Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

(SITUASIONAL)

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa


Program Profesi Ners Angkatan 34

Disusun Oleh :
RIRIS PURWITA WIDODO
220112170020

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXIV


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
HDR Situasional 2013

HARGA DIRI RENDAH


SITUASIONAL

A. KONSEP TEORI

I. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri. (Keliat, 2006)
Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan
yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi
dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri,
dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart & Gail, 2006)
Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri
rendah dapat terjadi secara situasional(trauma) atau kronis (kritik diri yang
telah berlangsung lama) dapat diekspresikan secara langsung atau tidak
langsung (Stuart & Sundeen, 2006)
Harga diri rendah situasional adalah suatu keadaan ketika individu
yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian
(kehilangan,perubahan).
Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang
berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan
diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (NANDA,
2005).
Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba,
misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi ( korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ). (Dalami dkk, 2009).

1
HDR Situasional 2013

II. ETIOLOGI
a) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang
sembarangan pemasangan yang tidak sopan ( pengukuran pubis,
pemasangan kateler pemeriksaan perincal ).
b) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat / sakit / penyakit.
c) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagi tindakan
tanpa persetujuan.
Harga diri rendah biasanya terjadi karena adanya kritik dari diri
sendiri dan orang lain, yang menimbulkan penurunan produktifitas
berkepanjangan, yang dapat menimbulkan gangguan dalam
berhubungan dengan orang lain dan dapat menimbulkan perasaan
ketidakmampuan dari dalam tubuh, selalu merasa bersalah terhadap
orang lain, selalu berperasaan negatif tentang tubuhnya sendiri.
Klien yang mempunyai gangguan harga diri rendah akan
mengisolasi diri dari orang lain dan akan muncul perilaku menarik diri,
gangguan sensori persepsi halusinasi bisa juga mengakibatkan adanya
waham.
1. Faktor predisposisi
 Faktor yang mempengaruhi harga diri : penolakan orangtua,
harapan orangtua tidak realistis, sekolah ditolak, pekerjaan.
 Faktor yang mempengaruhi performa peran : stereotip
peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya
 Faktor yg mempengaruhi indentitas pribadi :
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya
dan perubahan struktur sosial.

2. Faktor presipitasi
 Ketegangan peran oleh stress yang berhubungan dengan
frustasi yang dialami dalam peran/posisi, halusinasi
pendengaran dan penglihatan, kebingungan tentang

2
HDR Situasional 2013

seksualitas diri sendiri, kesulitan membedakan diri sendiri


dari orang lain, gangguan citra tubuh, mengalami dunia
seperti dalam mimpi.

III. MANIFESTASI KLINIS


1. Mengungkapkan rasa malu/bersalah
2. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri
3. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya,
ketidakberdayaan dan ketidakbergunaan)
4. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan
hidup yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif
5. Kesulitan dalam membuat keputusan

Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga


diri rendah adalah :
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produkrivitas.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.

Tanda dan gejala yang dapat dikaji:


 Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap
tindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi
rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti
kanker.
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya
tidak kerumah sakit menyalahkan dan mengejek diri sendiri.
 Merendahkan martabat. Mis: saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya memang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
 Gangguan hubungan sosial. Mis: menarik diri, klien tidak mau
bertemu orang lain, lebih suka menyendiri.

3
HDR Situasional 2013

 Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan yang suram


mungkin memilih alternatif tindakan.
 Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn harapan yg
suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
 Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.
 Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
 Keluhan fisik
 Penolakan terhadap kemampuan personal

Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20);


perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:

1. Data subjektif:
 Mengkritik diri sendiri atau orang lain
 Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
 Perasaan tidak mampu
 Rasa bersalah
 Sikap negatif pada diri sendiri
 Sikap pesimis pada kehidupan
 Keluhan sakit fisik
 Pandangan hidup yang terpolarisasi
 Menolak kemampuan diri sendiri
 Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
 Perasaan cemas dan takut
 Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
 Mengungkapkan kegagalan pribadi
 Ketidak mampuan menentukan tujuan
2. Data objektif:
 Produktivitas menurun
 Perilaku destruktif pada diri sendiri
 Perilaku destruktif pada orang lain

