Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRESENTASI JURNAL

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP

INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERATIF

APPENDICTOMY

OLEH:

MAYASARI EKA

PO7120421020

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

PALU PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
BAB I

ANALISIS JURNAL

A. JUDUL PENELITIAN

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada

Pasien Post Operatif Appendictomy

B. PENELITI

1. Mayasyanti Dewi Amir

2. Poppi Nuraeni

C. RINGKASAN JURNAL

Pada umumnya post operasi Appendictomy mengalami nyeri akibat

bedah luka operasi. Menurut Maslow bahwa kebutuhan rasa nyaman

merupakan kebutuhan dasar setelah kebutuhan fisiologis yang harus

terpenuhi. Seorang yang mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas

sehari-hari. Seorang tersebut akan terganggu pemenuhan kebutuhan

istirahat tidur, pemenuhan individu, juga aspek interaksi sosialnya yang dapat

berupa menghindari percakapan, menarik diri dan menghindari kontak. Selain

itu seorang yang mengalami nyeri hebat akan berkelanjutan, apabila tidak

ditangani pada akhirnya dapat mengakibatkan syok neurogenic pada

orang tersebut.

Appendictomy memberikan efek samping salah satunya pasien

merasakan rasa nyeri, Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak

menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada


setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,dan hanya orang tersebutlah

yang dapat menjelaskan atau mnegvaluasi rasa nyeri yang dialaminya.

Setiap prosedur pembedahan termasuk tindakan Appendictomy akan

mengakibatkan terputusnya jaringan (luka). Dengan adanya luka tersebut,

akan merangsang nyeri yang disebabkan jaringan luka yang mengeluarkan

prostaglandin dan leukotriens yang merangsang susunan saraf pusat, serta

adanya plasma darah yang akan mengeluarkan plasma extravastion

sehingga terjadi edema dan mengeluarkan bradikinin yang merangsang

susunan saraf pusat, kemudian diteruskan ke spinal cird untuk mengeluarkan

impuls nyeri, nyeri akan menimbulkan berbagai masalah fisik

maupun psikologis.

Jenis penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan pre –

test dan post – test design tanpa control. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua pasien post operatif Appendictomy. Sampel penelitian ini sebanyak 17

yang telah menjalani Tindakan operatif appendictomy. Uji Analisa yang

digunakan yaitu uji Wilcoxon.

Hasil: Tindakan yang dilakukan adalah terapi relaksasi nafas dalam.

Terapi ini dilakukan selama 1 bulan (sehari 3 kali) dengan waktu 15 menit.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terapi sebelum relaksasi nafas

dalam dilakukan pengkajian skala nyeri terlebih dahulu setelah skala nyeri

sebelum relaksasi nafas dalam didapatkan lalu dilakukan kembali mengukur

skala nyeri setelah dilakukan relaksasi nafas dalam menggunakan skala nyeri

NRS (Numeric Rating Scale) dan lembar observasi. Skala nyeri responden
dari nyeri berat hingga nyeri sedang dari nyeri sedang ke nyeri ringan.

Kesimpulan Tingkat nyeri post operatif Appendictomy responden sebelum

dilakukan relaksasi nafas dalam keluhan nyeri post operatif Appendictomy

sebesar 5.00 sedangkan Tingkat nyeri post operatif Appendictomy responden

sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam keluhan nyeri post operatif

Appendictomy 3.00.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas

dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post operatif Appendictomy.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

KELEBIHAN KEKURANGAN

a. Tehnik relaksasi napas dalam ini mudah a. Pada jurnal ini tidak terdapat kelompok

dilakukan dan tidak membutuhkan alat kontrol sehingga tidak dapat

ataupun biaya juga dapat langsung dibandingkan efektifitas tehnik relaksasi

dipraktekkan kapan saja dibutuhkan. nafas dalam dibandingkan tehnik

b. Tehnik relaksasi napas dapat dilakukan relaksasi yang lainnya.

klien secara mandiri setelah diajarkan b. Sampel dalam penelitian ini hanya

perawat sehingga dapat dilakukan berjumlah 17 orang sehingga dapat

dirumah. menyebabkan kurangnya data dari

c. Pada jurnal ini dijelaskan banyak teori responden tentang efektifitas teknik

dari beragam sumber dalam relaksasi nafas dalam ini.


pembahasannya sehingga pembaca c. Pada jurnal ini tidak terdapat pembahasan

mendapatkan penjelasan yang lebih rinci mengenai bagaimana cara melakukan

tentang teknik relaksasi napas dalam. teknik relaksasi nafas dalam.

d. Dalam jurnal ini peneliti tidak

menampakkan tabel yang menunjukkan

karakteristik responden berdasarkan

umur, jenis kelamain, Pendidikan,

pengalaman operasi, status pernikahan,

pekerjaan serta table yang menunjukkan

bahwa terjadi penurunan intensitas nyeri

responden post Appendictomy


BAB II

PEMBAHASAN

No Kriteria Jawab Pembenaran Dan Critical Thinking

1 P Ya Populasi dalam penelitian ini sebanyak 17

yang telah menjalani Tindakan operatif

appendectomy di Ruang Nyi Ageng Serang

RSUD Sekarwangi

2 I Ya  Penelitian ini memberikan intervensi pada

subyek dengan cara melakukan terapi

relaksai nafas dalam selama 1 bulan yang

dilakukan 3 kali dalam sehari sebelum 6-7

jam pemberian analgetic dengan waktu

yang sama yaitu 15 menit.

