Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN

DOSEN : Ns. MONA YOLANDA , M.Kep

OLEH

NIFDA RIYANTI
1910120201552

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
STIKES NAN TONGGA LUBUK ALUNG

TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi
internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara
langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk
mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ,
yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon merupakan protein
yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan
steroid ,yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol.
Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas.
Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan
reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel.
Terjadinya gangguan pengendalian endokrin akan menyebabkan beberapa kelainan, seperti
penyakit gigantisme dan juga kretinisme. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem
saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja
untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla
adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika
keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil
alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem
saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan bagi mahasiswa/i agar dapat memahami mengenai sistem
endokrin.
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi mengenai berbagai kelenjar pada sistem endokrin dan hormon yang
dihasilkan.
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian
Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan
mikroskopik sangat sederhana (Ethel Sloane, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula; hal 201)
Hormon adalah substansi kimia yang dihasilkan dalam tubuh yang memiliki efek regulator
spesifik pada aktivitas sel tertentu atau organ-organ tertentu (dr. Difa Danis, Kamus Istilah
Kedokteran; hal 312)
Hormon endokrin adalah hormon yang disekresi oleh organatau jaringan utama yang
termaksud bagian sistem endokrin (Ethel Sloane, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula; hal
201)

2.2. Struktur Sistem Kelenjar Endokrin


Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melepaskan
sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ internal, seperti
lapisan traktus intestinal. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan
endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin
melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah. Kelenjar endokrin termasuk :
1. Pulau Langerhans pada Pankreas
2. Gonad (ovarium dan testis)
3. Kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid, serta timus.

2.3. Klasifikasi
Dalam hal struktur kimianya, hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air
atau yang larut dalam lemak.
1. Hormon yang larut dalam air
Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (mis., insulin, glukagon, hormon
adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan katekolamin (mis., dopamin, norepinefrin,
epinefrin).
2. Hormon yang larut dalam lemak
Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (mis., estrogen, progesteron, testosteron,
glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (mis., tiroksin). Hormon yang larut dalam air bekerja
melalui sistem mesenger-kedua, sementara hormon steroid dapat menembus membran sel
dengan bebas.
2.4. Kelenjar-Kelenjar Pada Sistem Endokrin
Dalam tubuh manusia ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu :
1. Kelenjar hipofisis
Kelenjar hipofisis terletak pada dasar otak besar. Berbentuk oval, sebesar kacang dengan
berat sekitar 0,5 g. Menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan
kelenjar lainnya. Oleh karena itu kelenjar hipofisis disebut master gland.
Kelenjar hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Hipofisis bagian anterior.
2) Hipofisis bagian tengah
3) Hipofisis bagian posterior.

Kelenjar hipofisis terletak dibawah hipotalamus. terdapat dua lobus yaitu anterior dan
posterior. perbedaan adenohipofisis dengan neurohipofisis adalah dalam adanya sel sekretorik
Lobus Anterior disebut Adenohipofisis (lobus terbesar). lobus posterior disebut
neurohipofisis. neurohipofisis sebagia besar merupakan sekumpulan ujung-ujung syarafdari
hipotalamus (sel-sel neurosekretorik). Akson dari sel syaraf neurosekretorik turun kebawah
membentuk tangkai yang di sebut dengan infidibulum ke kelenjar hipofisis membentuk
hubungan langsung antara sistem syaraf dengan sistem endokrin. neurosekretorik sel
hipotalamus lain mensekresikan releasing hormone ke pembuluh darah portal dan dibawa ke
sel sekretorik di adenohipofisis dan sel sekretorik memberikan respon dengan mensekresikan
hormon.
Hubungan antara hipotalamus dengan hipofisis kelenjar antara hipotalamus disebut “master
gland” walaupun ada juga yang menyebut master gland adalah hipotalamus. Hipotalamus
mensekresikan hormon releasing faktor. neurohipofisis merupakan neuron dengan akson tak
bermyelin. hormon diproduksi di badan sel dihipotalamus dan disekresikan oleh ujung sel
yang ada di hipofisis.

2. Kelenjar tiroid
Kelenjar ini terdapat di bawah jakun di depan trakea. Kelenjar tirod terletak dileher, didepan
trakea. terdiri dari dua lobus yaitu kiri dan kanan bagian tengah sebagai penghubung disebut
ishmus. kelenjar tiroid merupakan kumpulan dari ratusan bahkan ribuan follicle seperti bola
dan hormon tiroid disimpan didalamnya. follicle tersusun atas lapisan tunggal dari sel epitel
kuboid. kelenjartiroid terdiri atas dua jenis yaitu sel follikular. sel follikular merupakan sel
utama, ukuran sel parafollikular lebih besar dari sel follikuler. kelompok sel parafollikuler
ditemukan diantara follikel.

3. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid adalah empat organ kecil, masing-masing berukuran sebesar biji apel,
terletak pada permukaan posterior kelenjar tiroid dan dipisahkan dari kelenjar tiroid oleh
kapsul-kapsul jaringan ikat. Kelenjar paratiroid terletak pada bagian belakang kelenjar tiroid.
Terdapat dua kelenjar paratiroid dalam masing-masing lobus kelenjar tiroid.

4. Kelenjar Pankreas (Langerhans)


Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah lambung dalam
abdomen. Terdiri dari kepala dan badan ekor, yang memiliki dua fungsi endokrin dan fungsi
eksokrin.

5. Kelenjar adrenal
Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat
satu kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian
tengah (medula).
Kelenjar adrenal terdapat dibagian atas dari ginjal. Terdiri dua lapisan yaitu korteks dan
medulla. Korteks Adrenal terdiri atas 3 lapisan yaitu : Zona glomerulosa (bagian luar), Zona
fasikulata (bagian tengah) dan Zona Retikularis (dibawah zona fasikulata).

6. Kelenjar ovarium
Ovarium adalah organ reproduksi wanita.

7. Kelenjar testis
Testis adalah organ reproduksi khusus pada pria. Dua buah testis ada dalam skrotum. Testis
mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ endokrin dan organ reproduksi.

2.5. Hormon Yang Dihasilkan Dari Kelenjar Endokrin Dan Fungsinya


1. Kelenjar hipofisis
1) Lobus anterior ( adenohipofise ).
Menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali produksi dari semua
organ endokrin yang lain. Contoh hormon antara lain:
a. Growth hormon (hormon somatotropik/STH)
Fungsinya:
1. Mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan tubuh.
2. Meningkatkan protein tubuh, menggunakan lemak dari tempat penyimpangan dan
menghemat karbohidrat.
b. Prolaktin Hormon.
Fungsinya:
1. Bersama dengan estrogen merangsang pembentukan sistem duktus di kelenjar air susu
selama kehamilan.
2. Merangsang pembentukan ASI setelah proses kelahiran.
c. Tyroid Stimulating Hormo /TSH disebut juga tyrotropin.
Fungsinya: merangsang sintesa dan sekresi hormon tiroid.
d. Adrenocorticotropic Hormon/ACTH
Fungsinya: Merangsang korteks adrenal untuk mensekresikan hormon steroid yaitu
glukokotikoid.
e. Gonadotropin hormon
Fungsinya: mengatur funsi gonad. Gonadotropin hormon menghasilkan dua hormon yaitu:
a) Luteneizing Hormon/LH
Fungsinya:Merangsang proses ovulasi (pelepasan sel telur matang dari ovarium setiap
bulannya) dan pada laki-laki merangsang pengeluaran hormon testosteron.
b) Follicle Stimulating Hormon/FSH
Fungsinya:
1. Pada wanita merangsang pertumbuhan follicle di ovarium menjadi sel telur yang
matang dalam siklus menstruasi, jika merangsang follicle untuk mensekresikan estrogen.
2. Pada laki-laki berperan dalam produksi sperma (spermatogenesis).
f. Melanosyt Stimulating Hormon/MSH
Fungsinya : Menstimulasi pembentukan pigmen dan penyebaran sel-sel penghasil pigmen
(melanosit) pada epidermis.
g. Hormon ACTH (adrenokortikotropik)
Fungsinya: Mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal
dari korteks kelenjar suprarenal.
2) Lobus posterior (neurohipofise).
Lobus ini mengeluarkan 2 jenis hormon antara lain:
a. Hormon ADH (antidiuretik hormone)
Fungsinya: Mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal membuat kontraksi otot polos.
ADH disebut juga sebagai hormon pituitrin.

