Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA CAPITIS RINGAN (TCR)

A. Pengertian
Cedera kepala adalah suatu trauma yang menyebabkan
kehilangan kesadaran dan amnesia tetapi kurang dari 30 menit tidak
mengalami fraktur tengkorak dengan GCS 14-15 (Nanda, 2015).
Menurut (Nurarif & Kusuma 2015 ) Cedera kepala dibagi
menjadi cedera kepala primer dan sekunder:
a. Cedera kepala primer merupakan akibat cedera awal.cedera awal
meng- gunakan gangguan integritas fisik, kimia, dan listerik dari sel
di area ter- sebut, yang menyebabkan kematian sel.
b. Cedera kepala sekunder cedera ini menyebabkan kerusakan otak
lebih lanjut yang terjadi setelah trauma sehingga meningkatkan TIK
yang tak terkendali, meliputi respon fisiologis cedera otak, termasuk
edema se- rebral, perubahan biokima, dan perubahan hemodiamik
serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik, dan infeksi lokal atau
sistemik.

B. Klasifikasi
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow (SKG):
1. Minor
 SKG 13 – 15
 Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang
dari 30 menit.
 Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral,
hematoma.
2. Sedang
 SKG 9 – 12
 Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam.
 Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3. Berat
 SKG 3 – 8
 Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
 Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma
intrakranial.
C. Etiologi

A. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan


mobil.
B. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
C. Cedera akibat kekerasan. (Nurarif & Kusuma 2015)
D. Patofisiologis
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan
berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala.
Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak
membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda
tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan
(deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak
bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin
terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa
kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara
kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan
posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan
robekan pada substansi alba dan batang otak.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena
memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau
hemoragi. Sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai
kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area
cedera. Konsekuensinya meliputi hiperemi (peningkatan volume darah)
pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial,
semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya
peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan
hipotensi.
Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala “fokal”
dan “menyebar” sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk
menggambarkan hasil yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari
kerusakan fokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom
intraserebral, serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh
perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar
dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam
empat bentuk yaitu: cedera akson menyebar, kerusakan otak hipoksia,
pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multipel pada seluruh
otak. Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada
batang otak tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer serebral,
batang otak, atau dua-duanya (Nurarif & Kusuma 2015)
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
 Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
 Kebungungan
 Iritabel
 Pucat
 Mual dan muntah
 Pusing kepala
 Terdapat hematoma
 Kecemasan
 Sukar untuk dibangunkan
 Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari
hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang
temporal (Giulio & Jackson 2016)

J. Komplikasi
1. Perdarahan ulang
2. Kebocoran cairan otak
3. Infeksi pada luka atau sepsis
4. Timbulnya edema serebri
5. Timbulnya edema pulmonum neurogenik, akibat peninggian TIK
6. Nyeri kepala setelah penderita sadar
7. Konvulsi
(Wijaya, 2015)

K. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium: darah lengkap (hemoglobin, leukosit, CT, BT)
2. Rotgen Foto
3. CT Scan
4. MRI
(Muttaqin 2012)
L. Penatalaksanaan
Menurut (Wijaya, 2015) Secara umum penatalaksanaan therapeutic
pasien dengan trauma kepala adalah sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,
status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah
kejadian.
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,
hiperventilasi, ataksik)
b. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
c. Sistem saraf :
 Kesadaran à GCS.
 Fungsi saraf kranial à trauma yang mengenai/meluas ke batang otak
akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
 Fungsi sensori-motor à adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri,
gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia,
riwayat kejang.
d. Sistem pencernaan
 Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,
kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika
pasien sadar à tanyakan pola makan?
 Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.
 Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
e. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik à hemiparesis/plegia,
gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.
f. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan à disfagia
atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.
g. Psikososial à data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat
pasien dari keluarga.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Fisik


2. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya pola
nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan
fungsi pergerakan, dan meningkatnya tekanan intrakranial.
3. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral
dan peningkatan tekanan intrakranial.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat bergerak
C. Intervensi Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1. Resiko tidak efektifnya NOC : NIC : Airway Management
bersihan jalan nafas dan Respiratory status : Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
tidak efektifnya pola Respiratory status : Airway patency thrust bila perlu
nafas berhubungan Vital sign Status  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
dengan gagal nafas, Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
adanya sekresi, nafas buatan
gangguan fungsi  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara  Pasang mayo bila perlu
pergerakan, dan nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
meningkatnya tekanan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
intrakranial. mampu bernafas dengan mudah, tidak ada  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
pursed lips) tambahan
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien  Lakukan suction pada mayo
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
 Berikan bronkodilator bila perlu
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
suara nafas abnormal)
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 Tanda Tanda vital dalam rentang normal
keseimbangan.
(tekanan darah, nadi, pernafasan)
 Monitor respirasi dan status O2
Skala :
1 : tidak adekuat Terapi Oksigen
2 : sedikit adekuat  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
3 : sedang  Pertahankan jalan nafas yang paten
4 : agak adekuat  Atur peralatan oksigenasi
5 : sangat adekuat  Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi

Vital sign Monitoring :


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2. Perubahan perfusi NOC : NIC : Peripheral Sensation Management (Manajemen


jaringan serebral Circulation status sensasi perifer)
berhubungan dengan Tissue Prefusion : cerebral  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
edema serebral dan Kriteria Hasil : terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
peningkatan tekanan a. mendemonstrasikan status sirkulasi yang  Monitor adanya paretese
intrakranial. ditandai dengan :  Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
 Tekanan systole dandiastole dalam rentang jika ada lsi atau laserasi
yang diharapkan  Gunakan sarung tangan untuk proteksi
 Tidak ada ortostatikhipertensi  Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
 Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan  Monitor kemampuan BAB
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)  Kolaborasi pemberian analgetik
 Monitor adanya tromboplebitis
b. mendemonstrasikan kemampuan kognitif  Diskusikan menganai penyebab perubahan
yang ditandai dengan: sensasi
 berkomunikasi dengan jelas dan sesuai Vital sign Monitoring
dengan kemampuan  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 menunjukkan perhatian, konsentrasi dan  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
orientasi
 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
 memproses informasi berdiri
 membuat keputusan dengan benar  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
c. menunjukkan fungsi sensori motori setelah aktivitas
cranial yang utuh : tingkat kesadaran  Monitor kualitas dari nadi
mambaik, tidak ada gerakan gerakan  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
involunter  Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
Skala :  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
1 : tidak adekuat  Monitor sianosis perifer
2 : sedikit adekuat
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
3 : sedang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
4 : agak adekuat
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
5 : sangat adekuat

3. Nyeri Akut NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC:


berhubungan dengan selama 5X24jam pasien mampu untuk  Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi:
Agen Cedera Fisik Mengontrol nyeri dengan indikator: lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi,
-Mengenal factor-faktor penyebab nyeri kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor
-Mengenal onset nyeri presipitasi
-Melakukan tindakan pertolongan non-analgetik  Observasi isyarat-isyarat non verbal dari
-Menggunakan analgetik ketidaknyamanan, khususnya dalam
-Melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
-Mengontrol nyeri  Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
 Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat
Keterangan: mengekspresikan nyeri
1 = tidak pernah dilakukan  Kaji latar belakang budaya pasien
2 = jarang dilakukan  Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap
3 =kadang-kadang dilakukan kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas
4 =sering dilakukan kognisi, mood, relationship, pekerjaan,
5 = selalu dilakukan pasien tanggungjawab peran
 Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga
dengan nyeri kronis
Menunjukan tingkat nyeri
 Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan
Indikator:
mengontrol nyeri yang telah digunakanBerikan
-Melaporkan nyeri
dukungan terhadap pasien dan keluarga
-Melaporkan frekuensi nyeri
-Melaporkan lamanya episode nyeri  Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab,
-Mengekspresi nyeri: wajah berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
-Menunjukan posisi melindungi tubuh  -kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
- Kegelisahan mempengaruhi respon pasien terhadap
-Perubahan respirasi rate ketidaknyamanan (seperti: temperatur ruangan,
-perubahan Heart Rate penyinaran, dll)
-Perubahan tekanan Darah  Anjurkan pasien untuk memonitor sendiri nyeri.
-Perubahan ukuran Pupil  Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi
-Perspirasi (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik,
-Kehilangan nafsu makan distraksi, aplikasi panas-dingin, massase)
 Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol
Keterangan: nyeri
1 : Berat  Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan
2 : Agak berat respon pasien
3 : Sedang  Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
4 : Sedikit  Anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang
5 : Tidak ada Manajemen Nyeri pengalaman nyeri secara tepat
 Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau
terjadi keluhan
 Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota
keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan,
untuk pendekatan preventif
 Monitor kenyamanan pasien terhadap manajemen
nyeri
 Pemberian Analgetik
 Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan
keparahan sebelum pengobatan
 Berikan obat dengan prinsip 5 benar
 Cek riwayat alergi obat
 Libatkan pasien dalam pemilhan analgetik yang
akan digunakan
 Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari
satu analgetik jika telah diresepkan
 Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik,
NSAID) berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesuadah
pemberian analgetik
 Monitor reaksi obat dan efeksamping obat
 Dokumentasikan respon setelah pemberian
analgetik dan efek sampingnya
 Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek
analgetik (konstipasi/iritasi lambung)

