Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN INDIVIDU

STASE KEPERAWATAN GERONTIK

ADU ANGKY RATU


NIM: 62502820

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah
memberikan penuliskemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentunya penulistidak akan sanggup untuk
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan atas limpahan nikmat sehatNya,
baik itu berupa sehat fisik, maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik atau saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini
nantinya menjadi laporan yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyakkesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kupang, Mei, 2021

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................i


KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Tujuan..............................................................................................................................2

C. Manfaat..............................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3

A. Konsep Lanisa....................................................................................................................3
B. Konsep lansia sebagai populasi beresiko...........................................................................4
C. Konsep penyakit Hipertensi...............................................................................................4
D. Konsep teori asuhan keperawatan gerontik......................................................................6

BAB III Asuhan Keperawatan.........................................................................................9

A. Pengkajian..........................................................................................................................9
B. Diagnosa............................................................................................................................9
C. Intervensi.............................................................................................................................
D. Implementasi.......................................................................................................................
E. Evaluasi................................................................................................................................
BAB IV Pembahasan.....................................................................................................................
BAB V Penutup.............................................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Stroke merupakan gangguan yang sering mengenai lansia,dimana kejadian stroke
makin meningkat seiring bertambahnya usia,penyakit ini sering menyebabkan kematian
dan disabilitas (cacat) di dunia. Peningkatan kejadian ini menjadi masalah kesehatan yang
besar pada populasi yang semakin menua. Penyakit ini bisa di sebabkan oleh tekanan
darah tinggi yang sering di derita lansia dan menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya
stroke [ CITATION Agu \l 1033 ]
Stroke merupakan gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi saraf otak. Istilah stroke
biasanya di gunakan secara spesifik untuk menjelaskan infak serebrum [ CITATION
Ami15 \l 1033 ]
Gangguan syaraf tersebut menimbulkan gejala antara lain: kelumpuhan wajah atau
anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), mungkin perubahan
kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain- lain. Upaya yang dapat di berikan kepada
lansia dengan stroke adalah asuhan keperawatan secara komprehensif termasuk upaya
pemulihan dan rehabilitasi dalam jangka lama, bahkan sepanjang sisa hidup
pasien[ CITATION SSS11 \l 1033 ]
Menurut WHO (2014) stroke ditandai adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain veskuler. Menurut American Heart Assosiation(AH,2015),angka kejadian
stroke pada seseorang dengan usia 60-79 tahun yang menderita stroke pada perempuan
5,2% dan laki-laki sekitar 6,1%, Prevelansi pada usia lanjut semakin meningkat dan
bertambah setiap tahunnya dapat dilihat dari usia seorang 80 tahun keatas dengan angka
kejadian stroke pada laki-laki sebanyak 15,8% dan pada perempuan sebanyak
14%,Prevalensi angka kematian yang terjadi di Amerika di sebabkan oleh stroke dengan
populasi 100.000 pada perempuan sebanyak 27,9% dan pada laki-laki sebanyak 25,8%,
sedangkan di Negara Asia angka kematian yang diakibatkan oleh stroke pada perempuan
sebanyak 30% dan pada laki-laki sebanyak 33,5% per 100.000 populasi (AHA, 2015)
Menurut WHO (World Health Organization, 2012) angka kematian akibat stroke

sebesar 51% di seluruh dunia di sebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain itu, di
perkirakan sebesar 16% kematian stroke di sebabkan karena tingginya kadar glokosa.

Di Indonesia sendiri menunjukan bahwa jumlah penderita stroke terus meningkat

seiring dengan bertambahnya umur. Kasus tertinggi yang terdiagnosis tenaga

kesehatan yaitu pada usia 75 tahun keatas (43,1) dan terendah pada kelompok usia

15-24 tahun yaitu sebesar 0,2% (Kemenkes RI, 2017).

Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis

tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%) (Infodatin,

2013). Di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2018 prevelensi stroke meningkat

dari awalnya tahun 2013 yang hanya 7% penderita stroke pada tahun 2018 menjadi

10,9% penduduk Indonesia yang mengalami stroke.

Nusa Tenggara Timur menempati urutas ke-12 dengan pravalensi stroke 66.695

jiwa ditahun 2013.

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan

Hipertensi dengan menggunakan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat:

a. Memahami Konsep Lansia

b. Memahami Konsep stroke

1.3. Manfaat

1. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi

dalam menyusun standar Prosedur (SOP) intervensi pederita stroke


2. Bagi Profesi Perawat Karya ilmiah Akhir Ners ini dapat memberikan kontribusi

terhadap perkembangan ilmu keperawatan serta merupakan sumber informasi dan

sebagai pertimbangan dalam memberikan intervensi mandiri pada penderita stroke

3. Bagi Penderita stroke Karya ilmiah akhir ners ini sebagai informasi keperawatan

yang dapat di terapkan secara mandiri bagi penderita stroke

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1. KONSEP LANSIA


2.1.1 Pengertian Lansia

Usia lanjut (Lansia) adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh
semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh
siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya.
[ CITATION Set17 \l 1033 ]

Usia lanjut (Lansia) adalah periode dimana organism telah mencapai


kematangan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukan kemunduran
sejalan dengan waktu [ CITATION Noe18 \l 1033 ]

Usia lanjut (Lansia) sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap
perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia
lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah
kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap
dalam jangka waktu beberapa decade.

