N DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH
PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PUCANG GADING
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing: Rita Hadi Widyastuti.,M.Kep, Sp.Kep.Kom
Disusun Oleh:
A.16.2
TINJAUAN TEORI
1. INTOLERANSI AKTIVITAS
A. Definisi
Intoleran aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis ataupun fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang harus dilakukan
[CITATION Her181 \l 1033 ]. Sedangkan dalam buku SDKI intoleran aktivitas diartikan
sebagai ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari [ CITATION
Tim17 \l 1033 ]. Pendapat lain mengatakan intoleran aktivitas adalah keadaan dimana
seseorang mengalami penurunan fisiologi maupun psikologi untuk melakukan
aktivitas sehari-hari [ CITATION Tar10 \l 1033 ].
B. Etiologi
Berdasarkan [ CITATION Tim17 \l 1033 ] etiologi daro intoleran aktivitas antara lain
sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
2. Imobilitas
3. Tirah baring
4. Kelemahan
5. Gaya hidup monoton
C. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik menurut [ CITATION Her181 \l 1033 ] adalah sebagai berikut:
1. Tekanan darah abnormal ketika beraktivitas
2. Frekuensi jantung abnormal ketika beraktivitas
3. Perubahan elektrokardiogram (EKG)
4. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
5. Dispnea setelah beraktivitas
6. Keletihan
7. Kelemahan umum
D. Kondisi Klinis Terkait
1. Anemia
2. Gagal jantung kongestif
3. Penyakit jantung coroner
4. Penyakit katup jantung
5. Anemia
6. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
7. Gangguan musculoskeletal
E. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
a. Pasien mengeluh lelah saat beraktivitas
b. Pasien mengeluh sesak nafas saat atau setelah beraktivitas
c. Pasien mengeluh tidak nyaman saat beraktivitas
d. Memiliki riwayat hipertensi
e. Memiliki riwayat gangguan pernafasan
f. Memiliki riwayat gangguan pada jantung
2. Pemeriksaan fisik
3. Pengkajian kebutuhan dasar
4. Pemeriksaan penunjang
a. Elektrokardiogram (EKG)
F. Intervensi
1. Monitor TTV dan keluhan klien
2. Monitor kelelahan fisik dan psikologis
3. Ajarkan aktivitas secara bertahap, dalam penelitian [ CITATION Isn18 \l 1033 ]
membuktikan adanya perubahan pada gejala intoleransi aktivitas setelah
dilakukan aktivitas bertahap pada lansia
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
5. Ajarkan Home Based Exercise Training [ CITATION Bud13 \l 1033 ]
2. KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah pada arteri dimana tekanan darah
sistol lebih atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan distol lebih atau sama dengan
90 mmHg. Hipertensi bisa disebut sebagai pembunuh diam-diam karena hipertensi
sering tidak menunjukkan gejala apapun selama sepuluh samapi duapuluh tahun dan
biasanya baru kan diketahui ketika terjadi komplikasi pada organ lainnya. [ CITATION
Eka19 \l 1057 ]
B. Penyebab Hipertensi [ CITATION Whe17 \l 1057 ]Ada beberapa faktor penyebab
hipertensi menurut [ CITATION Nur16 \l 1057 ]
1. Hipertensi primer
a. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan,
hiperaktif saaf simpatis sistem rennin, angiotension dan peningkatan NA
dan Ca intrasesuler, adapun faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko
yaitu obesitas, merokok, minum alkohol.
b. Penderita hipertensi sekunder merupakan penderita hipertesi dari bebagai
penyakit atau obat-obtana tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskuler
adalah penyebab paling serinh hipertensi sekunder ini. Obat-obat tertentu
baik secra langsung maupun tidak langsung dapat mengakibatkan hipertensi
maupun memperburuk hipertensi.
2. Derajat Hipertensi
Menurut Whelton pada tahun 2017 yang di ambil dalam AHA 2017 klasifikasi
hipertensi sebagi berikut [ CITATION Whe17 \l 1057 ]:
3. Manifestasi Klinis
Pada penderita hipertensi terkadan merasa tidak ada gejala yang spesifik yang
dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, apabila tidak di cek
langsug oleh dokter atau perawat yang memeriksa. Hal ini dapat mengakibatkan
seseorang yang menderita hipertensi tidak akan mengetahui tentang penyakitnya
sendiri, adapun beberapa gejala yang biasanya sering ditemia meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Namun ada beberapa pasien yang akan mengeluh seperti
sakit kepala tau pusing, sesak napas, gelisah, mual dan muntah, epistaksis, dan
kesadaran yang menurun[ CITATION Nur16 \l 1057 ].
4. Komplikasi
Menurut [ CITATION Nur16 \l 1057 ] komplikasi pada hipertensi menurut target
organ, antara lain:
a. Serebrovaskuler: stroke, trasientischemic, attacks, demensia vascular.
b. Mata : retinopati hipertensi.
c. Kardiovaskuler: peyakit jantung hipertensi, disfungsi/hipertropi
ventrikel kiri, penyakit jantung koroner.
d. Ginjal : nefropati hipertensi, albuminuria, penyakit ginjal kronis.
e. Arteri perifer : klaudikasio intermiten.
3. RESIKO JATUH
A. PERUBAHAN FISIOLOGIS SISTEM MUSKULOSKELETAL
Proses menua pada sistem muskuloskeletal meningkatkan resiko imobilitas.
Tulang lansia mengalami penurunan densitas dan rapuh. Hal ini dikarenakan
perubahan formasi tulang pada tingkat seluler. Akibatnya lansia beresiko mengalami
osteoporosis dan beresiko mengalami komplikasi lain dari fraktur. Kelemahan otot
juga menjadi kondisi umum pada proses penuaan. Bagian otot yang banyak
mengalami pengaruh adalah otot tubuh antigravitasi sehingga membuat lansia sulit
untuk berdiri. Jika otot tersebut tidak digunakan, maka lansia akan mengalami
gangguan dalam aktivitas berjalan, berbalik dan menjaga keseimbangan [CITATION
Dew14 \l 1057 ].
