Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN OLIGOMENOREA

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Maternitas
yang dibina oleh Ibu Sumirah Budi Pertami , SKp, M.,Kep

Oleh :
1. Laila Firda R P17220191002
2. Citra Noriya P17220191012
3. Mella Nur Sabillah P17220193028
4. Sevia Kurnia Fitri P17220193029

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENEKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D-III KEPERAWATAN LAWANG
Oktober 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati
indahnya ciptaan-Nya. Disini penulis sangat bersyukur karena bisa
menyelesaikan Makalah yang berjudul ” ASUHAN KEPERAWATAN
OLIGOMENOREA”
Dalam Makalah ini penulis mencoba untuk menjelaskan tentang Asuhan
Keperawatan Mola Hidatidosa. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan Makalah ini. Namun tidak lepas
dari semua itu,penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi penyusuan bahasa dan aspek lainnya dan jauh dari
kesempurnaan,oleh karena itu penulis mohon maaf jika terdapat tulisan ataupun
kata-kata yang salah. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik dari makalah
ini.

Malang, 29 Oktober 2020

penulis

1
DAFTAR ISI
Halaman Judul
KATA PENGANTAR...................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Tujuan.............................................................................................................5
1.3 Manfaat...........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6
2.1 Konsep Medis......................................................................................................6
A Pengertian Mola Hidatidosa..........................................................................6
B Tanda dan Gejala Mola Hidatidosa................................................................7
C Patofisiologi Mola Hidatosa..........................................................................8
D Komplikasi Mola Hidatidosa.........................................................................8
E Pemeriksaan Penunjang untuk Mola Hidatidosa............................................9
F Penatalaksanaan untuk Mola Hidatidosa......................................................10
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................11
A Pengkajian.....................................................................................................11
B Diagnosa Keperawatan.................................................................................13
C Intervensi Keperawatan................................................................................14
D Implementasi Keperawatan..........................................................................25
D Evaluasi Keperawatan..................................................................................25
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN REPRODUKSI MOLA
HIDATIDOSA (KASUS FIKTIF)..............................................................................26
3.1 Kasus.................................................................................................................26
A Pengkajian.....................................................................................................26
B Diagnosa Keperawatan..............................................................................30
C Intervensi Keperawatan..............................................................................32
D Implementasi Keperawatan.........................................................................34
E Evaluasi Keperawatan.................................................................................35
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................37
4.1 Pembahasan.......................................................................................................37
BAB V KESIMPULAN..............................................................................................39

2
5.1     Kesimpulan....................................................................................................39
5.2     Saran..............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................40

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan
sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai
saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak,
walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini.
Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai
faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap
tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita
mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-
pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut
menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang
rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari.
Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam
hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk
kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Tidak semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur setiap bulannya.
Ada beberapa wanita yang mengalami kelainan pada siklus menstruasi salah satunya
yaitu oligomenorea.
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi
memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita
yang mengalami oligomenorea akan mengalami menstruasi yang lebih jarang
daripada biasanya. Namun, jika berhentinya siklus menstruasi ini berlangsung
selama lebih dari 3 bulan, maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea
sekunder.
Menurut laporan WHO (2008) prevalensi oligomenore pada wanita sekitar
45%. Penelitian Bieniasz J et al, dalam Sianipar et al (2011) mendapatkan prevalensi
gangguan menstruasi di dunia ditaksirkan amenorea primer sebanyak 5,3%,
amenorea sekunder 18,4%, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, dan gangguan

4
campuran sebanyak 15,8%. Berdasarkan kasus di atas maka penulis mengambil
kasus oligomenore.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan yang dapat di ambil adalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Mola Hidatidosa?
2. Bagaimana tanda dan gejala Mola Hidatidosa?
3. Bagaimana patofisiologi dari Mola Hidatidosa?
4. Bagaimana komplikasi dari Mola Hidatidosa?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang untuk Mola Hidatidosa?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk Mola Hidatidosa?
7. Bagaimana asuhan keperawatan Mola Hidatidosa?

1.3 Manfaat
            Penulisan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui :
1. Pengertian Mola Hidatidosa
2. Tanda dan gejala Mola Hidatidosa
3. Patofisiologi Mola Hidatidosa
4. Komplikasi Mola Hidatidosa
5. Pemeriksaan penunjang untuk Mola Hidatidosa
6. Penatalaksanaan medis untuk Mola Hidatidosa
7. Asuhan keperawatan Mola Hidatidosa

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Medis
A Pengertian Oligomenorea
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodic siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (sarwono prawirohardjo, 2000)
Kamus kedokteran mendefinisikan Oligomenore sebagai haid yang datang tidak
teratur atau haid yang sedikit sekali. Oligomenorea merupakan salah satu kelainan
siklus menstruasi dimana siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari (Sarwono
prawirohardjo,2009). olligomenorrhea atau oligomenore yaitu tidak mendapat haid
padahal sudah masuk ke periode biasnya. Pada saat itu dia sudah beberapa kali
mengalami menstruasi, dan tidak sedang mengalami hamil (Andri Priyatna, 2009).
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi memanjang
lebih dari35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang mengalami
oligomenorea akanmengalami menstruasi yang lebih jarang daripada biasanya.
Namun, jika berhentinya siklusmenstruasi ini berlangsung selama lebih dari 3
bulan, maka kondisi tersebut dikenal sebagaiamenorea sekunder.
Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal
padaaksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut menyebabkan
lamanya siklusmenstruasi normal menjadi memanjang, sehingga menstruasi menjadi
lebih jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid
pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya menopause.
Oligomenorea yang terjadi pada masa-masa itumerupakan variasi normal yang
terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus,hipofisis dan ovarium
pada awal terjadinya menstruasi pertama dan menjelang terjadinyamenopause,
sehingga timbul gangguan keseimbaangan hormon dalam tubuh. Pada
kebanyakankasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas
cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulatoar dengan masa proliferasi lebih
panjang dari biasanya 
Oligomenore yang terjadi pada remaja, seringkali disebabkan karena
kurangnyasinkronisasi antara hipotalamus, kelenjar pituari & indung telur.