2.2.1 Klasifikasi Lansia


1 Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun


b. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
2 Menurut Kemenkes RI ada lima klasifikasi lansia, yaitu:
a. Pralansia (prasenilis) adalah seseorang yang berusia 45-59 tahun.
b. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.
c. Lansia resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih.
d. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya tergantung orang lain.

2.3.1 Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia


1 Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Lebih besar ukurannya
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler
d. Menurunnya proporsi protein diorak, otot, ginjal, darah dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%
2 Sistem persyarafan
a. Berat otak menurun 10-20% (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya).
b. Lambat dalam respond an waktu untuk bereaksi, khusunya dengan stress.
c. Mengecilnya saraf panca indara
d. Mengurangnya penglihatan, pendengaran, mnegecilnya saraf penciuman dan
perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhdapa suhu dingin.
e. Kurang sensitive terhadap sentuhan.
3 Sistem pendengaran
a. Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama
terhadap bunyi atau suara-suara nada-nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
b. Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
c. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stress.
4 Sistem penglihatan
a. Stringter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. Kornea
lebih berbentuk sferis (bola).
b. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, dan sudah melihat dalam cahaya gelap.
d. Hilangnya daya akomodasi.
e. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandanganya.
f. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala
2.2. .KONSEP STROKE
2.2.1 Definisi

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan di


peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak,
sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian
[ CITATION Agu \l 1033 ]

Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit


neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak
[ CITATION Ami15 \l 1033 ]

2.2.2 Klasifikasi

Menurut [ CITATION Agu \l 1033 ] Stroke di kelompokkan menjadi dua


yaitu StrokeIskemik(Non Hemorgik) dan Stroke Hemoragik.

1 Stroke Iskemik (Non Hemoragik)


Terjadi apabila salah satu cabang dari pembuluh darah otak mengalami
penyumbatan, sehingga bagian otak yang seharusnya mendapatkan suplai
darah dari cabang pembuluh darah tersebut akan mati karena tidak
mendapatkan suplai oksigen dan aliran darah.
1.) Stroke Trombotik yaitu proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan.
2.) Stroke embolik yaitu tertutupnya pemuluh darah arteri oleh bekuan
darah.
3.) Hipoperfusion sistemik yaitu berkurangnya aliaran darah ke seluruh
bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
2 Stroke Hemoragik
Terjadinya karena pecah pembuluh darah di otak terkait dengan
terjadinya peningkatan tekanan darah akibat gesekan dari darah yang
mengalir penderita hipertensi yang bisa menyebabkan pecahnya pembuluh
darah.

2.2.3 Etiologi
Stroke di bagi menjadi dua jenis yaitu Stroke iskemik dan Stroke hemorogik.

1 Stroke iskemik atau Non hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah

yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau seluruhan terhenti.

80% kasus adalah Stroke iskemik.

1) Stroke trombotik : proses terbentuknya trombus yang menyebabkan

penggumpalan.

2) Stroke embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

3) Hipoperfusion embolik : berkurangnya aliran darah keselurh bagian

tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

Stroke yang di sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.

2 Stroke hemoragik terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

1.) Hemoragik intra serebral : perdarahan yang terjadi di dalam


jaringan otak.
2.) Hemoragik subaraknoid : perdarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan selaput
yang menutupi otak)
Hampir 70% kasus Stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi.[ CITATION Ami15 \l 1033 ]
2.2.4 Manifestasi klinis
Menurut Amin (2015) manifestasi klinis yang ada pada penderita Stroke
yaitu mengalami kelemahan dan kelumpuhan, tiba-tiba hilang rasa kepekaan,
bicara pelo atau cadel, gangguan bicara, gangguan penglihatan, mulut mencong
atau tidak simetris ketika menyeringai, gangguan daya ingat, nyeri kepala hebat,
vertigo, penurunan kesadaran, proses kencing terganggu dan mengalami
gangguan fungsi otak

2.2.5 Patofisiologis

Faktor pencetus dari Stroke seperti hipertensi,Dm,penyakit jantung dan


beberapa faktor lain seperti merokok, stress, gaya hidup yang tidak baik dan
beberapa faktor seperti obesitas dan kolestrol yang meningkat dalam darah dapat
menyebabkan penimbunan lemak atau kolestrol yang meningkat dalam darah
dikarenakan ada penimbunan tersebut, pembuluh darah menjadi infark dan
iskemik. Dimana infark adalah kematian jaringan dan iskemik adalah kekurangan
suplai O2. Hal tersebut dapat menyebabkan arterosklerosis dan pembuluh darah
menjadi kaku. Arterosklerosis adalah penyempitan pembuluh darah yang
mengakibatkan pembekuan darah di cerebral dan terjadi lah Stroke non
hemoragik. Pembuluh darah menjadi kaku, menyebabkan pembuluh darah mudah
pecah dan mengakibatkan Stroke hemoragik.