Hilangnya massa otot bukan hanya sekedar tanda dari suatu bentuk gangguan,
namun juga meningkatkan resiko jatuh pada lansia. Penelitian milik Utami (2017)
menyatakan bahwa ada hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan risiko jatuh
pada lansia. Pada lanjut usia akan timbul kelainan berupa atrofi otot. Beberapa hal
yang menyebabkan adalah organ kurang aktif, kurang nutrisi, kurang stimulasi
hormonal dan jumlah sel berkurang. Penurunan fungsi dan kekuatan otot terus
menerus akan berefek buruk karena mengakibatkan penurunan kemampuan
mempertahankan keseimbangan tubuh, hambatan gerak, peningkatan risiko jatuh
pada lansia yang mengalami penuaan [ CITATION Uto101 \l 1057 ].
B. DEFINISI RESIKO JATUH
Risiko jatuh (risk for fall) berdasarkan American Nursing Association (ANA)
tahun 2006, yang didefinisikan sebagai peningkatan kemungkinan terjadinya jatuh
yang dapat menyebabkan cedera fisik . Jatuh merupakan suatu kondisi dimana
seseorang tidak sengaja tergeletak di lantai, tanah atau tempat yang lebih rendah, hal
tersebut tidak termasuk orang yang sengaja berpindah posisi ketika tidur (WHO
(2012) dalam Dirmayanti, 2018). Jatuh merupakan salah satu masalah yang sering
terjadi pada lansia akibat penurunan fungsi morfologis maupun fisiologis tubuh
terutama yang berkaitan dengan postur tubuh dan keseimbangan [ CITATION Noo16 \l
1057 ].
A. DATA UMUM
1. Nama : PM (Penerima Manfaat) Ny.N
2. Usia : 81 Tahun
3. Agama : Kristen
4. Suku : Dayak
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Nama Wisma : Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading
7. Pendidikan : Tidak sekolah
8. Riwayat Pekerjaan : Pegawai pabrik, IRT
9. Status Perkawinan : Bercerai
10. Pengasuh Wisma : Lita O
B. ALASAN BERADA DI PANTI
Ny.N berkata, “Saya kesini karena kepengenan sendiri, saya malas di rumah sendiri.”
C. DIMENSI BIOFISIK
1. Riwayat penyakit dalam 6 bulan terakhir
Ny.N mengeluhkan bahwa nafasnya terasa sesak bila digunakan untuk berjalan jauh
dan jongkok, terkadang nafasya terdengar “ngik-ngik”tekanan darahnya tinggi.
Ny. N mengatakan “Saya itu sering pusing banget mbak sampe buat merem itu
masih berasa sakit, terus jantung berdebar sama sesek napas, leher sering kemeng-
kemeng, kadang saking engga kuatnya saya ke poliklinik di panti di tensi ternyata
tinggi lagi, tapi kadang katanya pak juwari normal tapi masih ngerasa pusing
banget”
2. Riwayat Penyakit Keluarga
Ketika mahasiswa bertanya apakah ada anggota keluarga yang mengidap penyakit
jantung, asma, dan DM, kemudian Ny.N menjawab, “Nggak ada.”
3. Riwayat Pencegahan Penyakit
a. Riwayat monitoring tekanan darah
Ny.N berkata, “Kalau ada pemeriksaan ya saya ikut, tapi setiap hari kalau ada
mahasiswa saya diukur. Kemarin tensi saya tingi, 170/100 mmHg”
b. Riwayat vaksinasi
Ny.N berkata, “Udah lupa”
c. Skrining kesehatan yang dilakukan
Tidak ada skrining kesehatan khusus yang dilakukan
4. Status gizi (IMT)
a. Tinggi badan = (1.83 x TL) - (0.24 x U) + 84.88
= (1.83 x 49) - (0.24 x 82) + 84.88
= 155 cm
b. Berat Badan = 58 kg
c. IMT = BB / TB2
= 58/1.552
= 24.14 (interpretasi: berat badan berlebih)
5. Masalah kesehatan terkait status gizi
Masalah pada mulut
Tidak terdapat stomatitis (sariawan), tidak mengalami radang tenggorokan, tidak
terdapat pembengkakan tonsil, dan gigi Ny.N sebagian sudah tanggal
Perubahan berat badan
Terjadi penurunan berat badan pada Ny.N berdasarkan catatan medis per tanggal 1
Oktober – 12 Oktober 2019 dari 60 kg menjadi 58 kg
Masalah nutrisi
Ny.N makan 3 kali sehari dengan porsi 3 mangkok nasi (sedikit). Ny.N terkadang
menghabiskan cemilan yang dimiliki atau kolak dari panti (Pengkajian 15 Oktober
2019)
6. Masalah kesehatan yang dialami saat ini
PM Ny.N berkata, “Saya kalau jalan dari sini ke depan nafasnya sesek, kalau buat
jongkok juga. Biasanya kalau ada karaoke atau rebana itu saya izin buat nggak iut,
soalnya denger suara keras dada saya sesek. Kadang nafas saya juga kedengeran “ngik-
ngik” mba trus juga kadang kalau denger suara kenceng saya degdegannya kenceng.”
7. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
a. Salbutamol 3x1 PO
b. Ibuprofen 1x1 PO
c. Vitamin B 3x1 PO
8. Tindakan spesifik yang dilakukan saat ini
Ny.N berkata, “Saya suka nonton tv.”
9. Masalah kesehatan yang dialami saat ini
PM Ny.N berkata, “Saya kalau jalan dari sini ke depan nafasnya sesek, kalau buat
jongkok juga. Biasanya kalau ada karaoke atau rebana itu saya izin buat nggak iut,
soalnya denger suara keras dada saya sesek. Kadang nafas saya juga kedengeran “ngik-
ngik” mbak.” Nadi 115x/menit setelah jalan ±5 menit.
10. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
Ny.N berkata, “Iya saya minum obat. Ini (Ny.S menunjukkan tempat obat beliau minum)
kalau buat sesek aja minumnya (menunjukkan salbutanmol”
11. Status fungsional (AKS, dinilai dengan indeks KATZ)
Berdasarkan hasil indeks KATZ yang dilakukan, didapatkan status fungsional Ny.N nilai
A, dimana hal tersebut memiliki arti Ny.N mandiri dalam hal mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah, kontinen (BAK/BAB), mandi.
