Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

LAPORAN PENDAHUALAN

A. DEFINISI
Kelumpuhan adalah hilangnya kekuatan yang dalam hal ini mempengaruhi
anggota tubuh yaitu kaki dan lengan ataupun kelompok otot.
Lumpuh otak atau cerebral palsy merupakan suatu penyakit saraf yang
mengganggu atau memengaruhi koordinasi dan pergerakan tubuh. Kondisi ini
terjadi akibat adanya masalah pada bagian otak besar. Lumpuh otak
merupakan salah satu penyebab paling umum kelumpuhan kronis pada anak-
anak.
Tingkat keparahan gejala lumpuh otak berbeda-beda pada tiap
penderitanya. Ada yang hanya mengalami gejala ringan, hingga berat.
Biasanya gejala lumpuh otak akan mulai terlihat selama tiga tahun pertama
kehidupan anak.
Gangguan berbicara adalah gangguan kelancaran ataur abnormalitas
daalam kecepatan irama bicara.
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terputus
akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga terjadi kematian
sel-sel pada sebagian area di otak.

B. ETIOLOGI
Lumpuh otak
Berikut ini adalah beberapa gejala lumpuh otak yang berkaitan dengan
masalah koordinasi dan pergerakan tubuh.

a. Masalah koordinasi otot.


b. Otot kaku dengan refleks yang masih normal atau berlebihan.
c. Tonus otot yang menjadi sangat kaku atau sangat lunglai.
d. Gerakan menggeliat dan lambat.
e. Gerakan yang tidak bisa dikendalikan atau tremor.
f. Kesulitan dalam melakukan gerakan yang tepat, misalnya meletakkan
suatu benda pada posisi tertentu.
g. Salah satu sisi tubuh terlihat seperti tidak berfungsi, misalnya menyeret
salah satu kaki saat merangkak, atau hanya bisa menggapai sesuatu dengan
salah satu tangan.
h. Kemampuan motorik bayi yang terhambat, misalnya merangkak atau
duduk.
i. Terhambatnya kemampuan bicara.
j. Gaya berjalan yang tidak normal, misalnya berjalan agak jongkok, kaki
menyilang, atau terbuka lebar-lebar.
k. Kesulitan dalam makan atau menelan.
l. Terus-menerus mengeluarkan air liur.

Bagian tubuh yang terkena dampak lumpuh otak bermacam-macam. Ada


yang hanya mengenai salah satu sisi tubuh, bagian kaki saja, lengan saja, atau
kaki sekaligus lengan. Selain masalah koordinasi dan gerakan tubuh, lumpuh
otak juga dapat menyebabkan beberapa gejala gangguan saraf lain, di
antaranya:

a. Kejang-kejang.
b. Cacat intelektual.
c. Gangguan mental.
d. Tidak dapat menahan air kencing atau inkonsistensi urine.
e. Merasa sakit saat disentuh.
f. Gangguan penglihatan dan pendengaran.

Temuilah dokter jika Anda merasa khawatir dengan perkembangan anak


Anda. Dokter atau pun dokter spesialis nantinya akan membantu
mengidentifikasi masalah yang dialami oleh anak Anda tersebut.
Penyebab lumpuh otak

Adanya masalah pada bagian otak besar yang berfungsi mengatur gerakan,
kemampuan mendengar, bicara, dan belajar merupakan penyebab terjadinya
lumpuh otak. Masalah ini bisa terjadi sebelum atau sesudah bayi lahir, dan diduga
dipicu oleh beberapa faktor berikut ini.