4
HDR Situasional 2013

 Penyalahgunaan zat
  Menarik diri dari hubungan sosial
 Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
 Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
 Tampak mudah tersinggung/mudah marah

IV. MEKANISME KOPING


Mekanisme koping adalah tiap upaya yang ditujukan untuk
penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri
( Stuart, 2006 ). Mekanisme koping terdiri dari pertahanan koping jangka
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego
untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan.
a) Pertahanan jangka pendek
 Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas diri (misalnya konser musik, menonton televisi secara
obsesif).
 Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
( misalnya ikut serta dalam klub sosial, agama, politik,
kelompok, gerakan, atau geng ).
 Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu (misal : olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas).
 Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk
membuat identitas di luar dari hidup yang tidak bermakna saat
ini (misalnya: penyalahgunaan obat).
b) Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini Stuart ( 2006 ) :
 Penutupan identitas adalah adopsi identitas prematur yang
diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan,
aspirasi, atau potensi diri individu.

5
HDR Situasional 2013

 Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak sesuai


dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat.
 Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, “
disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement ), Splitting,
berbalik marah terhadap terhadap diri sendiri, dan amuk.

V. FASE-FASE KEHILANGAN
1. Denial (Penolakan)
Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap
kehilangan/individu tidak percaya. Menolak atau tidak menerima
kehilangan yang terjadi. Pernyataan yang sering diucapkan adalah “ itu
tidak mungkin”, “saya tidak percaya” seseorang yang mengalami
kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya, tetap merasa
bahwa orang tersebut masih hidup. Dia mungkin mengalami halusinasi,
melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat yang biasa
digunakan atau mendengar suaranya.
Tindakan keperawatan :
 Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan
 Jelaskan kepada klien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada orang
yang mengalami kehilangan
 Mendukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan
 Beri dukungan kepada klien secara non verbal seperti : memegang
tangan, menepuk bahu atau merangkul klien
 Menawarkan diri untuk tetap bersama klien tanpa mendiskusikan
alasan untuk mengatasi.
 Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan klien tentang
sakit, pengobatan dan kematian tanpa membantah klien
 Memperhatikan kebutuhan dasar klien
2. Anger (Marah)
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan marah pada diri

6
HDR Situasional 2013

sendiri atau kepada orang yang berada di lingkungannya.


Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat,
susah tidur, tangan mengepal mau memukul, agresif.
Tindakan keperawatan :
 Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
kemarahannya secara verbal tanpa melawan kemarahannya.
 Jelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan klien sebenarnya tidak
ditujukan kepada mereka.
 Jangan mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien.
 Motivasi klien untuk membicarakan perasaan marahnya.
  Bantu klien menguatkan sistem pendukung dari orang lain.
 Ajarkan teknik asertif.
3. Bargaining (Tawar-menawar)
Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan
kehilangannya, maka orang tersebut akan maju ke tahap tawar menawar
dengan memohon kemurahan Tuhan, individu ingin menunda kehilangan
dengan berkata “seandainya saya hati-hati” atau “kalau saja kejadian ini
bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa”.
Tindakan keperawatan :
 Membantu klien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan
takutnya.
 Jelaskan pada klien tentang sesuatu tindakan yang nyata.
 Berikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan.
4. Depresi
Individu berada dalam suasana berkabung, karena kehilangan
merupakan keadaan nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik
diri, tidak mau berbicara atau putus asa dan mungkin sering menangis.
Tindakan keperawatan :
 Mengidentifikasi tingkat depresi dan risiko merusak diri.
 Membantu klien mengurangi rasa bersalah.
 Mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki untuk
meningkatkan harga diri klien.

7
HDR Situasional 2013

 Beri kesempatan klien untuk menangis dan mengungkapkan


perasaan.
5. Acceptance (Penerimaan)
Pada fase individu menerima kenyataan kehilangan, misalnya : ya,
akhirnya saya harus dioperasi, apa yang harus saya lakukan agar saya
cepat sembuh, tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan
dapat lebih normal.
Secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru, dan
pikiran yang selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai
berkurang atau hilang. Jadi individu yang masuk pada fase penerimaan
atau damai, maka ia dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi
perasaan kehilangannya secara tuntas.
Tindakan keperawatan :
 Sediakan waktu bagi keluarga untuk mengunjungi klien secara
teratur.
 Membantu dalam mendiskusikan rencana masa datang.
 Membantu keluarga dan teman klien untuk bisa mengerti penyebab
kematian.

VI. INTERVENSI GENERALIS PADA PASIEN


a. Tujuan
1) Klien mampu meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif
antara harga diri dan pemecahan masalah yang efektif
2) Klien mampu melakukan keterampilan positif untuk meningkatkan
harga diri
3) Klien mampu melakukan pemecahan masalah dan melakukan
umpan balik yang efektif
4) Klien mampu menyadari hubungan yang positif antara harga diri
dan kesehatan fisik

8
HDR Situasional 2013

b. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan harga diri rendah : penyebab, proses
terjadinya masalah, tanda dan gejala dan akibat
2) Membantu pasien mengembangkan pola pikir positif
3) Membantu mengembangkan kembali harga diri positif
melalui melalui kegiatan positif
VII. KOMPLIKASI
a) Isolasi sosial
b) Perilaku kekerasan
c) Halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan
d) Waham
VIII. PENATALAKSANAAN
1) Terapi medis
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak
digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan
antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan adalah memblok
pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan serotonin,
meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi defisit yang
diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal ini sesuai
dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien dengan harga
diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin,
norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri
rendah kali ini pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam
jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine,
desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi dari obatnya yaitu untuk
meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin sehingga
meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu
pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga
mengalami skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling
meningkatkan.
2) Terapi keperawatan

9
HDR Situasional 2013

Tindakan keperawatan pada klien :


Tujuan :
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
 Kien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
 Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
 Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan
 Klien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya
a. Terapi generalis
Prinsip tindakan :
 Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
klien.
 Bantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
 Bantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
 Latih kemampuan yang dipilih klien
 Beri pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
 Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
 Evaluasi kemampuan pasien sesuai jadwal kegiatan harian
 Latih kemampuan kedua
 Motivasi klien memasukkan kemampuan kedua kedalam jadwal
harian
b. Terapi Kognitif
Prinsip tindakan :
 Sesi  I    : Mengungkapkan pikiran otomatis
 Sesi II    : Mengungkapkan alasan
 Sesi III   : Tanggapan terhadap pikiran otomatis
 Sesi  IV  : Menuliskan pikiran otomatis
 Sesi V    : Penyelesaian masalah
 Sesi VI   : Manfaat tanggapan
 Sesi VII  : Mengungkapkan hasil

10
HDR Situasional 2013

 Sesi VIII : Catatan harian


 Sesi IX   : Support system

Tindakan keperawatan pada keluarga


Tujuan :
 Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan
yang dimiliki
 Keluarga memfasilitasi aktifitas pasien yang sesuai kemampuan
 Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan latihan yang dilakukan
 Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien
a. Terapi generalis
Prinsip tindakan :
 Menjelaskan tanda-tanda dan cara merawat klien harga diri rendah
 Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan HDR
 Mendemonstrasikan dihadapan keluarga cara merawat klien
denganHDR
 Memberikan kesempatan kepada keluarga mempraktekkan cara
merawat klien dengan HDR seperti yang telah di demonstrasikan
perawat sebelumnya
b. Triangle terapi
Prinsip tindakan :
 Sesi I      : Mengenali dan mengekspresikan perasaan
 Sesi II     : Menerima orang lain (klien)
 Sesi III   : Penyelesaian masalah
 Sesi IV   : Mengungkapkan hasil

Tindakan keperawatan untuk kelompok


a. Terapi generalis : TAKS
Prinsip tindakan :

11
HDR Situasional 2013

 Sesi 1 : Membantu klien meningkatkan kemampuan


memperkenalkan diri
 Sesi 2 : Membantu klien berkenalan dengan anggota kelompok
 Sesi 3 : Membantu klien untuk mampu bercakap-cakap dengan
anggota kelompok
 Sesi 4 : Membantu klien untuk mampu menyampaikan topik
pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok
 Sesi 5 : Bantu klien untuk mampu menyampaikan dan
membicarakan masalah pribadi dengan orang lain
 Sesi 6 : Bantu klien untuk mempu bekerja sama dalam permainan
sosialisasi kelompok
 Sesi 7 : Bantu klien untuk mamu menyampaikan pendapat tentang
manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan
b. Logo terapi
Prinsip tindakan :
 Sesi 1 : Mengenal masalah
 Sesi 2 : Mengajukan pertanyaan pada diri sendiri
 Sesi 3 : Melihat dan merenungkan pengalaman yang bermakna
 Sesi 4 : Mengungkap makna dalam kondisi kritis
 Sesi 5 : Evaluasi dan terminasi

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Beberapa faktor yg harus dikaji adalah faktor predisposisi dan faktor
presipitasi (Stuart & Laraia, 2005)
a. Faktor predisposisi yg harus dikaji adalah penolakan orangtua, harapan
orangtua yg tidak realistis, kegagalan yag berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain
dan ideal diri tidak realistis. Sedangkan yg paling sering terjadi adalah
gangguang dalam mencapai tugas perkembangan sehingga individu
tidak dapat hubungan interpersonal yg sehat. Seperti kurangnya

12
HDR Situasional 2013

perhatian dan stimulasi pada masa bayi, kurang komunikasi antara


orangtua dan anak, penganiayaan pada masa kanak-kanak.
b. Faktor presipitasi yg harus dikaji adalah ketegangan peran stres yg
berlebihan berhubungan dgn frustasi yg dialami individu dlm peran spt
konflik peran yg tidak jelas, menurunnya kestabilan keluarga,
terjadinya perpisahan dgn orangtua yg berarti (perceraian,kematian),
ansietas berat yg berkepanjangan dan tidak dapat diatasi(kegagalan
dlm berhubungan), malu pada saat berhubungan dgn orang lain. Secara
objektif dapat dilihat perilaku klien yg khas dan berhubungan dgn
harga diri rendah, keracunan identitas dan depersonalisasi. Perilaku
perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan terhadap
tindakan penyakit, rasa percaya kurang, merendahkan martabat diri
sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, mencederai diri sendiri
akibat harga diri rendah, sukar mengambil keputusan dan mempunyai
harapan yang suram.
c. Tanda dan gejala
 Perasaan malu pada diri sendiri.
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri
 Merendahkan martabat.
 Gangguan hubungan sosial.
 Percaya diri kurang..
 Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn harapan
yg suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
 Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
d. Mekanisme koping pada gangguan konsep diri, mekanisme koping
dapat dibagi 2 yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang
(Stuart & Laraia, 2005):
 Koping jangka pendek (Suliswati,2005) membagi menjadi 4
kategori, yaitu: aktivitas yg memeberi pelarian sementara dari
krisis (pemakaian obat), aktivitas yg memebri kehidupan
(memenuhi kebutuhan hidup dgn kerja), aktivitas yg memberi
kesempatan mengganti identitas sementara (memiliki

13
HDR Situasional 2013

kelompok tertentu/pengikut kelompok tertentu), aktivitas yg


memberikan kekuatan/dukungan sementara terhadap konsep
diri (aktivitas yg kompetisi, kontes, prestasi,akademik)
 Koping jangka panjang adalah penutupan identitas prematur yg
diinginkan oleh orang yg penting bagi individu tanpa
memperhatikan keinginan aspirasi dan potensi dari individu
tersebut dan identitas negatif dgn mengasumsi identitas yg
tidak wajar untuj dapat diterima oleh nilai dan harapan
masyarakat.
e. Sumber koping merupakan suatu evauasi terhadap pilhan koping dan
strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dgn
menggunakan sumber koping yg ada di lingkungannya. Sumber
koping tersebut dujadikan sebagai modal untuk menyelesaikan
masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
sesorang mengintegrasikan pengalaman yg menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yg efektif.

Menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri


rendah akan ditemukan batasan karakteristik :
a. Kurang kontak mata
b. Ungkapan yang mengaktifkan diri
c. Ekspresi rasa malu
d. Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk
menghadapi berbagai peristiwa.
e. Menolak  umpan  balik  yang  positif  dan melebih-lebihkan 
umpan  balik yang negatif tentang dirinya.
f. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru
g. Hipersensitif  terhadap  kritik, mudah  tersinggung  dengan 
pembicaraan  orang lain.

2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

14
HDR Situasional 2013

Tujuan umum : klien memilih konsep diri yang positif


Tujuan khusus Kriteria Intervensi
1. Klien dapat Klien dapat menunjukan  .Bina hubungan saling percaya
membina ekspresi wajah bersahabat, dengan menggunakan prinsip
hubungan saling menunjukan rasa senang, ada komunikasi terapeutik, yaitu sapa
percaya dengan kontak mata, mau berjabat klien dengan ramah baik verbal
perawat tangan, mau menyebutkan maupun non verbal, perkenalkan
nama, mau menjawab salam, diri dengan sopan, tanyakan nama
klien mau duduk lengkap dan nama panggilan yang
berdampingan dengan disukai klien, jelaskan tujuan
perawat, mau mengutarakan pertemuan, jujur dan menepati
masalah yang dihadapi janji, tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya, beri
perhatian dan perhatikan kebutuhan
dasar klien.

2. Klien dapat Klien dapat mengidentifikasi  Diskusikan dengan klien tentang :


mengidentifikasi kemampuan dan aspek aspek positif yang dimiliki klien,
aspek positif dan positif yang dimiliki yaitu : keluarga, lingkungan, kemampuan
kemampuan aspek positif dan yang dimiliki klien. Bersama klien
yang dimiliki kemampuan yang dimiliki buat daftar tentang : aspek positif
klien, aspek positif keluarga, klien, keluarga, lingkungan,
aspek positif lingkungan kemampuan yang dimiliki klien.
klien. Beri pujian yang realistis,
hindarkan memberi penilaian
negatif
3. Klien dapat Klien menyebutkan  Diskusikan dengan klien
menilai kemampuan yang dapat kemampuan yang dapat
kemampuan dilaksanakan. dilaksanakan, diskusikan
yang dimiliki kemampuan yang dapat dilanjutkan
untuk pelaksanaannya.
dilaksanakan
4. Klien dapat Klien membuat rencana  Rencanakan bersama klien

15
HDR Situasional 2013

merencanakan kegiatan harian. aktivitas yang dapat dilakukan


kegiatan sesuai setiap hari sesuai kemampuan
dengan klien, meliputi : kegiatan mandiri,
kemampuan kegiatan dengan bantuan keluarga,
yang dimiliki tingkatkan kegiatan sesuai kondisi
klien, beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat klien lakukan.

5. Klien dapat Klien melakukan kegiatan  Anjurkan klien untuk


melakukan sesuai jadual yang dibuat melaksanakan kegiatan yang telah
kegiatan sesuai direncanakan, pantau kegiatan yang
dengan rencana dilaksanakan klien, beri pujian atas
yang dibuat usaha yang dilakukan klien,
diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah
pulang.

6. Klien dapat Klien memanfaatkan sistem  Beri pendidikan kesehatan pada


memanfaatkan pendukung yang ada di keluarga tentang cara merawat
sistem keluarga klien dengan harga diri rendah,
pendukung yang bantu keluarga memberikan
ada dukungan selama klien di rawat,
bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah.

2. Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah


Isolasi sosial
 Menurut Townsend, M.C (1998:152), Isolasi sosial merupakan
keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya.
 Menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau
withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik

16
HDR Situasional 2013

perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara


langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.

Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara


optimal
KRITERIA
TUJUAN INTEVENSI
EVALUASI
TUK 1  Ekspresi wajah  Bina hubungan saling percaya
Klien dapat bersahabat, dengan mengungkapkan prinsip
membina hubungan menunjukkan komunikasi terapeutik
saling percaya rasa senang, ada a. Sapa klien dengan ramah
kontak mata, mau baik verbal maupun non verbal
berjabat tangan, b. Perkenalkan diri dengan sopan
mau c. Tanyakan nama lengkap klien
menyebutkan dan nama panggilan yang
nama, mau disukai klien
menjawab salam, d. Jelaskan tujuan pertemuan
klien mau duduk e. Jujur dan menepati janji
berdampingan f. Tunjukkan sikap empati dan
dengan perawat, menerima klien apa adanya.
mau menguraikan g. Beri perhatian kepada klien
masalah yang dan perhatikan kebutuhan
dihadapi dasar klien
TUK 2  Klien dapat  Diskusikan kemampuan dan
Klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki klien
mengidentifikasi kemampuan dan  Setiap bertemu klien hindarkan
kemampuan dan aspek positif dari memberi nilai yang negatif
aspek positif yang yang dimiliki.  Utamakan memberi pujian yang
dimiliki a. Kemampuan realistis
yang dimiliki
klien
b. Aspek positif
keluarga

17
HDR Situasional 2013

c. Aspek positif
lingkungan yang
dimiliki

TUK 3  Klien dapat  Diskusikan dengan klien


Klien dapat menilai menilai kemampuan yang masih dapat
kemampuan yang kemampuan digunakan selama sakit
dapat digunakan yang dapat  Diskusikan kemampuan yang
digunakan dapat dilanjutkan pengunaanya
dirumah sakit  Berikan pujian
 Klien menilai
kemampuan
yang dapat
digunakan di
rumah
TUK 4  Klien memiliki  Meminta klien untuk memilih
Klien dapat kemampuan satu kegiatan yang mau dilakukan
menetapkan dan yang akan di rumah sakit
merencanakan dilatih  Bantu klien melakukan jika perlu
kegiatan sesuai  Klien mencoba beri contoh
dengan sesuai jadwal  Beri pujian atas keberhasilan
kemampuan yang harian klien
dimiliki  Diskusikan jadwal kegiatan harian
atas kegiatan yang di latih
TUK 5  Klien  Beri kesempatan pada klien untuk
Klien dapat melakukan mencoba kegiatan yang telah
melakukan kegiatan yang direncanakan
kegiatan sesuai telah dilatih  Beri pujian atas keberhasilan
kondisi sakit dan (mandiri atau klien
kemampuannya dengan bantuan)  Diskusikan kemungkinan
 Klien mampu pelaksanaan dirumah
melakukan
beberapa

18
HDR Situasional 2013

kegiatan secara
mandiri
TUK 6  Keluarga  Beri pendidikan kesehatan pada
Klien dapat memberi keluarga tantang cara merawat
memenfaatkan dukungan dan klien dengan harga diri rendah
sistem pendukung pujian  Bantu keluarga memberikan
yang ada  Keluarga dukungan selama sakit
memahami  Bantu keluarga menyiapkan
jadual kegiatan lingkungan dirumah
harian klien  Jelaskan cara pelaksanaan jadual
kegiatan klien dirumah
 Anjurkan memberi pujian pada
klien setiap berhasil

3. Resiko perubahan persepsi sensori: Halusnasi berhubungan dengan


menarik diri.
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang
salah (Stuart, 2007).

Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain supaya tidak
terjadi halusinasi

Tujuan Khusus Kriteria Intervensi


1 . Klien dapat Klien mampu,  Bina hubungan saling
membina hubungan menunjukan ekpresi percaya dengan klien
saling percaya menerima/ bersahabat, menggunakan prinsop

19
HDR Situasional 2013

kontak mata baik, komunikasi terapeutik.


mengatakan masalah
yang dihadapi
2 . Klien dapat Klien mampu  Kaji pengetahuan klien
mengenal perasaan mengungkapkan tentang perilaku menarik
yang menyebabkan perasaannya yang diri dan tanda tandanya.
perilaku menarik menyebabkan menarik  Beri kesempatan kepada
diri. diri. klien untuk
mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul.
 Diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik
diri, tanda-tanda serta pe-
nyebab yang muncul.
 Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat Klien dapat  Kaji pengetahuan klien
menyebutkan menyebutkan manfaat tentang manfaat dan
keuntungan dan keuntungan keuntungan berhubungan
berhubungan dengan berhubungan dengan sosial dengan orang lain
orang lain. orang lain. dan kerugian bila yidak
berhubungan dengan
orang lain.
 Beri kesempatan kepada
klien untuk mengung-
kapkan perasaan tentang
keuntu-ngan berhubungan
sosial dengan orang lain.
 Diskusikan dengan klien
tentang manfaat

20
HDR Situasional 2013

berhubungan so-sial
dengan orang lain.
 Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
kemampuan berhubungan
dengan orang lain
 Kaji pengetahuan pasien
tentang kerugian bila
tidak  berhubungan 
dengan orang lain.
 Beri kesempatan kepada
klien untuk mengung-
kapkan perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dengan
orang lain.
 Diskusikan dengan klien
tentang kerugian bila tidak
berhubungan  dengan
orang lain.
 Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
kemampuan berhubungan
dengan orang lain.

4. Resiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah

Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah


perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh
seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik
dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu

21
HDR Situasional 2013

yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit


psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu
melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah
yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam
Maris dkk., 2000).

Tujuan jangka pendek : klien akan mencari bantuan perawat bila ada
perasaan ingin mencederai diri.

Tujuan jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri

No. Intervensi Rasional

1. Observasi perilaku klien lebih sering Observasi ketat dibutuhkan


melalui aktivitas dan interaksi rutin, supaya intrvensi dapat terjadi
hindari kesan pengamatan dan jika dibutuhkan untuk
kecurigaan pada klien memastikan keamanan klien

2. Tetapkan kontak verbal dengan klien mendiskusikan perasaan ingin


bahwa ia akan meminta bantuan jika bunuh diri dengan orang yang
keinginan bunh diri dirasakan dipercaya memberikan derajat
keringanan untuk klien, sikap
penerimaan klien sebagai
individu dapat dirasakan

3. Dorong klien untuk bicara tentang Agar memecahakn masalah


perasaan yang dimiliknya sebelum dan memahami factor pencetus
perilaku bunuh diri terjadi

4. Bertindak sebagai model dalam Perilaku bunuh diri dipandang


mengekspresikan kemarahan yang tepat sebagai marah yang diarahakan
pada diri sendiri

5. Rancang anggota tim perawat untuk Untuk memantau kondisi klien


memonitor secara kontinyu. setiap waktu.

22
HDR Situasional 2013

6. Instruksikan pengunjung untuk Mencegah penggunaan benda-


membantasi barang bawaan ( yakinkan benda tertentu untuk
untuk tidak memberikan makanan melanjutkan ide bunuh dirinya.
dalam tas plastic)

7. Batasi orang dalam ruangan klien dan Stimulus untuk bunuh diri bisa
perlu adanya penurunan stimuli. timbul ketika klien melihat
keramaian.

8. Informasikan kepada keluarga dan Dukungan social dapat


saudara klien bahwa klien meringankan stimulus.
membutuhkan dukungan social yang
adekuat

9. Bersama pasien menulis daftar Untuk mempermudah


dukungan sosial yang di punyai menghubungi keluarga yang
termasuk jejaring sosial yang bisa di bisa membantu meringankan
akses. stimulus.

10. Dorong klien untuk melakukan Mengalihkan stimulus ke


aktivitas social. kegiatan lain.

23
HDR Situasional 2013

REFERENSI

Stuart, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi : Lima. Jakarta : EGC

Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial.


Jakarta : Trans Info Media.

Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :


EGC.
Lodo.A ,2013. Makalah Harga Diri Rendah Situasional .Retrieved From
http://www.scribd.com/search?query=hdr+situasional

24

Anda mungkin juga menyukai