A. Pengertian
Cedera kepala adalah suatu trauma yang menyebabkan
kehilangan kesadaran dan amnesia tetapi kurang dari 30 menit tidak
mengalami fraktur tengkorak dengan GCS 14-15 (Nanda, 2015).
Menurut (Nurarif & Kusuma 2015 ) Cedera kepala dibagi
menjadi cedera kepala primer dan sekunder:
a. Cedera kepala primer merupakan akibat cedera awal.cedera awal
meng- gunakan gangguan integritas fisik, kimia, dan listerik dari sel
di area ter- sebut, yang menyebabkan kematian sel.
b. Cedera kepala sekunder cedera ini menyebabkan kerusakan otak
lebih lanjut yang terjadi setelah trauma sehingga meningkatkan TIK
yang tak terkendali, meliputi respon fisiologis cedera otak, termasuk
edema se- rebral, perubahan biokima, dan perubahan hemodiamik
serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik, dan infeksi lokal atau
sistemik.
B. Klasifikasi
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow (SKG):
1. Minor
SKG 13 – 15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang
dari 30 menit.
Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral,
hematoma.
2. Sedang
SKG 9 – 12
Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam.
Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3. Berat
SKG 3 – 8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma
intrakranial.
C. Etiologi
J. Komplikasi
1. Perdarahan ulang
2. Kebocoran cairan otak
3. Infeksi pada luka atau sepsis
4. Timbulnya edema serebri
5. Timbulnya edema pulmonum neurogenik, akibat peninggian TIK
6. Nyeri kepala setelah penderita sadar
7. Konvulsi
(Wijaya, 2015)
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium: darah lengkap (hemoglobin, leukosit, CT, BT)
2. Rotgen Foto
3. CT Scan
4. MRI
(Muttaqin 2012)
L. Penatalaksanaan
Menurut (Wijaya, 2015) Secara umum penatalaksanaan therapeutic
pasien dengan trauma kepala adalah sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,
status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah
kejadian.
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,
hiperventilasi, ataksik)
b. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
c. Sistem saraf :
Kesadaran à GCS.
Fungsi saraf kranial à trauma yang mengenai/meluas ke batang otak
akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
Fungsi sensori-motor à adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri,
gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia,
riwayat kejang.
d. Sistem pencernaan
Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,
kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika
pasien sadar à tanyakan pola makan?
Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.
Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
e. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik à hemiparesis/plegia,
gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.
f. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan à disfagia
atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.
g. Psikososial à data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat
pasien dari keluarga.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1. Resiko tidak efektifnya NOC : NIC : Airway Management
bersihan jalan nafas dan Respiratory status : Ventilation Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
tidak efektifnya pola Respiratory status : Airway patency thrust bila perlu
nafas berhubungan Vital sign Status Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
dengan gagal nafas, Kriteria Hasil : Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
adanya sekresi, nafas buatan
gangguan fungsi Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara Pasang mayo bila perlu
pergerakan, dan nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan Lakukan fisioterapi dada jika perlu
meningkatnya tekanan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
intrakranial. mampu bernafas dengan mudah, tidak ada Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
pursed lips) tambahan
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien Lakukan suction pada mayo
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
Berikan bronkodilator bila perlu
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
suara nafas abnormal)
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Tanda Tanda vital dalam rentang normal
keseimbangan.
(tekanan darah, nadi, pernafasan)
Monitor respirasi dan status O2
Skala :
1 : tidak adekuat Terapi Oksigen
2 : sedikit adekuat Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
3 : sedang Pertahankan jalan nafas yang paten
4 : agak adekuat Atur peralatan oksigenasi
5 : sangat adekuat Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
Suriadi & Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta: CV
Sagung Seto; 2010.
Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Volume II. Jakarta:
EGC; 2016
Cecily LB & Linda AS. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta:
EGC; 2010
Suzanne CS & Brenda GB. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3.
Jakarta: EGC; 2012
Kuncara, H.Y, dkk, 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta
Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Praktis berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, NIC NOC dalam Berbagai Kasus Jilid 1. Yogyakarta
Mediaction
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 2010, Nursing Interventions
Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis
Marion Johnson, dkk, 2015, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby
Year-Book, St. Louis
Marjory Gordon, dkk, 2015, Nursing Diagnoses: Definition & Classification
NANDA