Dampak dari Stroke non hemoragik yaitu suplai darah kejaringan cerebral
non adekuat dan dampak dari Stroke hemoragik terdapat peningkatan tekanan
sistemik. Kedua dampak ini menyebabkan perfusi jaringan cerebral tidak adekuat.
Pasokan Oksigen yang kurang membuat terjadinya vasospasme arteri serebral dan
aneurisma. Vasospasme arteri serebral adalah penyempitan pembuluh darah arteri
cerebral yang kemungkinan akan terjadi gangguan hemisfer kanan dan kiri dan
terjadi pula infark /iskemik di arteri tersebut yang menimbulkan masalah
keperawatan gangguan mobilitas fisik. Aneurisma adalah pelebaran pembuluh
darah yang disebabkan oleh otot dinding di pembuluh darah yang melemah hal
ini membuat di arachnoid (ruang antara permukaan otak dan lapisan yang
menutupi otak) dan terjadi penumpukan darah di otak atau disebut hematoma
kranial karena penumpukan otak terlalu banyak, dan tekanan intra kranial
menyebabkan jaringan otak berpindah/ bergeser yang dinamakan herniasi
serebral.
Pergeseran itu mengakibatkan pasokan oksigen berkurang sehingga terjadi
penurunan kesadaran dan resiko jatuh. Pergeseran itu juga menyebabkan
kerusakan otak yang dapat membuat pola pernapasan tak normal (pernapasan
cheynes stokes) karena pusat pernapasan berespon berlebihan terhadap CO2 yang
mengakibatkan pola napas tidak efektif dan resiko aspirasi.[ CITATION Ami15 \l
1033 ]

2.2.6 Komplikasi

Menurut [ CITATION Agu \l 1033 ]komplikasi Stroke meliputi hipoksia


serebral, penurunan aliran darah serebral dan embolisme serebral.

1 Hipoksia serebral.
Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan
kejaringan. Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian oksigenasi
yang adekuat ke otak. Pemberian oksigen berguna untuk mempertahankan
hemoglobin serta hematokrit yang akan membantu dalam
mempertahankan oksigenasi jaringan.
2 Penurunan aliran darah serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integrasi pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat cairan intravena,
memperbaiki aliran darah dan menurunkan viscositas darah. Hipertensi
atau hipotensi perlu di hindari untuk mencegah perubahan pada aliran
darah serebral dan potensi meluasnya area cidera.
3 Embolisme serebral
Terjadi setelah imfak miokard atau vibrilasi atrium. Embolise akan
menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran
darah ke serebral. Distritmia dapat menimulkan curah jantung tidak
konsisten, distritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus
segera di perbaiki.
2.2.7 Pemeriksaan penunjang

Menurut Setiawan 2019 pemeriksaan yang dapat dilakukan pada


lansia Stroke sebagai berikut :

1 Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab Stroke secara spesifik misalnya
pertahanan atau sumbatan arteri.
2 Scan Tomografi Komputer (CT-Scan)
Mengetahui adanya tekanan normal dan adanya thrombosis, emboli
serebral, dan tekanan normal dan adanya thrombosis, emboli serebral, dan
tekanan intracranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung
darah menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan perdarahan
intracranial. Kadar protein total meningkat, beberapa kasus thrombosis
disertai proses inflamasi.

3 Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
4 Ultrasonografi Doppler (USG doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis atau
aliran darah timbulnya plak dan arteriosklerosis).
5 Elektroensefalogram (EEG)
Mengidentifikasi masalah pada gelombang otak dan memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik.
6 Sinar tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat
pada thrombosis serebral; klasifikasi parsial dinding aneurisma pada
perdarahan subarachnoid.
7 Pemeriksaan laboratorium rutin
Berupa cek darah, Gula darah, Urine, Cairan serebrospinal, AGD,
Biokimia dara dan elektrolit.
2.2.8 Penatalaksanaan

Penderita Stroke sejak mulai sakit pertama kali dirawat sampai proses
rawat jalan di luar rumah sakit, memerlukan perawatan dan pengobatan terus
menerus sampai optimal dan mencapai keadaan fisik maksimal. Pengobatan pada
Stroke non hemoragik dibedakan menjadi:

1 Pengobatan umum
Untuk pengobatan umum ini dibedakan menjadi 5B , yaitu :
1.) Breathing
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-paru cukup
baik.Fungsi paru sering terganggu karena curah jantung yang kurang,
maka jantung harus dimonitor dengan seksama. Pengobatan dengan
oksigen hanya perlu jika kadar oksigen dalam darah berkurang.
2.) Blood
a. Tekanan darah
Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan
darah ke otak.Pada fase akut pada umumnya tekanan darah
meningkat dan secara spontan akan menurun secara gradual.
Pengobatan hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan
perfusi yang justru menambah iskemik lagi.
b. Komposisi darah
Kadar Hb dan glukosa harus di jaga cukup baik untuk metabolisme
otak.Bila terdapat polisitemia harus di lakukan hemodilusi.
Pemberian infuse glukosa harus di hindari karena akan menambah
terjadinya asidosis di daerah infark yang mempermudah terjadinya
edem dan karena hiperglikemia menyebabkan perburukan fungsi
neurologis dan keluaran. Keseimbangan elektrolit harus di jaga.
c. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus di perhatikan. Hindari terjadinya
obstipasi karena akan membuat lansia gelisah. Nutrisi harus cukup,
bila perludiberikan melalui nasogastic tube
d. Bladder
Miksi dan balance cairan harus di pehatikan. Jangan sampai terjadi
retensio urine. Bila terjadi inkontinensia, untuk laki-laki harus di
pasang kondom kateter,kalau wanita harus di pasang kateter tetap
e. Brain
Edema otak dan kejang harus di cegah dan di atasi.Bila terjadi
edema otak, dapat di lihat dari keadaan penderita yang mengantuk,
adanya bradikardiatau denganpemeriksaanfunduskopi, dapat di
berikan manitol. Untuk mengatasi kejang-kejang yang timbul dapat
di berikan diphenylhydantion atau carbamazepine
2 Pengobatan khusus
Pada fase akut pengobatan di tujukan untuk membatasi kerusakan

otak semaksimal mungkin agar kecatatan yang di timbulkan menjadi

seminimal mungkin. Untuk daerah yang mengalami infark, kita tidak

bisa berbuat banyak, yang penting adalah menyelamatkan daerah di

sekitar infark yang di sebut daerah penumbra. Neuron-neuron di daerah

penumbra ini sebenarnya masih hidup, akan terapi tidak dapat berfungsi

oleh karena aliran darahnya tidak adekuat. Daerah inilah yang harus di

selamatkan agar dapat berfungsi kembali. Untuk keperluan tersebut

maka aliran darah tersebut harus di perbaiki.

3 Terapi farmakologi

1.) Trombolisis
Satu-satunya obat yang di akui FDA sebagai standar adalah pemakaian
r- TPA ( recombinant- Tissue plasminogen Activitor) yang di berikan
pada penderita Stroke iskemik dengan syarat tertentu baik intravena
maupun arterial dalam waktu kurang dari 3 jam setelah onset Stroke.
2.) Antikoagulan
Obat yang di berikan adalah heparin atau heparinoid (fraxiparine).

Efek antikoagualan heparin adalah inhibisi terhadap faktor koagulasi

dan mencegah atau memperkecil pembentukan fibrin dan propagasi

trombus. Antikoagulasia mencegah terjadinya gumpalan darah dan

embolisasi trombus. Antikoagulansia mencegah terjadinya gumpalan

darah dan emboisasi trombus. Antikoagulansia masih sering di

gunakan pada penderita Stroke dengan kelainan jantung yang dapat

menimbulkan embolus.

3.) Anti agregasi trombosit

Obat yang di pakai untuk mencegah penggumpalan sehingga

mencegah terbentuknya trombus yang dapat menyumbat pembuluh


darah.Obat ini dapat digunakan pada TIA. Obat yang banyak

digunakan adalah asetosal (aspirin) dengan dosis 40mg-1,3

gram/hari. Akhir-akhir ini di gunakan tiklodipin dengan dosis 2 x

250 mg.

4.) Neuroprotektor

Mencegah dan memblok proses yang menyebabkan kematia sel-sel

terutama di daerah penumbra. Berperan dalam menginhibisi dan

mengubah reverbilitas neuronal yang tergangguakibat ischemic

cascade.Obat-obat ini misalnya puracetam, citikolin, nimodipin,

pentoksifilin.

5.) Anti edema

Obat anti edema otak adalah cairan hiperosmolar , missalnya

manitol 20%, larutan gliserol 10%. Pembatas cairan juga dapat

membantu.Dapat pula menggunakan kortikosteroid.

4 Terapi non farmakologi


1.) Terapi menggenggam bola
Terapi ini berpengaruh untuk meningkatkan kekuatan otot pada
ekstermitas atas, sehingga dapat terjadi peningkatan pada kekuatan
otot.
2.) Latihan keterampilan motorik
Latihan-latihan ini dapat membantu meningkatkan kekuatan dan
koordinasi otot lansia kembali. Biasanya orang yang melakukan terapi
ini adalah orang yang otot lidahnya melemah. Terapi ini bisa
memperkuat otot lansia untuk berbicara atau menelan.
3.) Terapi mobilitas
Alat bantu dalam terapi mobilitas itu alat bantu berjalan, tongkat, kursi
roda, atau penahan pergelangan kaki. Penyangga pergelangan kaki
dapat menstabilkan dan memperkuat pergelangan kaki lansia untuk
membantu mendukung berat badan lansia saat lansia belajar berjalan
kembali.
4.) Terapi constraint induced
Terapi ini di lakukan oleh anggota tubuh lain yang tidak terkena
dampak dari kondisi ini. Anggota tubuh yang tidak terkena harus
membantu anggota tubuh lain untuk meningkatkan fungsinya. Terapi
stroke ini kadang-kadang di sebut terapi penggunaan paksa.
5.) Terapi Range of motion (ROM)
Latihan dan perawatan ini bertujuan untuk mengurang ketegangan otot
(kelenturan) dan membantu lansia mendapatkan kembali gerak tubuh
yang lentur.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Adi Didin Setyawan
(2017) tentang Pengaruh Pemberian Terapi Rom (Range Of Motion)
Terhadap Penyembuhan Penyakit Stroke disimpulkan bahwa
pemberian terapi rom dapat membantu penyembuhan terhadap
penyakit stroke.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Format Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : Arison Nau


