Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

Disusun Oleh :

Septi Wulansari (202014109)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2020/2021
HARGA DIRI RENDAH

SITUASIONAL

A. KONSEP TEORI

I. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
(Keliat, 2006)
Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan
orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan
realitas dunia (Stuart & Gail, 2006)
Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara
situasional(trauma) atau kronis (kritik diri yang telah berlangsung lama) dapat
diekspresikan secara langsung atau tidak langsung (Stuart & Sundeen, 2006)
Harga diri rendah situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan,perubahan).
Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai
respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya
mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005).
Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu terjadi ( korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ). (Dalami
dkk, 2009).

II. ETIOLOGI
a) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan
pemasangan yang tidak sopan ( pengukuran pubis, pemasangan kateler
pemeriksaan perincal ).
b) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat / sakit / penyakit.
c) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagi tindakan tanpa persetujuan.
Harga diri rendah biasanya terjadi karena adanya kritik dari diri sendiri dan
orang lain, yang menimbulkan penurunan produktifitas berkepanjangan, yang
dapat menimbulkan gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dan dapat
menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari dalam tubuh, selalu merasa bersalah
terhadap orang lain, selalu berperasaan negatif tentang tubuhnya sendiri.
Klien yang mempunyai gangguan harga diri rendah akan mengisolasi diri
dari orang lain dan akan muncul perilaku menarik diri, gangguan sensori persepsi
halusinasi bisa juga mengakibatkan adanya waham.
1. Faktor predisposisi
 Faktor yang mempengaruhi harga diri : penolakan orangtua, harapan
orangtua tidak realistis, sekolah ditolak, pekerjaan.
 Faktor yang mempengaruhi performa peran : stereotip peran gender,
tuntutan peran kerja, harapan peran budaya
 Faktor yg mempengaruhi indentitas pribadi : ketidakpercayaan
orangtua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
2. Faktor presipitasi
 Ketegangan peran oleh stress yang berhubungan dengan frustasi yang
dialami dalam peran/posisi, halusinasi pendengaran dan penglihatan,
kebingungan tentang seksualitas diri sendiri, kesulitan membedakan
diri sendiri dari orang lain, gangguan citra tubuh, mengalami dunia
seperti dalam mimpi.

III. MANIFESTASI KLINIS


1. Mengungkapkan rasa malu/bersalah
2. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri
3. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya, ketidakberdayaan
dan ketidakbergunaan)
4. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup yang
sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif
5. Kesulitan dalam membuat keputusan

Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri rendah
adalah :
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produkrivitas.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.

Tanda dan gejala yang dapat dikaji:


 Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan
penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak)
karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti kanker.
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak kerumah
sakit menyalahkan dan mengejek diri sendiri.
 Merendahkan martabat. Mis: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya memang
bodoh dan tidak tahu apa-apa.
 Gangguan hubungan sosial. Mis: menarik diri, klien tidak mau bertemu orang
lain, lebih suka menyendiri.
 Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin
memilih alternatif tindakan.
 Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn harapan yg suram
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
 Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.
 Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
 Keluhan fisik
 Penolakan terhadap kemampuan personal
Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:

1. Data subjektif:
 Mengkritik diri sendiri atau orang lain
 Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
 Perasaan tidak mampu
 Rasa bersalah
 Sikap negatif pada diri sendiri
 Sikap pesimis pada kehidupan
 Keluhan sakit fisik
 Pandangan hidup yang terpolarisasi
 Menolak kemampuan diri sendiri
 Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
 Perasaan cemas dan takut
 Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
 Mengungkapkan kegagalan pribadi
 Ketidak mampuan menentukan tujuan
2. Data objektif:
 Produktivitas menurun
 Perilaku destruktif pada diri sendiri
 Perilaku destruktif pada orang lain
 Penyalahgunaan zat
  Menarik diri dari hubungan sosial
 Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
 Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
 Tampak mudah tersinggung/mudah marah

IV. MEKANISME KOPING


Mekanisme koping adalah tiap upaya yang ditujukan untuk penatalaksanaan stres,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan ego yang
digunakan untuk melindungi diri ( Stuart, 2006 ).
Mekanisme koping terdiri dari pertahanan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
a) Pertahanan jangka pendek
 Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
(misalnya konser musik, menonton televisi secara obsesif).
 Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng ).
 Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu (misal : olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas).
 Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas
di luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya: penyalahgunaan
obat).
b) Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini Stuart ( 2006 ) :
 Penutupan identitas adalah adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri
individu.
 Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarakat.
 Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, “ disosiasi,
isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement ), Splitting, berbalik marah
terhadap terhadap diri sendiri, dan amuk.