b. Hormon Oksitosin
Fungsinya: Merangsang dan menguatkan kontraksi uterus sewaktu melahirkan dan
mengeluarkan air susu sewaktu menyusui. Terletak di dasar tengkorak, di dalam fosa hipofise
tulang spenoid.
2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin.
Hormon tiroksin berfungsi untuk mempengaruhi metabolisme sel tubuh dan pengaturan suhu
tubuh.
3. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar ini menghasilkan parathormon.
Fungsinya:
1) Mengatur kandungan fosfor dan kalsium dalam darah.
2) Mengendalikan pembentukkan tulang.
4. Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas menghasilkan:
1) Hormon Glukagon
Fungsinya: Meningkatkan kadar gula darah.
2) Hormon Insulin
Fungsinya:
a. Menurunkan kadar gula darah
b. Mempengaruhi metabolisme glukosa, protein dan lemak di seluruh tubuh.
5. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal menghasilkan:
1) Mineralkortikoid/Aldosteron Hormon
Fungsinya: Mengatur keseimbangan air dan elektrolit melalui pengendalian kadar natrium
dan kalium dalam darah.
2) Glukokortikoid Hormon (Kortisol Dan Kortikosteroid Hormon)
fungsinya:
a. Mempengaruhi proses metabolisme
b. Mengatur konsentrasi gula darah
c. Antiinflamasi
d. Mempengaruhi proses pertumbuhan
e. Menurunkan pengaruh stress dan sekresi ACTH.
6. Kelenjar Ovarium
Kelenjar ovarium menghasilkan:
a. Estrogen
Fungsinya:
1. Menimbulkan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita.
2. Merangsang pembentukan sel darah merah.
b. Progesteron
Fungsinya: Menyiapkan dinding uterus agar dapat menerima telur yang sudah dibuahi.
7. Kelenjar Testis
Kelenjar testis menghasilkan tetosteron.Fungsinya: Mempengaruhi perkembangan organ seks
dan ciri kelamin pria Misalnya suaranya membesar, mempunyai kumis, dan jakun, serta
pembentukan sperma.

2.6. Mekanisme Kerja Sistem Endokrin


Seiring dengan saraf, sistem endokrin berfungsi untuk mempertahankan hemostasis selama
istirahat dan olahraga. Saraf dan sistem endokrin juga bekerja sama unttuk memulai dan
mengendalikan gerakan, dan semua gerakan yang melibatkan proses fisiologis. Dimana
sistem saraf bertindak cepat (hamper seketika) menyampaikan pesan impulls saraf , sistem
endokrin memiliki respon lebih lambat tapi lebih tahan lama dari impuls sistem saraf.

Sistem endokrin mengatur pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi dan menambah


kapasitas tubuh untuk menangani stress fisik dan psikologis.
Secara keseluruhan, masing-masing kelenjar yang terdapat dalam tubuh memiliki fungsi yang
berbeda-beda tergantung dari mana kelenjar tersebut dihasilkan. Akan tetapi, secara umum
fungsi kelenjar endokrin adalah:
1. Penghasil Hormon – Kelenjar endokrin bertugas untuk menghasilkan berbagai macam
jenis hormon yang nantinya akan disalurkan ke darah apabila diperlukan oleh jaringan tubuh
tertentu.
2. Mengontrol Aktivitas – Kelenjar endoktrin bertugas untuk mengontrol aktivitas dari
kelenjar tubuh agar dapat berfungsi dengan normal dan maksimal.
3. Merangsang Aktivitas – Kelenjar endoktrin juga bertugas untuk merangsang aktivitas
kelenjar tubuh untuk kemudian disampaikan ke sistem saraf dan menciptakan suatu efek dari
rangsangan tersebut.
4. Pertumbuhan Jaringan – Kelenjar endoktrin juga mempengaruhi pertumbuhan jaringan
pada manusia agar jaringan tersebut berfungsi maksimal.
5. Mengatur Metabolisme – Kelenjar endoktrin juga berfungsi untuk mengatur metabolisme
dalam tubuh, sistem oksidasi tubuh serta bertugas untuk meningkatkan absorpsi glukosa
dalam tubuh dan pada usus halus.
6. Metabolisme Zat – Kelenjar endoktrin bertugas untuk mempengaruhi fungsi metabolisme
lemak, vitamin, metabolisme protein, mineral, air dan hidrat aranga dalam tubuh untuk agar
optimal.
Sedangkan fungsi dari hormone adalah :
· Mengendalikan proses-proses dalam tubuh manusia seperti proses metabolism, proses
oksidatif, perkembangan seksual.
· Menjaga keseimbangan fungsi tubuh (hemeotasis).
Pada umumnya, sistem hormonal ( sistem endikrin ) terutama berhubungan denagn
pengaturan sebagai fungsi metabolisme tubuh, mengatur kecepatan reaksi kimia di dalam sel
atau trnspor zat-zat melalui membran selatau aspek-aspek metabolisme sel lainnya seperti
pertumbuhan dan sekresi.
2.7. Masalah Pada sistem endokrin khususnya lansia
1. Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Sistem Endokrin Pada Lansia
Perubahan Sistem Endokrin pada Lansia. Efek dan usia pada sistem endokrin sedikit lebih
sulit untuk mendeteksi dengan organ tubuh lain. Walaupun demikian gangguan endokrin
lebih banyak pada usia 40 tahun. Pada wanita, produksi hormon meningkat dibanding dengan
menopause. Dari pria dan wanita, output anterior pituitary mengalami penurunan.
Umur yang relatif terjadi perubahan pada struktur dan fungsi dan kelenjar endokrin adalah
sebagai berikut :
a) Kelenjar thiroid mengalami derajat yang sama dengan atropfi, fibrosis dan nodularity.
b) Hormon thiroid mengalami level penurunan dan hypoparatiroidisme biasanya sering
pada orang dewasa.
c) Kelenjar adrenal kehilangan beberapa berat badan dan menjadi makin buruk, fibrotik.
d) Pada bagian anterior, kelenjar pituitary mengalami penurunan ukuran dan menjadi
mati/fibrotik.
Dalam Stockslager (2007), perubahan fungsi sistem endokrin secara khusus yaitu :
a) Penurunan kemampuan mentoleransi stress.
b) Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama dibandingkan orang
yang lebih muda.
c) Penurunan kadar ekstrogen dan peningkatan kadar FSH selama menopouse, yang
menyebabkan trombosis dan osteoporosis.
d) Penurunan produksi progeteron.
e) Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50%.
f) Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%.