Pengkajian Status Fungsional (Indeks Kemandirian KATZ)
No Aktivitas Mandir Tergantung
i
1. Mandi √
pakaian
sebagian
3. Ke Kamar Kecil √
perpindahan
5. Kontine √
menyuapinya sendiri
Bergantung : Bantuan dalam hal mengambil makanan dari
Analisis Hasil :
b. Berpakaian
Ny.N berkata, “Saya masih bisa ganti sendiri.”
c. Makan dan Minum
Pola makan klien teratur, 3 kali sehari. Porsi makan klien sedikit, namun klien tetap
makan satu piring. PM Ny.N minum putih 2 L setiap hari dan kadang minum teh saat
pagi. Ny.N terlihat mencemil makanan yang diberikan dari panti, tetapi terkadang
apabila diberikan makanan beliau malah memberikannya kepada teman sebangsal
(Ny.Wagiyem)
d. Toileting
Ny.N berkata, “Iya saya bisa sendiri.”
e. Personal Hygiene
Ny.N berkata, “Saya bisa potong kuku sendiri.”
Tempat tidur Ny.N terlihat bersih dan tertata rapi.
f. Mandi
Ny.N berkata, “Saya mandi dua kali, pagi dan sore. Pagi jam 5, kalau sore saya
mandinya malem mbak, soalnya saya males panas lagi pas mau tidur malah
keringetan.”
D. DIMENSI PSIKOLOGI
1. Status kognitif (Short Portable Mental State)
Pengkajian Status Kognitif Menggunakan SPMSQ pada PM Ny. N
Untuk jawaban yang sama dengan yang bercetak tebal, maka diberi skor 1
No Pertanyaan
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Ya Tidak
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat/kesenangan Ya Tidak
anda
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? Ya Tidak
4. Apakah anda sering merasa bosan? Ya Tidak
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya Tidak
6. Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Ya Tidak
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya Tidak
8. Apakah anda merasa sering tidak berdaya? Ya Tidak
9. Apakah anda lebih sering dirumah daripada pergi keluar dan mengerjakan Ya Tidak
sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda Ya Tidak
. dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda sekarang menyenangkan? Ya Tidak
.
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? Ya Tidak
.
13 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya Tidak
.
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Ya Tidak
.
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain, lebih baik keadaannya daripada anda? Ya Tidak
,
D. DIMENSI FISIK
1. LUAS WISMA
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang memiliki tanah seluas ±
4.400 m² dengan luas bangunan fisik ± 1.800 m². Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Pucang Gading Semarang memiliki sarana diantaranya adalah ruang aula,
asrama/bangsal, poliklinik, dapur, ruang makan, gudang, lobi, ruang petugas, mushola
dan pemulasaran jenazah
2. KEADAAN LINGKUNGAN DI DALAM WISMA
a. Penerangan
Pencahayaan di ruang flamboyan cukup terang, terdapat 9 lampu (15 watt),
pecahayaan dari sinar matahari di siang hari adekuat dan merata seluruh ruangan.
d. Sanitasi
Air yang digunakan untuk mandi bersumber dari PDAM ditampung dalam satu bak
besar untuk 2 ruang.
e. Sumber Pencemaran
Polusi udara berasal dari bau pesing yang menyengat.
E. DIMENSI SOSIAL
1. Hubungan Lansia dengan Lansia di Dalam Wisma
Ny. N Berkata, “Ya saya anggap yang disini itu teman saya keluarga saya tapi biasanya
sering ngobrol sama saya itu mbah waginem mbak, tapi teman deket saya itu mbah
waginah dari ruang sebelah mbak ruang anggrek.”
2. Hubungan antar Lansia di Luar Wisma
Ny. N Berkata, “Saya punya majikan itu baik hati sekali dulu itu beberapa kali saya di
tengok saya anak majikan saya dan ibunya, tapi sekarang ibu majikan saya sudah sakit
jadi udah ga kesini anaknya kalau ga sama ibunya ga mau, saya dulu masih sering
nyusul ke jakrta tapi sekarang sama pihak panti sudah ga dibolehin sama majikan saya
dulu juga udah ga dibolehin.”
3. Hubungan Lansia dengan Anggota Keluarga
Ny. N Berkata, “Saya sudah gak ada siapa-siapa mbak saya sudah lama cerai sama
suami saya karena suami saya tukang minum, anak saya dibawa sama suami saya semua
mba, balik ke cina saya sempat depresi itu dulu saya ditolong sama bujangan guru baik
banget. Saya anak ke dua dari berempat bersaudara kakak saya dulu diangkat sama
orang tua asuhnya terus ke cina modal nekat sekarang di hongkong tapi sudah
meninggal, adik saya yang nomer 3 sudah meninggal juga mbak dibunuh sama orang
madura rampok dia mbak, adik saya yang terakhir juga sudah meninggal. Sebenernya
saya masih ada rumah di Kalimantan masih ada ponakan juga tapi gak usah lah mbak
daripada ngerepotin jadi saya di sini saja.”
4. Hubungan Lansia dengan Pengasuh Wisma
Ny. N Berkata, “Baik-baik aja sih mba hubungannya. Saya disini ikutngebantuin nyuci
loundry disini itu buat kamar cempaka bantuin nyuciin doang nanti saya dikasih uang
100.000 lumayan buat jajan.”
3. Pola tidur
Tabel Hasil Pengkajian Pola Tidur Ny. N
Ny. N Berkata “Saya ga ada masalah tidur mbak cuman ga suka tidur siang
soalnya kalau siang tidur malemnya ga bisa tidur, paling saya sering ke kamar
mandi aja sih mbak buat kencing tapi selain itu tidur ga ada masalah.”
i.Merasa nyeri √
j.Alasan lain, √
jelaskan : .....
6) Selama 1 bulan
terakhir, seberapa √
sering anda
mendapatkan
masalah agar tetap
terjaga saat
berkendara,
makan, atau
ketika melakukan
aktivitas social
7) Selama 1 bulan
terakhir, seberapa √
sering anda
mengkonsumsi
obat tidur (resep
ataupun dari
toko)
8) Selama 1 bulan √
terakhir, seberapa
berat bagi anda
agar tetap
antusias/bersema
ngat dalam
mengerjakan
sesuatu
Sangat Cukup cukup Sangat Skor
baik (skor baik (skor buruk buruk
0) 1) (skor 2) (skor 3)
9) Selama 1 bulan
terakhir, √
bagaimana anda
menilai kualitas
tidur anda secara
umum
Global PSQI score :
Sum of seven component = 4
Total skor hasil penilaian pengkajian PSQI pada Ny. N adalah 4 (kualitas tidur baik).
4. Pola eliminasi
Tabel Hasil Pengkajian Pola Eliminasi Ny. N
6. Pelaksanaan pengobatan
Ny. N Berkata, “saya minum obat dari poliklinik disini aja mbak. Soalnya saya sesek
jadi disini aja.”
Terapi obat:
a. 3 x 1 salbutanmol via oral
b. 1 x 1 ibuprofen via oral
c. Vitamin B12 3x1 via oral
7. Kegiatan olahraga
Ny. N Berkata, “Saya ikut senam pagi dengan duduk, kalau berdiri biasanya saya suka
sesek, kalau senamnya libur palingan saya jalan kedepan sebentar .”
8. Rekreasi
Ny. N Berkata, “Saya paling lihat tv disini ga pernah kemana-mana mbak hiburannya
ya tv itu”
9. Pengambilan keputusan
Ny. N Berkata, “Ya saya sendiri”
7. DIMENSI SISTEM KESEHATAN
1. Perilaku Mencari Pelayanan Kesehatan
Jika PM merasakan tidak enak badan maka PM langsung datang ke poliklinik yang di
sediakan oleh rumah pelayanan Ny. N berkata “ Saya kalau merasa gak enak biasanya
laporan ke penjaga disini mbak jadi langsung diperiksa.”
2. System Pelayanan Kesehatan
a. Fasilitas Kesehatan Yang Tersedia
Ny. N berkata “Disinikan ada polikliniknya mbak jadi ya langsung laporan nanti
dapet obat dari situ.”
b. Jumlah Tenaga Kesehatan
Ny. N berkata “Pegawai disini ada 28 orang mbak.”
c. Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit
Ny. N berkata “saya dulu suka banget minum kopi tapi sekarang sudah enggak
sekarang minumnya teh anget kalau dapet dari sini, saya juga gak suka makan asin
jadi ya gak makan, kalau gorengan paling dapet dari panti aja.”
d. Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Tersedia
Ny. N berkata “saya biasanya minta obat kalau obat tidur saya habis ke dokter
yang setiap minggu keliling mbak, atau ke poliklinik sini”
e. Frekuensi Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Ny. N berkata “biasanya itu penyuluhan baru ada pemeriksaan kalau dokter saya
kurang tau persisinya.”
PEMERIKSAAN FISIK
No Bagian/Region Hasil Pemeriksaan Masalah
Keperawatan yang
Muncul
1 Kepala Inspeksi: Tidak Ada
Bentuk kepala klien mesochepal,
warna rambut hitam bercampur
putih (dominan putih), rambut
terkunci rapi, penyebaran rambut
merata, kulit rambut bersih, tidak
ada lesi pada kulit kepala,
rambut sebahu
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan/massa
2 Wajah/Muka Inspeksi: Tidak Ada
Bentuk muka PM oval, simetris,
kulit wajah bersih dan keriput,
tidak ada luka, terdapat flek
hitam di wajah
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan
3 Mata Inspeksi: Resiko Jatuh
Mata kanan dan kiri simetris,
tidak ada cairan yang tidak
normal yang keluar dari mata,
sklera bening, konjungtiva non
anemis, tidak memakai kaca
mata, Ny.N berkata bahwa,
“Mata saya dua-duanya katarak,
tapi yang kanan sudah di operasi
waktu pertama kali masuk,
sekarang tinggal yang kiri
belum.”
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan
4 Telinga Inspeksi: Tidak Ada
Telinga klien bersih, bentuk
simetris antara kanan dan kiri,
tidak ada serumen terlihat dari
luar, tidak ada lesi, pendengaran
klien baik
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan
5 Mulut dan Gigi Inspeksi: Tidak Ada
Mulut klien bersih, bibir lembab,
simetris antara atas dan bawah,
gigi tersisa 7 buah (geraham 4,
seri 3), warna gigi putih, tidak
terdapat stomatitis, lidah bersih,
mukosa mulut lembab
6 Leher Inspeksi: Tidak Ada
Leher klien bersih, warna kulit
merata, reflek telan baik.
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe atau
tiroid
7 Dada Inspeksi: Intoleransi Aktivitas
Perkembangan antara dada
kanan dan kiri simetris. RR
30x/menit setelah aktivitas
Palpasi:
Taktil fremitus teraba sama
antara dada kanan dan kiri
Perkusi:
Resonan
Auskultasi:
Suara paru wheezing
(Pengkajian tanggal 14
Oktober 2019)
Ny.N berkata, “Saya kalau
jalan dari sini ke depan
nafasnya sesek, kalau buat
jongkok juga. Biasanya kalau
ada karaoke atau rebana itu
saya izin buat nggak iut,
soalnya denger suara keras
dada saya sesek. Kadang
nafas saya juga kedengeran
“ngik-ngik” mbak.”
8 Jantung Inspeksi: Tidak Ada
Tidak tampak pembesaran
jantung
Palpasi:
Tidak ada nyeri pada area
jantung, tidak teraba ictus
cordis.
Perkusi:
Suara pekak
Auskultasi:
Bunyi S1 lup S2 dup tidak ada
suara jantuk tambahan
5 5
Palpasi:
Tidak terdapat edema maupun
nyeri tekan.
11 Ekstremitas Bawah Inspeksi: Resiko Jatuh
Warna putih, tidak terdapat
lesi, kuku bersih, lembab,
turgor kulit kembali cepat
Kekuatan Otot:
5 4
4 5
Palpasi:
Tidak terdapat edema maupun
nyeri tekan.
A. ANALISA DATA
Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan
15 DS: Intoleran aktivitas berhubungan
Oktober a. Ny.N berkata, “Saya kalau jalan dari sini dengan Gangguan pernapasan
2019 ke depan nafasnya sesek, kalau buat (00092)
jongkok juga. Biasanya kalau ada karaoke
atau rebana itu saya izin buat nggak ikut,
soalnya denger suara keras dada saya
sesek. Kadang nafas saya juga kedengeran
“ngik-ngik” mbak.”
b. Ny. N Berkata, “Saya ikut senam pagi
dengan duduk, kalau berdiri biasanya saya
suka sesek, kalau senamnya libur palingan
saya jalan kedepan sebentar .”