6
Hipotalamus mengatur pengeluaran hormon yang mengatur kelenjar pituari.
Kemudian kelenjar pituari akanmerangsang produksi hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan & reproduksi. Pada awal &akhir masa reproduksi wanita, beberapa
hormon tersebut dapat menjadi kurang tersinkronisasi,sehingga akan menyebabkan
terjadinya haid yang tidak teratur.

B Tanda dan Gejala Oligomenorea

1. Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya
terdapat 4 – 9 periode dalam 1 tahun
2. Haid yang tidak teratur dengan jumlah yang tidak tentu.
3. Pada beberapa wanita yang mengalami oligomenore terkadang
juga mengalami kesulitan untuk hamil.

7
C Patofisiologi Oligomenorea
Oligominorea biasanya terjadi akibat gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus – hipofisis ovarium. Gangguan hormon
tersebut menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal menjadi
memanjang. Sehingga menstruasi menjadi lebih jarang
terjadi.
Oligomenorea sering terjadi pada 3 – 5 tahun pertama setelah haid
pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya menoupose.
Oligomenorea yang terjadi pada masa – masa ini merupakan variasi normal
yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus, hipofisis
dan ovarium pada awal terjadinya menstruasi pertama dan menjelang
terjadinya menoupose, sehingga timbul gangguan keseimbangan hormon
dalam tubuh.

D Komplikasi Oligomenorea
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress
emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih
lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenore mengarah pada infertilitas atau tanda
dari keganasan.
E Pemeriksaan Penunjang untuk Oligomenorea

8
F Penatalaksanaan untuk Oligomenorea

Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai
penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan. Terapi
mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a. Perbaikan keadaan umum Adalah transfusi darah untuk mengatasi syok
hipovolemik atau anemi,pengobatan terhadap penyulit, seperti pre eklampsi berat atau
tirotoksikosis. Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu :
1) Koreksi dehidrasi
2) Transfusi darah bila ada anemia ( Hb 8 ggr % atau kurang )
3) Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai
dengan protokol penangan dibagian obstetrik dan gynekologi
4) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke bagian penyakit dalam.
b. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi
1) Kuretase pada pasien mola hidatidosa :
a) Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin,
kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan
b) Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria
dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian
c) Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infuse dengan
tetasan oksitosin 10 IU dalam 500 cc dektrose 5%.
d) Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu
e) Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA
2) Histerektomi. Syarat melakukan histerektomi adalah : Tindakan ini
dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak.
Alasan untuk melakukan histerektomi adalah karena umur tua dan paritas tinggi
merupan factor predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai
adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga (SARI, 2017)
c. Evakuasi Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret vakum,
kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam.Tindakan kuret hanya dilakukan

10
satu kali.Kuret ulangan dilakukan hanya bila ada indikasi(SARI, 2017).Segerakan
lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan
infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40 60 tetes per
menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi
terhadap pengosongan uterus secara cepat)(SARI, 2017).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


A Pengkajian
a) Identitas pasien Seperti : nama, umur, pendidikan, status pernikahan, pekerjaan,
alamat
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien datang dengan keluhan nyeri atau kram perut disertai dengan
perdarahan pervaginam, keluar secret pervaginam, muntah-muntah
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya keluhan pasien akan mengalami perdarahan pervaginam diluar siklus
haidnya, terjadi pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
3. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji jumlah paritas ibu, paritas lebih dari 3 perlu diwaspadai karena semakin
banyak anak keadaan rahim ibu akan semakin melemah. ibu multipara cenderung
beresiko terjadinya kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran.
4. Status obstetri ginekologi
a. Usia saat hamil , sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak
bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
b. Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di
petugas kesehatan atau di dukun, melakukan persalinan secara normal atau
operasi.
c. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
d. Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yang menyengat.
Kemungkinan adanya infeksi.