2. Masalah-Masalah Dalam Perubahan Sistem Endokrin Pada Lansia


Dalam Nugroho (1995), penyakit metabolik pada lanjut usia terutama disebabkan oleh karena
menurunnya produksi hormon dari kelenjar-kelenjar hormon. Pria dan wanita pada akhir
masa dewasa memasuki apa yang dinamakan kimakterium; perubahan-perubahan dalam
keseimbangan hormonal yang menyebabkan berkurangnya kekurangan hormon seks.
Menurunnya produksi hormon ini antara lain terlihat pada wanita mendekati usia 50 tahun,
yang ditandai mulainya menstruasi yang tidak teratur sampai berhenti sama sekali
(menopouse), prosesnya merupakan proses ilmiah. Pada pria proses tersebut biasanya terjadi
secara lambat laun dan tidak disertai gejala-gejala psikologis yang luar biasakecuali sedikit
kemurungan dan rasa lesu serta berkurangnya kemampuan seksualitasnya. Terdapat pula
penurunan kadar hormon testosteronnya.
Penyakit metabolik yang banyak dijumpai adalah diabetes melitus atau kencing manis dan
osteoporosis (berkurangnya zat kapur dan bahan-bahan mineral sehingga tulang lebih mudah
rapuh dan menipis). Diabetes melitus sering dijumpai pada lanjut usia yang berumur 70 tahun
keatas, akibatnya terjadi degenerasi pembuluh darah dengan kompliksai pembuluh darah
koroner, perubahan pembuluh darah otak ini dapat menyebabkan stroke yang bisa
mengakibatkan kelumpuhan separuh badan.
Berikut perubahan dan penyakit pada sistem endokrin yang disebabkan oleh proses penuaan,
yaitu:
1) Menopouse
a. Konsep
Dalam Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono (1999), menopouse adalah berhentinya haid.
Menopouse menurut pengertian awam adalah perubahan masa muda ke masa tua.
Berhentinya haid sebagai akibat tidak berfungsinya ovarium merupakan peristiwa dan bukan
satu periode waktu. Di Indonesia monepouse terjadi antara 49-50 tahun (Samil dan
Ichramsyah, 1991).
Periode mendahului menopouse ditandai oleh perubahan somatif dan psikologik. Hal tersebut
mencerminkan perubahan normal yang terjadi di ovarium. Meskipun ada gejala atau keluhan,
periode ini sering dilupakan oleh pasien maupun dokter. Gejala yang paling sering terjadi
pada masa transisi pra-menopouse ini adalah haid yang tidak teratur.
Meskipun menopouse atau tidak lagi datang haid, terjadi setelah terhentinya fungsi ovarium
merupakan keadaan yang paling dapat diidentifikasi, namun periode sebelum dan 10 tahun
setelah menopouse mempunyai arti klinis yang lebih penting. Menurut Hurd, periode transisi
ini biasanya berlangsung sampai periode pasca menopouse. Periode pasca menopouse
biasanya disertai dengan insidensi kondisi kelainan yang erat hubungannya dengan usia
lanjut. Karena hal tersebut, pelayanan kesehatan ginekologik pada wanita pasca menopouse
perlu mengetahui tentang seluk beluk pengobatan pengganti hormon.

