NIM : 22016026
2019
Laporan Pendahuluan Post Op Laparatomi
1. Definisi
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekatan usus
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi. (Lakaman
2011).
A. Defenisi
Ileus adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.
Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai
kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi
total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan
Ileus obstruksi adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus merupakan penyumbatan yang
Ileus obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran normal isi
Obstruksi ileus adalah gangang bisa disebabkan oleh adanya mekanik sehingga terjadi
Definisi
a. Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus pada
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus
c. Ileus obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran
normal isi usus sedangkan peristaltiknya normal (Reeves, 2005 dikutip dari (http://www.Files-
of-DrsMed.tk).
d. Obstruksi Ilius adalah gangguan aliran isi usus yang bisa disebabkan oleh adanya mekanik
dan non mekanik sehingga terjadi askumuli cairan dan gas di lumen usus.
2. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh beberapa hal
2. Peritonitis.
3. Jenis-jenis Laparatomi
a. Mid-line incision
b. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm).
c. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan
spinaliliaka, misalnya; pada operasi appendictomy. Latihan - latihan fisik seperti latihan napas
dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih
baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi.(Smeltzer, 2012).
4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri tekan.
c. Kelemahan.
e. Konstipasi.
5. Komplikasi
biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut
lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati,
dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini post operasi.
b. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi. Organisme yang paling sering
mengakibatkan peranahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan
6. Pathway
7. Patofisiologi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2011).
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun.
Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus
serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011). Trauma abdomen adalah cedera
pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) dapat mengakibatkan terjadinya trauma
Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan darah, memar/jejas
pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri, iritasi cairan usus. Sedangkan trauma tembus
abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres
simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ dan respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya
kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ; kuldosentesi,
kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya
- IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran kencing.
Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya
kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang
berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui
dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan
Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan garam
b. Sirkulasi: Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
d Balutan: Apakah ada tube, drainage ? Apakah ada tanda-tanda infeksi? Bagaimana penyembuhan
luka?
f. Rasa nyaman: Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.
Asuhan keperawatan adalah sesuatu bentuk pelayanan yang diberikan oleh seseorang
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara sistemik mengenai
kesehatan. Pasien mengelompokkan data menganalisis data tersebut sehingga dapat pengkajian
adalah memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan pasien .Adapun tujuan
utama dari pada pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai
keadaan pasien yang mungkin perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan. (Arif mutaaq
2013).
Pengkajian pada laparatomu meliputi identitas klien keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri pada
abdomen.
3. Riwayat Kesehatan
Bisanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,diabetes melitus,atau adanya riwayat
Peranan pasien dalam keluarga status emosional meningkat, interaksi meningkat, interaksi
sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak harmonis,
status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
a. Pola Nutrisi
b. Pola Eliminasi
f. Seksualitas/reproduksi
g. Peran
j. Kognitif perceptual
5. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma atau riwayat operasi.
2. Mata
penglihatan adanya kekaburan, akibat akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus II),
gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam memutar bola mata (nervus
IV) dan gangguan dalam menggerakkan boal mata kalateral (nervus VI).
3. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karna terganggu pada nervus olfatorius (nervus I).
4. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah ) akibat kerusakan nervus vagus adanya kesulitan dalam
menelan.
5. Dada
6. Abdomen
7. Ekstremitas
Pengukuran otot menurut (Arif Mutaqqin, 2012)
b. Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
c. Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.
d. Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan pemeriksaan.
Keperawatan
kecemasan kecemasan
sesuai kebutuhan
6. Kolaborasi pemberian
obat analgetik
IV bila perlu
peningkatan mobilitas
Memeragakan penggunaan ADLs secara mandiri
4. Konsultasi dengan
kebutuhan
5. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011).
efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan
b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Campany, Philadelpia.
Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi II. Salemba
Medika. Jakarta
Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Soeparman, dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC :
Jakarta