Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN ANALISIS JURNAL

“PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) HALUSINASI TERHADAP


KEMAJUAN PERAWATAN PADA PASIEN HALUSINASI DI RUANGAN MANGGIS
RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PALU”

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa)

Dosen: Suib, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1 A
Saifullah Tani (24191349)
Papri Atmawati (24191350)
Naelatur Rizqiyah (24191351)
Dwi Mustika Wati (24191352)
Nursantri MS. Sanatu (24191353)
Refika Sahara Dewi (24191354)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren : persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati
& Hartono, 2012).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya
tidak ada (Keliat, 2010).
Terapi diberikan secara berkelompok dan berkesinambungan, dalam hal ini
khususnya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi halusinasi (Keliat, dkk,
2010). Data di Rumah Sakit Daerah Madani Palu tahun 2015 menunjukkan bahwa pasien
rawat inap yang menderita gangguan jiwa yang paling banyak ditemukan adalah
halusinasi dan perilaku kekerasan. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) halusinasi meliputi
5 sesi yaitu mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dengan menghardik, mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan, mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap, dan
mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat. Dimana Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) Halusinasi dilakukan setiap dua kali seminggu yang dilakukan oleh perawat
terlatih. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan kasus penyakit jiwa setiap tahun
semakin meningkat jumlahnya, sehingga perlu penanganan yang lebih baik melalui
pendekatan medis maupun dengan pemberian asuhan keperawatan salah satunya
melakukan implementasi keperawatan melalui terapi modalitas seperti melaksanakan
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) dimana selama ini Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
masih belum maksimal.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Evidance Based Nursing melalui jurnal tentang “Pengaruh Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi terhadap Kemajuan Perawatan pada Pasien
Halusianasi di Ruang Manggis Rumah Sakit Daerah Madani Palu”.
2. Tujun Khusus
a. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari evidence based nursing
melalui jurnal tentang tentang “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) Halusinasi Terhadap Kemajuan Perawatan Pada Pasien Halusinasi
Di Ruang Manggis Rumah Sakit Daerah Madani Palu”.
b. Untuk mengetahui apakah evidence based nursing ini dapat diaplikasikan
pada pasien gangguan halusinasi yang menjalani Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) di Rumah Sakit lainnya.
C. Manfaat
a. Bagi Pasien
Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara mengenali halusinasi dan cara
menghardik gangguan-gangguan dari tanda dan gejala halusinasi.
b. Bagi Profesi Keperawatan
Bagi Institusi sebagai sarana dan bahan acuan dalam menegakkan Asuhan
Keperawatan Jiwa dalam mengatasi gangguan halusinasi pada pasien yang
menjalani Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).
BAB II
SKENARIO KASUS

Klien Ny. A datang ke IGD RSJD. Kota X diantar oleh keluarganya dengan
keluhan kurang lebih 15 hari klien sering berbicara sendiri dan klien mengatakan
bahwa dia dirasuki oleh kakeknya serta sering ditangi oleh adiknya. Setelah dari
IGD klien dipindahkan ke ruang perawatan intensif selama 5 hari. Kemudian
setelah keadaan klien mulai tenang dan menunjukkan kondisi yang stabil klien
dipindahkan ke bangsal perawatan psikiatri ruang Helikonia. Di ruangan tersebut
klien tampak mengkonsumsi makanan dengan porsi sedikit, tidak mampu
memulai komunikasi (menarik diri dari lingkungan) serta sering berpindah tempat
duduk karena merasa melihat adiknya yang selalu mengikuti.
Saat akan diberikan intervensi dengan strategi pelaksanaan (SP) 1 halusinasi
yaitu melatih klien untuk mengenal halusinasi, dan respon klien menunjukkan
klien dapat mengenali halusinasinya. Kriteria keberhasilan dari SP 1 klien mampu
menyelesaikannya dalam waktu 1 hari, kemudian pada pertemuan ke-2 (SP 2)
klien mulai diajarkan cara menghardik halusinasi. Pada SP 2 ini klien sudah bisa
mempraktekkannya saat didepan perawat/terapis. Strategi pelaksanaan (SP) akan
dilanjutkan sesuai tujuan yang ditetapkan perawat/terapis guna mengatasi
halusinasi penglihatan yang dialami oleh klien.
BAB III
ANALISIS JURNAL

A. Rumusan Masalah
P : Tingkat kemajuan perawatan pada pasien halusinasi
I : Terapi aktivitas kelompok (TAK) pada pasien halusinasi
C : Tidak ada
O : Adanya kemajuan perawatan pada pasien halusinasi
Narasi : “Apakah terapi aktivitas kelompok (TAK) halusinasi berpengaruh pada
kemajuan perawatan pasien halusinasi di Ruangan Manggis Rumah Sakit Madani Palu?”