b. Gejala-Gejala yang sering timbul


Ada beberapa gejala yang timbul dengan menopouse pada lansia (Nugroho, 1995), di
antaranya :
• Gangguan pada haid: haid menjadi tidak teratur, kadang-kadang terjadi perdarahan
yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
• Gelombang rasa panas (Hot Flush). Kadang-kadang timbul rasa panas pada muka,
leher dan dada bagian atas, disusul dengan keluarnya keringat yang banyak. Peasaan panas
ini bisa berlangsung beberapa detik saja, namun bisa berlangsung sampai 1 jam.
• Rasa lelah hebat (Fatigue).
• Rasa gatal-gatal pada genitalia disebabkan kulit yang menjadi kering dam keriput.
• Sakit-sakit bisa dirasakan seluruh badan atau pada bagian tubuh tersebut.
• Pusing atau sakit kepala. Keluhan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya
karena meningginya tekanan darah, adanya gangguan penglihatan atau bisa juga oleh adanya
stres mental.
• Insomnia atau keluhan susah tidur, hal ini bisa disebabkan oleh penyebab fisik
maupun psikis.
• Palpitasi dan perubahan gerak seksual. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormonal
maupun pengaruh psikis. Gejala-gejala jiwa yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai
yang berat. Keluhan yang sering timbul adalah adanya rasa takut, tegang gelisah, lekas
marah, mudah gugup, sukar berkonsentrasi, lekas lupa, dan susah tidur. Adanya wanita yang
mengalami monepouse manfsirkannya sebagai kehilangan fungsinya sebagai wanita, karena
ia tidak bisa hamil dan mendapatkan anak lagi. Di lain pihak ada yang menafsirkan sebagai
akan terhentinya kehidupan seksualnya, hal ini adalah keliru sekali. Selain dari pada itu ada
yang berpendapat bahwa kegiatan seksual itu kurang pantas dilakukan bagi mereka yang
sudah tua, maskipun dorongan ke arah itu tetap ada. Dengan demikian dapat terlihat bahwa
kerisauan menghadapi masa tua seringkali juga menyangkut kahidupan seksual.
2) Andropouse
a. Konsep
Dalam Baziad (2003), pada laki-laki tua, testis masih berfungsi memproduksi sperma dan
hormon testosteron meskipun jumlahnya tidak sebanyak usia muda. Pada wanita produksi
estrogen berhenti mendadak, sedangkan pada laki-laki dengan meningkatnya usia produksi
testosteron turun perlahan-lahan, sehingga membuat definisi andropouse pada laki-laki
sedikit sulit. Kadar hormon testosteron sampai dengan usia 55-60 tahun relatif stabil dan baru
setelah usia 60 tahun terjadi penurunan yang berarti.
Meskipun kadar testosteron darah turun, keluhan tidak segera muncul. Keluhan dapat muncul
setelah beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu, para ahli berpendapat bahwa tidak ada
hubungan langsung antara keluhan dengan kadar hormon. Meskipun sudah lanjut usia, orang
laki-laki masih saja aktif baik secara fisik maupun seksual, bahakan tidak jarang masih dapat
mendapatkan keturunan.
b. Gejala
Dalam Baziad (2003), testosteron adalah hormon laki-laki yang menjadikan laki-laki
berfungsi menjadi seorang laki-laki.
Gejala klinis andropouse antara lain:
• Gejala vasomotorik, berupa gejolak panas, berkeringat, susah tidur, gelisah, dan takut.
• Gejala yang berkaitan dengan aspek virilitas, berupa kurang tenaga, berkurangnya
massa otot, bulu-bulu rambut seksual berkurang, penumpukan lemak di perut, dan
osteoporosis.
• Gejala yang berhubungan dengan fungsi kognitif dan suasana hati, berupa mudah
lelah, menurunnya aktivitas tubuh, rendahnya motivasi, berkurangnya ketajaman
mental/intuisi, depresi hilangnya rasa percaya diri dan menghargai dirinya sendiri.
• Gejala yang berhubungan dengan masalah seksual, berupa turunnya libido,
menurunnya aktivitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya kemampuan ereksi,
dan berkurangnya volume ejakulasi.
3) Diabetes Melitus
a. Konsep
Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes mellitus tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa.
Seiring pertambahan usia, sel-sel tubuh menjadi lebih resistant terhadap insulin, yang
mengurangi kemampuan lansia untuk memetabolisme glukosa. Selain itu, pelepasan insulin
dari sel beta pankreas berkurang dan melambat. Hasil dari kombinasi proses ini adalah
hiperglikemia. Pada lansia, konsentrasi glukosa yang mendadak dapat meningkatkan dan
lebih memperpanjang hiperglikemia. Diabetes tipe 2 pada lansia disebabkan oleh sekresi
insulin yang tidak normal, resistansi terhadap kerja insulin pada jaringan target, dan
kegagalan glukoneogenesis hepatic. Penyebab utama hiperglikemia pada lansia adalah
peningkatan resistansi insulin pada jaringan perifer. Meskipun jumlah reseptor insulin
sebenarnya sedikit menurun seiring pertambahan usia, resistansi dipercaya terjadi setelah
insulin berikatan dengan reseptor tersebut. Selain itu, sel-sel beta pulau Langerhans kurang
sensitif terhadap kadar glukosa yang tinggi, yang memperlambat produksi glukosa di hati
(http://aqies.wordpress.com, 2009).