11
5. Riwayat kesehatan keluarga

11
Hal yang perlu dikaji kesehatan suami, apakah suami mengalami infeksi system
urogenetalia, dapat menular pada istri dan dapat mengakibatkan infeksi pada
celvix.
c) Pola aktivitas sehari – hari
1. Pola nutrisi
Biasanya pada klien mola hidatidosa terjadi penurunan nafsu makan, karena pasien
biasanya akan mengalami mual dan muntah akibat peningkatan kadar hCG dalam
tubuh.
2. Eliminasi
Biasanya pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasi itu
diakibatkan karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obat nyeri, adanya
intake makanan dan cairan yang kurang. Sehingga tidak ada rangsangan dalam
pengeluaran feces. Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun
<1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
3. Personal hygiene
Biasanya akibat banyak nya perdarahan yang dialami pasien akan mengalami
kelemahan fisik, pasien akan mengalami pusing dan dapat mengakibatkan
pembatasan gerak, takut mlakukan aktivitas,karena kemungkinan akan timbul nya
nyeri, sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang lain.
4. Pola aktivitas (istirahat tidur)
Biasanya terjadi gangguan istirahat, nyeri akibat luka post op atau setelah kuratese
d) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Biasanya keadaan umum kllien akan tampak pucat, lemah, lesu,dan tampak mual
atau muntah
2. Pemeriksaan kepala dan leher
Biasanya muka dan mata pucat, conjungtiva anemis
3. Pemeriksaan leher dan thorak
Tanda-tanda mola hidatidosa tidak dapat di identifikasikan melalui leher dan
thorax

12
4. Pemeriksaan abdomen
Biasanya hampir 50 % pasien mola hidatidosa uterus lebih besar dari yang
diperkirakan dari lama nya amenore.Pada 25% pasien uterus lebih kecil dari yang
diperkirakan.Bunyi jantung janin tidak ada(SARI, 2017).
5. Pemeriksaan genetalia
Biasanya sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetalia eksterna
dapat ditemukan adanya perdarahan pervaginam.
6. Pemeriksaan ekstremitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akral dingin akibat
syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangan dan kaki.
e) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan HCG
2. Pemeriksaan USG

B Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
2. Nyeri berhubungan dengan perdarahan, proses penjalaran penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, mual sekunder akibat peningkatan
kadar HCG
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai darah
ke otak dan suplai nutrisi ke jaringan
5. Resiko infeksi
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan fungsi peran(Nurarif & Kusuma, 2015).

13
C Intervensi Keperawatan

Diagnosis dan Perencanaan Keperawatan NANDA Internasional (2015-2017), NIC-NOC (2016)


Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Kekurangan volume cairan NOC:Setelah dilakukan Manajemen cairan
berhubungan dengan tindakan keperawatan, 1. Jaga intake atau asupan yang akurat dengan catat
perdarahan pervaginam pasien menunjukkan output pasien
keseimbangan cairan 2. Monitor status hidrasi ( misalnya, membran mukosa
Defenisi : penurunan cairan dengan kriteria hasil : lembab,denyut nadi adekuat)
intravaskuler, intertisial, dan 1. Tekanan darah dalam 3. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi
atau intarselular. Ini mengacu rentang normal ( 110-130 cairan ( misalnya penurunan hematokrit )
pada dehidrasi, kehilangan mmHg) 4. Monitor tanda-tanda vital pasien
cairan saja tanpa perubahan 2. Keseimbangan 5. Monitor makanan atau cairan yang dikonsumsi dan
kadar natrium intake dan output dalam hitung asupan kalori harian
24 jam tidak terganggu 6. Berikan terapi IV
Batasan karakteristik : 3. Hematokrit dalam 7. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam
1) Kelemahan rentang normal ( 37-43%) pemberian makan dengan baik
2) Kulit kering 4. Turgor kulit baik Pencegahan perdarahan
3) Membran mukosa 5. Membran mukosa 1. Catat nilai hemoglobin dan hemtokrit sebelum dan
kering lembab setelah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
4) Peningkatan 2. Monitor tanda dan gejala perdarahan menetap

14
hematokrit ( contoh : cek smua sekresi darah yang terlihat jelas
5) Penurunan tekanan maupun yang tersembunyi )
darah 3. Monitor komponen koagulasi darah (termasuk
6) Penurunan turgor protrombin time (PT), Partial Thromboplastin Time
kulit (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin, dan trombosit
hitung dengan cepat.
4. Monitor tanda-tanda vital
5. Pertahankan agar pasien tetap tirah baring jika terjadi
perdarahan aktif
6. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang
kaya vitamin K

Nyeri akut berhubungan NOC : setelah dilakukan Manajemen nyeri


dengan perdarahan, tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang
proses perjalanan paseien mampu meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
penyakit mengontrol nyeri dengan kualitas, dan berat nya nyeri
kriteria hasil : 2. Pastikan perawatan analgetik bagi pasien dilakukan
Defenisi : pengalaman 1. Nyeri terkontrol dengan pemantauan yang ketat
sensori dan emosional tidak 2. Mampu 3. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai
menyenangkan yang muncul memutuskan tindakan nyeri

15
akibat kerusakan jaringan untuk memberikan 4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab
aktual atau potensial atau kenyaman nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan,
yang digambarkan sebagai 3. Mampu menerima mengantisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
kerusakan ; awitan yang tiba- infomasi yang disediakan 5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
tiba atau lambat dari ntuk mengurangi nyeri 6. Pilih dan implementasikan tindakan yang
intensitas ringan hingga berat 4. Mampu mengambil beragam ( misalnya, farmakologi, non farmakologi,
dengan akhir yang dapat tindakan untuk interpersonal ) untuk memfasilitasi penurunan nyeri,
diantisipasi atau diprediksi mengurangi nyeri sesuai dengan kebutuhan
7. Evaluasi ke efektifan dari tindakan pengontorl nyeri
Batasan Karakteristik : yang dipakai selama pengkajian nyeri yang dilakukan
1) Ekspresi wajah nyeri (
mis, mata kurang
bercahaya, meringis )
16
2) Fokus pada diri
sendiri
3) Keluhan tentang
intensitas
menggunakan standar
skala nyeri ( mis,
skala Wong- Baker

15
FACES )
4) Keluhan tentang
karakteristik nyeri
dengan menggunakan
standar instrumen
nyeri
5) Laporan tentang
perilaku
nyeri/perubahan
aktivitas
6) Mengekspresikan
prilaku ( mis,
gelisah, merengek,
menangis,waspada
17
)
7) Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
8) Sikap melindungi area
nyeri.