B. Metode Strategi Penelusuran Bukti


Kami menelusuri jurnal menggunakan google dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pertama kami membuka Google Cendekia yang biasa digunakan untuk mencari
literatur. Lalu kami menggunakan penelusuran lanjutan untuk mengetikkan kata
kunci agar jurnal yang kami cari sesuai yang kami butuhkan:

Gambar 1.Google Cendekia


2. Lalu dari penelusuran tersebut muncul beberapa jurnal, dan kami memutuskan
mengambil jurnal yang sesuai dan dapat diaplikasikan.

Gambar 2. Hasil pencarian kata kunci


C. Hasil Penelusuran Bukti
Berdasarkan penelusuran tersebut kami memilih jurnal yang berjudul “Pengaruh Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi terhadap Kemajuan Perawatan pada Pasien
Halusinasi di Ruangan Manggis Rumah Sakit Daerah Madani Palu” yang diterbitkan
tahun 2016.

Gambar 3. Jurnal yang dipilih


D. Telaah Kritis
1. Validity
NO. VALIDITY PENILAIAN SARAN
1. Desain penelitian: Sesuai, karena berdasarkan Tidak ada
Penelitian ini Notoadmojo (2015) penelitian
menggunakan eksperimental semu adalah penelitian
rancangan ekperimental eksperimen yang memiliki perlakuan,
semu (Quasy pengukuran dampak, unit eksperimen
experiment) dengan namun tidak menggunakan
desain one group pre penugasan acak untuk menciptakan
and post test without perbandingan dalam rangka
control group. menyimpulkan perubahan yang
disebabkan oleh suatu perlakuan.
Serta pada rancangan ini juga tidak
ada kelompok pembanding (control),
tetapi paling tidak sudah dilakukan
observasi pertama (pre-test) yang
memungkinkan menguji perubahan-
perubahan yang terjadi setelah
adanya perlakuan (eksperimen)
sehingga bisa diperoleh hasil post-
test.

Instrumen:
Instrumen yang Menurut kelompok sudah sesuai.
digunakan untuk Pengukuran tingkat kemajuan
mengukur tingkat perawatan pada pasien halusinasi
kemajuan perawatan terdapat 2 sesi evaluasi kemampuan
yaitu dengan lembar mengontrol halusinasi yakni sesi 1
observasi yang berisi tentang mengenal halusinasi dan sesi
tentang pengaruh 2 tentang mengontrol halusinasi
Terapi Aktivitas dengan menghardik. Lembar
Kelompok (TAK) observasi diukur dengan cara
Halusinasi terhadap penilaian dengan memberi centang
kemajuan perawatan (√) pada jawaban (YA) dan (x) pada
pada pasien halusinasi jawaban (TIDAK). Apabila YA
yang tertuang dalam nilainya 1 dan jawaban TIDAK
lembar evaluasi nilainya 0.
kemampuan
mengontrol halusinasi. Hal ini sesuai dengan teori dari
Nursalam (2013) yakni pengukuran
observasi secara terstruktur yang
artinya peneliti secara cermat
mendefinisikan apa yang akan
diobservasi melalui suatu
perencanaan yang matang.
2. Tempat dan waktu Tempat: Tidak ada
penelitian Ruangan Manggis Rumah Sakit
Daerah Madani Palu

Waktu:
14 juni-25 juli 2016.
3. Populasi dan Sampel Sudah sesuai, karena pada penelitian Tidak ada
Populasi dalam ini populasi berjumlah 24 orang
penelitian ini adalah kemudian sampel yang diambil hanya
semua pasien dengan 10 orang.
gangguan jiwa
halusinasi yang dirawat Menurut Nursalam (2013),
dengan jumlah 24 pengambilan sampel dengan teknik
orang diruangan purposive sampling yaitu suatu teknik
Manggis Rumah Sakit penetapan sampel dengan cara
Daerah Madani Palu. memilih sampel diantara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki
Sampel dalam peneliti sehingga sampel tersebut
penelitian ini berjumlah dapat mewakili karakteristik populasi
10 orang pasien rawat yang telah dikenal sebelumnya.
inap dengan gangguan
jiwa halusinasi di
Ruangan Manggis
Rumah Sakit Daerah
Madani Palu.
Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara
non probability
sampling dengan tehnik
purposive sampling.
4. Uji statistik Sudah sesuai. Menurut Sopiyudin Tidak ada
Uji statistic yang (2014), uji paired t-test yaitu uji beda
digunakan pada parametris pada dua data yang
penelitian ini yaitu berpasangan. Paired t-test lebih
paired t-test. ditujukan untuk menguji efektifitas
suatu perlakuan terhadap suatu
besaran variabel yang ingin
ditentukan.

2. Importance
Untuk membandingkan penurunan tingkat kemajuan sebelum diberikan perlakuan
terapi TAK dan sesudah diberikan perlakuan terapi TAK. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa pemberian terapi TAK dapat meningkatkan kemajuan pasien dari
hasil pre-test menunjukan hasil ada kemajuan perawatan sebanyak 2 responden (20%)
serta yang tidak ada kemajuan perawatan sebanyak 8 responden (80%). Kemudian
pada hasil post-test menunjukkan peningkatan dengan hasil ada kemajuan perawatan
sebanyak 7 responden (70%) dan yang tidak ada kemajuan perawatan sebanyak 3
responden (30%).
Pada umumnya sebagian besar pasien (80%) tidak ada kemajuan, namun setelah
diberikan terapi TAK menunjukkan kemajuan yang bagus dengan hasil sebanyak 7
responden (70%) mengalami kemajuan. Hal ini juga dilihat dari uji paired t-test
dengan hasil uji t dependent didapatkan p value = 0,000 < α (0,05). Hasil analisis ini
menunjukan bahwa secara umum pemberian terapi TAK berpengaruh siginifikan
terhadap kemajuan perawatan pasien halusinasi.

3. Aplicability
Penerapannya dengan mengambil 10 responden, penelitian ini dilakukan di
Ruang Manggis Rumah Sakit Daerah Madani Palu yang berlangsung dari tanggal 14
juni-25 juli 2016. Penerapan TAK ini dibagi menjadi 2 sesi yaitu TAK halusinasi sesi
I-Sesi II, dimana sesi I yaitu mengenal isi halusinasi dan sesi II yaitu mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik. TAK dilaksanakan di ruangan yang nyaman dan
dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh perawat terlatih di Ruangan manggis.
Kemudian sebelum dilakukannya pemberian terapi TAK peneliti melakukan
pengukuran terlebih dahulu (pre-test) dengan mengisi lembar observasi yang telah
dipersiapkan peneliti. Selanjutnya apabila terapi TAK sudah dilaksanakan selama
waktu yang telah ditetapkan peneliti melakukan pengukuran kembali sebagai hasil
post-test dengan mengisi lembar evaluasi yang telah dipersiapkan peneliti.
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Keliat. (2010). Manajemen Keperawatan Jiwa Komunitas Desa Siaga: CMHN (Intermediate
Course). Jakarta: EGC.

Kusumawati & Hartono. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmdjo, S. (2015). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Surabaya: Salemba


Medika.

Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sopiyudin. (2014). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 6. Jakarta: Epidemiologi
Indonesia.

Tokalase JF, dkk. (2016). Pengaruh Terapi Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Halusinasi terhadap Kemajuan Perawatan pada Pasien Halusinasi di Ruangan
Manggis Rumah Sakit Daerah Madani Palu. Diakses dari
https://www.google.com/url?q=http://jkp.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/ar
ticle/download/23/20 pada tanggal 8 Juli 2020.

Anda mungkin juga menyukai