b. Tanda dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala yang timbul dengan adanya andropouse, yaitu :
• Penurunan berat badan dan kelelahan.
• Kehilangan selera makan.
• Inkontinensia.
• Penurunan penglihatan.
• Konfusi atau derajat delirium.
• Konstipasi atau kembung abdomen.
• Retinopati atau pembentukan katarak.
• Perubahan kulit; penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan refleks, dan
kemungkinan nyeri perifer atau kebas.
• Hipotensi ortostatik
.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada lansia dengan gangguan sistem endokrin, sebagai
berikut :
1) Health Perception - Health Management
a. Uraikan tentang status kesehatan secara keseluruhan.
b. Uraikan masalah-masalah endokrin yang didapatkan masalah (pituitary thyroid),
paratiroid, adrenal, pankreas, ovarium. testes). Bagaimana masalah ini diatasi? Apakah
dengan obat-obatan, pembedahan, penggantian hormone, diet? Apa yang menentukan
mengenai pengobatan yang anda lakukan?
c. Apakah anda merokok/menghisap tobako? Jika ya, berapa banyak perhari dan berapa
lama?
d. Apakah anda sudah merasakan tinggi atau rendahnya kadar gula darah?
e. Apakah anda minum alkohol? Jika ya, berapa banyak dan jenis apa?
f. Uraikan bagaimana anda merawat kesehatan anda?
g. Kapan terakhir anda melakukan latihan fisik ?

2) Metabolik – Nutrisi
a. Uraikan kebiasaan diet anda..
b. Uraikan berapa banyak air yang diminum selama 24 jam.
c. Dapatkah anda mencatat bahwa anda merasa kehausan yang sangat dan yang
biasanya?
d. Apakah anda mengalami perubahan selera makan? Jika ya, uraikan!
e. Apakah anda mengalami perubahan berat badan? Jika ya, berapa banyak? Berapa
jarak periodenya?
f. Dapatkah anda mencatat perubahan-perubahan pada kebiasaan dalam intoleransi
antara panas atau dingin?
g. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menelan? Jelaskan!
3) Eliminasi
a. Uraikan kebiasaan pola berkemih selama peroide 24 jam. Apakah ada perubahan?
Jika ya, uraikan!
b. Dapatkah anda mencatat perubahan-perubahan terhadap warna dan bau dari urine
anda? Jika ya, uraikan!
c. Apakah anda sering terbangun pada malam hari untuk berkemih? Seberapa seringkah?
d. Apakah anda pernah menderita batu ginjal? Jika ya, bagaimana cara
mengatasinya/pengobatannya?
e. Apakah anda pernah mengalami perubahan kebiasaan eliminasi? Jelaskan!

4) Aktivitas – Latihan
a. Uraikan kebiasan aktivitas selama periode 24 jam.
b. Aktivitas apa yang biasa anda lakukan sehingga anda bernapas pendek (seperti sesak)
atau kelelahan? Jelaskan!
c. Apakah anda mengalami perubahan pada kebiasaan perawatan diri anda berhubungan
dengan masalah endokrin? Jika ya, uraikan!
d. Apakah tingkat energi mengalami peningkatan atau penurunan? Jika ya, jelaskan!

5) Tidur – Istirahat
a. Apakah terjadi gangguan terhadap tidur malam?
b. Apakah anda merasa gugup atau tidak mampu istirahaf?