 Bentuk instrumen penelitian menggunakan

standar operasional prosedur untuk terapi

relaksasi nafas dalam, NRS (Numeric

Rating Scale) dan lembar observasi.

3 C Tidak  Pada penelitian ini tidak terdapat

kelompok kontrol sehingga tidak bisa

dilakukan perbandingan

4 O Ya  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

hasil yang berbeda antara sebelum dan


sesudah diberikan relaksasi nafas dalam

menunjukan bahwa terapi sebelum

relaksasi nafas dalam dilakukan

pengkajian skala nyeri terlebih dahulu

setelah skala nyeri sebelum relaksasi nafas

dalam didapatkan lalu dilakukan kembali

mengukur skala nyeri setelah dilakukan

relaksasi nafas dalam menggunakan skala

nyeri NRS (Numeric Rating Scale) dan

lembar observasi. Skala nyeri responden

dari nyeri berat hingga nyeri sedang dari

nyeri sedang ke nyeri ringan.

 Penelitian lain juga dilakukan oleh Siti

Syahriyani (2010) mengenai pengaruh

teknik relaksasi nafas dalam terhadap

penurunan intensitas nyeri pada pasien

postoperasi Appendictomy di ruang

perawatan bedah RSU TK II Pelamonia

Makassar, didapatkan intensitas nyeri

responden sebelum pemberian teknik

sebelum pemberian teknik relaksasi yang

nyeri ringan 3 orang (20,00%), nyeri

sedang 8 orang (53,33%) dan nyeri berat


4 orang (26,67%).Setelah diberi teknik

relaksasi terjadi perubahan intensitas

nyeri yaitu dari nyeri sedang ke nyeri

ringan sebanyak 7 orang (46,67%) dan

dari nyeri berat ke nyeri sedang

sebanyak 2 orang (13,33%).


BAB III

KESIMPULAN

Dari penelitian mengenai Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operatif Appendictomy diperoleh

kesimpulan bahwa ada pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri

pada pasien post operatif appendectomy. Dari hasil observasi ada pengaruh dari

pemberian terapi teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan intensitas nyeri

pada pasien post Appendictomy Terdapat Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas

Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operatif Appendictomy.

Pemberian terapi relaksasi nafas dalam yang dilakukan selama 1 bulan yang

dilakukan 3 kali dalam sehari dengan lama waktu 15 menit 6-7 jam sebelum

pemberian analgetic.

Sedangkan untuk saran dari penelitian diatas diharapkan bagi pelayanan

kesehatan mampu berkerja sama dengan masyarakat dalam memberikan

intervensi non farmakologik kepada penderita appendisitis maupun pasien post

Appendectomy dan khususnya yang mengalami nyeri. Bagi penderita diharapkan

responden mengerti cara penanganan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri

tanpa harus minum obat atau ketergantungan pada obat.


DAFTAR PUSTAKA

Ardian, DKK. Penyakit hati, lambung, usus, dan ambeien Yogyakarta :

Nuha Medika, 2013.

Andarmoyo. Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan

Tingkat Nyeri Postoperasi Appendictomy. Karanganyar, 2013

Arfa. Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

Penurunan Intensitas Nyeri Haid (Dismenore), Nursing news volume

3, nomor 1 : Malang, 2013.

Kozier, DKK. Buku Ajar Foundamental keperawatan: konsep, proses &

praktik volume 2 edisi 7 Jakarta: EGC, 2010.

Brunner& suddarth . Keperawatan medical bedah edisi 12 . Jakarta : salemba

medika, 2013.

Dempsey, A,D dan Demsey P.A. Riset Keperawatan Buku Ajar & Latihan

edisi 4, Jakarta : EGC, 2008.

Kemenkes, Pembangunan Kesehatan Jakarta : Kementrian Kesehatan,

2015.

Solehati, tetti dan cecep eli kosasih. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam

Keperawatan Maternitas, Bandung : PT. Refika Aditima, 2015.

Trullyen, vista. Pengaruh Relaksasi Nafas dalam terhadap penurunan

intensitas nyeri pada pasien postoperasi Sectio Caesarea,

Gorontalo, 2013.
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP INTENSITAS
NYERI PADA PASIEN POST OPERATIF APPENDICTOMYDI RUANG
NYI AGENG SERANG RSUD SEKARWANGI

1
Mayasyanti Dewi Amir
2
Poppi Nuraeni

ABSTRAK

Setiap prosedur pembedahan termasuk tindakan Appendictomy akan mengakibatkan terputusnya jaringan
(luka).Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri
pada pasien post operatif Appendictomy. Pada umumnya post operasi Appendictomy mengalami nyeri akibat
bedah luka operasi. Menurut Maslow bahwa kebutuhan rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar setelah
kebutuhan fisiologis yang harus terpenuhi. Jenis penelitian ini menggunakan quasi eksperimendenganpre –
testdanpost – test design tanpa control. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 23 mei- 22 juni 2018. Populasinya
semua pasien post operatif Appendictomy di ruang nyi ageng serang RSUD Sekarwangi. Cara pengambilan
sampel dengan Accidental sampling dan sampel dalam penelitian inisebanyak 17 orang dengan analisa hipotesis
menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian didapatkan bahwa 17 orang sebelum dilakukan relaksasi nafas
dalam skala n yeri 5.00 dan sesudah diberikan relaksasi nafas dalam skala nyeri3.00 berdasarkan hasil uji
wilcoxon bahwa ada pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post opetarif
appendectomy dengan nilai p=0.000(p<0.05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh relaksasi nafas
dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post operatif appendictomy.Mengingat relaksasi nafasdalam dapat
menurunkan nyeri post operatif appendectomy perawat ruangan dapat diterapkan kepada pasien post operatif
appendectomy sebaga i terapi non farmakologi.

Kata Kunci: Relaksasi Nafas Dalam, Skala Nyeri, Post Operatif

A. PENDAHULUAN kesehatan yang bertujuan meningkatkan


Tujuan pembangunan kesehatan derajat kesehatan, salah satu pelayanan
Indonesia 2025 dapat dilakukan dengan lanjutan itu adalah tindakan
upaya-upaya kesehatan yang pembedahan. Pembedahan adalah salah
berhubungan dengan tenaga, fasilitas, satu tindakan pengobatan dengan
dan pelayanan kesehatan yang memadai. penyembuhan penyakit dengan cara
Fasilitas yang ada salah satunya adalah memotong, mengiri sanggota tubuh yang
pelayanan kesehatan yang dilakukan di sakit (Kemenkes, 2015).
Rumah Sakit. Rencana Pembangunan Insiden Appendicitis cukup tinggi
Jangka Panjang Kesehatan (RPJPK) termasuk Indonesia merupakan penyakit
2005 – 2025 menjabarkan bahwa Rumah urutan ke empat setelah dyspepsia,
Sakit sebagai tempat pelayanan gastritis dan duodenitis dan sistem cerna
kesehatan memiliki berbagai fasilitas lainnya (Satrio, 2009). Setiap tahun
dalam rangka mendukung Appendicitis menyerang 10 juta
penyelenggaraan pembangunan maka penduduk Indonesia, dan saat ini
pelayanan kesehatan yang dilakukan di morbiditas angka appendicitis di
Rumah Sakit meliputi promosi Indonesia mencapai 95/1000 penduduk
kesehatan, preventif, kuratif dan dan angka ini merupakan tertinggi
rehabilitative (Kemenkes, 2015). diantara Negara-negara Assosiation
Rumah Sakit merupakan pelayanan South East Asian Nation (ASEAN)
Rujukan yang memberikan pelayanan (Lubis, 2008).
107
Dinas kesehatan Jawa Barat nyeri berbeda pada setiap orang dalam
menyebutkan pada tahun 2013, jumlah hal skala atau tingkatannya,dan hanya
kasus Appendicitis di Jawa Barat orang tersebutlah yang dapat
sebanyak 5.980 penderita, dan 177 menjelaskan atau mnegvaluasi rasa nyeri
penderita diantaranya menyebabkan yang dialaminya (Hidayat, 2009).
kematian. Dalam hal ini, peranan Nyeri merupakan mekanisme
perawat sangat penting dalam pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila
memberikan asuhan keperawatan yang ada jaringan tubuh yang rusak, dan hal
tepat bagi klien dengan gangguan sistem ini akan menyebabkan individu bereaksi
pencernaan terkaitAppendicitis. Klien dengan cara memindahkan stimulus
akan mengeluh nyeri pada perut kanan nyeri.Rasanyeri dapat dibagi dua rasa
bawah sehingga mengganggu dalam nyeri utama: rasa nyeri cepat dan rasa
pemenuhan kebutuhan serta aktivitas nyeri lambat, bila diberikan stimulus
klien. Bahkan dalam keterlambatan nyeri maka rasa nyeri cepat timbul dalam
penanganan Appendicitis perforasidapat waktu kira-kira 0.1 detik, sedangkan rasa
meningkatkan angka morbiditas dan nyeri lambat timbul setelah 1 detik atau
mortalitas. Angka mortalitas bervariasi, lebih dan kemudian secara perlahan
pada appendicitis akut kurang dari 0,1 % bertambah selama beberapa detik dan
sedangkan Appendicitis perforasi kadang kala beberapa menit (Tamher ,
mencapai 5% (Dinas Kesehatan Jawa 2008).Dari sumber diatas maka peneliti
Barat, 2013). memberi kesimpulan bahwa Nyeri
Pada umumnya post operasi adalah perasaan tidak nyaman dan tidak
Appendictomy mengalami nyeri akibat menyenangkan yang bisa membatasi
bedah luka operasi. Menurut Maslow kemampuan seseorang untuk
bahwa kebutuhan rasa nyaman melaksanakan rutinitas sehari-hari yang
merupakan kebutuhan dasar setelah dirasakan pada setiap individu, nyeri
kebutuhan fisiologis yang harus biasanya timbul bila terjadi kerusakan
terpenuhi. Seorang yang mengalami jaringan tubuh.
nyeri akan berdampak pada aktivitas Setiap prosedur pembedahan
sehari-hari. Seorang tersebut akan termasuk tindakan Appendictomy akan
terganggu pemenuhan kebutuhan mengakibatkan terputusnya jaringan
istirahat tidur, pemenuhan individu, juga (luka). Dengan adanya luka tersebut,
aspek interaksi sosialnya yang dapat akan merangsang nyeri yang disebabkan
berupa menghindari percakapan, menarik jaringan luka yang mengeluarkan
diri dan menghindari kontak. Selain itu prostaglandin dan leukotriens yang
seorang yang mengalami nyeri hebat merangsang susunan saraf pusat, serta
akan berkelanjutan, apabila tidak adanya plasma darah yang akan
ditangani pada akhirnya dapat mengeluarkan plasma extravastion
mengakibatkan syok neurogenic pada sehingga terjadi edema dan
orang tersebut (Gannong, 2008). mengeluarkan bradikinin yang
Appendictomy memberikan efek merangsang susunan saraf pusat,
samping salah satunya pasien merasakan kemudian diteruskan ke spinal cird untuk
rasa nyeri, Nyeri merupakan kondisi mengeluarkan impuls nyeri, nyeri akan
berupa perasaan tidak menyenangkan menimbulkan berbagai masalah fisik
bersifat sangat subjektif karena perasaan maupun psikologis. Masalah-masalah

10
tersebut saling berkaitan, apabila masalah- ringan sebanyak 7 orang (46,67%) dan
masalah tersebut tidak segera diatasi akan dari nyeri berat ke nyeri sedang
menimbulkan masalah yang kompleks sebanyak 2 orang (13,33%).
(Solehati, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh
Dampak dari Appendicitis terhadap Yusrizal (2012) yang meneliti tentang
kebutuhan dasar manusia diantaranya Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
kebutuhan dasar cairan, karena penderita Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien
mengalami demam tinggi sehingga Pasca Apendiktomi di Ruang Bedah
pemenuhan cairan berkurang. Kebutuhan RSUD Dr. M. Zein Painan diketahui
dasar nutrisi berkurang karena pasien bahwa rata-rata tingkat nyeri sebelum di
apendisitis mengalami mual, muntah, berikan teknik relaksasi nafas dalam
dan tidak nafsu makan. Kebutuhan rasa adalah 5,90 dengan standar deviasi
nyaman penderita mengalami nyeri pada 0,994. Sedangkan rata-rata tingkat nyeri
abdomen karena peradangan yang setelah di berikan teknik relaksasi nafas
dialami dan personal hygiene terganggu dalam adalah 2,40 dengan standar
karena penderita mengalami kelemahan. deviasi 1,174. Hasil uji statistik
Kebutuhan rasa aman, penderita menggunakan uji paired t test didapatkan
mengalami kecemasan karena penyakit nilai p = 0,000 (p<0,05), maka dapat
yang dideritanya (Ellizabeth, 2008). disimpulkan terdapat penurunan skala
Menurut International Association nyeri sebelum dan sesudah di berikan
for Study of Pain (IASP), nyeri adalah teknik relaksasi nafas dalam sebesar 3,50
sensori subyektif dan emosional yang skala.
tidak menyenangkan yang didapat terkait Menurut penelitian Satriyo Agung
dengan kerusakan jaringan aktual (2013) mengenai pengaruh signifikan
maupun potensial, atau menggambarkan pada pemberian teknik relaksasi nafas
kondisi terjadinya kerusakan (Yusrizal, dalam terhadap tingkat nyeri pada pasien
2012). post operasi dengan anestesi umum
Penelitian yang telah membuktikan tingkat nyeri yang dirasakan responden
tentang keberhasilan teknik relaksasi sebelum diberikan teknik relaksasi nafas
nafas dalam adalah skala 6 atau nyeri sedang
dalamdapatmenurunkannyeridiantaranya dan setelah diberikan teknik relaksasi
Berdasarkan hasil penelitian Siti nafas dalam menjadi skala 3 atau nyeri
Syahriyani (2010) mengenai pengaruh ringan. Dari hasil analisa bivariat
teknik relaksasi nafas dalam terhadap diperoleh nilai z hitung sebesar 4,830
penurunan intensitas nyeri pada pasien dengan angka signifikan (p) 0,000.
postoperasi Appendictomy di ruang Berdasarkan hasil tersebut diketahui z
perawatan bedah RSU TK II Pelamonia hitung (4,830) > z tabel (1,96) dan angka
Makassar, didapatkan intensitas nyeri signifikan (p) < 0,05 sehingga ada
responden sebelum pemberian teknik pengaruh signifikan pemberian teknik
sebelum pemberian teknik relaksasi yang relaksasi nafas dalam terhadap tingkat
nyeri ringan 3 orang (20,00%), nyeri nyeri pada pasien post operasi dengan
sedang 8 orang (53,33%) dan nyeri berat anestesi umum di RSUD Dr. Moewardi
4 orang (26,67%).Setelah diberi teknik Surakarta.
relaksasi terjadi perubahan intensitas RSUD Sekarwangimerupakan
nyeri yaitu dari nyeri sedang ke nyeri Rumah Sakit pemerintah daerah dengan
109
tipe B di Kabupaten Sukabumi, dan ringan. Sedangkan hasil wawancara
menjadi Rumah Sakit sentral rujukan peneliti kepada 2 orang perawat di
yang memiliki visi pada tahun 2015 Ruang Perawatan Bedah Nyi Ageng
menjadi Rumah Sakit Terbaik, Pilihan, Serang RSUD. Sekarwangi bahwa
Mandiri dan kebanggaan Masyarakat. setelah pasien melakukan pembedahan
sedangkan salah satu misinya adalah Appendictomy dan masuk ke ruang
memberikanpelayanan kesehatan yang perawatan, peran perawat ruangan
berkualitas, aman dan terjangkau. Salah pertama kali mengkaji kesadaran pasien
satu bentuk pelayanan kesehatannya dan melakukan Perawatan pasca operasi
adalah pelayanan keperawatan dalam pada pasien post operatif Appendictomy
berbagai kasus operasi atau perawat melakukan perawatan luka
pembedahan.Jumlah pasien operasi setiap hari, rata-rata lama rawat pasien
berdasarkan 5 pembedahan terbanyak post operatif Appendictomy di RSUD.
yang didapatkan berdasarkan catatan Sekarwangi 3 hari. Pelaksanaan
keperawatan melalui data sekunder manajemen nyeri non farmakologi di
diruang bedah sentral. lapangan belum sepenuhnya dilakukan
Lima pembedahan terbanyak selama oleh perawat dalam mengatasi nyeri.
3 bulan terakhir, pembedahan terbanyak RSUD Sekarwangi merupakan
adalah Soft Tissue Tumor (STT) dengan Rumah Sakit pemerintah daerah di
jumlah pasien sebanyak 72 orang dengan Kabupaten Sukabumi, dan menjadi
rata-rata perbulan 24 orang. Kemudian Rumah Sakit sentral rujukan dan jumlah
jenis pembedahan yang paling sedikit pasien rawat inap yang terlalu banyak,
adalah To Mammae dengan jumlah rata-rata pasien 100-120 perbulan
pasien sebanyak 15 orang dengan rata- sehingga membuat perawat sibuk dalam
rata perbulan 5 orang. Pada bulan menjalankan pekerjaannya tersebut,
Oktober sampai Desember 2017 Perawat hanya menjalankan therapi yang
Appendicitis merupakan urutan tertinggi sudah diatur oleh dokter sehingga
kedua setelah Soft tissue tumor, manajemen non farmakologi dalam
Appendicitis merupakan kasus terbanyak mengatasi nyeri belum dilakukan dengan
dari kasus bedah pencernaan lainnya, maksimal. Kebanyakan perawat
untuk itu perlunya perhatian khusus pada melaksanakan program therapi hasil dari
saat post operasi Appendicitisterutama kolaborasi dengan dokter untuk
dalam hal meminimalkan intensitas menghilangkan atau meringankan nyeri
nyeri. pada pasien. karena perawat hanya
Berdasarkan hasil Studi pendahuluan melaksanakan intruksi dokter berupa
yang dilakukan oleh peneliti kepada pasien pemberian analgetik.
diruang perawatan bedah Nyi Ageng
Serang pada tanggal 20 februari 2018 dari B. METODOLOGI PENELITIAN
10 orang pasien Post operasi Jenis penelitian yang digunakan dalam
Appendictomy di Ruang perawatan bedah penelitian ini adalah experiment research.
Nyi Ageng Serang RSUD. Sekarwangi Experiment Research adalah suatu
Kabupaten Sukabumi, di dapatkan hasil penelitian dengan melakukan kegiatan
bahwa 1-5 orang Pasien mengalami nyeri percobaan (experiment), yang bertujuan
berat 1-3 orang pasien mengalami nyeri untuk mengetahui gejala atau pengaruh
sedang 1-2 pasien mengalami nyeri

11
yang timbul, sebagai akibat dari adanya Keterangan :
perlakuan tertentu ( Notoatmodjo, 2012). N = Jumlah data yang berubah setelah
Cara pengabilan sampel dalam diberi perlakuan berbeda
penelitian ini adalah dengan sampling T = Jumlah ranking dari nilai selisih yang
aksidental (Accidental Sampling) yaitu negative (apabila banyaknya selisih positif
suatu cara pengambilan sampel lebih banyak dari selisih negative)
berdasarkan kebetulan atau siapa saja yang Z = Jumlah ranking dari nilai selisih yang
secara kebetulan bertemu dengan peneliti positif (apabila banyaknya selisish
dan dapat dijadikan sampel bila dipandang negative > banyaknya selisih yang positif.
orang yang ditemui tersebut itu cocok Hasil uji Wilcoxon pada kelompok
sebagai sumber data (Notoatmodjo, 2012). intervensi didapatkan nilai p-value 0,000
yang berarti < 0,05 yang berarti Ho ditolak
1. Analisis Univariat sehingga dapat dinyatakan bahwa ada
Analisa univariat adalah analisa perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan
dilakukan terhadap tiap variabel dari relaksasi nafas dalam pada kelompok
hasil penelitian, dalam analisa ini Intervensi.
hanya menggunakan distribusi dan
persentase dari tiap variabel C. HASIL PENELITIAN
(Notoatmodjo, 2012). hasil penelitian dan pembahasan yang
Analisis univariat dalam penelitian telah dilaksanakan selama pengambilan
ini adalah nilai median, nilai minimal, data yang dilakukan pada tanggal 23 Mei
nilai maksimal, nilai standar deviasi 2018 sampaidengan 22 juni 2018
sebelum dan sesudah pemberian dengansampel 17 yang
intervensi teknik relaksasi nafas dalam bertahansampaiakhirpenelitian. Adapun
pada kelompok intervensi. penelitian ini bertujuan untuk
2. Analisis Bivariat mengetahuiPengaruhRelaksasiNafasDalam
Notoatmodjo (2012) menyatakan TerhadapIntensitasNyeriPadaPasien Post
bahwa analisa bivariat adalah analisa OperatifAppendictomydi
yang dilakukan terhadap 2 variabel RuanNyiAgengSerang RSUD Sekarwangi.
yang diduga berhubungan atau 1. AnalisaUnivariat
berkorelasi. Penyajian data diawali dengan hasil
a. Uji Wilcoxon analisa univariat terhadap karakteristik
Uji Wilcoxon digunakan untuk responden yang meliputi Usia, Jenis
menganalisis hasil-hasil kelamin,Pendidikan,PengalamanOperasi
pengamatan yang berpasangan dari Status Pernikahan, pekerjaan.
dua data apakah berbeda atau tidak. Sedangkan hasil analisa bivariat
Wilcoxon signed rank test ini terhadap skala nyeri sebelum dan
digunakan hanya untuk skala sesudah diberikan teknik relaksasi nafas
interval dan ratio, namun datanya dalam. Hasil analisa univariat berupa
tidak mengikuti distsribusi normal. data yang disajikan dalam bentuk tabel
𝑁(𝑁−1)
𝑇− 4
distribusi frekuensi.
Z=
𝑁−(𝑁+1)(2𝑁+1) 24