15
Ketidakseimbangan nutrisi NOC:Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhant tindakan keperawatan, 1) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
tubuh berhubungan dengan pasien mampu untuk memenuhi persyaratan gizi
penurunan asupan oral, menunjukkan 2) Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut
mual sekunder akibat keseimbangan nutrisi tidak sebelum makan
peningkatan kadar hCG terganggu dengan kriteria 3) Monitor kalori dan asupan makanan
hasil : 4) Monitor kecendrungan terjadinya penurunan dan kenaikan
Definisi:
1. Nafsu Makan : berat badan
Asupan nutrisi tidak cukup
Indikator : 5) Berikan arahan bila diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan
a. Keinginan untuk
metabolik.
makan tidak terganggu Monitor Nutrisi
b. Rangsangan untuk 1. Timbang berat badan pasien
Batasan Karakteristik: 18
makan tidak terganggu 2. Monitor kecendrungan turun dan naiknya berat badan
a) Bising usus hiperaktif
2. Status Nutrisi : 3. Identifikasi pertumbuhan berat badan terakhir
b) Cepat kenyang
Asupan makanan & 4. Monitor tugor kulit dan mobilitas
setelah makan
cairan 5. Monitor adanya mual muntah
c) Kurang informasi
Indikator : 6. Monitor adanya (warna) pucat, kemerahan dan jaringan
d) Kurang minat pada
a. Asupan makanan konjungtiva yang kering
makanan
secara oral tidak 2) Lakukan pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht )

15
e) Membran mukosa terganggu Asupan cairan
pucat secara oral tidak
f) Nyeri andomen terganggu
g) Penurunan berat badan
dengan asupan makanan
adekuat

Intoleransi aktivitas NOC:Setelah dilakukan Peningkatan mekanika tubuh


berhubungan dengan tindakan keperawatan, 1. Kaji komitmen pasien untuk berjalan dan menggunakan
Ketidakseimbangan antara pasien mampu postur tubuh yang benar
suplai darah ke otak dan menunjukkan toleransi 2. Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama
suplai nutrisi ke jaringan terhadap aktivitas dengan dalam jangka waktu yang lama
kriteria hasil : 3. Instruksikan pasien untuk menggerakakn kaki terlebih 19
Defenisi : Ketidakcakupan 1. Frekuennsi nadi dahulu kemudian badan ketika memulai berjalan dari
energi psikologis atau saat beraktivitas posisi berdiri
fisiologis untuk tidak terganggu (80-100 4. Edukasi pasien/kelurga tentang frekuensi dan
mempertahankan atau kali/menit) jumlah pengulangan dari setiap latihan
menyelesaikan aktivitas 2. Tekanan darah
kehidupan sehari-hari yang sistolik dalam Piningkatan Latihan
harus atau yang ingin beraktivitas tidak 1. Gali hambatan untuk melakukan latihan

15
dilakukan terganggu (110-140 2. Dukung ungkapan perasaan mengenai latihan atau
mmHg) kebutuhan untuk melakukan latihan
Batasan Karakteristik 3. Tekanan darah 3. Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan latihan
1) Dispnea setelah diastolik dalam 4. Lakukan latihan bersama individu, jika diperlukan
beraktivitas beraktivitas tidak 5. Libatkan keluarga/orang yang memberikan perawatan
2) Ketidaknyamanan terganggu (75-85 mmHg) dalam merencanakan dan meningkatkan program latihan
setelah beraktivitas 4. Frekuensi 6. Instruksikan individu terkait frekuensi, durasi, dan
3) Keletihan pernapasan ketika intensitas prodram latihan yang diinginkan
Respon tekanan darah beraktivitas tidak 7. Monitor respon individu terhadaap program latihan
abnormal terhadap aktivitas terganggu (12-20 8. Sediakan umpan balik positif atau usaha yang dilakukan
kali/menit) individu
Risiko infeksi NOC:Setelah dilakukan Kontrol infeksi
tindakan keperawatan, 1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
Definisi: Rentan mengalami pasien mampu mengontrol keperawatan 20

invasi dan multiplikasi Infeksi , dengan kriteria 2. Tingkatkan intake nutrisi


organisme patogenik yang hasil : 3. Monitor tandadangejalainfeksisistemikdan lokal
dapat mengganggu kesehatan. 1. Mampu 4. Inspeksikulitdanmembranemukosaterhadapkemerah
mengidentifikasi faktor an, panas, drainase
risiko infeksi 5. Monitor adanyaluka
2. Mengetahui 6. Dorongmasukancairan

15
konsekuensi terkait 7. Dorongistirahat
infeksi 8. Ajarkanpasiendankeluargatandadangejalainfeksi
3. Mampu
mengidentifikasi tanda
dan gejala infeksi
4. Mempu menunjukan
mencuci tangan untuk
pencegahan infeksi
5. Tidak ada kemerahan
6. Tidak ada demam
7. Tidak ada hipotermia
8. Tidak ada kestabilan
suhu
21
9. Tidak ada kehilangan
nafsu makan
10. Tidak ada malaise

Ansietas berhubungan NOC:Setelah dilakukan Terapi Relaksasi :


dengan perubahan tindakan keperawatan, 1. Tentukan apakah ada intervensi relaksasi dimasa lalu yang
fungsi peran pasien menunjukkan sudah memberikan manfaat

15
cemas berkurang dengan 2. Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang
Definisi :Perasaan tidak tanda- tanda vital dalam dipilih
nyaman atau kekhawatiran rentang normal dengan 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi
yang samar disertai respon kriteria hasil : dengan lampu yang redup dan suhu lingkungan yang
autonom (sumber sering kali nyaman, jika memungkinkan
1. Suhu tubuh dalam
tidak spesifik atau tidak 4. Dapatkan perilaku yang menunjukan terjadinya relaksasi,
rentang normal
diketahui oleh individu) misalnya bernapas dalam, menguap, pernapasan perut, atau
2. Tingkat pernapasan
perasaan takut yang banyangan yang menyenangkan
dalam rentang normal
disebabkan oleh antisipasi 5. Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang terjadi
3. Tekanan darah sistolik
terhadap bahaya. Perasaan ini 6. Tunjukan dan praktekan teknik relaksasi pada pasien
dalam rentang normal
merupakan isyarat Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi
4. Tekanan darah
kewaspadaan yang relaksasi
diastolik dalam rentang
memperingatkan bahaya yang
normal 22
akan terjadi dan
5. Tekanan nadi dalam
memampukan individu
rentang normal
melakukan tindakan untuk
6. Kedalaman inspirasi
menghadapi ancaman
dalam rentang normal

Batasan Karakteristik

15
Perilaku
1. Penurunan
produktivitas
2. Mengekspresikan
kekhawatiran akibat
perubahan dalam
peristiwa hidup
3. Gelisah
4. Insomnia
5. Kontak mata buruk
Resah

Afektif
1. Gelisah
2. Distress
3. Ketakutan
4. Perasaan tidak adekuat
5. Marah
6. Menyesal
Perasaan takut Khawatir

15
Fisiologis
1. Wajah tegang
2. Peningkatan keringat
3. Gemetar/tremor
4. Suara bergetar
Sumber : NANDA International, (2015-2017), NIC-NOC (2016)

24

15
D Implementasi Keperawatan
Menurut Perry & Potter (2009) dalam (SARI, 2017) implementasi merupakan
tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun
rencana keperawatan. Perencanaan keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis
yang tepat. Tindakan keperawatan diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang
diinginkan untuk mendukung dan mengingatkan status kesehatan klien. Tindakan
keperawatan merupakan bentuk penanganan yang dilakukan oleh perawat
berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil perawatan klien. Proses tindakan keperawatan memerlukan
pengkajian ulang terhadap klien. Saat melakukan tindakan keperawatan, perawat akan
berfokus untuk melakukan tindakan pencegahan terjadinya perdarahan, atau
mengupayakan agar klien tidak mengalami kekurangan volume cairan. Bisa
dilakukan dengan melakukan transfusi darah, pemenuhan cairan melalu infus. Serta
pemantauan tanda-tanda vital pasien (SARI, 2017).

E Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontiniu yang terjadi saat perawat melakukan
kontak dengan pasien. Setelah melaksanakan tindakan keperawatan,kumpulkan data
subjectif dan objektif dari klien, keluarga, dan anggota tim kesehatan. Selain itu
perawat juga dapat meninjau ulang pengetahuan tentang status terbaru dari kondisi,
terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Proses evaluasi
keperawatan dari data yang didapatkan diharapkan pada pasien mola hidatidosa tidak
terjadi lagi perdarahan, klien tidak anemis, tanda-tanda vital dalam batas normal
(SARI, 2017). Jika hasil telah terpenuhi, berarti tujuan untuk klien juga telah
terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah dilakukan
asuhan keperawatan (Perry & Potter, 2009) dalam (SARI, 2017).

25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN REPRODUKSI
MOLA HIDATIDOSA (KASUS FIKTIF)
3.1 Kasus

Nn. “A” usia 19 tahun datang ke RS.PELITA pada tanggal 1 November


2020 . Pasien mengeluh jarang mendapat haid, haid datang 2 bulan sekali. Lamanya
haid kurang lebih 5 hari, tidak ada nyeri yang mengganggu saat haid. Nn. A
mengatakan belum menikah dan belum pernah melakukan hubungan seksual. Nn A
mengatakan menstruasi pertama umur 14 tahun. Nn. A mengatakan siklus haid tidak
teratur sejak 1 tahun terakhir. Nn. A terlihat cemas dan kurang percaya diri dan ketika
dilakukan TTV didapatkan hasil TD :110 / 70 mmHg, nadi: 84 ´/menit, respirasi: 22
´/menit, suhu : 36 ºC.

A Pengkajian
Tanggal Masuk : 1 November 2020
Ruang / RS : Melati
Tanggal Pengkajian : 1 November 2020
Jam Masuk : 08.00
Jam Pengkajian : 08.00
Tempat : UGD

A. Data Umum Klien


1. Nama klien : Nn. A
2. Usia : 19 tahun
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : Belum Menikah
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Pendidikan terakhir : SMA
7. Nama suami :-
8. Umur :-

26
9. Agama :-
10. Pekerjaan :-
11. Pendidikan terakhir : -
12. Alamat :-

B. Anamnesa
1. Diagnosa Medis : Oligomenorea
2. Keluhan Utama : Siklus dan lama menstruasinya tidak teratur
3. Keluhan saat Pengkajian : Nn. A  merasa siklus dan lama menstruasinya mulai
tidak teratur, mengeluh jarang haid.
4. Riwayat penyakit sekarang : Nn. A  merasa siklus dan lama menstruasinya mulai
tidak teratur, mengeluh jarang haid. Haid selalu datang terlambat. Lama haid kurang
lebih 5 hari
5. Riwayat penyakit /kesehatan yang lalu : Pasien mengatakan bahwa dirimya tidak
pernah menderita penyakit apapun yang berhubungan dengan organ reproduksinya.
6. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit
apapun mengenai organ reproduksi di keluarganya

7. Riwayat menstruasi :
Sebelum Ada Keluhan
a. Menarchea : Umur 14 tahun
b. Siklus ; 28 hari
c. Jumlah : 7 hari
d. Lamanya : 7 hari
e. Keteraturan : teratur
f. Dismenorhea : -
g. Masalah khusus : -

Setelah ada keluhan


a. Umur : 18 tahun
b. Teratur/tidak : Teratur

27
c. Siklus : 28 hari
d. Lama haid : 7 hari
e. Disminorhoe :  iya
f. Banyaknya :  2 x ganti pembalut
g. Warna darah :  Merah

8. Riwayat perkawinan
a. Status perkawinan : belum menikah
b. Dengan suami :
c. Lama perkawinan : -

9. Riwayat KB : -
10. Pola aktivitas sehari-hari(ACTIVITY DAILY LIVING)

27
a. Pola makan & minum
Makan
Frekuensi : 3x sehari
Jenis : Nasi
Porsi : 1 piring
Minum
Frekuensi : 6 kali sehari
Jenis : air
Porsi : 1 gelas
Keluhan/Pantangan : -
b. Pola Istirahat
Tidur siang : 2 jam
Tidur malam :  6- 8. jam
Keluhan : tidur kemudian terbangun karena nyeri
c. Pola eliminasi
BAK 6-7 kali dalam sehari, kali/hari, konsistensi cair,warna kuning jernih
BAB 1 kali/hari, warna kuning
d. Personal Hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Ganti pakaian dan pakaian dalam : 3 kali sehari
e. Aktifitas
Pekerjaan sehari-hari : Kuliah
Keluhan : cepat lelah
Hubungan seksual : -
f. Kebiasaan hidup
Merokok : -
Minum-minuman keras : -
Konsumsi obat terlarang : -
Minum jamu : -
11. Riwayat psikososial : -

28
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : pucat dan lemah
2. Tanda vital ( TD/ND/ RR/ Suhu )
TD       : 110/80,
RR       : 22x/menit,
N         : 84x/menit,
suhu     : 36 ○ c.
BB       : 45 kg
3. Pemeriksaan kepala leher
Rambut : Hitam, lurus, bersih, kuat
Mata : Conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus
Hidung : Simetris, tidak ada kotoran, tidak ada cairan yang keluar (darah)
Muka : Tidak Pucat
Mulut : Simetris, merah, gigi tidak ada caries dan tidak ada lubang, bibir
tidak pecah2, tidak ada perbesaran tonsil
Telinga : Simetris, tidak ada kotoran dan cairan yang keluar
Leher : Tidak ada pelebaran vena jugularis dan kelenjar tiroid.
4. Pemeriksaan integumen
turgor kulit kering tidak elastis, tidak terdapat lesi, tidak terdapat tanda alergi
5. Dada dan thorax
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat adanya bantuan otot pernafasan.
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, tidak terdapat nyeri tekan.
Auskultasi : Suara nafas normal, Tidak terdengar suara nafas tambahan.
Perkusi : Terdengar suara sonor
6. Payudara
Bentuk : Simetris.
Puting susu : Menonjol, cukup bersih.
Massa/tumor : Tidak teraba massa abnormal.
7. Abdomen :

29
Bentuk : Rata
Bekas Luka : Tidak ada
Massa/tumor : Tidak teraba massa abnormal
8. Genetalia :
Bekas Luka : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Kelenjar Bartholini : Tidak ada tanda-tanda peradangan
9. Ektremitas :
Oedem : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflek Patella : Kanan dan kiri (+)
Kuku : Pendek bersih
10. Pemeriksaan neurologis :-
11. Pemeriksaan
penunjang/Lab/Thorax………………………………………………………
1. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk mengetahui penyebab tertentu dari oligomenore, tes kehamilan
dan tes darah untuk mengetahui kadar hormon tiroid.
2. B-USG : deteksi dini kondisi rahim, ovarium, dan panggul

12. Terapi/pengobatan/penatalaksaan……………………………………

29
B Diagnosa Keperawatan
N Hari/ Data Penunjang Etiologi Masalah Paraf
o tanggal/ jam
1 Senin, 1 Ds : pasien Abortus Resiko tinggi
November mengatakan Perdarahan yang syok
2020 / mengalami terus menerus hipovelemik
08.00 perdarahan sejak
6 hari Kehilangan
Do : volume darah
a.       Vulva tampak Resiko tinggi
kotor syok
b.      Keluar cairan hipovelemik
putih kekuningan
serta berbau
c.       Darah yang
keluar disertai
gelembung-
gelembung cairan
d.      TD : 100/80
mmHg
e.       Pucat
f.        Lemah