Tempat Praktek : Masyarakat
Tanggal Praktek :
Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2021

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN STROKE

Data Umum Pasien


Nama : Tn. T.R
No RM :
Umur : 74 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Tarus
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan terakhir : Petani

GENOGRAM
Keluhan utama saat ini:
Pasien mengatakan sudah 2 tahun tidak dapat beraktivitas sebagaimana biasanya.
Riwayat kesehatan keluarga
Tn. T.R mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit Stroke seperti
dirinya.
Riwayat Alergi
Tn. T.R mengatakan tidak memiliki alergi makanan atau obat-obatan yang dikonsumsi.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Keadaan umum Tn. T.R tampak bersih dan rapi
a) Nyeri :
Tn, T. R mengatakan sakit punggung karena banyak tidur.
b) Status gizi : BB saat ini : 45 kg TB: 150 cm BMI:
c) Personal Hygine: Tn, T. R mengatakan ia mandi 1 kali dalam sehari yaitu pada
waktu siang hari, keramas 2 kali dalam seminggu degan menggunakan shampo.
1. Sistem persepsi sensori
a. Pendengaran
Tn, T. R tidak memiliki gangguan pendengarannya baik di telinga sebelah kiri
maupun telinga sebelah kanan
b. Penglihatan
Tn, T. R tidak memiliki gangguan fungsi penglihatan, untuk membaca klien
tidak menggunakan kacamata.
c. Pengecap/Penghidu
Tn, T. R tidak memiliki gangguan pada indra pengecap atau penghidunya
karena Tn, T. R masih dapat membedakan bau-bauan dan juga dapat
membedakan rasa dari makanan. Mulut tampak bersih, gigi sebagaian sudah
jatuh.
d. Peraba
Kulit tampak keriput, turgor kulit kurang dari 2 detik, tidak ada lesi, capiraly
reptil kurang dari 2 detik dan tidak ada gangguan pada fungsi indra peraba.
2. Sistem pernafasan
a. Frekwensi : frekuensi napas Tn, T. R 21x/menit
b. Suara nafas : suara napas Tn, T. R vesikuler
3. Sistem kardiovaskular
a. Tekanan darah : 160/90 mmHg
b. Nadi: 80x/menit
c. Capillary Refill: <2 detik
4. Sistem saraf pusat
a. Kesadaran : Tn, T. R sadar sepenuhnya (Composmentis)
b. Orientasi waktu : Tn, T. R mengatakan hari ini hari selasa, tanggal 18 dan juga
sekarang sore hari
c. Orientasi orang : Tn, T. R mengetahui tetangganya
5. Sistem gastrointestinal
a. Nafsu makan : Tn, T. R mengatakan napsu makannya baik
b. Pola makan : Tn, T. R makan 3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan
malam. Tn, T. R selalu makan nasi dan selalu menghabiskan makannya.
c. Abdomen :Tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada lesi.
d. BAB : Tn, T. R mengatakan ia BAB 2 kali dalam hari
6. Sistem musculoskeletal
a. Rentang gerak : Tn, T. R tidak dapat bergerak secara bebas
b. Kemampuan ADL: Tn, T. R membutuhkan bantuan dalam melakukan
aktivitasnya sehari-hari
7. Sistem integument
Rentang gerak: 5 5
5 3

Kulit Tn, T. R tampak keriput, terdapat bintik-bintik hitam atau hiperpigmentasi,


tidak ada luka.
8. Sistem reproduksi:
9. Sistem perkemihan
a. Pola : Tn, T. R selalu BAK kurang lebih 5 kali dalam sehari
b. Inkontinensi : Tn, T. R mengatakan ia selalu bangun Kurang dari 2 kali pada
malam hari untuk BAK
Data Penunjang