6) Kognitif – Persepsi
a. Apakah anda merasakan kelelahan, menarik diri atau bingung?
b. Dapatkah anda mencatat adanya suara parau atau perubahan terhadap suara anda?
c. Dapatkah anda mencatat perubahan-perubahan terhadap perubahan warna dan kondisi
kulit anda, seperti warna kulit menjadi lebih gelap, kulit menjadi kering, berminyak atau
memar.
d. Apakah anda pernah mengalami palpitasi jantung (berdebar-debar)?
e. Apakah anda pernah mengalami nyeri abdominal?
f. Apakah anda. mengalami sakit kepala, hilang ingatan, perubahan sensasi atau
depresi?
g. Apakah anda pernah mengalami kekakuan otot atau sendi?
7) Konsep Diri
a. Bagaimana perasaan anda tentang masalah kesehatan ini?
b. Bagaimana perasaan anda setelah mendapati masalah ini terhadap diri anda dan masa
depan anda?
c. Bagaimana perasaan anda mengenai pengobatan untuk selama istirahat dalam hidup
anda?

8) Role - Relationship (Peran - Hubungan)


a. Apakah ada riwayat terhadap masalah tipe endokrin di dalam keluarga? Jelaskan!
b. Bagaimana masalah kesehatan ini mempengaruhi kehidupan anda?
c. Setelah menerima masalah kesehatan ini apakah perubahan terhadap peran dan
tanggung jawab di dalam keluarga? Jelaskan!
d. Setelah mendapat masalah kesehatan ini apakah mempengaruhi kemampuan anda
untuk bekerja. Jelaskan!

9) Sexuality - Reproduktif (Seksual - Reproduksi)


a. Dapatkah anda mencatat perubahan terhadap aktivitas seksual? jelaskan!
b. Dapatkah anda mencatat perubahan dalam kemampuan dalam hubungan seksual?
Jelaskan!
c. Apakah anda mengalami perubahan pada periode menstruasi. Uraikan!
d. Apakah anda mengalami ketidakpuasan dan kesulitan mengontrol ereksi?
e. Pernahkah anda mengalami kesulitan pada awal kehamilan?
f. Pernahkah anda mengalami kesulitan menjadi seorang ayah ?
g. Berapa banyak anak yang anda miliki? Berapa berat yang dimiliki pada saat lahir?

10) Koping – Stress


a. Apakah stress memperlihatkan adanya penambahan gejala terhadap masalah
endokrin? Bila ya, cara apa?
b. Apa atau siapa yang sangat membantu dalam koping terhadap masalah kesehatan ini?
c. Uraikan apa yang biasanya anda lakukan untuk mengatasi stress!

11) Value - Belief (Keyakinan/Kepercayaan)


a. Apakah ada orang terdekat klien. praktisi atau aktifis yang membantu memecahkan
masalah kesehatan ini. Jelaskan!
b. Bagaimana anda merasa masa depan sangat dihargai selama hidup dengan masalah
kesehatan saat ini?

Beberapa variasi yang normal dibandingkan dengan yang tidak, dapat menjadi bingung
dengan penemuan abnormal pada endokrin adalah sebagai berikut :
1. Pikun, beberapa kecil coklat, flat macula dapal dilihat pada lengan dan dorsal pada
tangan.
2. Penebalan pada area pigmentasi, dapat dilihat pada wajah dan tangan.
3. Pertumbuhan rambut yang lambat.
4. Kuku semakin tebal, brittle, dan kuning.
5. Kulit wajah menjadi longgar dan tulang menjadi lebih menonjol.
6. Penurunan terhadap sensasi perabaan.
7. Penurunan refleks tendon.
8. Penurunan tinggi badan.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi,
perubahan biopsikososial seksualitas.
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan cemas, takut, stres psikologis.
3) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis proses penuaan.
4) Gangguan harga diri berhubungan dengan gangguan psikologis; malu, cemas.

3. Intervensi Keperawatan
Dalam Wilkinson (2006), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dari diagnosa
keperawatan adalah :
1) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi,
perubahan biopsikososial seksualitas.
Batasan karakteristik : Perubahan dalam penerimaan kepuasan seksual, perubahan terhadap
diri sendiri dan orang lain, ketidakmampuan untuk mencapai kepuasan yang diharapkan.
Kriteria hasil : Menunjukkan adanya keinginan untuk mendiskusikan perubahan pada fungsi
seksusl, beradaptasi terhadap model pengungkapan seksual yang berhubungan dengan usia
dan perubahan fisik.
Intervensi :
a. Pantau adanya indikator resolusi dari disfungsi seksual.
b. Berikan informasi yang diperlukan untuk meningkatkan fungsi seksual (misalnya
konseling yang difokuskan pada bimbingan antisipatorik)
c. Diskusikan keadaan kesehatan terhadap seksualitas (misalnya efek samping
pengobatan; aspek normal penuaan)
d. Berikan informasi faktual tentang mitos seksual dan kesalahan informasi yang pasien
kemukakan.
e. Berikan konsultasi/rujukan pada anggota tim pelayanan kesehatan lainnya.
f. Rujuk pasien kepada ahli terapi seks.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan cemas, takut, stres psikologis.