DO:
a. Nadi 115x/menit setelah jalan ±5 menit
b. Suara paru wheezing
c. RR 30x/menit setelah aktivitas
15 DS : Ketidakefektifan manajemen
Oktober Ny. N mengatakan “ saya itu sering pusing kesehatan b.d Hipertensi
2019 banget mbak sampe buat merem itu masih (00078)
berasa sakit, terus jantung berdebar sama sesek
napas, leher sering kemeng-kemen, kadang
saking engga kuatnya saya ke poliklinik di panti
di tensi ternyata tinggi lagi, tapi kadang katanya
pak juwari normal tapi masih ngerasa pusing
banget”
DO :
1. TD 170/100mmHg pukul 12.00 WIB saat
dilakukan tensi rutin
2. Ny. N berkeringat dingin
3. HR : 94x/menit setelah di tensi pukul
12.05 WIB
Dx Tujuan
Waktu Waktu Implementasi Evaluasi Formatif Paraf
Keperawatan Umum Khusus
Rabu, Intoleran Setelah Setelah 16/10/2019 Memberikan informasi S: PM mengatakan
16 aktivitas b.d dilakukan dilakukan 09.00 WIB terkait latihan yang “Iya saya
Oktober gangguan perawatan perawatan akan dilakukan bersedia.”
2019 pernapasan selama 2x24 selama 2x24 O: PM terlihat
09.00 jam diharapkan jam antusias
WIB klien dapat diharapkan A: Masalah
meningkatkan masalah pada intoleran
toleransi PM dapat aktivitas belum
terhadap teratasi teratasi
aktivitasnya dengan P: Melakukan
kriteria hasil: Pengukuran
Toleransi nadi sebelum
ketika melakukan
beraktivitas latihan
Menginstruksikan PM S: PM mengatakan
untuk menggunakan “Pakai ini aja
pakaian yang nyaman sudah
nyaman.”
O: PM
(0005): menggunakan
a. Frekuensi kaos dan celana
nadi ketika panjang tipis
beraktivitas A: Masalah
kembali intoleran
normal aktivitas belum
b. Jarak teratasi
berjalan P: Melakukan
meningkat pengukuran
c. Kemudaha TTV terkait
n dalam nadi
melakukan Melakukan cek TTV S: PM mengatakan
Memfasilitasi PM S: PM mengatakan
selama berjalan “Iya sudah
menuju ke ruangan lelah saya
pengen
istirahat.”
O: PM berjalan
selama 5 menit
A: Masalah
intoleran
aktivitas belum
teratasi
P: Mengukur TTV
terkait nadi
Mengukur TTV terkait S: PM mengatakan
nadi setelah aktivitas “Iya boleh.”
O: Nadi
120x/menit
A: Masalah
intoleran
aktivitas belum
teratasi
P: Memfasilitasi
PM untuk
melanjutkan
latihan lagi
Memfasilitasi PM S: PM mengatakan
untuk melanjutkan “Kalo besok
latihan lagi saja gimana?
bareng sama
senam
hiperttensi itu
katanya besok
ada.”
O: PM terlihat
lelah
A: Masalah
intoleran
aktivitas belum
teratasi
P: Kontrak ulang
untuk
melakukan
latihan bertahap
Melakukan kontrak S: PM mengatakan
ulang untuk “Iya besok saya
melakukan latihan mau jam 10 aja
bertahap ya.”
O: -
A: Masalah
intoleran
aktivitas belum
teratasi
P: Mengkaji
aktivitas yang
diinginkan oleh
PM
Mengkaji aktivitas S: PM mengatakan
yang diinginkan oleh “Besok saya
PM ngikut aja,
katanya mau
ada senam
hipertensi, kalo
nggak ikut
senam itu aja
ya.”
O: PM ingin
mengikuti
senam besok
pagi
A: Masalah
intoleran
aktivitas belum
teratasi
P: Melanjutkan
terapi aktivitas
bertahap
Rabu, 17/10/2019 S: PM mengatakan
17 09.00 WIB
“Saya
Oktober
2019 latihannya ikut
09.00
senam aja ya.”
WIB
O: PM siap-siap
mengikuti
Melanjutkan terapi senam
aktivitas bertahap
A: Masalah
intoleran
aktivitas belum
teratasi
P: Mengukur nadi
sebelum
beraktivitas
Mengukur nadi S: PM mengatakan
sebelum aktivitas
“Iya boleh.”
O: Nadi 80x/menit
A: Masalah
intoleran
aktivitas belum
teratasi
P: Memfasilitasi
dan
mendampingi
PM saat senam
Memfasilitasi dan S: PM mengatakan
mendampingi PM saat
“Saya belum
senam
capek kok.”
O: PM mengikuti
senam selama
lebih dari 5
menit
A: Masalah
intoleran
aktivitas teratasi
sebagian
P: Mengukur nadi
setelah aktivitas
Mengukur nadi setelah S: PM mengatakan
aktivitas
“Iya silahkan.”
O: Nadi
100x/menit
A: Masalah
intoleran
aktivitas teratasi
sebagian
P: Memfasilitasi
PM untuk
melakukan
aktivitas lagi
Memfasilitasi PM S: PM mengatakan
untuk melakukan
“Katanya mbak
aktivitas lagi
safitri nanti
mau latihan
keseimbangan,
sekalian itu aja
ya.”
O: Klien akan
melakukan
latihan
keseimbangan
A: Masalah
intoleran
aktivitas teratasi
sebagian
P: Memfasilitasi
PM untuk
melakukan
latihan
keseimbangan
Memfasilitasi PM S: PM mengatakan
untuk melakukan
“Iya sudah
latihan keseimbangan
capek ini.”
O: Klien berhenti
melakukan
latihan
keseimbangan
A: Masalah
intoleran
aktivitas teratasi
sebagian
P: Mengukur nadi
setelah aktivitas
Mengukur nadi setelah
aktivitas S: PM mengatakan
“Iya silahkan.”
O: Nadi
110x/menit
A: Masalah
intoleran
aktivitas teratasi
sebagian
P: Memotivasi PM
untuk terus
melakukan
latihan aktivitas
bertahap setiap
hari
Anggota
Masalah kesehatan Intervensi yang telah dilakukan RTL Paraf
wisma
Ny. N Intoleran aktivitas b.d Peningkatan latihan: Latihan 1. Petugas diharapkan dapat Rizqi F
gangguan pernapasan kekuatan mengukur nadi setiap hari
1. Cek ttv sebelum melakukan sebelum dan setelah
latihan beraktivitas
2. Berikan informasi mengenai 2. Petugas memberikan
jenis latihan yang akan dorongan untuk dilakukan
dilakukan latihan aktivitas secara
3. Instruksikan PM untuk bertahap
menggunakan pakaian yang
nyaman selama latihan
4. Berikan aktivitas bertahap
seperti jalan kaki dengan
diawali selama 5 menit dan
seterusnya
5. Cek ttv setelah melakukan
aktivitas
Ny. N Ketidakefektifan Monitor tanda-tanda vital (6680) 1. Petugas kesehatan mengecek Novit
manajemen kesehatan Manajemen obat (2380) Tekanan Darah setiap hari
b.d Hipertensi (00201) 1. Memonitor tanda-tanda vital 2. Bersama petugas membuat
setiap hari fom ceklis sudah minum obat
2. Mengidentifikasi bersama agar para PM tidak lupa
Ny. N obat hipertensi dan minum obat
efeknya 3. Melanjutkan latihan senam
3. Mengidentifikasi bersama hipertensi secara mandiri jika
Ny. N tentang kepatuhan tidak ada kegiatan senam dari
minum obat rumah playanan sosial.
4. Sharing bersama PM
tentang efek minu obat tidak
sesuai anjuran dokter dan
bahay membeli obat di
warung
5. Latihan bersama sslow
deep breathing dan Senam
hipertensi
Ny.N Resiko Jatuh b.d 1. Melatih PM latihan Melanjutkan intervensi yang Safitri
Gangguan Visual keseimbangan (balance sudah diberikan yaitu:
(katarak) strategy exercise) 1. Melatih PM latihan
2. Menyarankan PM untuk keseimbangan (balance
rutin melakukan latihan strategy exercise)
keseimbangan 2. Menyarankan PM untuk
3. Menyarankan PM untuk rutin melakukan latihan
terus ikut senam meskipun keseimbangan
duduk dan tetap 3. Menyarankan PM untuk
menggerakkan kakinya terus ikut senam meskipun
duduk dan tetap
menggerakkan kakinya
BAB IV
PEMABAHASAN
Pada bab ini berisi rincian tentang studi kasus asuhan keperawatan lansia dengan
Intoleransi Aktifitas sebagai diagnosa utama dan dua diagnosa tambahan yaitu Risiko gangguan
perfusi jaringan otak dan risiko jatuh pada PM Ny.N dimana dilakukan pengkajian pada tanggal
15 Oktober 2019 di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang dengan
metode wawancara.
a. Intoleran Aktivitas
Intoleran aktivitas merupakan ketidakcukupan energi psikologis ataupun
fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang harus
dilakukan [CITATION Her181 \l 1033 ]. Intoleran aktivitas dapat terjadi pada beberapa
kondisi seperti anemia, gagal jantung kongestif, penyakit jantung coroner, penyakit katup
jantung, penyakit paru, obstruktif kronis (ppok), dan gangguan musculoskeletal.
Data pengkajian menunjukkan bahwa Ny. N berkata “Saya kalau jalan dari sini
ke depan nafasnya sesek, kalau buat jongkok juga. Biasanya kalau ada karaoke atau
rebana itu saya izin buat nggak ikut, soalnya denger suara keras dada saya sesek.
Kadang nafas saya juga kedengeran “ngik-ngik” mbak.” Ny. N juga mengatakan “Saya
ikut senam pagi dengan duduk, kalau berdiri biasanya saya suka sesek, kalau senamnya
libur palingan saya jalan kedepan sebentar .” Setelah melakukan kegiatan atau aktivitas,
Ny. N diukur nadinya, didapatkan nadi Ny. N adalah 115x/menit setelah jalan ±5 menit,
serta didapatkan suara paru wheezing. Jadi akhir-akhir ini Ny.N tidak mampu beraktivitas
secara normal seperti biasanya karena merasa tidak nyaman dengan keadaan sesak
nafasnya ketika beraktivitas, seperi jalan jauh, mencuci pakaian, dll.
Diagnosa intoleran aktivitas dijadikan sebagai diagnose utama dikarenakan
adanya sesak nafas selama melakukan kegiatan cukup mengganggu dan Ny. N merasa
kesulitan saat melakukan kegiatan. Selama masalah pernafasan belum teratasi, maka ttv
akan tidak stabil, sehingga masalah intoleran aktivitas menjadi prioritas utama.
Rencana intervensi yang diberikan adalah latihan aktivitas bertahap, dimana PM
dibantu melakukan sebuah aktivitas ringan dengan interval waktu tertentu serta dievaluasi
selama kegiatan apakah PM sudah merasa tidak nyaman atau belum. Apabila PM sudah
merasa tidak nyaman maka aktivitas akan dihentikan dan dilanjutkan lagi setelah
beristirahat. Sebelum dan sesudah aktivitas harus diukur nadinya terlebih dahulu untuk
memastikan adanya perubahan ttv setelah aktivitas. Aktivitas secara bertahap dalam
penelitian [ CITATION Isn18 \l 1033 ] membuktikan adanya perubahan pada gejala
intoleransi aktivitas setelah dilakukan aktivitas bertahap pada lansia.
Implementasi dilakukan oleh kelompok pada hari ketiga di ruang flamboyan
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang. Implementasi latihan
aktivitas bertahap ini dilakukan secara bersamaan dengan implementasi senam hipertensi
dan latihan keseimbangan dan sebelumnya sudah dilakukan latihan aktivitas jalan di area
panti, karena Ny. N menginginkan kegiatannya digabung saja. Ny. N menginginkan
kegiatannya digabung dikarenakan takut jika capek, karena pada hari itu cukup banyak
kegiatan di panti. Pada saat latihan aktivitas jala, didapatkan hasilnya kurang maksimal
karena PM hanya mampu berjalan ±5 menit dengan nadi 120x/menit setelah aktivitas.
Pada saat melakukan senam hipertensi, PM dapat melakukan dengan duduk sampai
senam selesai dan PM belum merasa capek, namun setelah diukur nadinya didapatkan
bahwa nadi Ny. N adalah 100x/menit.
b. Hipertensi
Usia lansia merupakan usia dimana beresiko tinggi terhadap penyakit-penyakit
degeneratif seperti jantung, hipertensi, diavetes melitus, rematik dan kanker. Salah satu
penyebab hipertensi adalah gaya hidup yang kurang sehat seperti minum kopi, merokok,
minum alkohol dll (Yusuf 2008). Di dalam hidup modern banyak orang mengatasi stress
tidak dengan olahraga atau melakukan kegiatan yang menyababkan fisik sehat melainkan
dengan merokok, minum alkohol dan kopi yang banyak mengandung kafein sehingga
daya tahan tubuh menjadi menurun dan menybabkan penyakit hipertensi (Muhammadun,
2010). Menurut hasil pengkajian pada Ny. N berusia 81 tahun ditemukan bahwa semasa
muda hingga sebelum mengetahui terkena hipertensi Ny. N gemar minum kopi, setelah
mengetahui terkena hipetensi Ny. N berhenti minum kopi saat ditanya alasannya adalah
jika saat hipertensi beliau mengeluh pusing yang teramat sangat sehingga tidak dapat
melakukan aktivitas kecil seperti makan, mandi, dll. Untuk membantu Ny. N mengatasi
hipertensi, yaitu mahasiswa melakukan intervensi Kepatuhan minum obat, Senam
Hipertensi, dan Slow Deep Breathing. Diharapkan apabila tekanan darah stabil lansia
dapat beraktivitas dan produktif.
Terapi non farmakologi yang diambil adalah Slow Deep Breathing dan senam
Hipertensi. Berdasarkan penelitan Pal, Velkumary, dan Madanmohan tahun 2003 dalam
[ CITATION Tri10 \l 1057 ] menunjukkan latihan slow deep breathing yang dilakukan 30
menit 2 kali sehari selama 3 bulan dapat menurunkan rata-rata tekanan darah diastolik
dan menurunkan tekanan nadi. latihan slow deep breathign ini berpangurah terhadap
modulasi pada sistem kardiovaskuler yaitu mempunya efek dalam meningkatkan fluktasi
dan interval RR. Fluktasi RR ini mempunyai dampak terhadap peningkatan eketifitas
baroreflek dan berkontribusi dalam penurunan tekanan darah. Hasil dari penilitan yang
dilakukan oleh [ CITATION Tri10 \l 1057 ] bahwa latihan slow deep breathing yang
dilakukan dalam 15 menit 3kali sehari selama 14 hari dapat menurunkan tekanan darah
sistolik 18,178 mmHg dan tekanan darah diastolik 8,892 mmHg. Pencegahan penurunan
fungsional tekanan darah tinggi adalah dengan melakukan latihan fisik, akan tetapi tidak
semua latihan fisik sesuai dengan kondisi lansia mengingat kemampuan mobilisadi dari
lanisa itu sendiri terbatas. Menurut Sherwood tahun 2005 dalam [ CITATION Mis18 \l 1057 ]
olahraga seperti senam anti hipertensi mampu mendorng jantung bekerja secara optimal,
dengan olaraga kebutuhan energi oleh sel, jaringan, dan organ tubuh dapat meningkat
dimana dari peningkatan aliran balik vena dapat meningkatkan curah jantung dan
meningkatkan tekanan arteri terlebih dahulu dampak dari fase ini mampu menurunkan
aktivitas pernafasan yang menyebabkan aktivitas saraf simpatis menurun setelah itu akan
menyebabkan kecepatan denyut jantung, volume sukuncup menurun karena penurunan
ini pengakibatkan penurunan curah jantung dan resistensi perifer tital sehingga terjadinya
penurunan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan 2 kali dalam seminggu selama 4-12
menit dapat membantu penuruna tekanan darah lebih cepat dengan intensitas yang ringan
[ CITATION Mis18 \l 1057 ]. Maka dari itu mahasiswa menggabungkan intervensi ini
menjadi satu yaitu yang pertama lansia melakukan senam hipertensi terlebih dahulu
setelah melakukan seam hipertensi isitrahat selama 5 menit, setelah istirahat dilanjutkan
lagi dengan latihan slow deep breathing guna menurunkan tekanan darah.
GRAFIK
GRAFIKTEKANAN DARAH
TEKANAN DIASTOLIK
DARAH c. Risiko Jatuh
SISTOLIK
102
Lansia merupakan kondisi tahap
100
172
98 lanjut dari proses kehidupan yang ditandai
170
96 dengan adanya penurunan kemampuan
168
94
166 fungsi tubuh. Perubahan yang terjadi pada
92
164
90
162
lansia meliputi semua sistem organ dalam
88
160 tubuh, salah satu yang seringkali terjadi
86
158
ada di sistem muskuloskeletal. Penurunan
156
84
pengkajian hari I hari II hari III
154 kemampuan berbagai organ, fungsi, dan
pengkajian hari I hari II hari III
GRAFIK TEKANAN DARAH DIASTOLIK sistem tubuh ini bersifat
GRAFIK TEKANAN DARAH SISTOLIK
fisiologis[ CITATION Pud03 \l 1057 ] dalam
Murtiyani & Suidah, 2019. Fenomena yang sering muncul akibat perubahan tersebut
adalah osteoporosis, artritis rheumatoid dan faktur. Hal tersebut dapat menyebabkan jatuh
pada lansia akibat adanya penurunan keseimbangan
Faktor risiko jatuh pada lansia meliputi faktor intrinsik (host) dan faktor ekstrinsik
(environmental). Faktor intrinsik terdiri dari: permasalahan keseimbangan dan berjalan,
kelemahan otot, riwayat jatuh sebelumnya, penggunaan alat bantu, permasalahan
penglihatan, radang sendi, depresi, permasalahan kognitif, serta usia lebih dari 80 tahun.
Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi: penggunaan alas kaki yang tidak tepat, permukaan
lantai yang licin atau kasar, pencahayaan yang kurang, serta banyaknya hambatan yang
terdapat pada lingkungan (Rubenstein & Josephson, 2002 dalam Nugraha; Wahyuni; &
Muliarta, 2015).
Menurut teori tersebut, apabila dibandingkan dengan hasil pengkajian pada Ny.N
pada tanggal 15 Oktober 2019 maka akan terlihat beberapa faktor. Pada faktor intrinsik
didapatkan data berupa: mata kiri Ny.N terdapat katarak; Ny.N mengatakan bahwa
mengalami kecelakaan semasa muda sebanyak 2x dan tidak mendapat penanganan
apapun; hasil skoring kuisioner POMA adalah 20 (risiko jatuh sedang), kekuatan otot
Ny.N 5555/5445. Akibatnya Ny.N mengalami kesulitan dalam aktivitas yang harus
berjongkok terutama di kamar mandi, berdiri lama, dan berjalan jauh. Sedangkan faktor
ekstrinsik yang diobservasi pada Ruang Flamboyan Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Pucang Gading Semarang adalah permukaan lantai kamar mandi licin dan tidak ada
pegangan untuk lansia.
Terapi farmakologis dan non-farmakologis adalah intervensi yang dapat dipilih
untuk mengatasi risiko jatuh pada lansia. Hal ini sesuai dengan program lansia milik
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang sehat, aktif, dan produktif. Diharapkan
kualitas hidup lansia dapat mengalami peningkatan dan mengurangi ketergantungan
lansia terhadap orang lain.
Kelompok memilih terapi non-farmakologis berupa Latihan Kesiembangan
(Balance Strategy Exercise) untuk menangani masalah Risiko Jatuh pada Ny.N. Pada
pelatihan Balance Strategy Exercise manfaat yang akan diperoleh berupa peningkatan
functional stability limit, perbaikan sistem motoris, perbaikan kontrol postural, serta
peningkatan stabilitas dinamik. Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Murtiyani & Suidah (2019) dimana hasil penelitian ditemukan adanya peningkatan nilai
keseimbangan dinamis pada lansia yang diberi balance strategy exercise. Pelatihan
balance strategy exercise, terutama ankle dan hip strategy exercise akan memperbaiki
kendala biomekanik (biomechanical constraints) berupa peningkatan kekuatan pada otot
gastrocnemius, hamstring, otot-otot ekstensor batang tubuh, tibilias anterior, quadriceps,
dan otot abdominal. Otot-otot ini akan menyokong tubuh dan menyangga limit of
stability sehingga terjadi kestabilan tubuh untuk menggerakkan pusat gravitasi sejauh
mungkin pada arah anteroposterior dan mediolatera [ CITATION Mur19 \l 1057 ].
Peningkatan nilai keseimbangan dinamis pada lansia yang diberi latihan balance
stategy exercise juga ditemukan dalam penelitian milik Nugraha, Wahyuni, & Muliarta
tahun 2016. Meskipun dalam penelitian disimpulkan bahwa pelatihan 12 balance
exercise lebih meningkatkan keseimbangan dinamis dibandingkan balance stategy
exercise. Kelompok memiliki beberapa pertimbangan mengapa tidak memilih untuk
menggunakan 12 balance exercise diantaranya adalah Ny.N sempat menolak apabila
diberikan intervensi dengan rentang waktu untuk berdiri lama karena kondisinya dan
pelatihan memiliki risiko tinggi sehingga dibutuhkan pemantauan mendalam pada lansia.
Oleh karena itu kelompok lebih memilih balance stategy exercise dimana intervensi
terdiri beberapa gerakan sederhana namun sama-sama efektif dalam meningkatkan
keseimbangan dinamis pada lansia.
Instrumen Evaluasi dan Hasil Evaluasi
Intrumen penilaian keseimbangan menggunakan POMA
22
21.5
20.5
20
19.5
19
Hari I Hari II Hari III Hari IV
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian jatuh pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Andalas. Padang: Universitas Andalas.
Budiyarti, L. (2013). HOME BASED EXERCISE TRAINING DALAM MENGATASI MASALAH KEPERAWATAN
INTOLERANSI AKTIVITAS PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RUANG RAWAT
PENYAKIT DALAM MELATI ATAS RSUP PERSAHABATAN.
Darmojo, R., & Martono, H. (2009). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Eka, O., SuharyoHadisaputro, Shofa, C., & Ari , S. (2019). Faktor yang Beresiko Terhadap Hipertensi pada
Pegawai di Wilayah Perimeter Pelabuhan. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas Vol 4 No 1,
35-44.
Ekasari, M. F., Riasmini, N. M., & Hartini, T. (2018). MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP LANSIA KONSEP
DAN BERBAGAI INTERVENSI. Malang: Wineka Media.
Isnaeni, N. N., & Puspitasari, E. (2018). PEMBERIAN AKTIVITAS BERTAHAP UNTUK MENGATASI MASALAH
INTOLERANSI AKTIVITAS PADA PASIEN CHF .
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Misbakhul , A., Rita, V., Ropichotus, S., Mashila, R., Nur, W., Dwi , Y., et al. (2018). PENGARUH SENAM
ANTI HIPERTENSI LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA DI DESA
KEMUNINGSARI LOR KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER. tHE iNDONESIAN JOURNAL OF
HEALTH SCIENCE, 160-164.
Murtiyani, N., & Suidah, H. (2019). PENGARUH PEMBERIAN INTERVENSI 12 BALANCE EXERCISE
TERHADAP KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANSIA. Jurnal Keperawatan, 12(1), 42-52.
NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Dalam T. H.
Herdman, & S. Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Noorhidayah, D. (2016). HUBUNGAN POSTUR TUBUH DENGAN RISIKO JATUH PADA LANJUT USIA.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nugraha, M. S., Wahyuni, N., & Muliarta, I. (2015). PELATIHAN 12 BALANCE EXERCISE LEBIH
MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA
LANSIA DI BANJAR BUMI SHANTI, DESA DAUH PURI KELOD, KECAMATAN DENPASAR BARAT.
Nurarif, A., & Kusuma , H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta: Medi Action.
Pudjiastuti. (2003). Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Riskesdas. (2013). Badan Penelitan dan pengembangn kesehatan kementrian kesehatan RI. Jakarta.
Rubenstein, L., & Josephson, K. (2002). The epidemiology of falls and syncope. 141-52.
Sapitri , N. (2016). Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Pesisir Sunga Siak
Kecematan Rumbai Kota Pekanbaru. Jim FK volume 3 no 1.
Stanley, M., & Beare, P. (2012). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Tarwoto, & Wartona. (2010). Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tri, C. S., Elly, N., & Dewi Gayatri. (2010). PENURUNAN TEKANAN DARAH DAN KECEMASAN MELALUI
LATAHIAN SLOW DEEP BREATHING PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER. Jurnal Keperawatan
Indonesia vol 13 No 1, 37-41.
Utomo, B. (2010). Hubungan antara Kekuatan Otot dan Daya Tahan Otot Anggota Gerak Bawah dengan
Kemampuan Fungsional Lanjut Usia. 2010: Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.
Whelton, P. (2017). ACC/ AHA/ A APA/ ABC/ ACPM/ AGS/ APhA/ ASH? ASPC/ NMA/ PCNA Guidline for
the Preventation, Detection, Evaluation and Managemeny Of High Blood Pressure in Adults. High
Blood Pressure Clinical Practice Guidlines.
WHO. (2013). World Healthy day 2013 : calls for intensiid efforts to prevent and control hypertension
( terjemahan ).