- Jarum / lancet GDS
- Alkohol swab
- Perlak dan pengalas
- Nirbeken
- Safety box
- Catatan
- Handscon bersih

II. TAHAP INTERAKSI

3. Membawa alat ke pasien


4. Mengucapkan salam terapeutik ( senyum, salam, sapa, tanyakan kondisi pasien)
5. Memperkenalkan diri, validasi identitas pasien, jelaskan tujuan dan prosedur yang
akan dilakukan pada pasien dan kontrak waktu

III. TAHAP KERJA


6. Letakkan pengalas dibawah tangan pasien
7. Tanyakan pada pasien yang mana jari yang akan ditusuk
8. Cuci tangan
9. Memakai handscon
10. Mendekatkan strip stick GDS pada mesin GDS
11. Dan memasang lancet ke dalam pen lancen, buka jarum lancet dengan cara memutar
dan tarik
12. tutup kembali pen lancet dengan tidak menyentuh jarumnya
13. Desinfektan jari pasien dengan alcohol swap (sekali usap saja)
14. Masukkan strip kedalam gluko test, dan hidupkan mesin gluko test
15. Lakukan penusukan, dan atur sesuai dengan ketebalan kulit pasien
16. Letakkan pen lacet tegak mendatar di ujung jari pasien
17. Ajak pasien berbicara untuk mengalihkan perhatian pasien dan tusukkan
18. Lalu diserapkan darah pada strip gluko test
19. Setelah itu akan muncul angka-angka yang mengitung mundur, lalu akan muncul hasil
dari pemeriksaan gula darah nya
20. Bereskan semua alat
21. Buka hanscoon
22. Lalu dokumentasikan hasil dari pemeriksaan tersebut

IV. TAHAP ORIENTASI


23. Beritahu pasien bahwa pemeriksaan gula darah sudah selesai
24. Tanyakan keadaan klien atau repon klien setelah dilakukan tindakan

ANALISIS VIDEO
PEMERIKSAAN GULA DARAH SEWAKTU

1. Video 1
Dari video yang saya lihat video ini menjelaskan tentang tata cara pemeriksaan kadar
gula darah pada pasien dan perawat mempersiapkan alat dan bahan.
Pertama nampak pasien mengatakan tujuannya yaitu akan memeriksa gula darah
pasien. Setelah salam terapeutik, laukan hand hygiene dan pakai handscoon. Keluarkan 1
strip, pasang lancet kedalam pen lancet, buka jarum lancet dengan cara diputar lalu ditarik,
tutup tanpa menyentuk jarumnya. Usapkan dan bersihkan jari pasien dengan alcohol swab,
masukan stirp kedalam gluco test dan lakukan tusukan, tusukan diatur tergantung ketebalan
kulit pasien. Letakkan pen lancet dengan mendatar diujung jari pasien dan tusuk jarinya.
Masukkan darahnya ke dalam strip gluco test. Nah sesuai video gula darah pasien adalah
130mg/dL. Dan bersihkan semua peralatan lalu dokumentasikan. Pasien mengatakan bahwa
pasien telah makan sekitar jam 12.

Analisis :
Dari video tersebut sudah sangat bagus mulai dari penyiapan alat, salam teraputik dan juga
dalam mengerjakan tindakan. Sudah sangat tampak dan sangat jelas mengenai pemeriksaan
gula darah sewaktu. Tetapi ada satu kekurangan yaitu perawat tidak memberitau pasien
tujuan dari pemeriksaan gula darah sewaktu.

Hasil penelitian mengenai gula darah sewaktu :


Pada kasus stroke, Penderita stroke hemoragik menunjukkan kadar gula darah
sewaktu yang lebih tinggi daripada stroke iskemik, sesuai dengan derajat defisit neurologik
yang lebih berat meskipun jarak waktu antara onset sampai pengambilan darah lebih pendek
dan jarak makan terakhir sampai pengambilan darah lebih panjang. Hal ini menunjukkan
adanya stres yang lebih besar dan respon terhadap stres yang lebih kuat pada stroke
hemoragik. Rata-rata gula darah pada stroke hemoragik adalah 134,3 mg/dL dengan rata-rata
jarak waktu antara makan terakhir sampai dengan pengambilan darah 9,7 jam, sehingga dapat
diasumsikan sebagai gula darah puasa (minimal puasa 8 jam). Dengan demikian dapat
dikatakan pada penderita stroke hemoragik terdapat hiperglikemia reaktif (gula darah puasa
>110 mg/ dL). Terdapat beberapa asumsi yang dapat menerangkan mengapa gula darah
stroke hemoragik lebih tinggi daripada stroke iskemik. Peningkatan tekanan intra kranial
lebih banyak dan lebih cepat terjadi pada stroke hemoragik. Inflamasi akut juga akan
mengaktivasi aksis hypothalamic-pituitaryadrenal (HPA) melalui aksi integrasi dari
proinflamatory cytokines. Adrenocorticotropin hormone (ACTH) yang diinduksi cytokines
(TNF / tumor necrotizing factor), IL-1, IL-2,IL-6 akan mengaktivasi sekresi CRH
(corticotrophin releasing hormone) dan arginin vasopressin (AVP) dari hipotalamus, ekspresi
gen proopiomelanocortin (POMC) hipofise yang akan menghasilkan peningkatan kortisol.
(22) Pada stroke hemoragik, inflamasi disebabkan kerusakan jaringan dan adanya darah di
luar pembuluh darah yang bersifat sebagai benda asing. (dari jurnal oleh Riani Indiyarti :
Perbandingan kadar gula darah sewaktu pada kedua jenis stroke.)
2. Video 2
Video ini menjelaskan apa itu pemeriksaan gula darah sewaktu, apa saja alat yang
dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu dan bagaimana prosedur
melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu kepada pasien.
Perawat melakukan prosedur pemeriksaan gula darah sewaktu ke pasien pertama perawat
memberi salam terapeutik kepada pasien, lalu perawat melakukan hand hygiene dan
menggunakan handscoon bersih. Siapkan gluco test pastikan menyala dan masukkan stripnya,
pasang lancet kedalam pen lancet, buka jarum lancet dengan cara diputar lalu ditarik, tutup
tanpa menyentuk jarumnya. Usapkan dan bersihkan jari pasien dengan alcohol swab,
masukan stirp kedalam gluco test dan lakukan tusukan, tusukan diatur tergantung ketebalan
kulit pasien. Letakkan pen lancet dengan mendatar diujung jari pasien dan tusuk jarinya.
Masukkan darahnya ke dalam strip gluco test. Nah sesuai video gula darah pasien adalah
101mg/dL. Dan bersihkan semua peralatan lalu dokumentasikan.
Analisis video:
Video ini sudah melakukan semua tahap dengan baik, sudah memaparkan bagaimana cara
melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu dengan baik, namun melewatkan penjelasan
kepada pasien apa maksud dari tindakan yang akan dilakukan.
Jurnal terkait:
Penelitian ini menyimpulkan korelasi dari stress dan hasi GDS, pasien dengan variable
stress tinggi menunjukkan korelasi nilai GDS yang juga tinggi. Stress pada pasien DM
berakibat gangguan pada pengontrolan gula darah. Dalam keadaan stress akan terjadi
peningkatan ekskresi hormone katekolamin, glucagon, glukokortikoid, β-endorfin dan
hormone pertumbuhan. Stress menyebabkan produksi berlebihan pada kortisol yang
berfungsi melawan efek insulin dan menyebabkan glukosa darah tinggi, jika pasien
mengalami stress berat yang dihasilkan dalam tubuhnya, maka kortisol yang dihasilkan akan
semakin banyak dan adapat mengurangi sensitifitas tubuh terhadap insulin. Stress dapat
meningkatkan kandungan glukosa darah karena stress menstimulus organ endokrin untuk
mengeluarkan ephinefrin yang mempunyai efek sangat kuat dalam menyebabkan timbulnya
proses glikoneogenesis di dalam hati, sehingga akan melepaskan sejumlah besar glukosa ke
dalam darah dalam beberapa menit. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa
dalam darah saat stress atau tegang. (dari jurnal : pengaruh stress terhadap gula darah
sewaktu pada pasien DM yang menjalani hemodialisa. Oleh: pebi pratiwi, gustop amatiria,
mashaurani yamin).
Link video :
https://youtu.be/uuNyAaFWxZk
https://youtu.be/_aUHFk90nQw

SOP DAN ANALISIS VIDIO

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

”Injeksi Subcutan Pemberian Insulin ( 03 april 2020)”

OLEH : Kelompok 2

Adilla Permata Syafni Lara Wilfi Saputri


Anisatul Fadhilah Monix Jultrizo Putri

Bunga Fatihul Rahmi Restika Margaret Hutabarat

Dea Ayunisri Shendy Wira Putra

Famelya Syafrilina Silvia Wahyuni

Hanifa Putri Siti Nabila Rustam

Laila Utami Yoga Efrizons

Dosen Pembimbing: Instruktur Labor


Ns. Nova Yanti, M.Kep., Sp. Kep. MB Ns. Muthia, S.Kep

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2020

SOP Keperawatan Medikal Bedah II

Memberikan Terapi Injeksi Insulin

/Standar Operasional Prosedur (SOP)


Tindakan Keperawatan : Memberikan Terapi Injeksi Insulin/ Insulin Pen
1 Pengertian Insulin adalah hormon yang digunakan untuk menurunkan kadar gula
darah pada Diabetes Mellitus
Insulin Pen : adalah insulin yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin
khusus yang berisi 3 cc insulin
2 Tujuan  Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus.
3 Hal-hal yang 1. Vial insulin yang tidak digunakan sebaiknya disimpan dilemari es.
harus
2. Periksa vial insulin tiap kali akan digunakan (misalnya : adanya
diperhatikan
perubahan warna).
3. Pastikan jenis insulin yang akan digunakan dengan benar.
4. Insulin dengan kerja cepat (rapid-acting insulin) harus diberikan dalam 15
menit sebelum makan. Interval waktu yang direkomendasikan antara
waktu pemberian injeksi dengan waktu makan adalah 30 menit.
5. Sebelum memberikan terapi insulin, periksa kembali hasil laboratorium
(kadar gula darah).
6. Amati tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia.
Khusus Untuk Insulin Pen :
1.   Insulin Pen yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam suhu 2 –
8 °C dalam lemari pendingin (tidak boleh didalam freezer).
2.   Insulin Pen yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam
lemari pendingin. Insulin Pen dapat digunakan/dibawa oleh perawat dalam
kondisi suhu ruangan (sampai dengan suhu 25 °C) selama 4 minggu.
3.   Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api, sinar
matahari langsung, dan tidak boleh dibekukan.
4.   Jangan menggunakan Insulin Pen jika cairan didalamnya tidak berwarna
jernih lagi.
5.   Kontraindikasi : Klien yang mengalami hipoglikemia dan
hipersensitivitas terhadap human insulin.
4 Alat yang
    Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
dibutuhkan
    Vial insulin.
    Kapas + alkohol / alcohol swab.
    Handscoen bersih.
    Daftar / formulir obat klien.
Pelaksanaan Tahap Pra Interaksi
    Mengkaji program/instruksi medik tentang rencana pemberian terapi
injeksi insulin (Prinsip 6 benar : Nama klien, obat/jenis insulin, dosis,
waktu, cara pemberian, dan pendokumentasian).
    Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan, waktu kerja, dan
masa efek puncak insulin, serta efek samping yang mungkin timbul.
    Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.
    Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau alergi
terhadap human insulin.
    Mengkaji riwayat medic dan riwayat alergi.
    Mengkaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah ada pengerasan
atau penurunan jumlah jaringan.
    Mengkaji tingkat pengetahuan klien prosedur dan tujuan pemberian terapi
insulin.
    Mengkaji obat-obat yang digunakan waktu makan dan makanan yang
telah dimakan klien.
Tahap Orientasi
    Memberi salam pada pasien
    Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur
pemberian injeksi insulin.
    Menutup sampiran (kalau perlu).
Tahap Interaksi
    Mencuci tangan.
    Memakai handscoen bersih.
    Penyuntikan insulin
Pemakaian spuit insulin
    Megambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang diperlukan untuk
klien (berdasarkan daftar obat klien/instruksi medik).
    Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat
kebiruan, inflamasi, atau edema.
    Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan
perawat sebelumnya.
    Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab,
dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.
    Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan
regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak
dominan.
    Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan
secara lembut dan perlahan.
    Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan
penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.
    Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan dalam keadaan jarum
yang sudah tertutup dengan tutupnya.
Pemakaian Insulin Pen
    Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan
kebutuhan.
    Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru.
    Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan
indikator dosis.
    Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin pen
(bagian cap) sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga indicator dosis
sejajar dengan jumlah dosis insulin yang akan diberikan kepada klien.
Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 unit (setiap rasa ”klik”
yang dirasakan perawat saatb memutar cap Insulin Pen menandakan 2
unit insulin telah tersedia).
    Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat
kebiruan, inflamasi, atau edema.
    Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan
perawat sebelumnya.
    Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab,
dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.
    Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan
regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak
dominan.
     Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan
secara lembut dan perlahan. Ibu jari menekan bagian atas Insulin Pen
sampai tidak terdengar lagi bunyi ‘klik’ dan tinggi Insulin Pen sudah
kembali seperti semula (tanda obat telah diberikan sesuai dengan dosis).
     Tahan jarum Insulin pen selama 5-10 detik di dalam kulit klien sebelum
dicabut supaya tidak ada sisa obat yang terbuang.
    Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan
penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.
Tahap Terminasi
    Menjelaskan ke klien bahwa prosedur telah dilaksanakan
    Membereskan alat
    Cuci tangan
Tahap Evaluasi
    Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi yang diberikan 30 menit
setelah injeksi insulin dilakukan.
    Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada klien.
    Menginspeksi tempat penyuntikan dan mengamati apakah terjadi
pembengkakan atau hematoma.
Tahap Dokumentasi
10.  Mencatat respon klien setelah pemebrian injeksi insulin.
11.  Mencatat kondisi tempat tusukan injeksi insulin.
12.  3.  Mencatat tanggal dan waktu pemberin injeksi insulin
5 Referensi Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Siatem Endokrin. Jakarta. Salemba Medika

ANALISIS VIDEO

INJEKSI SUBCUTAN DALAM PEMBERIAN INSULIN

Video ini memperlihatkan bagaimana cara pemberian obat insulin, pertama


mempersiapkan alat, menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, menggunakan APD dan
melakukan pemberian obat insulin kepada pasien.

Di video ini perawat tidak mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, tidak
menggunakan bengkok, tidak adanya komunikasi antara pasien dan perawat. Dalam
melakukan penyuntikan perawat tidak ada meminta persetujuan dari pasien.

DEFINISI

Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit yaitu
pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis (Aziz,2006).
Injeksi subkutan (di bawah kulit) Cara pemberian ini terutama dilakukan pada obat-obat yang
harus menyebar dan diserap oleh tubuh secara perlahan-lahan seperti insulin dan morfin.

Pemberian obat yang dilakukan dengan suntikan dibawah kulit dapat dilakukan pada daerah
lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada dan daerah
sekitar umbilikus (abdomen). Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan
dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.

Di bagian lengan atas dengan mudah kita mengambil/memegang lipatan kulit dan
memasukkan jarum ke dalam jaringan lemak dan jaringan pengikatnya yang ada di bawah
kulit. Tergantung juga pada panjang jarumnya, kita masukan ke dalam dengan sudut 90°
(pada jarum yang panjangnya 1 cm) atau di bawah sudut 45° (pada jarum yang lebih
panjang). Setelah kita memasukkan jarum, kita rasakan apakah jarum ini bebas posisinya
(tanda bahwa kita benar- benar telah mencapai jaringan ikat di bawah kulit). Selanjutnya kita
tarik penghisapnya sedikit ke atas untuk melihat apakah jarum tidak mengenai pembuluh
darah. Jika ini memang yang dimaksud maka kita akan melihat sejumlah darah di dalam
tabung cairan pada spuit tersebut. Jika ini yang terjadi maka kita akan menarik keluar jarum
suntik kemudian memasukkannya ke dalam kulit. Setelah cairan dikeluarkan secara perlahan-
lahan kita dengan cepat menarik jarum suntik itu keluar, dan memijat-mijat tempat itu agar
tertutup kembali. Pada pasien yang mendapat sejumlah suntikan subkutan, maka kita harus
secara terus menerus berganti tempat penusukan. Di samping itu kita harus dengan teliti
memperhatikan agar jangan menyuntik pada tempat-tempat di- mana ada bekas jaringan yang
terluka atau pada tempat dimana terjadi edema.

Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikan akan diabsorbsi oleh tubuh
dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption).

TUJUAN IJEKSI SUBKUTAN

Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan (contoh: Vaksin, uji tuberculin)

LOKASI INJEKSI

1.lengan atas sebelah luar

2.paha bagian depan

3.perut
4.area scapula

5.area ventrogluteal

6.area dorsogluteal

INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI

1.Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal
adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.

2.Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit

Stevens,. P.J.M. Bordui,. F. Van der Weyde,. J.A.G. 1999. Ilmu keperawatan. Jilid 2 ed.2.
EGC: Jakarta

Link video : https://youtu.be/wuKbIEOumdE

SOP DAN ANALISIS VIDIO

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

”Perawatan Kaki Diabetik ( 03 april 2020)”

OLEH : Kelompok 2

Adilla Permata Syafni Lara Wilfi Saputri

Anisatul Fadhilah Monix Jultrizo Putri


Bunga Fatihul Rahmi Restika Margaret Hutabarat

Dea Ayunisri Shendy Wira Putra

Famelya Syafrilina Silvia Wahyuni

Hanifa Putri Siti Nabila Rustam

Laila Utami Yoga Efrizons

Dosen Pembimbing: Instruktur Labor


Ns. Nova Yanti, M.Kep., Sp. Kep. MB Ns. Muthia, S.Kep

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
/TAHUN 2020

/POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN PADANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
/
Prosedur PERAWATAN KAKI DIABETIK
NamaMahasiswa :
NIM :
Semester/Kelas : /
Hari/Tanggal :

SKOR
NO ASPEK YANG 0 1 2 KET
DINILAI
A. FASE PRE INTERAKSI
1. Cek catatan perawatan dan catatan medis pasien
2. Siapkan dan cek alat-alat :
a. Troley perawatan kaki diabetik
b. Baki berisi :
1. Set perawatan luka steril yang terdiri dari bak instrumen
sedang yang berisi :
- Pinset anatomis (2)
- Pinset chirurgis (1)
- Gunting jaringan (1)
- Kom kecil (2)
2. Bengkok
3. Pengalas
4. Nacl 0,9 %, modern dressing (jika ada)
5. Plester/hipafix
6. Verban gulung dan verban elastis
7. Tromol berisi kassa steril
8. Kapas alkohol
9. Gunting verban
10. Handscoon bersih dan steril
c. Skort plastik dan masker
d. Baskom
e. Meteran
f. Plastik tempat sampah medis (hitam dan kuning)
g. Sampiran/skerem

B. FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik & panggil klien dengan namanya
2. Perkenalkan diri
3. Tanyakan keluhan dan kaji keadaan spesifik klien
4. Jelaskan pada klien/keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan,
tujuan dan prosedurnya
5. Jelaskan kontrak waktu dan perkiraan lama prosedur
6. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
7. Minta persetujuan klien/keluarga (informed consent)
8. Persiapkan lingkungan: tutup jendela/gorden atau pasang sampiran
untuk menjaga privasi klien
C. FASE KERJA
1. Pakai skort, masker, dan cuci tangan (prinsip 6 langkah), pakai
handscoon bersih
2. Atur posisi yang nyaman bagi pasien, pasang perlak dibawah
luka, dekatkan bengkok (bisa ditambah dengan kantong plastik).
3. Buka balutan luka pasien hanya dengan tangan yang
menggunakan handscoon, masukkan balutan bekas kedalam
kantong plastik dengan bagian yang kotor kesebelah dalam. Ikat
kantong dan buang ke tempat sampah medis (kuning)
4. Letakkan baskom / plastik dibawah luka, cuci luka dengan sabun
khusus luka/sabun bayi/air rebusan jambu biji, atau irigasi luka
dengan Nacl 0,9%, langsung dari flabotle atau dengan
menggunakan spuit
5. Kaji luka lokasi dan letak luka, stadium luka, warna dasar luka,
bentuk dan ukuran luka, edema, dan produksi luka
6. Buka handscoon bersih, buang ketempat sampah

7. Buka set perawatan luka steril, isi kom kecil dengan Nacl 0,9%,
ambil kassa steril secukupnya dan letakkan di bak instrumen.
8. Pakai handscoon steril. Bungkus handscoon steril letakkan
didekat luka sebagai pengalas steril
9. Masukkan kassa secukupnya kedalam kom kecil berisi NaCl 0,9
%, peras dan letakkan didalam bak instrument
10. Bersihkan luka dengan kassa lembab, jika perlu disertai dengan
irigasi (dibantu asisten)
11. Lakukan penekanan di sekeliling luka, jika terdapat tunnel dan
rongga, bersihkan dengan cara memasukkan kassa kedalam
12. Jika terdapat jaringan mati, lakukan debridemen dengan gunting
jaringan. Jaringan mati dapat menghambat penyembuhan luka,
debridemen jugadapatdilakukan dengan kassa kering.
13. Setelah luka bersih, jaringan mati tidak ada, kembali irigasi luka.
14. Gunakan agen topical/modern dressing (jika ada) sesuai
kebutuhan sebagai balutan primer, lalu tutup luka dengan kassa
lembab (tergantung kebutuhan) sebagai balutan sekunder.
Tunnel dan rongga tidak boleh kosong, harus diisi/dikompres
dengan kassa lembab untuk menghindari akumulasi pus.
15. Tutup luka dengan kassa kering, lapisi dengan verban gulung
atau verban elastis (sesuai kebutuhan) sebagai balutan tersier
16. Bereskan alat, buang sampah, lepaskan handscoon & masukkan
ke dalam tempat sampah medis
17. Buka handscoon,atur posisi pasien, perhatikan reaksi pasien

18. Peralatan dicuci dan dikembalikan ke tempatnya


19 Cuci tangan (6 langkah)
D. TERMINASI
1. Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan (subjektif dan objektif)
2. Berikan reinforcement positif pada klien atas kerjasamanya
3. Lakukan kontrak waktu untuk pertemuan berikutnya
4. Akhiri kegiatan dengan baik dan salam terapeutik

E. DOKUMENTASI
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, keadaan luka,
dan jenis dressing modern yang dipakai (jika ada)
2. Catat respon klien yang ditemukan saat tindakan

F POINT PENTING
Edukasi pasien tentang cara perawatan luka dirumah
SKOR TOTAL

Referensi:
1. Potter, Patricia A., & Perry, Anne G. (2009). Fundamental of
th
Nursing. (7 ed.). Vol.2. Mosby: Elsevier Inc.
2. Robert., Frykberg,. & David. et al. (2009). Diabetic Foot
Disorders: A Clinical Practice Guideline. Publishing Company
3. Gitarja, Widasari. (2008). Perawatan Luka Diabetes Terpadu.
Bogor:Wocare Indonesia

ANALISIS VIDIO

PERAWATAN KAKI DIABETIK

Analisis video:

Di dalam video memperlihatkan luka pda kaki klien tepatnya di bagian bawah tumit.
Pada tahap kerja, dimulai dengan pencucian mengguanakan sabun anti septic pada bagian
area di luar luka menggunakan cairan biologis setelah itu dikeringkan. Tindakkan perawatan
kaki diabeti bersifar steril. Dan video tersebut sudah baik karena dilakukan oleh ahlinya,
hanya saja sebelum melakukan tidakkan tidak memperlihatkan komunikasi terapeutik,
memperkenalkan diri, kontrak waktu, meminta persetujuan klien dan menjelaskan tujuan dari
tindakkan.
Link video :

https://youtu.be/Xk1aM5889fc

SOP DAN ANALISIS VIDIO

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

”Senam Kaki Diabetik ( 03 april 2020)”

/
OLEH : Kelompok 2

Adilla Permata Syafni Lara Wilfi Saputri

Anisatul Fadhilah Monix Jultrizo Putri

Bunga Fatihul Rahmi Restika Margaret Hutabarat

Dea Ayunisri Shendy Wira Putra

Famelya Syafrilina Silvia Wahyuni

Hanifa Putri Siti Nabila Rustam

Laila Utami Yoga Efrizons

Dosen Pembimbing: Instruktur Labor


Ns. Nova Yanti, M.Kep., Sp. Kep. MB Ns. Muthia, S.Kep

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
/TAHUN 2020

SOP KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

SENAM KAKI DIABETIK

No Aspek yang diperhatikan Penilaian


0 1 2
I TAHAP PRA INTERAKSI
1. Persiapan diri : baca status pasien, persiapan kognitif dan
afektif (sikap)
2. Persiapan alat :
a. Kertas koran 2 lembar

b. Kursi ( jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk )


II TAHAP INTERAKSI
3. Mengucapkan salam terapeutik ( senyum, salam, sapa,
tanyakan kondisi pasien )
4. Memperkenalkan diri, validasi identitas pasien, jelaskan
tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan
kontrak waktu
5. Membawa alat ke dekat pasien
III TAHAP KERJA
6. Cuci tangan
7. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan klien
duduk tegak tidak boleh bersandar dengan kaki menyentuh
lantai
8. Letakkan tumit di lantai, luruskan jari kedua kaki lalu
bengkokkan ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali
hitungan
9. Angkat telapak kaki ke atas lalu turunkan secara berhantian
sebanyak 10 kali hitungan
10. Letakkan tumit di lantai dan angkat ujung kaki buat gerakan
memutar kesamping lalu turunkan sebanyak 10 kali hitungan
11. Letakkan jari kaki di lantai, angkat tumit dan buat gerakan
memutar sebanyak 10 kali hitungan
12. Angkat dan luruskan lutut kanan lalu gerakan jari kaki ke
depan sebanyak 10 kali hitungan
13. Angkat dan luruskan lutut kiri lalu gerakan jari kaki ke depan
sebanyak 10 kali hitungan
14. Angkat dan lurukan kaki kanan, gerakkan punggung kaki ke
depan lalu tarik kembali sebanyak 10 kali hitungan
15. Angkat dan lurukan kaki kiri, gerakkan punggung kaki ke
depan lalu tarik kembali sebanyak 10 kali hitungan
16. Angkat dan lurukan kedua kaki, gerakkan punggung kaki ke
depan lalu tarik kembali sebanyak 10 kali hitungan
17. Angkat dan turunkan kedua lutut kaki secara berulang
sebanyak 10 kali hitungan
18. Angkat dan luruskan kaki kanan lalu bentuk angka 0, 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, dan 9
19. Angkat dan luruskan kaki kiri lalu bentuk angka 0, 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8, dan 9
20. Persiapkan kertas koran, lalu bentuk kertas menjadi bola
dengan kedua kaki dan kembalikan bola ke bentuk semula
21. Robek kertas menjadi dua bagian lalu pisahkan, sobek salah
satu bagian menjadi kecil dengan kedua kaki, pindahkan
sobekan kertas dengan kedua kaki ke bagian kertas yang utuh,
bungkus semua dengan kedua kaki dan bentuk menjadi bola
22. Bereskan alat-alat
23. Cuci tangan
IV TAHAP ORIENTASI
24. Menginformasikan bawah senam kaki telah selesai
25. Tanyakan keadaan klien atau repon klien setelah dilakukan
tindakan
26. Dokumentasikan hasil tindakan

Referensi :

1. Risma Ayu, Maelina Ariyanti & Hapipah. Pengaruh senam kaki bola plastik
terhadap kadar gula darah pada diabetes mellitus di puskemas Karang Pule. Jurnal
STIKES Yarsi Mataram.
2. Dari vidio yang diambil oleh kelompok.
ANALISIS VIDIO

SENAM KAKI DIABETIK

Setelah saya melihat kedua video tentang senam kaki diabetik. Dapat diketahui bahwa
seseorang yang terkena diabetes di haruskan olahraga 5x dalam seminggu selama 30 menit
yang mana olahraga dapat mengontrol berat badan, menguatkan tulang dan otot, menurunkan
kadar gula darah dan mengurangi risiko komplikasi. Adapun olahraga yang disarankan yaitu
jalan kaki, bersepeda, yoga dan berenang. Olahraga yang sangat dianjurkan untuk penderita
diabetes yaitu senam kaki diabetes. Senam kaki diabetes adalah latihan gerakan kaki yang
dilakukan oleh penderita diabetes untuk memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot kaki,
mengatasi keterbatasan pergerakan sendi dan mencegah komplikasi diabetes.

Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau latihan yang menggerakkan otot dan sendi
kaki. Senam kaki diabetes dilakukan untuk memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot –
otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan
paha, serta mengatasi keterbatasan gerakan sendi. Otot yang bergerak atau beraktivitas,
sensitivitasnya terhadap insulin akan meningkat. Insulin yang semula tinggi dipembuluh
darah dapat digunakan oleh sel otot sebagai energi. Kadar glukosa darah yang tinggi secara
perlahan akan menurun karena digunakan oleh sel otot. Penurunan kadar gula darah juga
akan mengurangi timbunan glukosa, sorbitol, fruktosa pada sel saraf. Hal ini akan
meningkatkan sirkulasi dan fungsi sel saraf atau meningkatkan sensitivitas saraf kaki dan
menurunkan risiko atau mencegah terjadinya ulkus kaki diabetes (dalam jurnal Risma Ayu,
Maelina Ariyanti dan Hapipah dalam buku Subekti, 2009 ; Widianti, 2010).
Senam kaki diabetes bisa dilakukan dengan berbagai media, yaitu dengan koran
bekas, bola plastik, dan tempurung kelapa. Senam kaki diabetes dengan koran dilakukan
dengan meletakkan koran di bawah kaki dan merobek robek koran menjadi seperti bola dan
diinjak injak. Hal ini bertujuan untuk memberikan ransangan yang dapat membuat rileks dan
melancarkan peredarah darah.

Referensi :

1. Risma Ayu, Maelina Ariyanti & Hapipah. Pengaruh senam kaki bola plastik
terhadap kadar gula darah pada diabetes mellitus di puskemas Karang Pule. Jurnal
STIKES Yarsi Mataram.

Link video :
https://youtu.be/vadtHVXlT6A
https://youtu.be/TN2bBAIqnKw

Anda mungkin juga menyukai