Batasan karakteristik : Terbangun dalam waktu yang lama, insomnia, terbangun lebih awal,
tidur tidak puas.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan perubahan dalam pola tidur/istirahat, Pasien
mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera atau segar.
Intervensi :
a. Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (misalnya; sering
berkemih) atau faktor psikologis (misalnya ketakutan atau ansietas).
b. Berikan tempat tidur yang nyaman.
c. Tingkatkan kenyamanan waktu tidur misal: mandi air hangat, masase.
d. Hindari suara yang keras dan penggunaan lampu saat tidur malam, berikan
lingkungan yang tenang dan minimalkan gangguan.
e. Dukung penggunaan obat tidur.

3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis proses penuaan.


Batasan karakteristik : Kurang atau masalah memori, ketidak sesuaian kognitif, bingung.
Kriteria hasil : Pasien mampu mempertahankan orientasi realita sehari-hari, pasien mampu
mengenali perubahan pola pemikiran dan tingkah laku.
Intervensi :
a. Kaji dan dokumentasikan orientasi pasien terhadap orang, tempat, waktu, dan situasi.
b. Panggil klien dengan nama kesukaannya.
c. Berikan umpan balik positif dan penguatan untuk perilaku yang sesuai.
d. Berikan dukungan untuk pasien/keluarga saat periode disorientasi pasien.
e. Berikan obat antipsikotik dan antiasnsietas secara rutin dan jika diperlukan.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan gangguan psikologis; malu, cemas.


Batasan karakteristik : Malu, myangkal permasalahn yang nyata, kesulitan dalam membuat
keputusan, kurangnya kerja sama.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan masalah dan menunjukkan pemecahan masalah yang
sehat, pasien menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap perubahan pada
citra tubuh.
Intervensi :
a. Pantau pernyataan klien tentang penghargaan diri.
b. Berikan waktu untuk mendengar masalah dan ketakutan pasien.
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi respons positif terhadap orang lain.
d. Hindari tindakan yang dapat melemahkan klien.
e. Berikan penghargaan atau pujian terhadap perkembangan klien dalam pencapaian
tujuan.
f. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang dapat meningkatkan harga diri.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melepaskan
sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ internal, seperti
lapisan traktus intestinal. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan
endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin
melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah. Kelenjar endokrin termasuk :
1. Pulau Langerhans pada Pankreas
2. Gonad (ovarium dan testis)
3. Kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid, serta timus
Hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau yang larut dalam lemak.
Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (mis., insulin, glukagon, hormon
adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan katekolamin (mis., dopamin, norepinefrin,
epinefrin)Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (mis., estrogen, progesteron,
testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (mis., tiroksin).

3.2. SARAN
Diharapkan dengan membuat makalah endokrin ini, mahasiswa/ I dapat memahami sistem
endokrin pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta

Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2, Penerbit
EGC, Jakarta.

www.medicastore.com, 2004, Informasi tentang penyakit : Diabetes Melitus

Judha, Mohammad.2016.Rangkuman Sederhana Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta:Gosyen


Publishing.

Setiadi.2007.Anatomi dan Fisiologi Manusia.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Aulia.2017.Sistem Endokrin Pada Manusia.https://dosenbiologi.com/manusia/sistem-


endokrin-pada-manusia .

Budisma.2015.Pengertian dan Fungsi Sistem Endokrin Pada Manusia.


http://budisma.net/2015/04/pengertian-dan-fungsi-sistem-endokrin.html . Diakses pada 25
November 2017

Andasa, Khaddijah.2012..Sistem Endokrin. http://dentistrylearn.blogspot.co.id/2012/05


/sistem-endokrin.html .

_____. 2016.Pengertian dan fungsi sistem Endokrin Pada Manusia


http://www.ilmudasar.com/2016/11/Pengertian-dan-Fungsi-Sistem-Endokrin-Pada-
Manusia-adalah.html .

Anda mungkin juga menyukai