V. FASE-FASE KEHILANGAN
1. Denial (Penolakan)
Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap
kehilangan/individu tidak percaya. Menolak atau tidak menerima kehilangan yang
terjadi. Pernyataan yang sering diucapkan adalah “ itu tidak mungkin”, “saya tidak
percaya” seseorang yang mengalami kehilangan karena kematian orang yang
berarti baginya, tetap merasa bahwa orang tersebut masih hidup. Dia mungkin
mengalami halusinasi, melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat
yang biasa digunakan atau mendengar suaranya.
Tindakan keperawatan :
 Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
 Jelaskan kepada klien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada orang yang
mengalami kehilangan
 Mendukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan
 Beri dukungan kepada klien secara non verbal seperti : memegang tangan,
menepuk bahu atau merangkul klien
 Menawarkan diri untuk tetap bersama klien tanpa mendiskusikan alasan untuk
mengatasi.
 Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan klien tentang sakit,
pengobatan dan kematian tanpa membantah klien
 Memperhatikan kebutuhan dasar klien
2. Anger (Marah)
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada
orang yang berada di lingkungannya.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, susah
tidur, tangan mengepal mau memukul, agresif.

Tindakan keperawatan :

 Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan kemarahannya secara


verbal tanpa melawan kemarahannya.
 Jelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan klien sebenarnya tidak ditujukan
kepada mereka.
 Jangan mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien.
 Motivasi klien untuk membicarakan perasaan marahnya.
 Bantu klien menguatkan sistem pendukung dari orang lain.
 Ajarkan teknik asertif.
3. Bargaining (Tawar-menawar)

Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan


kehilangannya, maka orang tersebut akan maju ke tahap tawar menawar dengan
memohon kemurahan Tuhan, individu ingin menunda kehilangan dengan berkata
“seandainya saya hati-hati” atau “kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya
akan sering berdoa”.

Tindakan keperawatan :

 Membantu klien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.


 Jelaskan pada klien tentang sesuatu tindakan yang nyata.
 Berikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan.

4. Depresi

Individu berada dalam suasana berkabung, karena kehilangan merupakan


keadaan nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau
berbicara atau putus asa dan mungkin sering menangis.

Tindakan keperawatan :

 Mengidentifikasi tingkat depresi dan risiko merusak diri.


 Membantu klien mengurangi rasa bersalah.
 Mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki untuk meningkatkan harga
diri klien.
 Beri kesempatan klien untuk menangis dan mengungkapkan perasaan.
5. Acceptance (Penerimaan)

Pada fase individu menerima kenyataan kehilangan, misalnya : ya,


akhirnya saya harus dioperasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat
sembuh, tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih
normal.

Secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru, dan pikiran
yang selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang. Jadi individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat
mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangannya secara tuntas.

Tindakan keperawatan :

 Sediakan waktu bagi keluarga untuk mengunjungi klien secara teratur.


 Membantu dalam mendiskusikan rencana masa datang.
 Membantu keluarga dan teman klien untuk bisa mengerti penyebab kematian.
VI. INTERVENSI GENERALIS PADA PASIEN
a. Tujuan
1) Klien mampu meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga
diri dan pemecahan masalah yang efektif
2) Klien mampu melakukan keterampilan positif untuk meningkatkan harga diri
3) Klien mampu melakukan pemecahan masalah dan melakukan umpan balik
yang efektif
4) Klien mampu menyadari hubungan yang positif antara harga diri dan kesehatan
fisik

b. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan harga diri rendah : penyebab, proses terjadinya
masalah, tanda dan gejala dan akibat
2) Membantu pasien mengembangkan pola pikir positif
3) Membantu mengembangkan kembali harga diri positif melalui
melalui kegiatan positif
VII. KOMPLIKASI
a) Isolasi sosial
b) Perilaku kekerasan
c) Halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan
d) Waham
VIII. PENATALAKSANAAN
1) Terapi medis
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak digolongkan
sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan antidepresan, karena
fungsi dari obat anti depresan adalah memblok pengambilan kembali neurotransmitter
norepineprin dan serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan
mengkoreksi defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal
ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien dengan harga diri
rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin, norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah kali ini
pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam jenis Tricyclic Anti
Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan
fungsi dari obatnya yaitu untuk meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin
sehingga meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu
pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami
skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan.
2) Terapi keperawatan
Tindakan keperawatan pada klien :
Tujuan :
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Kien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
 Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
 Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
 Klien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya
a. Terapi generalis
Prinsip tindakan :
 Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
 Bantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
 Bantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
 Latih kemampuan yang dipilih klien
 Beri pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
 Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
 Evaluasi kemampuan pasien sesuai jadwal kegiatan harian
 Latih kemampuan kedua
 Motivasi klien memasukkan kemampuan kedua kedalam jadwal harian
b. Terapi Kognitif
Prinsip tindakan :
 Sesi  I    : Mengungkapkan pikiran otomatis
 Sesi II    : Mengungkapkan alasan
 Sesi III   : Tanggapan terhadap pikiran otomatis
 Sesi  IV  : Menuliskan pikiran otomatis
 Sesi V    : Penyelesaian masalah
 Sesi VI   : Manfaat tanggapan
 Sesi VII  : Mengungkapkan hasil
 Sesi VIII : Catatan harian
 Sesi IX   : Support system

Tindakan keperawatan pada keluarga


Tujuan :
 Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
 Keluarga memfasilitasi aktifitas pasien yang sesuai kemampuan
 Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan
yang dilakukan
 Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
a. Terapi generalis
Prinsip tindakan :
 Menjelaskan tanda-tanda dan cara merawat klien harga diri rendah
 Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan HDR
 Mendemonstrasikan dihadapan keluarga cara merawat klien denganHDR
 Memberikan kesempatan kepada keluarga mempraktekkan cara merawat klien
dengan HDR seperti yang telah di demonstrasikan perawat sebelumnya
b. Triangle terapi
Prinsip tindakan :
 Sesi I      : Mengenali dan mengekspresikan perasaan
 Sesi II     : Menerima orang lain (klien)
 Sesi III   : Penyelesaian masalah
 Sesi IV   : Mengungkapkan hasil

Tindakan keperawatan untuk kelompok


a. Terapi generalis : TAKS
Prinsip tindakan :
 Sesi 1 : Membantu klien meningkatkan kemampuan memperkenalkan diri
 Sesi 2 : Membantu klien berkenalan dengan anggota kelompok
 Sesi 3 : Membantu klien untuk mampu bercakap-cakap dengan anggota
kelompok
 Sesi 4 : Membantu klien untuk mampu menyampaikan topik pembicaraan
tertentu dengan anggota kelompok
 Sesi 5 : Bantu klien untuk mampu menyampaikan dan membicarakan masalah
pribadi dengan orang lain
 Sesi 6 : Bantu klien untuk mempu bekerja sama dalam permainan sosialisasi
kelompok
 Sesi 7 : Bantu klien untuk mamu menyampaikan pendapat tentang manfaat
kegiatan kelompok yang telah dilakukan
b. Logo terapi
Prinsip tindakan :
 Sesi 1 : Mengenal masalah
 Sesi 2 : Mengajukan pertanyaan pada diri sendiri
 Sesi 3 : Melihat dan merenungkan pengalaman yang bermakna
 Sesi 4 : Mengungkap makna dalam kondisi kritis
 Sesi 5 : Evaluasi dan terminasi

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Beberapa faktor yg harus dikaji adalah faktor predisposisi dan faktor presipitasi (Stuart
& Laraia, 2005)
a. Faktor predisposisi yg harus dikaji adalah penolakan orangtua, harapan orangtua
yg tidak realistis, kegagalan yag berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri tidak realistis. Sedangkan
yg paling sering terjadi adalah gangguang dalam mencapai tugas perkembangan
sehingga individu tidak dapat hubungan interpersonal yg sehat. Seperti kurangnya
perhatian dan stimulasi pada masa bayi, kurang komunikasi antara orangtua dan
anak, penganiayaan pada masa kanak-kanak.
b. Faktor presipitasi yg harus dikaji adalah ketegangan peran stres yg berlebihan
berhubungan dgn frustasi yg dialami individu dlm peran spt konflik peran yg tidak
jelas, menurunnya kestabilan keluarga, terjadinya perpisahan dgn orangtua yg
berarti (perceraian,kematian), ansietas berat yg berkepanjangan dan tidak dapat
diatasi(kegagalan dlm berhubungan), malu pada saat berhubungan dgn orang lain.
Secara objektif dapat dilihat perilaku klien yg khas dan berhubungan dgn harga
diri rendah, keracunan identitas dan depersonalisasi. Perilaku perasaan malu
terhadap diri sendiri akibat penyakit dan terhadap tindakan penyakit, rasa percaya
kurang, merendahkan martabat diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
mencederai diri sendiri akibat harga diri rendah, sukar mengambil keputusan dan
mempunyai harapan yang suram.
c. Tanda dan gejala
 Perasaan malu pada diri sendiri.
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri
 Merendahkan martabat.
 Gangguan hubungan sosial.
 Percaya diri kurang..
 Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn harapan yg suram
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
 Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
d. Mekanisme koping pada gangguan konsep diri, mekanisme koping dapat dibagi 2
yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang (Stuart & Laraia, 2005):
 Koping jangka pendek (Suliswati,2005) membagi menjadi 4 kategori,
yaitu: aktivitas yg memeberi pelarian sementara dari krisis (pemakaian
obat), aktivitas yg memebri kehidupan (memenuhi kebutuhan hidup dgn
kerja), aktivitas yg memberi kesempatan mengganti identitas sementara
(memiliki kelompok tertentu/pengikut kelompok tertentu), aktivitas yg
memberikan kekuatan/dukungan sementara terhadap konsep diri (aktivitas
yg kompetisi, kontes, prestasi,akademik)
 Koping jangka panjang adalah penutupan identitas prematur yg diinginkan
oleh orang yg penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan
aspirasi dan potensi dari individu tersebut dan identitas negatif dgn
mengasumsi identitas yg tidak wajar untuj dapat diterima oleh nilai dan
harapan masyarakat.
e. Sumber koping merupakan suatu evauasi terhadap pilhan koping dan strategi
seseorang. Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dgn menggunakan sumber
koping yg ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut dujadikan sebagai modal
untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu sesorang mengintegrasikan pengalaman yg menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yg efektif.
Menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri rendah akan
ditemukan batasan karakteristik :
a. Kurang kontak mata
b. Ungkapan yang mengaktifkan diri
c. Ekspresi rasa malu
d. Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi
berbagai peristiwa.
e. Menolak  umpan  balik  yang  positif  dan melebih-lebihkan  umpan  balik
yang negatif tentang dirinya.
f. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru
g. Hipersensitif  terhadap  kritik, mudah  tersinggung  dengan  pembicaraan 
orang lain.

2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Tujuan umum : klien memilih konsep diri yang positif
Tujuan khusus Kriteria Intervensi
1. Klien dapat Klien dapat menunjukan  .Bina hubungan saling percaya
membina ekspresi wajah bersahabat, dengan menggunakan prinsip
hubungan saling menunjukan rasa senang, ada komunikasi terapeutik, yaitu sapa
percaya dengan kontak mata, mau berjabat klien dengan ramah baik verbal
perawat tangan, mau menyebutkan maupun non verbal, perkenalkan
nama, mau menjawab salam, diri dengan sopan, tanyakan nama
klien mau duduk lengkap dan nama panggilan yang
berdampingan dengan disukai klien, jelaskan tujuan
perawat, mau mengutarakan pertemuan, jujur dan menepati
masalah yang dihadapi janji, tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya, beri
perhatian dan perhatikan kebutuhan
dasar klien.

2. Klien dapat Klien dapat mengidentifikasi  Diskusikan dengan klien tentang :


mengidentifikasi kemampuan dan aspek aspek positif yang dimiliki klien,
aspek positif dan positif yang dimiliki yaitu : keluarga, lingkungan, kemampuan
kemampuan aspek positif dan yang dimiliki klien. Bersama klien
yang dimiliki kemampuan yang dimiliki buat daftar tentang : aspek positif
klien, aspek positif keluarga, klien, keluarga, lingkungan,
aspek positif lingkungan kemampuan yang dimiliki klien.
klien. Beri pujian yang realistis,
hindarkan memberi penilaian
negatif
3. Klien dapat Klien menyebutkan  Diskusikan dengan klien
menilai kemampuan yang dapat kemampuan yang dapat
kemampuan dilaksanakan. dilaksanakan, diskusikan
yang dimiliki kemampuan yang dapat dilanjutkan
untuk pelaksanaannya.
dilaksanakan
4. Klien dapat Klien membuat rencana  Rencanakan bersama klien
merencanakan kegiatan harian. aktivitas yang dapat dilakukan
kegiatan sesuai setiap hari sesuai kemampuan
dengan klien, meliputi : kegiatan mandiri,
kemampuan kegiatan dengan bantuan keluarga,
yang dimiliki tingkatkan kegiatan sesuai kondisi
klien, beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat klien lakukan.

5. Klien dapat Klien melakukan kegiatan  Anjurkan klien untuk


melakukan sesuai jadual yang dibuat melaksanakan kegiatan yang telah
kegiatan sesuai direncanakan, pantau kegiatan yang
dengan rencana dilaksanakan klien, beri pujian atas
yang dibuat usaha yang dilakukan klien,
diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah
pulang.

6. Klien dapat Klien memanfaatkan sistem  Beri pendidikan kesehatan pada


memanfaatkan pendukung yang ada di keluarga tentang cara merawat
sistem keluarga klien dengan harga diri rendah,
pendukung yang bantu keluarga memberikan
ada dukungan selama klien di rawat,
bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah.

2. Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah


Isolasi sosial
 Menurut Townsend, M.C (1998:152), Isolasi sosial merupakan keadaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan
sikap negatif dan mengancam bagi dirinya.
 Menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau withdrawal
merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya
terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau
menetap.

Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
KRITERIA
TUJUAN INTEVENSI
EVALUASI
TUK 1  Ekspresi wajah  Bina hubungan saling percaya
Klien dapat bersahabat, dengan mengungkapkan prinsip
membina hubungan menunjukkan komunikasi terapeutik
saling percaya rasa senang, ada a. Sapa klien dengan ramah
kontak mata, mau baik verbal maupun non verbal
berjabat tangan, b. Perkenalkan diri dengan sopan
mau c. Tanyakan nama lengkap klien
menyebutkan dan nama panggilan yang
nama, mau disukai klien
menjawab salam, d. Jelaskan tujuan pertemuan
klien mau duduk e. Jujur dan menepati janji
berdampingan f. Tunjukkan sikap empati dan
dengan perawat, menerima klien apa adanya.
mau menguraikan g. Beri perhatian kepada klien
masalah yang dan perhatikan kebutuhan
dihadapi dasar klien
TUK 2  Klien dapat  Diskusikan kemampuan dan
Klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki klien
mengidentifikasi kemampuan dan  Setiap bertemu klien hindarkan
kemampuan dan aspek positif dari memberi nilai yang negatif
aspek positif yang yang dimiliki.  Utamakan memberi pujian yang
dimiliki a. Kemampuan realistis
yang dimiliki
klien
b. Aspek positif
keluarga
c. Aspek positif
lingkungan yang
dimiliki

TUK 3  Klien dapat  Diskusikan dengan klien


Klien dapat menilai menilai kemampuan yang masih dapat
kemampuan yang kemampuan digunakan selama sakit
dapat digunakan yang dapat  Diskusikan kemampuan yang
digunakan dapat dilanjutkan pengunaanya
dirumah sakit  Berikan pujian
 Klien menilai
kemampuan
yang dapat
digunakan di
rumah
TUK 4  Klien memiliki  Meminta klien untuk memilih
Klien dapat kemampuan satu kegiatan yang mau dilakukan
menetapkan dan yang akan di rumah sakit
merencanakan dilatih  Bantu klien melakukan jika perlu
kegiatan sesuai  Klien mencoba beri contoh
dengan sesuai jadwal  Beri pujian atas keberhasilan
kemampuan yang harian klien
dimiliki  Diskusikan jadwal kegiatan harian
atas kegiatan yang di latih
TUK 5  Klien  Beri kesempatan pada klien untuk
Klien dapat melakukan mencoba kegiatan yang telah
melakukan kegiatan yang direncanakan
kegiatan sesuai telah dilatih  Beri pujian atas keberhasilan
kondisi sakit dan (mandiri atau klien
kemampuannya dengan bantuan)  Diskusikan kemungkinan
 Klien mampu pelaksanaan dirumah
melakukan
beberapa
kegiatan secara
mandiri
TUK 6  Keluarga  Beri pendidikan kesehatan pada
Klien dapat memberi keluarga tantang cara merawat
memenfaatkan dukungan dan klien dengan harga diri rendah
sistem pendukung pujian  Bantu keluarga memberikan
yang ada  Keluarga dukungan selama sakit
memahami  Bantu keluarga menyiapkan
jadual kegiatan lingkungan dirumah
harian klien  Jelaskan cara pelaksanaan jadual
kegiatan klien dirumah
 Anjurkan memberi pujian pada
klien setiap berhasil

3. Resiko perubahan persepsi sensori: Halusnasi berhubungan dengan menarik diri.


Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2007).
Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain supaya tidak terjadi
halusinasi

Tujuan Khusus Kriteria Intervensi


1 . Klien dapat Klien mampu,  Bina hubungan saling
membina hubungan menunjukan ekpresi percaya dengan klien
saling percaya menerima/ bersahabat, menggunakan prinsop
kontak mata baik, komunikasi terapeutik.
mengatakan masalah
yang dihadapi
2 . Klien dapat Klien mampu  Kaji pengetahuan klien
mengenal perasaan mengungkapkan tentang perilaku menarik
yang menyebabkan perasaannya yang diri dan tanda tandanya.
perilaku menarik menyebabkan menarik  Beri kesempatan kepada
diri. diri. klien untuk
mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul.
 Diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik
diri, tanda-tanda serta pe-
nyebab yang muncul.
 Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat Klien dapat  Kaji pengetahuan klien
menyebutkan menyebutkan manfaat tentang manfaat dan
keuntungan dan keuntungan keuntungan berhubungan
berhubungan dengan berhubungan dengan sosial dengan orang lain
orang lain. orang lain. dan kerugian bila yidak
berhubungan dengan
orang lain.
 Beri kesempatan kepada
klien untuk mengung-
kapkan perasaan tentang
keuntu-ngan berhubungan
sosial dengan orang lain.
 Diskusikan dengan klien
tentang manfaat
berhubungan so-sial
dengan orang lain.
 Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
kemampuan berhubungan
dengan orang lain
 Kaji pengetahuan pasien
tentang kerugian bila
tidak  berhubungan 
dengan orang lain.
 Beri kesempatan kepada
klien untuk mengung-
kapkan perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dengan
orang lain.
 Diskusikan dengan klien
tentang kerugian bila tidak
berhubungan  dengan
orang lain.
 Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
kemampuan berhubungan
dengan orang lain.
4. Resiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah

Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku


pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu
yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia
mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh
diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama
sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk
masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam
Maris dkk., 2000).

Tujuan jangka pendek : klien akan mencari bantuan perawat bila ada perasaan ingin
mencederai diri.

Tujuan jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri

No. Intervensi Rasional

1. Observasi perilaku klien lebih sering Observasi ketat dibutuhkan


melalui aktivitas dan interaksi rutin, supaya intrvensi dapat terjadi
hindari kesan pengamatan dan jika dibutuhkan untuk
kecurigaan pada klien memastikan keamanan klien

2. Tetapkan kontak verbal dengan klien mendiskusikan perasaan ingin


bahwa ia akan meminta bantuan jika bunuh diri dengan orang yang
keinginan bunh diri dirasakan dipercaya memberikan derajat
keringanan untuk klien, sikap
penerimaan klien sebagai
individu dapat dirasakan

3. Dorong klien untuk bicara tentang Agar memecahakn masalah


perasaan yang dimiliknya sebelum dan memahami factor pencetus
perilaku bunuh diri terjadi

4. Bertindak sebagai model dalam Perilaku bunuh diri dipandang


mengekspresikan kemarahan yang tepat sebagai marah yang diarahakan
pada diri sendiri

5. Rancang anggota tim perawat untuk Untuk memantau kondisi klien


memonitor secara kontinyu. setiap waktu.

6. Instruksikan pengunjung untuk Mencegah penggunaan benda-


membantasi barang bawaan ( yakinkan benda tertentu untuk
untuk tidak memberikan makanan melanjutkan ide bunuh dirinya.
dalam tas plastic)

7. Batasi orang dalam ruangan klien dan Stimulus untuk bunuh diri bisa
perlu adanya penurunan stimuli. timbul ketika klien melihat
keramaian.

8. Informasikan kepada keluarga dan Dukungan social dapat


saudara klien bahwa klien meringankan stimulus.
membutuhkan dukungan social yang
adekuat

9. Bersama pasien menulis daftar Untuk mempermudah


dukungan sosial yang di punyai menghubungi keluarga yang
termasuk jejaring sosial yang bisa di bisa membantu meringankan
akses. stimulus.

10. Dorong klien untuk melakukan Mengalihkan stimulus ke


aktivitas social. kegiatan lain.
REFERENSI

Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta : Trans
Info Media.
Lodo.A. (2013). Makalah Harga Diri Rendah Situasional .Retrieved From
http://www.scribd.com/search?query=hdr+situasional
Stuart, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi : Lima. Jakarta : EGC
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI
(HARGA DIRI RENDAH) PADA Ny. S

Masalah Keperawatan: Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)


Pertemuan : Ke 1 (satu)
Hari, tanggal : Senin, 14 Desember 2020
SP 1/TUK 1 : Tindakan Keperawatan Bina Hubungan Saling Percaya

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien selalu terlihat menyendiri dan tidak mau bergaul.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
3. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
4. Tindakan Keperawatan
1.1 Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal
1.2 Perkenalkan diri dengan sopan
1.3 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
1.4 Jelaskan tujuan pertemuan
1.5 Jujur dan menepati janji
1.6 Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
1.7 Berikan perhatian kepada klien

B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN


1. ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
“Selamat Pagi, Buk. Perkenalkan nama saya perawat Septi Wulansari, panggil saja
saya perawat Septi. Hari ini saya dinas dari pukul 07.00 sampai dengan 14.00
WIB. Nama Ibu siapa? Senang dipanggil siapa?”

b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa semalam Ibu tidur nyenyak?”
c. Kontrak
“Ibu, saya bertugas disini untuk merawat Ibu dari hari Senin sampai Sabtu mulai
dari jam 07.00 sampai dengan 14.00 apabila dinas pagi, dan juga dari jam 14.00-
21.00 WIB apabila dinas sore, saya harap selama saya merawat Ibu, saya dapat
memberikan pelayanan yang terbaik.”

Topik : “Baiklah Ibu, di sini kita akan berbincang-bincang untuk saling


mengenal.”

Waktu : “Ibu mau ngobrol- ngobrol berapa lama ? Bagaimana kalau 15 menit
dari jam 09.00 sampai 09.15?”

Tempat : “Kita akan ngobrol dimana Ibu? Bagaimana kalau kita ngobrol
disini?”

2. FASE KERJA
a. “Ibu, tadi sudah menyebutkan nama Ibu, lalu berapa umur Ibu sekarang?”
b. “Ibu sudah berapa lama dirawat disini ?”
c. “Ibu berasal dari mana ?”
d. “Ibu memiliki saudara berapa ?”
e. “Siapa saja yang diajak tinggal dirumah?
f. “Ibu masih ingat tidak kapan dibawa kesini ?”
g. “Siapa yang membawa Ibu kesini ?”
h. “Menurut Ibu, dibawa kesini karena apa ?”
i. “Selama dirawat disini hal apa yang sudah Ibu lakukan ?”
j. “Bagaimana perasaan Ibu saat melakukan kegiatan tersebut?”
k. Boleh saya tahu apa pekerjaan Ibu sebelum disini? Bisa diceritakan tentang
pekerjaannya?”
l. “Wah, kegiatan Ibu bagus sekali”.

3. TERMINASI
a. Mengakhiri kontrak
“Sesuai janji kita tadi, kita sudah mengobrol 15 menit, sekarang sudah pukul 09.15
WIB, untuk saat ini kita akhiri dulu ya Bu. Tadi Ibu sudah bagus sekali mau
mendengarkan saya dan menjawab dengan baik.”
b. Evaluasi
(Subyektif) : “Setelah kita ngobrol tadi, bagaimana perasaan Ibu?”

( Obyektif ) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali melihat


perawat.

c. Rencana Tindak Lanjut


“Nah Ibu, sekarang sudah pukul 09.15 WIB, pembicaraan kita cukupkan saja dulu
sampai disini ya. Sekarang Ibu istirahat dulu. Kalau nanti ada yang mau
diceritakan atau ditanyakan kepada saya, Ibu bisa sampaikan saat kita bertemu
lagi.”
d. Kontrak yang akan datang
Topik : “Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi membicarakan tentang
keluarga, kemampuan, serta kelebihan dan kekurangan yang dimiliki?”
Waktu : “Jam berapa kita besok bertemu Ibu? Saya besok masih dinas pagi,
bagaimana kalau jam 10 pagi Ibu?”
Tempat : “Ibu mau ngobrol-ngobrolnya dimana? Bagaimana kalau disini?”
KOMPETENSI DI INSTALASI GAWAT DARURAT
STASE KEPERAWTAN JIWA

NO DAFTAR SKILLS TANGGAL DAN PARAF


PELAKSANAAN
1 PENGKAJIAN
4. Pengkajian pada pasien sehat :
a. Pengkajian pada pasien HDR situasional 15
Ny. S Desember
2020

b.
c.
5. Pengkajian pada pasien resiko :
a.
b.
c.
6. Pengkajia Pada pasien gangguan
a.
b.
c.
2 MELAKUKAN TEKNIK
KOMUNIKASI
PADA PASIEN
21. Memberikan salam pada pasien
22. Memberikan pertanyaan terbuka
23. Memfokuskan pasien
24. Directing
25. Mengulang kembali/ menyimpulkan
26. Refleksi
27. Mendengar aktif
28. Memberikan reinforcement
29. Sumarry
30. Mengklarifikasi
31. Memperkenalkan diri
32. Menayakan nama panggilan pasien

33. Melakukan validasi masalah pasien


34. Melakukan evaluasi kemampuan pasien
35. Melakukan evaluasi objektif
36. Melakukan evaluasi subjektif
37. Membuat ADL pasien
38. Melakukan terapu sentuhan
39. Menjaga kontak mata
40. Bersikap positif
3 MELAKUKAN TERAPI KELOMPOK
1. TAK orientasi realitas
2. TAK simulasi persepsi
3. TAK sosialisasi
4 MELAKUKAN PENDIDIKAN KESEHATAN
8. Pendkes pada pasien sehat
a.
b.
c.
4. Pendkes pasa pasien resiko
a.
b.
c.
5. Pendkes pada pasien gangguan
a.
b.
c.
5 MELAKUKAN TERAPI MODALITAS
LAIN
1. Melakukan terapi lingkungan
2. Melakukan terapi somatik
3. Melakukan terapi kognitif
4. Melakukan terapi perilaku

5. Melakukan terapi aversi


6. Melakukan terapi disentisitasi sistemastis
7. Melakukan terapi conditioning operan

Surakarta,...................................2020

Pembimbing

(.........................................)

Anda mungkin juga menyukai