Terapi yang diberikan

PSIKOSOSIOBUDAYA DAN SPIRITUAL


Psikologis
a. Perasaan saat ini dalam menghadapi masalah : Tn, T. R mengatakan pasrah
dengan masalah yang ada dan hanya berharap hanya kepada Tuhan.
b. Cara mengatasi perasaan tersebut: Tn, T. R mengatakan ia selalu berdoa kepada
Tuhan, dengan begitulah ia merasa tenang.
c. Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan: Tn, T. R mengatakan akan
melakuakan aktifitasnya seperti dulu lagi
d. Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan maka : Tn, T. R hanya pasrah kepada
tuhan tentang kehidupannya, dan menjalankan dengan baik
e. Pengetahuan klien tentang masalah / penyakit yang ada: Tn, T. R mengatakan ia
mengetahui tentang penyakit stroke yang ia alami.
Sosial
a. Aktivitas atau peran di masyarakat : Tn, T. R mengatakan sudah tidak
berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.
b. Kebiasaan di lingkungan yang tidak disukai: Tn, T. R mengatakan tidak ada
kebiasaan dilingkungannya yang tidak disukai olehnya.
c. Cara mengatasinya
d. Pandangan klien tentang aktifitas social dilingkungannya : Tn, T. R mengatakan
sangat senang dengan orang-orang dilingkungan sekitarnya karena saling
membantu satu sama yang lain.
Budaya
a. Budaya yang diikuti klien adalah budaya: Tn, T. R mengatakan budaya yang
dikuti saat ini adalah budaya sabu.
b. Keberatan /tidak terhadap budaya yang diikuti: Tn, T. R mengatakan tidak
keberatan dengan budaya yang ikuti olehnya.
c. Cara mengatasi (jika keberatan) .
Spiritual
a. Aktivitas ibadah yang sehari-hari dilakukan : Tn, T. R mengatakan ia sudah jarang
mengikuti ibadat akan tetapi Tn, T. R selalu berdoa setiap hari.
b. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan: Tn, T. R mengatakan sudah tidak
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagaman digereja.
c. Kegiatan ibadah yang saat ini tidak bisa dilakukan : Tn, T. R mengatakan tidak
berpartisipasi dalam kegiatan lansia digereja, ataupun kebaktian utama digereja.
d. Perasaan klien akibat tidak dapat melaksanakan ibadah tersebut : Tn, T. R
mengatakan jika ia tidak pergi ikut beribadah ia merasa bersalah, karena ia
berpikir Tuhan sudah menjaganya.
e. Upaya klien mengatasi perasaan tersebut : Tn, T. R mengatakan ia akan berdoa
dan memohon pengampunan dari Tuhan
f. Apa keyakinan klien tentang peristiwa / masalah kesehatan yang sekarang sedang
dialami : Tn, T. R mengatakan mungkin karena pengaruh usianya yang sudah tua
sehingga ia mengalami sakit seperti sekarang.
2. Format Pemeriksaan MMSE (Mini-Mental State Examination)
Nama Pasien : Tn, T. R Nama pemeriksa : Arison Nau
Usia pasien : 74 Tahun Tanggal : 18 Mei 2021
Pendidikan : SD Waktu : 17.00 wita

Orientasi Skor

Tertinggi Dicapai

1. Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari), apa? 5 4

2. Kita berada di mana ? (negara), (propinsi), (kota), (panti 5 5


wredha), (Wisma)

Registrasi Memori

3. Sebut 3 obyek. 3 3
Tiap obyek 1 detik, kemudian lansia diminta mengulangi 3 nama
obyek tadi. Nilai 1 untuk setiap nama obyek yang benar. Ulangi
sampai lansia dapat menyebutkan dengan benar. Catat jumlah
pengulangannya.

Atensi dan Kalkulasi

4. Kurangkan 100 dengan 5, kemudian hasilnya berturut-turut 5 5


kurangkan dengan 5 sampai pengurangan kelima (100 ; 95 ; 90 ;
85 ; 80 ; 75). Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan
setelah 5 jawaban. Atau

Eja secara terbalik kata ”WAHYU”. Nilai diberikan pada huruf


yang benar sebelum kesalahan, missal ”UYAHW”

Pengenalan Kembali (recalling)

5. Lansia diminta menyebut lagi 3 obyek di atas 3 3


(pertanyaan ke-3)

Bahasa
6. Lansia diminta menyebut 2 benda yang ditunjukkan perawat, 2 2
misal : pensil, buku

7. Lansia diminta mengulangi ucapan perawat : 1 1


namun, tanpa, apabila

8. Lansia mengikuti 3 perintah : ambil kertas itu dengan tangan 3 3


kanan Anda, lipatlah menjadi dua, dan letakkan di lantai

9. Lansia diminta membaca dan melakukan perintah : 1 1


Pejamkan mata Anda

10. Lansia diminta menulis kalimat singkat tentang pikiran / 1 1


perasaan secara spontan di bawah ini. Kalimat terdiri dari 2 kata
(subyek dan predikat) :
…………………………………………………….
11. Lansia diminta menggambar bentuk di bawah ini: 1 0

Skor Total 30 28

Interpretasi :
Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi :
(1) Skor ≤ 16 : Terdapat gangguan kognitif.

(2) Skor 17-23 : Kemungkinan terdapat gangguan kognitif.

(3) Skor 24-30 : Tak ada gangguan kognitif.


3. Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ)
(Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia)

Skore
No Pertanyaan Jawaban

0 1. Tanggal berapa hari ini? 0

1 2. Hari apa sekarang ini? 1

1 3. Apa nama tempat ini? 1

1 4. Berapa nomor telepon Anda? 1

Di mana alamat Anda? (Tanyakan


bila tidak memiliki telepon)

1 5. Berapa umur Anda? 1

1 6. Kapan Anda lahir? 1

1 7. Siapa Presiden Indonesia sekarang? 1

0 8. Siapa Presiden sebelumnya 0

1 9. Siapa nama kecil ibu Anda? 1

1 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap 1


pengurangan 3 dari setiap angka
baru semua secara menurun

2 Jumlah Kesalahan Total 2

Penilaian SPMSQ :

Pengisisan Benar 1, salah 0

1. Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh


2. Kesalahan 3-4 : Gangguan fungsi intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 : Gangguan fungsi intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 : Gangguan fungsi intelektual berat
Keterangan : Berdasarkan Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia
Ny. M. K. yaitu fungsi intelektual utuh.

4. Indeks Katz Kemandirian dalam Aktivitas Hidup Sehari-Hari (Katz Index of


Independence in Activities of Daily Living)

Aktivitas Mandiri (nilai 1) Tergantung (nilai 0)

(Nilai 1 atau
0)

Mandi (Nilai 1) Mandi sendiri atau dibantu (Nilai 0) Membutuhkan bantuan


hanya pada satu bagian tubuh seperti sepenuhnya saat mandi atau
Nilai__1__
bagian punggung, area genital, atau dibantu lebih dari satu bagian
ekstremitas yang tidak bisa digerakkan tubuh

Berpakaian (Nilai 1) Mengambil pakaian dari (Nilai 0) Membutuhkan bantuan


lemari dan laci dan memakainya sendiri untuk memakai pakaian sendiri
Nilai__0_
tanpa dibantu. Tali sepatu mungkin
dibantu

Ke toilet (Nilai 1) Pergi ke toilet, membuka dan (Nilai 0) membutuhkan bantuan


menutup pintunya, membuka pakaian ke toilet
Nilai__0_
dan membersihkan area genital tanpa
bantuan

Berpindah (Nilai 1) Bangun dari tempat tidur (Nilai 0) Membutuhkan bantuan


tanpa bantuan atau tanpa berpegangan untuk berpindah dari tempat
Nilai__1_
pada kursi. tidur ke kursi

Kontinen (Nilai 1) mampu mengontrol BAB dan (Nilai 0) (0 POINTS)


BAK secara mandiri
(continence) Inkontinensia urine dan alvi,
parsial atau total
Nilai__1__

Makan (Nilai 1) Mengambil makanan dari (Nilai 0) Membutuhkan bantuan


piring dan memasukkannya ke mulut untuk makan baik sebagiak
Nilai__1__
tanpa bantuan. Penyiapan makan maupun total atau membutuhkan
mungkin dilakukan oleh orang lain parenteral
TOTAL NILAI = ___4___ = Tinggi (Pasien mandiri) 0 = 2 Rendah (Pasien sangat
tergantung

Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn, T. R untuk aktivitas sehari-hari sebagian


membutuhkan bantuan orang lain.

5. GERIATRIC DEPRESSION SCALE (PENGKAJIAN DEPRESI PADA


LANSIA

Mengkaji pasien lansia dengan depresi

Hasil observasi pada Tn, T. R didapatkan sebaga berikut:

1.Penampilan rapi, dan bersih.


2.Kontak mata baik selama komunikasi.
3.Afek baik dan tidak labil.
4.Tampak sedih.
5.Tampak lesu dan lemah
6.Komunikasi tidak lambat dan mau berkomunikasi.
Aspek psikososial yang perlu dikaji adalah: bagaimana perasaan saat ini, apakah
mengalami kebingungan, kecemasan, atau mempunyai ide untuk bunuh diri. Data
ini dapat dikaji melalui wawancara dengan menggunakan skala depresi pada lansia
(Depresion Geriatric Scale).

Data yang perlu didapatkan dari keluarga adalah :

1. Apakah pasien sukar tidur atau sering terbangun pada malam hari?
Tn, T. R mengatakan tidak terbangun pada malam hari.
2. Apakah pasien sering mengurung diri dan tidak mau berinteraksi dengan orang
lain?
Tn, T. R mengatakan tidak dapat berinteraksi dengan tetangganya karena
keadaan klien yang tidak memungkinkan.
3. Apakah pasien sering mengatakan tidak ada artinya hidup?
Tn, T. R mengatakan hidupnya berarti.
4. Apakah pasien sering mengatakan merasa kesepian?
Tn, T. R mengatakan tidak merasa kesepian karena cucunya selalu ada
bersama-sama dengan Tn, T. R sehingga pasien tidak mengalami kesepian
5. Apakah pasien tidak mampu melakukan aktifitas yang biasa dia lakukan?
Tn, T. R mengatakan sudah tidak mampu melakukan aktivitas sebagaimana
biasanya, dikarenakan kondisi yang alami oleh klien.
6. SKALA DEPRESI GERIATRI
(Geriatric Depression Scale 15-Item / GDS-15)

