”Sistem Endokrin”
OLEH : Kelompok 2
Dosen Pembimbing:
Ns. Nova Yanti, M.Kep., Sp. Kep. MB
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Sistem Endokrin”, dari mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan Penulisan .....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin..................................................
B. Fungsi Sistem Endokrin...........................................................................
C. Klasifikasi Dalam Struktur Kimia............................................................
D. Karakteristik Sistem Endokrin..................................................................
E. Pengendalian Sistem Endokrin..................................................................
F. Klasifikasi Hormon Pada Sistem Endokrin...............................................
G. Hormon Utama Sistem Endokrin...............................................................
H. Patofisiologi Hormon Secara Umum..........................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ – organ lain. Hormon bertindak sebagi pembawa pesan dan dibawa oleh aliran darah
ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan pesan tersebut
menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti
kelenjar ludah, kelenjar keringat dan kelenjar – kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memandukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama – sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat
dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise
posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau
diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila
endokrin umumnya bekerja melalui hormon maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung – ujung saraf.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologis sistem endokrin?
2. Apa saja fungsi sistem endokrin ?
3. Bagaimana klasifikasi dalam struktur kimia ?
4. Bagaimana karakteristik sistem endokrin ?
5. Bagaimana pengendalian sistem endokrin ?
6. Bagaimana klasifikasi hormon pada sistem endokrin ?
7. Apa saja hormon utama pada sistem endokrin ?
8. Bagaimana patofisiologi hormon secara umum ?
C. Tujuan
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem endokrin
2. Mengetahui fungsi sistem endokrin
3. Mengetahui klasifikasi dalam struktur kimia
4. Mengetahui karakteristik sistem endokrin
5. Mengetahui pengendalian sistem endokrin
6. Mengetahui klasifikasi hormon pada sistem endokrin
7. Mengetahui hormon utama pada sistem endokrin
8. Mengetahui patofisiologi hormon secara umum
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ – organ lain. Hormon bertindak sebagi pembawa pesan dan dibawa oleh aliran darah
ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan pesan tersebut
menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti
kelenjar ludah, kelenjar keringat dan kelenjar – kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memandukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama – sama bekerja untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat
dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise
posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau
diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila
endokrin umumnya bekerja melalui hormon maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung – ujung saraf.
1. Kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan
a. Hipofisis
Kelenjar hipofisis dapat menghasilkan hormon yang mampu merangsang
hormon yang dapat merangsang kelenjar lain untuk menghasilkan
hormone lain. Contohnya : hipofisa anterior TSH = tyrosomatotropic
hormone merangsang kelenjar thyroid untuk menghasilkan
thyroksin thyroksin digunakan untuk metabolisme tubuh (kh, protein,
lipid) bearti jalan menuju hipofisa anterior akan terhambat dan
seterusnya.
Sel – sel kelenjar hipofisis dikelompokkan berdasarkan jenis hormon
yang disekresikan yaitu :
1) Sel – sel somatotrof bentuknya besar, mengandung granula
sekretori, berdiameter 350 – 500 nm dan terletak di sayap lateral
hipofise. Sel – sel ini yang menghasilkan hormon somatotropin
atau hormon pertumbuhan.
2) Sel – sel lactotroph juga mengandung granula sekretori, dengan
diameter 27 – 350 nm, menghasilkan prolaktin atau laktogen.
3) Sel – sel tirotroph berbentuk polihedral, mengandung granula
sekretori dengan diameter 50 – 100 nm dan menghasilkan FSH.
4) Sel – sel gonadotro diameter sel kira – kira 275 – 375 nm,
mengandung granula sekretori, menghasilkan FSH dan LH.
5) Sel nonsekretori terdiri atas sel kromofob.
No Hormon Fungsi
1. MSH (Melanosit Mempengaruhi warna kulit
individu. Dengan cara
Stimulating Hormon)
menyebarkan butir
melanin, apabila hormon
ini banyak dihasilkan maka
menyebabkan kulit
menjadi hitam.
b. Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel dan terdapat
di depan trakea.
1) Kelenjar yang terdapat di leher bagian depan di sebelah bawah
jakun dan terdiri dari dua buah lobus.
2) Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin
(T4) dan Triiodontironin (T3).
3) Hormon ini dibuat di folikel jaringan tiroid dari asam amino
(tiroksin) yang mengandung yodium. Yodium secara aktif di
akumulasi oleh kelenjar tiroid dari darah. Oleh sebab itu
kekurangan yodium dalam makanan dalam jangka waktu yang
lama mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok hingga 15 kali
No Hormon Fungsi
1. Tiroksin Mengatur metabolisme, pertumbuhan,
perkembangan, dan kegiatan system
saraf
2. Triiodontironin Mengatur metabolisme, pertumbuhan,
perkembangan dan kegiatan sistem saraf
3. Kalsitonin Menurunkan kadar kalsium dalam darah
dengan cara mempercepat absorpsi
kalsium oleh tulang
c. Paratiroid
1) Berjumlah empat buah terletak di belakang kelenjar tiroid.
2) Kelenjar ini menghasilkan parathormon (PTH) yang
berfungsi untuk mengatur konsentrasi ion kalsium dalam cairan
ekstraseluler dengan cara mengatur : absorpsi kalsium dari usus,
ekskresi kalsium oleh ginjal, dan pelepasan kalsium dari tulang.
3) Hormon paratiroid meningkatkan kalsium darah dengan cara
merangsang reabsorpsi kalsium di ginjal dan dengan cara
penginduksian sel–sel tulang osteoklas untuk merombak
matriks bermineral pada osteoklas untuk merombak matriks
bermineral pada tulang sejati dan melepaskan kalsium ke dalam
darah.
4) Jika kelebihan hormon ini akan berakibat berakibat kadar
kalsium dalam darah meningkat, hal ini akan mengakibatkan
terjadinya endapan kapur pada ginjal.
5) Jika kekurangan hormon menyebabkan kekejangan disebut
tetanus.
6) Kalsitonin mempunyai fungsi yang berlawanan dengan PTH,
sehingga fungsinya menurunkan kalsium darah.
e. gerak peristaltik
Darah
Kartikosteroid Kelenjar adrenal Anti peradangan
adrenal
Eritropoietin Ginjal Merangsang pembentukan sel darah
Merah
Estrogen Indung telur Mengendalikan perkembangan ciri
Meningkatkan pembentukan
Protein
Insulin Pankreas Menurunkan kadar gula darah
Mempengaruhi metabolisme
tubuh
LH (Luteinizing Kelenjar hipofisa Mengendalikan fungsi reproduksi
Hormone)
(pembentukan sperma &
FSH (Follicle smentum,pematangan sel telur,siklus
Stimulating Hormone)
menstruasi)
tulang.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama -sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem endokrin
memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu mensekresikan
hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan
perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah baik dalam segi isi dan penulisan banyak kekurangan dan
kesalahan. Penulis berharap pembahasan dalam makalah lebih luas lagi dan tata cara
penulisan untuk kedepannya lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
PEMERIKSAAN GDS
PENGERTIAN :
Pemeriksaan GDS adalah Suatu tindakan untuk mengetahui hasil atau nilai gula darah
pada pasien yang dilakukan sewaktu dan tanpa persiapan apapun.
TUJUAN :
Pemeriksaan laboratorium harian
Acuan tidakan medis
ANALISIS VIDEO
PEMERIKSAAN GULA DARAH SEWAKTU
1. Video 1
Dari video yang saya lihat video ini menjelaskan tentang tata cara pemeriksaan kadar
gula darah pada pasien dan perawat mempersiapkan alat dan bahan.
Pertama nampak pasien mengatakan tujuannya yaitu akan memeriksa gula darah
pasien. Setelah salam terapeutik, laukan hand hygiene dan pakai handscoon. Keluarkan 1
strip, pasang lancet kedalam pen lancet, buka jarum lancet dengan cara diputar lalu ditarik,
tutup tanpa menyentuk jarumnya. Usapkan dan bersihkan jari pasien dengan alcohol swab,
masukan stirp kedalam gluco test dan lakukan tusukan, tusukan diatur tergantung ketebalan
kulit pasien. Letakkan pen lancet dengan mendatar diujung jari pasien dan tusuk jarinya.