Manajemen Lingkungan: Kenyamanan


 Pilihlah ruangan dengan lingkungan yang tepat
 Batasi pengunjung
 Tentukan hal hal yang menyebabkan
ketidaknyamanan pasien sepeti pakaian lembab
 Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
 Tentukan temperatur ruangan yang paling nyaman
 Hindari penyinaran langsung dengan mata
 Sediakan lingkungan yang tenang
 Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga
kenyamanan
 Atur posisi pasien yang membuat nyaman

4. Gangguan Mobilisasi NOC : NIC :


Fisik 1. Mampu menopang 1. Kaji komitmen pasien untuk belajar dan menggunakan
Batasan berat badan postur tubuh yang benar
karakteristik : Data 2. Mampu berjalan 2. Kolaborasikan dengan fisioterapis dalam
mayor dengan langkah yang mengembangkan pe- ningkatan mekanika tubuh
1. Mengeluh sulit efektif 3. Kaji pemahaman pasien mengenai mekanika tubuh dan
mengge- rakan 3. Mampu berjalan latihan (misalnya, mendemonstrasikan kembali teknik
ekstermitas dengan pelan melakukan akti- vitas/latihan yang benar)
2. Kekuatan otot menurun 4. Mampu berjalan 4. Informasikan kepada pasien tentang struktur dan fungsi
3. Rentang gerak dengan kecepatan tulang belakang dan postur yang optimal untuk
(ROM) menurun sedang bergerak
5. Mampu berjalan dan menggunakan tubuh .Edukasi pasien tentang
Data minor dengan cepat pentingnya postur (tubuh) yang benar untuk mencegah
1. Nyeri saat bergerak 6. Mampu berjalan kelelahan, ketegan- gan atau injuri
2. Enggan elakukan menaiki tangga 5. Edukasi pasien mengenai bagaimana menggunakan postur
perge- raan 7. Mampu berjalan tubuh dan mekanika tubuh untuk mencegah injuri saat
3. Merasa cemas saat menanjak melakukan ber- bagai aktivitas
ber- gerak 8. Mampu berjalan 6. Kaji kesadaran pasien tentang abnormalitas
menurun muskuloskeletalnya dan efek yang mungkin timbul pada
9. Mampu berjalan dalam jaringan otot dan postur
jarak yang dekat (<1 7. Instruksikan untuk menghindari tidur dengan posisi
blok/ 20 meter) telungkup
10. Mampu berjalan 8. Bantu untuk mendemonstrasikan posisi tidur yang tepat
dalam jarak yang 9. Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama
sedang (>1 blok/ <5 dalam jangka waktu yang lama
blok) 10. Instruksikan pasien untuk menggerakkan kaki terlebih
11. Mampu berjalan dahulu kemudian badan ketika memulai berjalan dari
dalam jarak yang posisi berdiri
jauh (5 blok atau 11. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi latihan
lebih) postur (tubuh) yang sesuai
12. Mampu berjalan 12. Bantu pasien untuk memilih aktivitas pemanasan sebelum
mengeli- lingi kamar me- mulai latihan atau memulai pekerjaan yang tidak
13. Mampu berjalan dilakukan se- cara rutin sebelumnya
mengeli- lingi rumah 13. Bantu pasien melakukan latihan fleksi untuk memfasilitasi
mo- bilisasi punggung
14. Menyelesaikan dengan
14. Edukasi pasien/keluarga tentang frekuensi dan jumlah
perbedaan tektur
pengu- langan dari setiap latihan
permu- kaan/lantai
15. Monitor perbaikan postur (tubuh)/ mekanika tubuh pasien
15. Mampu berjalan 16. Berikan informasi tentang kemungkinan posisi penyebab