SELAMA Nilai Respon


No. KEADAAN YANG DIRASAKAN
YA TIDAK
SEMINGGU TERAKHIR
1. Apakah Anda sebenarnya puas dengan kehidupan Anda? 0
2. Apakah Anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan 1
minat atau kesenangan Anda?
3. Apakah Anda merasa kehidupan Anda kosong atau merasa 0
kesepian?
4. Apakah Anda sering merasa bosan? 0
5. Apakah Anda memiliki semangat yang bagus dalam 0
sebagian besar hidup anda?
6. Apakah Anda takut khawatir bahwa sesuatu yang buruk 0
akan terjadi pada Anda?
7. Apakah Anda merasa bahagia dalam sebagian besar hidup 0
Anda?
8. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? 0
9. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah daripada pergi 1
keluar untuk mengerjakan sesuatu yang baru?
10. Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan 0
daya ingat Anda dibanding kebanyakan orang?
11. Apakah Anda pikir bahwa hidup Anda sekarang ini 0
menyenangkan?
12. Apakah Anda merasa tidak berharga? 0
13. Apakah Anda merasa penuh dengan energi/kekuatan? 0
14. Apakah Anda merasa apa yang anda alami sekarang 0
ini/keadaan anda saat ini tidak ada harapan?
15. Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih baik 0
keadaannya daripada Anda?
(1) Skor 10 – 15 = depresi berat

(2) Skor 5 – 9 = depresi sedang

(3) Skor 0-4 = normal


Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn, T. R didapatkan iya tidak mengalami depresi

7. Observasi risiko jatuh

8. Lembar observasi lingkungan tempat tinggal Lansia (Panti/ rumah)

Pertanyaan Ya Tidak

Apakah lampu yang digunakan adalah lampu pijar? 1

Apakah ketinggian kasur dari lantai lebih dari 20 cm? 1

Apakah kamar mandi/WC memiliki pegangan? 1

Apakah jenis jamban yang digunakan adalah tipe jongkok? 1

Apakah terdapat kursi mandi? 1

Apakah lantai licin? 1

Adakah undakan di rumah?  1  

Apakah ada tangga di rumah?  1  

Apakah anda menggunakan karpet atau tikar di rumah?   1 

Apakah barang-barang berserakan di lantai?    1

Total  6  4

B. Hasil observasi:
C. Risiko rendah : bila < nilai mean (6,33)
D. 1= Risiko Tinggi : bila ≥ nilai mean (6,33)
E. Analisa Data

Data Masalah

DS: Gangguan mobilitas fisik


(D.0054)
Pasien mengatakan tidak dapat bergerak dengan bebas.

DO:
 Pergerakan terbatas
 Tirah baring
 Dibantu untuk berpindah ataupun kekamr mandi.
 Fisik lemah

DS: Risiko Jatuh


(D0143)
Pasien mengatakan ia pernah jatuh lebih dari 3 kali.

DO:

 Tampak selalu berpegangan pada pinnggir tempat


tidur, jendela, tembok ketika berpindah tempat
 .Fisik lemah

F. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloasketal dibuktikan
dengan mengeluh sulit bergerak, gerakan terbatas, fisik lemah
2. Risiko jatuh dibuktikan dengan riwayat jatuh, tampak selalu berpegangan pada
pinnggir tempat tidur, jendela, tembok ketika berpindah tempat

G. Intervensi

NO SDKI SLKI SIKI

1 Gangguan mobilitas Mobilitas fisik Dukungan mobilitas (I.05173)


fisik berhubungan (L.05042)
Observasi
dengan gangguan
Setelah dilakukan
muskuloasketal  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
tindakan keperawatan fisik.
dibuktikan dengan
selama 1x1 jam  Identifikasi toleransi fisik melakukan
mengeluh sulit pergerakan
diharapkan mobilitas
bergerak, gerakan
fisik meningkat dengan Terapeutik
terbatas, fisik lemah
criteria hasil:
 Fasilitasi aktivitas mobilitas dengan alat
(D.0054) bantu (mis. Pinggir tempat tidur)
1. Pergerakan
ekstremitas cukup  Fasilitasi melakukan gerakan.
meningkat (4)  Libatkan keluarga untuk membantu pasien
2. Gerakan terbatas dalam meningkatkan pergerakan.
cukup menurun (4)
3. Kelemahan fisik Edukasi
cukup menurun (4)
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi.
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan.(Mis. Duduk di tempat tidur,
duduk disis tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

2. Risiko jatuh Tingkat Jatuh Pencegahan Jatuh (I.14540)


dibuktikan dengan
(L.14138) Observasi
riwayat jatuh, tampak
selalu berpegangan Setelah dilakukan  Identifikasi risiko jatuh
pada pinnggir tempat tindakan keperawatan  Identifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan risiko jatuh.
tidur, jendela, tembok selama 1x1 jam
 Monitor kemampuan berpindah dari
ketika berpindah diharapkan tingkat jatuh tempat tidur ke kursi
tempat menurun dengan
Terapeutik
criteria hasil:
(D0143))  Gunakan alat bantu berjalan (Mis, kursi
1. Jatuh dari tempat roda)
tidur Cukup
menurun (2) Edukasi
2. Jatuh saat berdiri
cukup menurun (2)  Anjurkan menggunakan alas kaki yang
3. Jatuh saat berpindah tidak licin.
cukup menurun (2)  Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
4. Jatuh saat dikamar keseimbangan tubuh.
mandi (2)

H. Implementasi
I. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai