100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
184 tayangan6 halaman
Jurnal ini menganalisis pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan skala nyeri yang signifikan sebelum dan sesudah penerapan teknik relaksasi nafas dalam. Teknik ini efektif mengurangi stress otot dan meningkatkan suplai oksigen untuk mengurangi nyeri.
Jurnal ini menganalisis pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan skala nyeri yang signifikan sebelum dan sesudah penerapan teknik relaksasi nafas dalam. Teknik ini efektif mengurangi stress otot dan meningkatkan suplai oksigen untuk mengurangi nyeri.
Jurnal ini menganalisis pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan skala nyeri yang signifikan sebelum dan sesudah penerapan teknik relaksasi nafas dalam. Teknik ini efektif mengurangi stress otot dan meningkatkan suplai oksigen untuk mengurangi nyeri.
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2019 A. Judul Penelitian : Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur. C. Tahun Penelitian : Jurnal Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018 D. Nama Peneliti : Lela Aini E. Alamat Jurnal : Penelitian ini dilakukan di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2017 F. Latar Belakang Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang disebabkan oleh trauma, tenaga fisik, kekuatan, sudut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap atau tidak lengkap. Gangguan kesehatan yang banyak dijumpai dan menjadi salah satu masalah dipusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia salah satunya adalah fraktur (Budhiartha, 2013). Menurut Helmi (2012), manifestasi klinik dari fraktur ini berupa nyeri. Nyeri pada penderita fraktur bersifat tajam dan menusuk (Brunner & Suddarth, 2011). Seseorang dapat belajar menghadapi nyeri melalui aktivitas kognitif dan perilaku, seperti distraksi, guided imagery dan banyak tidur. Individu dapat berespons terhadap nyeri dan mencari intervensi fisik untuk mengatasi nyeri, seperti analgesik, masase, dan olahraga (Kozier, et al., 2009). Gerakan tubuh dan ekspresi wajah dapat mengindikasikan adanya nyeri, seperti gigi mengatup, menutup mata dengan rapat, wajah meringis, merengek, menjerit dan imobilisasi tubuh (Kozier, et al., 2009). Penanganan nyeri dengan melakukan teknik relaksasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Sehono, 2010). Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman (Smeltzer et al., 2010). G. Hasil penelitian Berdasarkan hasil uji Wilcoxon menunjukkan (p-value=0,001, α=0,05), maka didapatkan perbedaan yang signifikan antara pengukuran intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam. A. Analisis jurnal (PICO) 1. Patien and Clinical Problem : Pasien yang digunakn dalam penelitian ini sebanyak 30 pasien diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi usia 16-55 tahun, grade fraktur 1-3, pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale dengan skala 0 (tidak nyeri), 1-3 (nyeri ringan) dan 4-6 (nyeri sedang). Pemberian tindakan non farmakologi untuk mengatasi nyeri fraktur misalnya relaksasi nafas dalam masih jarang dilakukan. Dalam jurnal ini data dianalisa secara 2 tahapan yaitu: analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan analisa bivariat dengan statistik nonparametrik menggunakan uji wilcoxon untuk mengetahui skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam apakah ada pengaruhnya atau tidak. 2. Intervensi Penelitian ini menggunakan desain Pra-eksperimental dengan cara melibatkan satu kelompok subjek, dengan rancangan One Group pretest-posttest. Pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale dengan skala 0 (tidak nyeri), 1-3 (nyeri ringan) dan 4- 6 (nyeri sedang), responden diberikan analgetik yang sama dan telah lebih dari 8 jam. Data dianalisa secara 2 tahapan yaitu: analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan analisa bivariat dengan statistik nonparametrik menggunakan uji wilcoxon untuk mengetahui skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam. a. Skala nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi Berdasarkan hasil analisis univariat pada nyeri fraktur sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dari 30 responden yang mengalami nyeri fraktur rata-rata mengalami nyeri pada skala nyeri 4 (sedang). b. Skala nyeri sesudah dilakukan teknik relaksasi Berdasarkan hasil analisis univariat pada nyeri fraktur sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dari 30 responden yang mengalami nyeri fraktur rata-rata mengalami nyeri pada skala nyeri 3 atau dalam tingkat nyeri ringan. Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama.Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman (Smeltzer et al., 2010). Melalui pemberin teknik relaksasi nafas dalam menciptakan kenyamanan, pasien merasa rileks dengan kegiatan tersebut mampu meningkatkan suplai oksigen dalam sel tubuh yang akhirnya dapat mengurangi nyeri yang dialami pasien. 3. Comparison a. Hasil penelitian Agung dkk (2013) dengan judul Terdapat pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi Dengan anestesi umum di rsud dr. Moewardi Surakarta menunjukan bahwa teknik relaksasi nafas dalam menunjukkan sebagian besar tingkat nyeri yang dirasakan responden sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam adalah skala 6 atau nyeri sedang dan setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam menjadi skala 3 atau nyeri ringan. b. Penelitian yang dilakukan oleh Priliana and Kardiyudiani (2016) hasil pengujian menunjukkan hasil uji statistik menunjukkan nilai p<0.05 pada kelompok perlakuan p- value=0.000 yang berarti terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri secara bermakna sebelum dan setelah diberikan perlakan pada pasien fraktur di bangsal bedah RSPAU dr. S. Hardjo Lukito Yogyakarta. 4. Outcome Dari hasil penelitian variabel peneliti pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan skala nyeri pada pasien fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang (p-value=0,001). Hal ini berarti terjadi penurunan skala nyeri sesudah mendapatkan perlakuan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien fraktur, yaitu rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah 4 dan setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalan adalah 2,80. Keadaan ini menggambarkan bahwa teknik relaksasi nafas dalan mempengaruhi skaka nyeri pada pasien fraktur. Respon nyeri yang dirasakan oleh setiap pasien berbeda-beda sehingga perlu dilakukan eksplorasi untuk menentukan nilai nyeri tersebut. Perbedaan tingkat nyeri yang dipersepsikan oleh pasien disebabkan oleh kemampuan sikap individu dalam merespon dan mempersepsikan nyeri yang dialami. Kemampuan mempersepsikan nyeri dipengaruhi oleh beberapa faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Salah satu upaya untuk menurunkan nyeri adalah dengan menggunakan teknik farmakologis dan teknik non-farmakologis. Teknik farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan sedangkan teknik nonfarmakologis salah satunya yaitu dengan relaksasi nafas. Diharapkan kedepanya para petugas kesehatan dapat mengajarkan teknik relaksasi kepada pasien yang mengalami nyeri. Dengan teknik relaksasi nyeri dapat membuat sesorang lebih rileks, sehingga dapat mengurangi kuantintas nyeri selain itu dapat dikombinasikan dengan sebagai teknik terapi penanganan nyeri yang lain.