111
D. PEMBAHASAN bahkan tidak memiliki myelin yang
Pembahasan hasil penelitian ini tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya
dimaksudkan untuk memberikan pada visera, persendian, dinding arteri,
penjelasan terhadap hasil penelitian. hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dapat memberikan respons akibat adanya
Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operatif tersebut tersebut dapat berupa zat kimiawi
Appendictomy menunjukan adanya seperti histamin, bradikinin, prostaglandin,
beberapa karateristik pada pasien Post dan macam-macam asam yang dilepas
Operatif Appendictomy yang dilakukan apabila terdapat kerusakan pada jaringan
intervensi, karateristik yang dimaksud akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi
meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, yang lain dapat berupa termal, listrik, atau
pengalaman operasi, status pernikahan, dan mekanis (Hidayat, 2009).
pekerjaan. Selain itu terdapat beberapa Selanjutnya, stimulasi yang diterima
ulasan mengenai relaksasi nafas dalam oleh reseptor tersebut ditransmisikan
sebelum dan sesudah dilakukan pada berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum
pasien Post Operatif Appendictomy. tulang belakang oleh dua jenis serabut
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan yang bermyelin rapat atau serabut A (delta)
bahwa Hasil penelitian menunjukan skala dan serabut lamban (serabut C). Impuls-
nyeri Post Operatif Appendictomy sebelum impuls nyeri ke sumsum tulang belakang
dilakukan relaksasi nafas dalam atau pre- oleh dua jenis serabut yang bermyelin
test dari 17 responden nilai median sebesar rapat atau serabut A (delta) dan serabut
5.00 Nyeri tersebut menurut solehati lamban (serabut C). Impuls-impuls yang di
(2015) Setiap prosedur pembedahan transmisikan oleh serabut delta A
termasuk tindakan Appendictomy akan mempunyai sifat inhibitor yang
mengakibatkan terputusnya jaringan ditransmisikan ke serabut C. Serabut-
(luka). Dengan adanya luka tersebut, akan serabut sferen masuk ke spinal nmelalui
merangsang nyeri yang disebabkan akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada
jaringan luka yang mengeluarkan dorsal horn.dorsal horn terdiri atas
prostaglandin dan leukotriens yang beberapa lapisan atau laminae yang saling
merangsang susunan saraf pusat, serta bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga
adanya plasma darah yang akan terbentuk subtantia gelatinosa yang
mengeluarkan plasma extravastion merupakan saluran utama impuls.
sehingga terjadi edema dan mengeluarkan Kemudian impuls nyeri menyebrangi
bradikinin yang merangsang susunan saraf sumsum tulang belakang pada interneuron
pusat, kemudian diteruskan ke spinal cird dan bersambung ke jalur spinal asendens
untuk mengeluarkan impuls nyeri, nyeri yang paling utama, yaitu jalur
akan menimbulkan berbagai masalah fisik spinothalamic tract (STT) atau jalur
maupun psikologis. Masalah-masalah spinothalamus dan spinoreticular tract
tersebut saling berkaitan, apabila masalah- (SRT) yang membawa informasi tentang
masalah tersebut tidak segera diatasi akan sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi
menimbulkan masalah yang kompleks. terdapat dua jalur mekanisme terjadinya
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur
nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh
sangat bebas yang memiliki sedikit atau pertemuan reseptor pada otak yang terdiri