2 Senin, 1 Ds : pasien Hiperemesis Kekurangan


November mengatakan Kehilangan volume
2020 / mengalami cairan berlebih cairan
08.00 perdarahan sejak
6 hari Dehidrasi
Pasien mengaku
mual dan muntah Kehilangan

30
Do : volume cairan
a.       Mukosa bibir
kering
b.      Turgor kulit
kering tidak
elastis
c.       Pasien tampak
lemah
3 Senin, 1 Ds : pasien Jonjot-jonjot Nyeri akut
November mengaku nyeri korio
2020 / dibagian bermestatase
08.00 perutnya
Do : Terdapat ulkus
a.       Pasien tampak divagina
meringis Perlukaan jalan
menahan nyeri lahir
b.      Pasien tampak
lemah Nyeri akut
c.       N : 22x/menit
d.      RR :
125x/menit

31
C Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


. kriteria hasil
1 Ansietas setelah 1. Mendengarkan 1. 1 Klien
berhubungan diberikan penyebab kecemasan dapat
dengan asuhan klien dengan penuh mengungkapk
ancaman keperawatan perhatian an penyebab
terhadap selama 1 x 24 2. Observasi tanda kecemasannya
konsep diri jam verbal dan non sehingga
diharapkan verbal dari perawat dapat
klien tidak kecemasan klien menentukan
mengalami 3. Menganjurkan tingkat
kecemasan, keluarga untuk tetap kecemasan
dengan mendampingi klien klien dan
kriteria hasil : 4. Mengurangi atau menentukan
menghilangkan intervensi
1. Kecemasa
rangsangan yang untuk klien
n pada
menyebabkan selanjutnya.
klien
kecemasan pada 2. Mengobs
berkurang
klien ervasi tanda
2. TTV
5. Kaji tanda tanda verbal dan
dalam
vital non verbal
batas
dari
normal
kecemasan
klien dapat
mengetahui
tingkat
kecemasan
yang klien

32
alami.
3. Dukunga
n keluarga
dapat
memperkuat
mekanisme
koping klien
sehingga
tingkat
ansietasnya
berkurang
4. Penguran
gan atau
penghilangan
rangsang
penyebab
kecemasan
dapat
meningkatkan
ketenangan
pada klien dan
mengurangi
tingkat
kecemasannya
5. Cemas
yang berlebih
dapat
mengganggu
TTV

33
2 Defisit Setelah 1. 1. Kaji tingkat
1.     
pengetahuan dilakukan pengetahuan klien Mengidentifikasi
berhubungan tindakan mengenai menstruasi luasnya masalah
dengan keperawatan 1 yang normal, jenis klien dan
kurang x 24 jam gangguan, penyebab, perlunya
terpapar diharapkan gejala dan intervensi
informasi klien dapat penanganannya Dengan

memahami 2. 2. Jelaskan 2. Meningkatkan

tentang mengenai siklus pengetahuan

perubahan menstruasi yang klien, klien

yang terjadi normal, jenis mampu mecari

pada gangguan penyebab, jalan keluar

tubuhnya, gejala dan untuk masalah

dengan penanganannya gangguan

kriteria hasil : menstruasi

1. Klien
dapat
menyebutk
an jenis
gangguan
menstruasi
,
penyebab,
gejala dan
penangann
ya
klien tampak
tidak bingung
lagi

33
D Implementasi Keperawatan

N Diagnosa Hari/tang Implementasi paraf


o. gal/jam
1 Ansietas Senin, 1 1. Mendengarkan penyebab Perawat
berhubungan November kecemasan klien dengan
dengan 2020 / penuh perhatian
ancaman 08.00 2. mengbservasi tanda
terhadap verbal dan non verbal dari
konsep diri kecemasan klien
3. Menganjurkan keluarga
untuk tetap mendampingi
klien
4. Mengurangi atau
menghilangkan rangsangan
yang menyebabkan
kecemasan pada klien
5. Mengkaji ttv pasien

2 Defisit Senin, 1 1. Mengkaji tingkat Perawat


pengetahuan November pengetahuan klien mengenai
berhubungan 2020 / menstruasi yang normal, jenis
dengan 08.00 gangguan, penyebab, gejala
kurang dan penanganannya
terpapar 2. menjelaskan mengenai
informasi siklus menstruasi yang
normal, jenis gangguan
penyebab, gejala dan
penanganannya

33
E Evaluasi Keperawatan

No Hari/tanggal/jam no. diagnosa Evaluasi paraf


.
1 Jumat, 5 1 S : pasien mengatakan sudah Perawat
November 2020 tidak terlalu cemas dengan
keadannya sekarang
O : pasien tampak tenang

Ttv :
TD:110 / 70 mmHg
Nadi : 84 ´/menit
Respirasi: 22 ´/menit
Suhu : 36,5 ºC
A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi
2 Jumat, 5 2 S : pasien mengatakan sudah Perawat
November 2020 mengetahui tentang apa yang
di alami oleh dirinya
O : pasien tampak rileks
Pasien terlihat faham dengan
prognosis penyakitnya
A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi

33
36

33
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Mola Hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
kehamilan yang disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan
hidropik. Sedangkan kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan
hasil konsepsi yang tidak berkembang menjadi embrio setelah fetilisasi, namun
terjadi proliferasi dari vili karialis disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus
melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi normal, tidak dijumpai adanya
janin, dan kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur,
kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak. Molahidatidosa dapat
diklasifikasi yaitu mola hidatidosa komplit dan molahidatidosa parsial.
Gejala Klinis mola hidatidosa tidak banyak perbedaan gejala seperti hamil
muda, yaitu nek, mual, muntah, pusing, hanya kadang-kadang berlangsung lebih
hebat. Infiltrasi sel trofoblas yang merusak pembuluh darah menimbulkan gejala
pendarahan sedikit demi sedikit sampai pendarahan banyak dan pengeluaran
gelembung mola. Tinggi uteri pada penderita mola hidatidosa dapat lebih tinggi dari
umur kehamilan sebenarnya. Pada trimester 1 dan selama trimester 2 terjadi
perubahan seperti, perdarahan pervagina berwarna kecoklatan yang disertai jaringan –
jaringan seperti buah anggur, ukuran uterus membesar lebih besar dari usia
kehamilan, dan denyut jantung janin tidak ditemukan.
Adapun patofisiologi mola hidatidosa yaitu ketika Jonjot-jonjot tumbuh
berganda dan mengandung cairan merupakan kista kista anggur, biasanya didalamnya
tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola
pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah:
satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola
besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm. Mola
parliasis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola. Secara

37
mikroskopis terlihat proliferasi dan trofoblas, degenerasi hidropik dari stroma villi
dan kesembaban, Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita mola hidatidosa antara lain
perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat fatal;
perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia; infeksi sekunder;
perforasi karena keganasan dan karena tindakan; menjadi ganas (PTG) pada kira-kira
18-20% kasus, akan menjadi mola destruens atau kariokarsinoma.
Adapun pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk penderita mola
hidatidosa antara lain dengan HCG. Ketika nilai HCG meningkat dari batas
normalnya. Pemeriksaan rontgen yaitu ketika tidak ditemukan kerangka bayi.
Pemeriksaan USG terlihat tidak ada gambaran janin dan denyut jantung janin. Dan
Uji sonde, pada hamil mola, sonde mudah masuk,sedangkan pada kehamilan biasa,
ada tahanan dari janin.
Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang
disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan.
Terapi mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu perbaikan keadaan umum Adalah
transfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik atau anemi,pengobatan terhadap
penyulit, seperti pre eklampsi berat atau tirotoksikosis.Selanjutrnya pengeluaran
jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi. Histerektomi. Syarat
melakukan histerektomi adalah : Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah
cukup umur dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi
adalah karena umur tua dan paritas tinggi merupan factor predisposisi untuk
terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup
tiga. kemudian evakuasi Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan
kuret vakum, kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam.Tindakan kuret hanya
dilakukan satu kali.Kuret ulangan dilakukan hanya bila ada indikasi.

38
BAB V
KESIMPULAN
5.1     Kesimpulan
Mola hidatidosa adalah penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
kehamilan disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan hidro. Gejala
klinis yang ditampakkan pada kehamilan ini sama dengan kehamilan normal.
Perkembangan hamil selanjutnya menunjukkan pembesaran rahim yang pesat disertai
pengeluaran hormon semakin meningkat. Infiltrasi sel trofoblas yang merusak
pembuluh darah menimbulkan gejala pendarahan sedikit demi sedikit sampai
pendarahan banyak dan pengeluaran gelembung mola. Penyebabnya yaitu ovnamun
terlambat dikeluarkan, immunoselektif dan trofoblas, paritas tinggi, kekurangan
protein. Pada wanita yang mengalami mola hidatidosa ini sering mengalami mual dan
muntah karena produksi Hcg yang tinggi. Pendarahan yang abnormal dapat
menyebabkan infeksi pada kandungan usia muda. Resiko infeksi harus segera
ditangani untuk demi kesesalamatan kandungan.

5.2     Saran
Kepada ibu hamil disarankan untuk selalu melakukan pemeriksaan kandungan.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala patologis yang sering
terjadi saat sedang mengandung. Apabila terjadi gejala patologis, ibu harus segera
melaporkan kepada tenaga medis agar tidak terjadi hal-hal ang tidak diinginkan
terhadap kandungannya.

39
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


NANDA NIC-NOC. Mediaction.
purwansyah, D. (2017). Makalah Askep Mola Hidatidosa. Makalah Askep Mola
Hidatidosa. https://brangkolong.blogspot.com/2017/03/makalah-askep-mola-
hidatidosa.html
SARI, L. P. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MOLA
HIDATIDOSA DI RUANGAN GYNEKOLOGI-ONKOLOGI DI RSUP DR. M.
DJAMIL PADANG. https://www.google.com/url?client=internal-element-
cse&cx=partner-pub-
3317167162609756:3134777453&q=http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/Lady_Permata_Sari
%25281%2529.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwj2l7L16NnsAhXsILcAHQqZBow
QFjACegQICRAB&usg=AOvVaw2dPnLQnjVF7YHbaAbFkxrN

40

Anda mungkin juga menyukai