mengeli- lingi nyeri otot atau sendi.
rintangan
Terapi latihan : ambulasi
Ambulasi: Kursi Roda 1. Berikan pasien pakaian yang tidak mengekang
1. Mampu berpindah ke 2. Bantu pasien untuk memakai alas kaki yang memfasilitasi
dan dari kursi roda pa- sien untuk berjalan dan mencegah cedera
2. Mampu menjalankan 3. Sediakan tempat tidur berketinggian rendah, yang sesuai
kursi roda dengan aman 4. Tempatkan saklar posisi tempat tidur di tempat yang
3. Mampu menjalankan mudah dijangkau
kursi roda dalam jarak 5. Dorong untuk duduk ditempat tidur, disamping tempat
dekat tidur (“menjuntai”) atau kursi, sebagaimana yang dapat
4. Mampu menjalankan ditoleransi pasien
kursi roda dalam jarak 6. Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur untuk
sedang memfasi- litasi penyesuaian sikap tubuh
5. Mampu menjalankan 7. Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai rencana
kursi roda dalam jarak ambu- lasi, sesuai kebutuhan
jauh 8. Instruksikan ketersediaan perangkat pendukung, jika
6. Mampu menjalankan sesuai
kursi roda melewati 9. Insturksikan pasien untuk memposisikan diri sepanjang
pembatas lantai pros- es pemindahan
10. Gunakan sabuk untuk berjalan (gait belt) untuk
Pergerakan. membantu perpindahan dan ambulasi, sesuai
1. Keseimbangan kebutuhan
2. Koordinasi 11. Bantu pasien untuk perpindahan, sesuai kebutuhan
3. Cara berjalan Terapkan/sediakan alat bantu (tongkat, walker atau kursi
4. Gerakan otot ro- da) untuk ambulasi, jika pasien tidak stabil
5. Gerakan sendi 12. Bantu pasien untuk ambulasi awal dan jika diperlukan
6. Kinerja pengaturan tubuh 13. Instruksikan pasien/caregiver mengenai pemindahan
7. Kinerja transfer dan tek- nik ambulasi yang aman
8. Berlari 14. Monitor penggunaan kruk pasien atau alat bantu
9. Melompat berjalan lainnya
Merangkak berjalan 15. Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi dengan jarak
den- gan mudah tertentu dan dengan sejumlah staf tertentu
16. Bantu pasien untuk membangun pencapaian untuk
ambulasi jarak
17. Dorong ambulasi independen dalam batas aman
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi & Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta: CV
Sagung Seto; 2010.
Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Volume II. Jakarta:
EGC; 2016
Cecily LB & Linda AS. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta:
EGC; 2010
Suzanne CS & Brenda GB. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3.
Jakarta: EGC; 2012
Kuncara, H.Y, dkk, 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta
Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Praktis berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, NIC NOC dalam Berbagai Kasus Jilid 1. Yogyakarta
Mediaction
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 2010, Nursing Interventions
Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis
Marion Johnson, dkk, 2015, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby
Year-Book, St. Louis
Marjory Gordon, dkk, 2015, Nursing Diagnoses: Definition & Classification
NANDA

Anda mungkin juga menyukai