11
atas jalur spinal desendens dari thalamus faktor pathogenesis primer pada
yang melalui otak tengah dan medulla ke Appendicitis akut.
tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang Adanya fekalith dalam lumen
yang berkonduksi dengan niciceptor apendiks yang telah terinfeksi
impuls supresif. Serotinin merupakan memperburuk dan memperberat infeksi,
neurotransmitter dalam impuls supresif. karena terjadi peningkatan stagnasi feses
Sistem suprasif lebih mengaktifkan dalam lumen apendiks, pada kultur
stimulasi nociceptor yang ditransmisikan didapatkan terbanyak ditemukan adalah
oleh serabut A. Jalur nonopiate merupakan kombinasi antara Bacteriodes fragilis dan
jalur desenden yang tidak memberikan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus,
respons terhadap noloxone yang kurang Pseudomonas, Bacteriodes splanicus.
banyak diketahui mekanismenya (Hidayat, Sedangkan kuman yang menyebabkan
2009). perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96
Stimulus nyeri, yaituTrauma pada % dan anaerob lebih dari 10%.
jaringan tubuh, misalnya karena bedah Kecenderungan familiar, Hal ini
akibat terjadinya kerusakan jaringan dan dihubungkan dengan terdapatnya
iritasi secara langsung pada reseptor, malformasi yang herediter dari organ,
Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya apendiks yang terlalu panjang,
karena edema akibat terjadinya penekanan vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya
pada reseptor nyeri, Tumor, dapat juga yang mudah keluarga terutama dengan diet
menekan pada reseptor nyeri, Iskemia pada rendah serat dapat memudahkan terjadinya
jaringan, misalnya terjadi blockade pada fekalith dan mengakibatkan obstruksi
arteria koronaria yang menstimulasi lumen.Faktor Ras dan Diet, Faktor ras
reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam berhubungan dengan kebiasaan dan pola
laktat, Spasme otot, dapat menstimulasi makanan sehari-hari. Bangsa kulit putih
mekanik. Faktor yang mempermudah yang dulunya pola makannya banyak serat.
terjadinya radang apendiks, diantaranya: Namun saat sekarang, kejadiannya
Faktor sumbatan, Faktor obstruksi terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah
merupakan faktor terpenting terjadinya pola makan mereka ke pola makan tinggi
appendicitis (90%) yang diikuti oleh serat. Justru Negara berkembang yang
infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan dulunya memiliki tinggi serat kini beralih
oleh hyperplasia jaringan lymphoid sub ke pola makan rendah serat, memiliki
mukosa, 35% karena statis fekal 4% karena resiko Appendicitis yang lebih
benda asing dan sebab lainnya 1% tinggi.Faktor infeksi saluran pernafasan,
diantaranya sumbatan oleh parasit dan Setelah mendapat penyakit saluran
cacing. Obstruksi yang disebabkan oleh pernafasan akut terutama epidemic
fekalith dapat ditemui pada bermacam- influenza dan pneumonitis, jumlah kasus
macam Appendicitis akut Appendicitis ini meningkat. Tapi terus
diantaranya:fekalith ditemukan 40% pada hati-hati karena penyakit infeksi saluran
kasus Appendicitis kasus sederhana, 65% pernafasan dapat menimbulkan seperti
pada kasus Appendicitis akut ganggrenosa gejala permulaan Appendicitis.
tanpa rupture dan 90% pada kasus Hasil penelitian menunjukan skala
Appendicitis akut dengan rupture.Faktor nyeri setelah dilakukan relaksasi nafas
Bakteri, Infeksi enterogen merupakan dalam atau post – test dari 17 responden
didapatkan nilai median sebesar 3.00. hal
113
tesebut menunjukan bahwa adanya Hasil penelitian ini menunjukan
perubahan antara sebelum dilakukan bahwa terapi sebelum relaksasi nafas
relaksasi nafas dalam dan setelah dalam dilakukan pengkajian skala nyeri
dilakukan relaksasi nafas dalam. terlebih dahulu setelah skala nyeri sebelum
Sebelum dilakukan relaksasi nafas relaksasi nafas dalam didapatkan lalu
dalam semua responden mengalami nyeri dilakukan kembali mengukur skala nyeri
sedang hingga ringan. Pada responden setelah dilakukan relaksasi nafas dalam
yang telah melakukan Post Operasi menggunakan skala nyeri NRS (Numeric
Appendictomy. Setelah dilakukan relaksasi Rating Scale) dan lembar observasi. Skala
nafas dalam berkurang menjadi 3.00 nyeri responden dari nyeri berat hingga
dengan skala nyeri ada yang menurun dari nyeri sedang dari nyeri sedang kenyeri
sedang menjadi ringan, nyeri tersebut ringan.
bersifat subjektif serta mempunyai
manifestasi unik bagi masing-masing E. KESIMPULAN DAN SARAN
individu. Berdasarkan hasil penelitian dan
Relaksasi nafas dalam dilakukan pada pembahasan mengenai Pengaruh Teknik
17 pasien post operatif appendectomy di Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
ruang nyi ageng serang RSUD Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operatif
Sekarwangi. Waktu dilakukan perlakukan Appendictomy di Ruang Nyi Ageng Serang
ini dilakukan pada tanggal 23 mei sampai RSUD Sekarangi, maka didapatkan
22 juni 2018 sebelum melakukan relaksasi kesimpulan sebagai berikut :
peneliti terlebih dahulu dating ke ruangan 1. Rata-rata Tingkat nyeri post operatif
utnuk menanyakan ada atau tidak pasien Appendictomy responden sebelum
yang rencana operasi Appendictomy dilakukan relaksasi nafas dalam
setelah itu hari berikutnya dating kembali keluhan nyeri post operatif
untuk mengkaji pasien yang berencana Appendictomy sebesar 5.00
operasi Appendictomy. Setelah hari ke 1 2. Rata-rata Tingkat nyeri post operatif
pasien menjalani post operatif Appendictomy responden sesudah
Appendictomy setelah itu dilakukan dilakukan relaksasi nafas dalam
relaksasi nafas dalam setelah 6-7 jam keluhan nyeri post operatif
sebelum dilakukan pemberian analgetik Appendictomy 3.00
selanjutnya lalu dilakukan relaksasi nafas 3. Terdapat Pengaruh Teknik Relaksasi
dalam sebelum pemberian analgetik Nafas Dalam Terhadap Intensitas
selanjutnya, relaksasi nafas dalam Nyeri Pada Pasien Post Operatif
dilakukan 3 kali setiap 15 menit. Relaksasi Appendictomy di Ruang Nyi Ageng
nafas dalam ini diberikan perlakuannya Serang RSUD Sekarwangi dengan p-
sama baik laki-laki mau pun perempuan. value 0,000 maka < 0,05 yang berarti
Tolak H0.
Nilai p-value pada uji Wilcoxon
didapatkan p= 0.000 Maka p-value berarti a. SARAN
< 0,05 yang berarti Ho ditolak sehingga 1. RSUD Sekarwangi
dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa Mengingat betapa pentingnya
ada Pengaruh relaksasi nafas dalam Terapi non farmakologis Diharapkan
terhadap intensitas nyeri pada pasien post perawat ruang bedah nyiagen gserang
operasi appendictomy di Ruang Nyi ageng RSUD Sekarwangi dapat mengajarkan
serang RSUD Sekarwangi. terapi nonfarmakologis dengan baik
11
dan benar sesuai Satuan Operasional 2. Peneliti Selanjutnya.
Prosedur (SOP) relaksasi nafas dalam, Hasil penelitian ini dapat dijadikan
dalam menangani pasien post operatif sebagai pedoman untuk
appendictomy. menyempurnakan dan
mengembangkan penelitian
selanjutnya.

115
DAFTAR PUSTAKA

Ardian, DKK . Penyakit hati, lambung, Hidayat, Alimul Aziz. Riset Keperawatan
usus, dan ambeien Yogyakarta : dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Nuha Medika, 2013. Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Andarmoyo. Pemberian Teknik Relaksasi Hidayat, A.Aziz Alimul. Pengantar
Nafas Dalam Terhadap Penurunan kebutuhan manusia: Aplikasi
Tingkat Nyeri Postoperasi konsep dan keperawatan, Jakarta:
Appendictomy. Karanganyar, 2013. Salemba Medika, 2009.
Arfa. Pengaruh Pemberian Teknik Hidayat , A.Aziz Alimul. Buku saku
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap prosedur keterampilan dasar
Penurunan Intensitas Nyeri Haid praktik klinik (KDPK)Surabaya :
(Dismenore), Nursing news volume Health Book Publishing, 2011.
3, nomor 1 : Malang, 2013.
http://www.kapukonline.com/2011/10/osca
Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian perawatlatihannafasdalam.html?m-
suatu pendekatan praktik.Jakarta: 1 Diakses pada tanggal 21 mei
Rineka Cipta 2013. 2018
Arief, mansjoer. Kapita Selekta Lubis. Hubungan Antara nyeri, kecemasan
Kedokteran, edisi 4, Jakarta :Media dan lingkungan dengan kualitas
Aesculapius, 2010. tidur pada pasien appendicitis.
Kozier, DKK. Buku Ajar Foundamental Riau, 2008.
keperawatan: konsep, proses & Lusianah, ery dwi I, Suratun. Prosedur
praktik volume 2 edisi 7 Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Jakarta: Media, 2012.
EGC, 2010
Intalasi Bedah Sentral RSUD. Sekarwangi,
Brunner& suddarth . Keperawatan medical Laporan operasi Appendictomy
bedah edisi 12 . Jakarta : salemba tahun, 2017.
medika, 2013.
Kemenkes, Pembangunan Kesehatan
Dempsey, A,D dan Demsey P.A. Riset Jakarta : Kementrian Kesehatan,
Keperawatan Buku Ajar & Latihan 2015.
edisi 4, Jakarta : EGC, 2008.
Lusianah, DKK. Prosedur
Digiulio, M, Jackson, D dan Keogh, Keperawatan.jakarta : Trans Info
J.Keperawatan Medikal Bedah Media, 2012.
Demystified edisi 1. Alih bahasa
khundazi Aulawi. Yogyakarta : Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi
Raph Publishing, 2014. Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta, 2012.
Dinas Kesehatan Jawa Barat Profil
Kesehatan Jawa Barat, 2013. Nanda Nic-Noc.Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan
Ellizabeth. Penurunan Tingkat Nyeri Diagnosa Medis Jogjakarta:
Pasien Post Op Appendicitis, MediAction, 2015.
lamongan, 2008.
Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu
Gannong. Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Post Op Appendicitis, lamongan, Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika,
2008. 2016.
11
Rekam Medis RSUD. Sekarwangi.
Laporan opersasi Appendictomy 1
Tahun Terakhir. RSUD.
Sekarwangi, 2017.
Satrio, stefanus. Penurunan Tingkat Nyeri
Pasien Post Op Appendicitis,
lamongan, 2009.
Agung, satrio. Pengaruh pemberian teknik
relaksasi nafas dalam terhadap
tingkat nyeri pada pasien post
operasi umum, Surakarta, 2013.
Solehati, tetti dan cecep eli kosasih.
Konsep dan aplikasi relaksasi
dalam keperawatan maternitas,
Bandung : PT. Refika Aditama,
2015.
Siti , Syahriyani. Pengaruh Teknik
Relaksasi Terhadap Perubahan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Apendiktomy. Makassar,
2010.
Sujarweni, Wiratna. Metodologi Penelitian
Keperawatan: Lengkap, Praktis,
dan Mudah Dipahami. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press, 2014.
Tamher , S . dan heryati. Patologi Untuk
mahasiswa keperawatan, Jakarta :
Trans info media, 2008.
Trullyen, vista. Pengaruh Relaksasi Nafas
dalam terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien post-
operasi Sectio Caesarea,
Gorontalo, 2013.
Yusrizal, Pengaruh Relaksasi Nafas dalam
terhadap penurunan skala nyeri
pasien pasca appendectomy.
Painan, 2012.

117
11

Anda mungkin juga menyukai