Anda di halaman 1dari 6

ANALISA JURNAL

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP


PENURUNAN NYERI PADA PASIEN FRAKTUR

OLEH:
EULALIA MARCIA DE LIMA AMARAL
071182003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
A. Judul Penelitian :
Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada
Pasien Fraktur
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur.
C. Tahun Penelitian :
Jurnal Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018
D. Nama Peneliti :
Lela Aini
E. Alamat Jurnal :
Penelitian ini dilakukan di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2017
F. Latar Belakang
Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang disebabkan oleh
trauma, tenaga fisik, kekuatan, sudut, keadaan tulang dan jaringan lunak
disekitar tulang yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut
lengkap atau tidak lengkap. Gangguan kesehatan yang banyak dijumpai
dan menjadi salah satu masalah dipusat-pusat pelayanan kesehatan di
seluruh dunia salah satunya adalah fraktur (Budhiartha, 2013).
Menurut Helmi (2012), manifestasi klinik dari fraktur ini berupa
nyeri. Nyeri pada penderita fraktur bersifat tajam dan menusuk (Brunner &
Suddarth, 2011). Seseorang dapat belajar menghadapi nyeri melalui
aktivitas kognitif dan perilaku, seperti distraksi, guided imagery dan
banyak tidur. Individu dapat berespons terhadap nyeri dan mencari
intervensi fisik untuk mengatasi nyeri, seperti analgesik, masase, dan
olahraga (Kozier, et al., 2009). Gerakan tubuh dan ekspresi wajah dapat
mengindikasikan adanya nyeri, seperti gigi mengatup, menutup mata
dengan rapat, wajah meringis, merengek, menjerit dan imobilisasi tubuh
(Kozier, et al., 2009). Penanganan nyeri dengan melakukan teknik
relaksasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
mengurangi nyeri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi
nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi
(Sehono, 2010). Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan
merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi
terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien
dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman
(Smeltzer et al., 2010).
G. Hasil penelitian
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon menunjukkan (p-value=0,001, α=0,05),
maka didapatkan perbedaan yang signifikan antara pengukuran intensitas
nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam.
A. Analisis jurnal (PICO)
1. Patien and Clinical Problem :
Pasien yang digunakn dalam penelitian ini sebanyak 30
pasien diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan
kriteria inklusi usia 16-55 tahun, grade fraktur 1-3, pengukuran
skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale dengan skala 0
(tidak nyeri), 1-3 (nyeri ringan) dan 4-6 (nyeri sedang). Pemberian
tindakan non farmakologi untuk mengatasi nyeri fraktur misalnya
relaksasi nafas dalam masih jarang dilakukan. Dalam jurnal ini
data dianalisa secara 2 tahapan yaitu: analisa univariat untuk
melihat distribusi frekuensi dan analisa bivariat dengan statistik
nonparametrik menggunakan uji wilcoxon untuk mengetahui skala
nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam
apakah ada pengaruhnya atau tidak.
2. Intervensi
Penelitian ini menggunakan desain Pra-eksperimental dengan cara
melibatkan satu kelompok subjek, dengan rancangan One Group
pretest-posttest. Pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric
Rating Scale dengan skala 0 (tidak nyeri), 1-3 (nyeri ringan) dan 4-
6 (nyeri sedang), responden diberikan analgetik yang sama dan
telah lebih dari 8 jam. Data dianalisa secara 2 tahapan yaitu:
analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan analisa
bivariat dengan statistik nonparametrik menggunakan uji wilcoxon
untuk mengetahui skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
teknik relaksasi napas dalam.
a. Skala nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi
Berdasarkan hasil analisis univariat pada nyeri fraktur sebelum
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dari 30 responden yang
mengalami nyeri fraktur rata-rata mengalami nyeri pada skala
nyeri 4 (sedang).
b. Skala nyeri sesudah dilakukan teknik relaksasi
Berdasarkan hasil analisis univariat pada nyeri fraktur sebelum
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dari 30 responden yang
mengalami nyeri fraktur rata-rata mengalami nyeri pada skala
nyeri 3 atau dalam tingkat nyeri ringan.
Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan
merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik
relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat,
berirama.Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas
dengan perlahan dan nyaman (Smeltzer et al., 2010). Melalui
pemberin teknik relaksasi nafas dalam menciptakan
kenyamanan, pasien merasa rileks dengan kegiatan tersebut
mampu meningkatkan suplai oksigen dalam sel tubuh yang
akhirnya dapat mengurangi nyeri yang dialami pasien.
3. Comparison
a. Hasil penelitian Agung dkk (2013) dengan judul Terdapat
pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap
tingkat nyeri pada pasien post operasi Dengan anestesi umum
di rsud dr. Moewardi Surakarta menunjukan bahwa teknik
relaksasi nafas dalam menunjukkan sebagian besar tingkat
nyeri yang dirasakan responden sebelum diberikan teknik
relaksasi nafas dalam adalah skala 6 atau nyeri sedang dan
setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam menjadi skala 3
atau nyeri ringan.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Priliana and Kardiyudiani
(2016) hasil pengujian menunjukkan hasil uji statistik
menunjukkan nilai p<0.05 pada kelompok perlakuan p-
value=0.000 yang berarti terdapat pengaruh teknik relaksasi
nafas dalam terhadap penurunan nyeri secara bermakna
sebelum dan setelah diberikan perlakan pada pasien fraktur di
bangsal bedah RSPAU dr. S. Hardjo Lukito Yogyakarta.
4. Outcome
Dari hasil penelitian variabel peneliti pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan skala nyeri pada pasien
fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang (p-value=0,001). Hal ini
berarti terjadi penurunan skala nyeri sesudah mendapatkan
perlakuan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien fraktur, yaitu
rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam adalah 4 dan setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalan
adalah 2,80. Keadaan ini menggambarkan bahwa teknik relaksasi
nafas dalan mempengaruhi skaka nyeri pada pasien fraktur. Respon
nyeri yang dirasakan oleh setiap pasien berbeda-beda sehingga
perlu dilakukan eksplorasi untuk menentukan nilai nyeri tersebut.
Perbedaan tingkat nyeri yang dipersepsikan oleh pasien
disebabkan oleh kemampuan sikap individu dalam merespon dan
mempersepsikan nyeri yang dialami. Kemampuan mempersepsikan
nyeri dipengaruhi oleh beberapa faktor dan berbeda diantara
individu. Tidak semua orang terpajan terhadap stimulus yang sama
mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang sangat nyeri
bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Salah
satu upaya untuk menurunkan nyeri adalah dengan menggunakan
teknik farmakologis dan teknik non-farmakologis. Teknik
farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan sedangkan
teknik nonfarmakologis salah satunya yaitu dengan relaksasi nafas.
Diharapkan kedepanya para petugas kesehatan dapat
mengajarkan teknik relaksasi kepada pasien yang mengalami nyeri.
Dengan teknik relaksasi nyeri dapat membuat sesorang lebih rileks,
sehingga dapat mengurangi kuantintas nyeri selain itu dapat
dikombinasikan dengan sebagai teknik terapi penanganan nyeri
yang lain.

Anda mungkin juga menyukai