Masukkan darahnya ke dalam strip gluco test. Nah sesuai video gula darah pasien adalah
130mg/dL. Dan bersihkan semua peralatan lalu dokumentasikan. Pasien mengatakan bahwa
pasien telah makan sekitar jam 12.
Analisis :
Dari video tersebut sudah sangat bagus mulai dari penyiapan alat, salam teraputik dan juga
dalam mengerjakan tindakan. Sudah sangat tampak dan sangat jelas mengenai pemeriksaan
gula darah sewaktu. Tetapi ada satu kekurangan yaitu perawat tidak memberitau pasien
tujuan dari pemeriksaan gula darah sewaktu.
OLEH : Kelompok 2
ANALISIS VIDEO
Di video ini perawat tidak mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, tidak
menggunakan bengkok, tidak adanya komunikasi antara pasien dan perawat. Dalam
melakukan penyuntikan perawat tidak ada meminta persetujuan dari pasien.
DEFINISI
Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit yaitu
pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis (Aziz,2006).
Injeksi subkutan (di bawah kulit) Cara pemberian ini terutama dilakukan pada obat-obat yang
harus menyebar dan diserap oleh tubuh secara perlahan-lahan seperti insulin dan morfin.
Pemberian obat yang dilakukan dengan suntikan dibawah kulit dapat dilakukan pada daerah
lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada dan daerah
sekitar umbilikus (abdomen). Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan
dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
Di bagian lengan atas dengan mudah kita mengambil/memegang lipatan kulit dan
memasukkan jarum ke dalam jaringan lemak dan jaringan pengikatnya yang ada di bawah
kulit. Tergantung juga pada panjang jarumnya, kita masukan ke dalam dengan sudut 90°
(pada jarum yang panjangnya 1 cm) atau di bawah sudut 45° (pada jarum yang lebih
panjang). Setelah kita memasukkan jarum, kita rasakan apakah jarum ini bebas posisinya
(tanda bahwa kita benar- benar telah mencapai jaringan ikat di bawah kulit). Selanjutnya kita
tarik penghisapnya sedikit ke atas untuk melihat apakah jarum tidak mengenai pembuluh
darah. Jika ini memang yang dimaksud maka kita akan melihat sejumlah darah di dalam
tabung cairan pada spuit tersebut. Jika ini yang terjadi maka kita akan menarik keluar jarum
suntik kemudian memasukkannya ke dalam kulit. Setelah cairan dikeluarkan secara perlahan-
lahan kita dengan cepat menarik jarum suntik itu keluar, dan memijat-mijat tempat itu agar
tertutup kembali. Pada pasien yang mendapat sejumlah suntikan subkutan, maka kita harus
secara terus menerus berganti tempat penusukan. Di samping itu kita harus dengan teliti
memperhatikan agar jangan menyuntik pada tempat-tempat di- mana ada bekas jaringan yang
terluka atau pada tempat dimana terjadi edema.
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikan akan diabsorbsi oleh tubuh
dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption).
Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan (contoh: Vaksin, uji tuberculin)
LOKASI INJEKSI
3.perut
4.area scapula
5.area ventrogluteal
6.area dorsogluteal
1.Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal
adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
Stevens,. P.J.M. Bordui,. F. Van der Weyde,. J.A.G. 1999. Ilmu keperawatan. Jilid 2 ed.2.
EGC: Jakarta
OLEH : Kelompok 2
SKOR
NO ASPEK YANG 0 1 2 KET
DINILAI
A. FASE PRE INTERAKSI
1. Cek catatan perawatan dan catatan medis pasien
2. Siapkan dan cek alat-alat :
a. Troley perawatan kaki diabetik
b. Baki berisi :
1. Set perawatan luka steril yang terdiri dari bak instrumen
sedang yang berisi :
- Pinset anatomis (2)
- Pinset chirurgis (1)
- Gunting jaringan (1)
- Kom kecil (2)
2. Bengkok
3. Pengalas
4. Nacl 0,9 %, modern dressing (jika ada)
5. Plester/hipafix
6. Verban gulung dan verban elastis
7. Tromol berisi kassa steril
8. Kapas alkohol
9. Gunting verban
10. Handscoon bersih dan steril
c. Skort plastik dan masker
d. Baskom
e. Meteran
f. Plastik tempat sampah medis (hitam dan kuning)
g. Sampiran/skerem
B. FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik & panggil klien dengan namanya
2. Perkenalkan diri
3. Tanyakan keluhan dan kaji keadaan spesifik klien
4. Jelaskan pada klien/keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan,
tujuan dan prosedurnya
5. Jelaskan kontrak waktu dan perkiraan lama prosedur
6. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
7. Minta persetujuan klien/keluarga (informed consent)
8. Persiapkan lingkungan: tutup jendela/gorden atau pasang sampiran
untuk menjaga privasi klien
C. FASE KERJA
1. Pakai skort, masker, dan cuci tangan (prinsip 6 langkah), pakai
handscoon bersih
2. Atur posisi yang nyaman bagi pasien, pasang perlak dibawah
luka, dekatkan bengkok (bisa ditambah dengan kantong plastik).
3. Buka balutan luka pasien hanya dengan tangan yang
menggunakan handscoon, masukkan balutan bekas kedalam
kantong plastik dengan bagian yang kotor kesebelah dalam. Ikat
kantong dan buang ke tempat sampah medis (kuning)
4. Letakkan baskom / plastik dibawah luka, cuci luka dengan sabun
khusus luka/sabun bayi/air rebusan jambu biji, atau irigasi luka
dengan Nacl 0,9%, langsung dari flabotle atau dengan
menggunakan spuit
5. Kaji luka lokasi dan letak luka, stadium luka, warna dasar luka,
bentuk dan ukuran luka, edema, dan produksi luka
6. Buka handscoon bersih, buang ketempat sampah
7. Buka set perawatan luka steril, isi kom kecil dengan Nacl 0,9%,
ambil kassa steril secukupnya dan letakkan di bak instrumen.
8. Pakai handscoon steril. Bungkus handscoon steril letakkan
didekat luka sebagai pengalas steril
9. Masukkan kassa secukupnya kedalam kom kecil berisi NaCl 0,9
%, peras dan letakkan didalam bak instrument
10. Bersihkan luka dengan kassa lembab, jika perlu disertai dengan
irigasi (dibantu asisten)
11. Lakukan penekanan di sekeliling luka, jika terdapat tunnel dan
rongga, bersihkan dengan cara memasukkan kassa kedalam
12. Jika terdapat jaringan mati, lakukan debridemen dengan gunting
jaringan. Jaringan mati dapat menghambat penyembuhan luka,
debridemen jugadapatdilakukan dengan kassa kering.
13. Setelah luka bersih, jaringan mati tidak ada, kembali irigasi luka.
14. Gunakan agen topical/modern dressing (jika ada) sesuai
kebutuhan sebagai balutan primer, lalu tutup luka dengan kassa
lembab (tergantung kebutuhan) sebagai balutan sekunder.
Tunnel dan rongga tidak boleh kosong, harus diisi/dikompres
dengan kassa lembab untuk menghindari akumulasi pus.
15. Tutup luka dengan kassa kering, lapisi dengan verban gulung
atau verban elastis (sesuai kebutuhan) sebagai balutan tersier
16. Bereskan alat, buang sampah, lepaskan handscoon & masukkan
ke dalam tempat sampah medis
17. Buka handscoon,atur posisi pasien, perhatikan reaksi pasien
E. DOKUMENTASI
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, keadaan luka,
dan jenis dressing modern yang dipakai (jika ada)
2. Catat respon klien yang ditemukan saat tindakan
F POINT PENTING
Edukasi pasien tentang cara perawatan luka dirumah
SKOR TOTAL
Referensi:
1. Potter, Patricia A., & Perry, Anne G. (2009). Fundamental of
th
Nursing. (7 ed.). Vol.2. Mosby: Elsevier Inc.
2. Robert., Frykberg,. & David. et al. (2009). Diabetic Foot
Disorders: A Clinical Practice Guideline. Publishing Company
3. Gitarja, Widasari. (2008). Perawatan Luka Diabetes Terpadu.
Bogor:Wocare Indonesia
ANALISIS VIDIO
Analisis video:
Di dalam video memperlihatkan luka pda kaki klien tepatnya di bagian bawah tumit.
Pada tahap kerja, dimulai dengan pencucian mengguanakan sabun anti septic pada bagian
area di luar luka menggunakan cairan biologis setelah itu dikeringkan. Tindakkan perawatan
kaki diabeti bersifar steril. Dan video tersebut sudah baik karena dilakukan oleh ahlinya,
hanya saja sebelum melakukan tidakkan tidak memperlihatkan komunikasi terapeutik,
memperkenalkan diri, kontrak waktu, meminta persetujuan klien dan menjelaskan tujuan dari
tindakkan.
Link video :
https://youtu.be/Xk1aM5889fc
/
OLEH : Kelompok 2
Referensi :
1. Risma Ayu, Maelina Ariyanti & Hapipah. Pengaruh senam kaki bola plastik
terhadap kadar gula darah pada diabetes mellitus di puskemas Karang Pule. Jurnal
STIKES Yarsi Mataram.
2. Dari vidio yang diambil oleh kelompok.
ANALISIS VIDIO
Setelah saya melihat kedua video tentang senam kaki diabetik. Dapat diketahui bahwa
seseorang yang terkena diabetes di haruskan olahraga 5x dalam seminggu selama 30 menit
yang mana olahraga dapat mengontrol berat badan, menguatkan tulang dan otot, menurunkan
kadar gula darah dan mengurangi risiko komplikasi. Adapun olahraga yang disarankan yaitu
jalan kaki, bersepeda, yoga dan berenang. Olahraga yang sangat dianjurkan untuk penderita
diabetes yaitu senam kaki diabetes. Senam kaki diabetes adalah latihan gerakan kaki yang
dilakukan oleh penderita diabetes untuk memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot kaki,
mengatasi keterbatasan pergerakan sendi dan mencegah komplikasi diabetes.
Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau latihan yang menggerakkan otot dan sendi
kaki. Senam kaki diabetes dilakukan untuk memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot –
otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan
paha, serta mengatasi keterbatasan gerakan sendi. Otot yang bergerak atau beraktivitas,
sensitivitasnya terhadap insulin akan meningkat. Insulin yang semula tinggi dipembuluh
darah dapat digunakan oleh sel otot sebagai energi. Kadar glukosa darah yang tinggi secara
perlahan akan menurun karena digunakan oleh sel otot. Penurunan kadar gula darah juga
akan mengurangi timbunan glukosa, sorbitol, fruktosa pada sel saraf. Hal ini akan
meningkatkan sirkulasi dan fungsi sel saraf atau meningkatkan sensitivitas saraf kaki dan
menurunkan risiko atau mencegah terjadinya ulkus kaki diabetes (dalam jurnal Risma Ayu,
Maelina Ariyanti dan Hapipah dalam buku Subekti, 2009 ; Widianti, 2010).
Senam kaki diabetes bisa dilakukan dengan berbagai media, yaitu dengan koran
bekas, bola plastik, dan tempurung kelapa. Senam kaki diabetes dengan koran dilakukan
dengan meletakkan koran di bawah kaki dan merobek robek koran menjadi seperti bola dan
diinjak injak. Hal ini bertujuan untuk memberikan ransangan yang dapat membuat rileks dan
melancarkan peredarah darah.
Referensi :
1. Risma Ayu, Maelina Ariyanti & Hapipah. Pengaruh senam kaki bola plastik
terhadap kadar gula darah pada diabetes mellitus di puskemas Karang Pule. Jurnal
STIKES Yarsi Mataram.
Link video :
https://youtu.be/vadtHVXlT6A
https://youtu.be/TN2bBAIqnKw