a. Infeksi yang dialami oleh sang ibu di masa kehamilan yang dapat menular
pada pada janin. Contohnya cacar, rubella, sifilis, infeksi parasit
toksoplasmosis, dan infeksi virus sitomegalo.
b. Terganggunya suplai darah yang berguna untuk perkembangan otak janin
atau disebut juga sebagai stroke janin.
c. Infeksi pada otak bayi setelah lahir, misalnya sakit kuning yang parah dan
tidak bisa diobati, ensefalitis, atau meningitis.
d. Cedera parah di kepala akibat terjatuh atau kecelakaan lainnya.
e. Kurangnya suplai oksigen pada bayi selama proses kelahiran.
f. Kelahiran prematur, yaitu pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
g. Kelahiran sungsang.
h. Kasus bayi kembar. Rahim yang diisi secara bersamaan oleh lebih dari
satu bayi bisa menimbulkan masalah. Jika terjadi kematian pada salah satu
bayi tersebut, maka ada peluang bagi bayi lainnya untuk terkena lumpuh
otak.
i. Berat badan bayi yang rendah saat lahir, yaitu kurang dari 2,5 kilogram.
j. Perubahan pada gen yang memiliki peran dalam perkembangan otak.

Gangguan berbicara

Penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:


 
1. Gangguan pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan
disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan bicara.
2. Kelainan organ bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah),
kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau
kelainan laring.
 
3. Retardasi Mental
Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain
seusianya.
4. Genetik Heriditer
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada
salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan.
5. Kelainan Kromosom
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada
salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan.
6. Kelainan Sentral (Otak)
Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan kemampuan
pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah.
Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim.
Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.
7. Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme adalah
gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan
keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi social.
8. Mutism Selektif 
Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada
keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia
hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih
banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan
motivasi.
9. Gangguan emosi dan perilaku lainnya
Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang
terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan
belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya
10. Alergi makanan
Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan
gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan bicara pada anak. Bila alergi
makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di
atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.
11. Deprivasi lingkungan
Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Berbagai
macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara

C. MANIFERTASI KLINIKS
a. Lumpuh otak
1. Hilangnya rasa atau adanya sensasi ubnormal pada lengan atau tungkai
satu sisi tubuh
2. Pusing
3. Hilangnya pengendalian terhadap kantung kemi
4. Ketidakseimbangan atau terjatu
5. Terjaadinya kelemahan pada salah satu sisi tubuh
b. Gangguan bicara
1. Gangguan pendengaran
2. Kelainan organ bicara
3. Letardas mental
4. Penyebab penyakit tertentu
5. Kelainan kromosos
6. Kelainan senteral otak
7. Otisme
8. Debperepasi lingkungan
9. Status social
10. Keterlambatan pungsional

D. PENGOBATAN LUMPUH OTAK


Lumpuh otak merupakan kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Meski
begitu, beberapa jenis penanganan yang ada saat ini sudah mampu mengurangi
sebagian besar gejalanya. Jenis penanganan yang diberikan dokter biasanya
bervariasi, tergantung dari gejala apa yang dialami oleh pasien lumpuh otak,
salah satunya adalah dengan menggunakan obat-obatan.
Obat-obatan biasanya diberikan pada pasien yang mengalami kekakuan
otot. Beberapa jenis obat tersebut adalah:

a. Diazepam. Obat ini biasanya diberikan pada pasien lumpuh otak yang


membutuhkan pengobatan bereaksi cepat dan jangka pendek untuk
meredakan gejala kaku otot mereka. Beberapa efek samping yang
mungkin timbul setelah mengonsumsi diazepam adalah bingung, lupa,
hilang koordinasi, pusing, cadel saat bicara, dan mengantuk.
b. Tizanidine dan dantrolene. Kedua obat ini digunakan jika diazepam tidak
berhasil dalam mengendurkan otot. Meski begitu, penggunanya harus
berhati-hati karena kedua obat ini berpotensi menimbulkan kerusakan hati.
Selain itu, efek samping lainnya sama seperti diazepam.
c. Botulinum toxin. Obat yang berbentuk suntik ini diberikan pada pasien
lumpuh otak yang mengalami kaku di otot tertentu atau bahkan beberapa
otot di tubuhnya. Agar efektif, pemberian botulinum dibarengi dengan
terapi, misalnya fisioterapi atau program peregangan. Khasiat atau efek
dari botulinum dapat bertahan hingga satu bulan setengah. Pada beberapa
kasus, penyuntikan ulang dapat juga dilakukan. Meski jarang terjadi,
botulinum dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya, di antaranya
sesak napas dan kesulitan menelan. Disarankan untuk segera ke rumah
sakit jika efek samping tersebut muncul.
d. Botulinum toxin. Obat ini sama seperti diazepam, namun digunakan dalam
jangka panjang. Beberapa efek samping yang mungkin timbul dari
penggunaan baclofen adalah hilang koordinasi, diare, konstipasi, mual,
dan mengantuk.
e. Obat-obatan antikolinergik. Obat ini dapat diberikan pada penderita yang
mengalami gejala sulit mengendalikan keluarnya air liur. Antikolinergik
bekerja dengan cara menurunkan produksi air liur di dalam tubuh.

Selain obat-obatan, berbagai jenis terapi juga diperlukan untuk mengatasi


gejala lumpuh otak, di antaranya:

a. Fisioterapi. Terapi yang dilakukan dengan bimbingan seorang ahli ini


memiliki dua tujuan, yang pertama adalah untuk mencegah jarak
pergerakan otot menjadi berkurang atau hilang sama sekali. Dan tujuan
kedua adalah untuk mencegah otot-otot yang jarang digunakan oleh si
penderita menjadi makin lemah.
b. Terapi okupasi. Di dalam terapi ini, ahli akan menelaah kesulitan apa saja
yang dialami penderita sehari-hari, misalnya berpakaian atau pergi ke
toilet. Setelah masalah teridentifikasi, kemudian ahli akan membantu
pasien mengatasi kesulitan tersebut. Terapi ini terbilang cukup berhasil
dalam mendorong kemandirian pasien.
c. Terapi bicara. Sesuai dengan namanya, terapi ini diperuntukkan bagi
pasien lumpuh otak yang mengalami gejala sulit bicara. Di dalam terapi
ini, anak akan dilatih berkomunikasi dengan alat bantu seperti komputer
atau simbol-simbol yang mewakili suatu benda.
d. Terapi biofeedback.  Terapi ini ditujukan pada penderita yang kesulitan
mengendalikan air liurnya. Melalui metode ini, penderita akan dilatih
mengetahui kondisi ketika mereka akan mengeluarkan air liur, sekaligus
dilatih untuk menelannya.

Bentuk penanganan gejala lumpuh otak yang ketiga adalah dengan


operasi.
a. Operasi ortopedi. Jika lumpuh otak menyebabkan pasien mengalami rasa
sakit saat bergerak, prosedur ini kemungkinan akan disarankan. Bentuk
tindakan yang dilakukan misalnya adalah dengan memperbaiki masalah
yang terjadi pada sendi dan tulang dengan cara memperpanjang urat
tendon atau otot yang terlalu pendek. Pasien yang telah melakukan operasi
ortopedi juga harus menjalani fisioterapi agar efek dari operasinya tersebut
bisa dirasakan secara maksimal. Prosedur operasi juga dapat diterapkan
untuk mengatasi gejala lumpuh otak lainnya, misalnya skoliosis atau
kondisi yang membuat tulang belakang menjadi melengkung secara tidak
normal.
b. Operasi pengalihan saluran kelenjar air liur. Melalui prosedur ini, saluran
air liur yang menuju ke depan mulut diubah menjadi menuju belakang
mulut. Operasi ini ditujukan bagi penderita yang kesulitan mengendalikan
air liur mereka.

Salah-satu gejala lumpuh otak lainnya yang penting untuk ditangani,


terutama pada anak-anak, adalah gejala sulit menelan atau disfagia. Jika
disfagia masih tergolong ringan, maka bisa ditangani dengan pemberian
makanan-makanan lunak. Atau bila perlu, Anda bisa minta bantuan ahli terapi
terkait untuk mengajari anak Anda teknik-teknik dalam menelan makanan.

Jika disfagia sudah parah, maka pemasangan alat bantu makan harus
dilakukan. Biasanya alat ini berbentuk seperti selang dan disalurkan langsung
ke dalam lambung penderita melalui hidung, tenggorokan, atau langsung ke
dinding perut mereka melalui operasi.

E. KOMPLIKASI LUMPUH OTAK


Sebenarnya lumpuh otak bukan merupakan penyakit atau kondisi yang
berkembang seiring waktu. Artinya masalah pada otak tidak akan memburuk
seiring bertambahnya usia mereka. Namun seiring pertumbuhan, masalah
secara fisik dan tekanan emosi bisa makin bertambah.
Biasanya risiko penderita lumpuh otak untuk mengalami depresi akan
meningkat saat dia dewasa. Terapi pengobatan, perhatian dari keluarga, serta
bertukar pikiran dan pengalaman dengan sesama penderita lumpuh otak,
diharapkan dapat mengatasi perasaan depresi ini.
Selain masalah psikologis, penderita lumpuh otak juga berisiko terkena
masalah lainnya yang berkaitan dengan fisik. Komplikasi ini umumnya terjadi
dikarenakan keterbatasan atau sulitnya penderita untuk dapat bergerak secara
normal dan leluasa. Alhasil beban, tekanan, dan energi yang harus dikeluarkan
penderita untuk melakukan suatu aktivitas lebih besar dibandingkan yang
dialami oleh orang-orang normal. Salah satu masalah fisik yang berisiko
dialami oleh penderita lumpuh otak adalah radang sendi osteoarthritis.
Karena itu jika Anda menderita lumpuh otak, gunakanlah alat bantu gerak,
misalnya kursi roda. Selain alat bantu, melakukan fisioterapi secara teratur
juga dapat membantu.
Komplikasi juga bisa timbul apabila penderita lumpuh otak mengalami
gejala sulit menelan makanan dan selalu mengeluarkan air liur. Makanan yang
tidak tertelan dengan baik berisiko masuk ke dalam paru-paru dan
menimbulkan infeksi pneumonia. Sedangkan keluarnya air liur yang tidak
terkendali, dapat mengiritasi dan menimbulkan infeksi pada area di sekitar
mulut, dagu, serta leher.
F. PATHWAY

LUMPUH OTAK DAN STROKE

GAYA HIDUP MEROKOK KOLESTROL

PENUMPUKAN SKLEROSIS (PLAK) PADA PEMBULUH DARAH

VASOKONTRIKSI PEMBULUH DARAH

TEKANAN DARAH MENIGKAT

HIPERTENSI

TERJADI PENYEMPITAN PADA PEMBULUH DARAH

KERUSAKAN PADA SARAF OTAK

KELUMPUHAN PADA SARAF OTAK

STROKE
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Nama : Tn.A
b. Jenis kelamin : laki – laki
c. Umur : 65 tahun
2. KELUHAN UTAMA
a. Tidak dapat menggerakkan tungkai tangan dan gangguan bicara, dan
pusing
3. TANDA – TANDA VITAL
a. TD : 150/90 mmHg
b. RR : 20 ×/ menit
c. N : 98 ×/menit
d. S : 36,8°C
4. ANALISA DATA
a. DS :
Kilen megeluh tidak dapat menggerakan tungkai kanannya
Kilen mengeluh gangguan berbicara
Kilen merasakan pusing
b. DO :

TD : 150/90 mmHg

RR : 20 ×/ menit

N : 98 ×/menit

S : 36,8°C
B. DIAGNOSA
1. Kerusakan mobiitas fisik berhubungan dengan kelemahan paresis
2. Kerusakan komunikasi perbal berhubungan dengan neuromuskuler
3. Perubahan perpusi jaringan seleberal berhubungan dengan selebral.

C. INTERVENSI
1. Diagnose
Kerusakan mobiitas fisik berhubungan dengan kelemahan paresis
Tujuan : pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang
oktimal
Kreteria Hasil :
a. Pergeraka pasien bertambah luas
b. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk,
berdiri, berjalan)
c. Rasa nyeri berkurang
d. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan
kemampuan

Intervensi :

a. Kaji dan identivikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien


b. Anjurkan pasien untuk mengerakkan atau menganggkat estremitas bawa
sesuai dengan kemampuan
c. Bantu pasien dengan memenuhi kebutuhanya
d. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter(pemberian analgesic) dan
tenaga pisoterapi
2. diagnose No.2
Kerusakan komunikasi perbal berhubungan dengan neuromuskuler
Tujuan : mampu menciptaka metode komunaksi yang dapat
dipahami
Kreteria hasil :
a. Mengidentifikasi pemahaman tentang komuniasi
b. Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diespresikan
c. Menggunakan sumber – sumber dengan tepat

Intervensi :

a. Lakukan obserpsi dan pemeriksaan fisik neurologi secara mendetail.


b. Berbicara dengan normal dan hindari percakapan yang tepat
c. Kaji tipe atau derajat dispusi
3. Diagnose No.3
Perubahan perpusi jaringan seleberal berhubungan dengan serebral.
Tujuan : mempertahankan perpusi jaringan serelebral ade kuat
Kreteria hasil :
a. Mempertahankan tingkat kesadaran
b. TTV setabil
c. Tidak adaa peningkatan TIK

Intervensi :

a. Ajarkar pasien untuk melakukan mobilisasi


b. Patau TTV atau catat status neurologis.
c. Letakkan posisi kepala dengan posisi agak ditinggikan
d. Evaluasi pupil, catat ukuran bentuk, dan kesamaan dan reakasis terhadap
cahaya
e. Pertahakan keadaan tira baring
D. IMPLEMENTASI
1. Diagnosa No. 1
Kerusakan komunikasi perbal berhubungan dengan neuromuskuler
a. mengurangi resiko decubitus
b. untuk melatih kemampuannya
c. motifasi untuk memberikan dukungan agar tidak putus asa
d. agar keluarga dapat mempraktikkan sendiri dan mengajar anaknya ketika
bersama
e. cara untuk mengalihkan nyeri
f. agar pasien leluasa dalam bergerak
g. kolaboras
2. Diagnose No. 2
Kerusakan komunikasi perbal berhubungan dengan neuromuskuler
a. Kaji respon dalam berkomunikasi.
b. Ajarkan dan kaji makna non verbal.
c. Latih dalam penggunaan bibir, mulut dan lidah.
d. Jelaskan kepada anak dan keluarga mengapa anak tidak bisa berbicara atau
memahami dengan tepat.
e. Sering berikan pujian positif kepada anak yang berusaha untuk
berkomunikasi.
f. Gunakan kartu/gambar-gambar/papan tulis untuk memfasilitasi
komunikasi.
g. Berikan perawatan dalam sikap yang rileks, tidak terburu-buru, dan
menghakimi.
h. Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan terapi bicara.
i. Libatkan anak dengan keluarga dalam mengembangkan rencana
komunikasi.
3. Diagnose No. 3
Perubahan perpusi jaringan seleberal berhubungan dengan selebral.
a. Monitor TTV
b. Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrian dan reaksi.
c. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala.
d. Monitor tonus otak pergerakan
e. Monitor tekanan intracranial dan respon nerologis
f. Monitor status cairan
g. Tingkatkan kepala 0-45° tergantung pada kondisi pasien dan keadan medis
lain.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Pemenuhan nutrisi pasien adekuat
2. Pasien mampu melakukan aktivitas
3. Pasien mampu melakukan proses komunikasi dalam kekurangan yang ada
4. Pasien terhindar dari resiko cidera

Anda mungkin juga menyukai