Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN DAN SPTK PASIEN DENGAN


HARGA DIRI RENDAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

NADIA NUR ALFU (P27905119020)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.
(Yosep, 2009)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan. ( Towsend, 2008)
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. (Keliat BA,
2006)

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe
peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial. (Stuart & Sundeen, 2006)
B. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh,kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum,
gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul
secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau
dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga
diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat
bantu yang membuat klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien
sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.( Yosep,
2009)
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping
individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif,
kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan ego,
pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system keluarga
serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal.(Townsend, 2008)
C. Jenis - Jenis
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai
personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah
perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi
merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang
dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai
berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri
sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah
dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja.
Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
prifasi yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
(Makhripah D & Iskandar, 2012)
b. Kronik
Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang
negativ. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negativ terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons
yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien
gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa.
(Makhripah D & Iskandar, 2012)

D. Fase-Fase
Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan
dengan harga diri rendah antara lain :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Menarik diri dari hubungan sosial
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Perasaan lemah dan takut
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
g. Hidup yang berpolarisasi
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan
i. Merasionalisasi penolakan
j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
k. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga
diri rendah yaitu :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan
akibat tindakan terhadap penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Menciderai diri

E. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersona


diri rendah identitas lisasi
c. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.

1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang


positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai
pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari
hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.(Eko P, 2014)
d. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia
tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan
orang lain.(Eko P, 2014)

F. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann
ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan. Pertaahanan tersebut mencakup berikut ini :
Jangka pendek :
a. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas
diri ( misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara
obsesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara
( misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok,
gerakan, atau geng)
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif,
prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)

Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :

a. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan


oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau
potensi diri individu
b. Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,
disosiasi,isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement, berbalik
marah terhadap diri sendiri, dan amuk ). (Stuart, 2006)

III. A. POHON MASALAH

Isolasi Sosial
effect

Harga Diri Rendah Kronik


Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif


Causa

Gambar : Mukhripah D& Iskandar (2012)


B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Masalah keperawatan
Harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji
Data subjektif:
- Hal negative diri sendiri atau orang lain
- Perasaan tidak mampu
- Pandangan hidup yg pesimis
- Penolakan terhadap kemampuan diri
Data subjektif:
- Penurunan produktifitas
- Tidak berani menatap lawan bicara
- Lebih banyak menundukan kepala saat berintraksi
- Bicara lambat dengan nada suara lemah

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan
koping individu inefektif
V. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum : Bina hubungan saling percaya dengan
Pasien memiliki konsep diri yang mengungkapkan prinsip komumikasi
positif terapeutik:

Tujuan khusus : 1. Sapa pasien dengan ramah baik


TUK 1 : verbal maupun non verbal
Pasian dapat membina hubungan 2. Perkenalkan diri dengan sopan
saling percaya dengan perawat 3. Tanyakan nama lengkap pasien dan
kriteria hasil: nama panggilan yang disukai pasien
setelah…..x interaksi,pasien 4. Jelaskan tujuan pertemuan
menunjukkan ekspresi wajah 5. Jujur dan menepati janji
bersahabat ,menunjukkan rasa 6. Tunjukkan sikap empati dan
senang,ada kontak mata,mau menerima pasien apa adanya
berjabat tangan,mau 7. Beri perhatian kepada pasien dan
menyebut nama,mau perhatikan kebutuhan dasar pasien
menjawab salam,pasien mau
duduk,berdampingan dengan
perawat,mau mengutarakan masalah
yang dihadapi
TUK 2 : 1. Diskusikan kemampuan aspek
Pasien dapat mengidentifikasi positif , keluarga dan lingkungan
kemampuan dan aspek positif yang yang dimiliki pasien
dimiliki Kriteria hasil: 2. Bersama pasien membuat daftar
Setelah.….x interaksi pasien dapat tentang :
menyebutkan: a. Aspek positif pasien,
a. Kemampuan yang dimiliki keluarga, dan lingkungan
pasien b. Kemampuan yang dimiliki
b. Aspek positif keluarga pasien
c. Aspek positif lingkungan 3. Utamakan memberi pujian yang
realistik dan hindarkan penilaian
negatif

TUK 3 : 1. Diskusikan dengan pasien


Pasien dapat menilai kemampuan kemampuan yang masih dapat
yang dimiiki untuk digunakan dilaksanakan dan digunakan selama
Kriteria hasil: sakit

Setelah…..x interaksi pasien dapat 2. Diskusikan kemampuan yang dapat


menyebutkan kemampuan yang dilanjutkan penggunaannya

dapat digunakan

TUK 4 : 1. Rencanakan bersama pasien


Pasien dapat (menetapkan) aktivitas yang dapat dilakukan
merencanakan kegiatan setiap hari sesuai kemampuan
sesuai dengan kemampuan a. Kegiatan mandiri
yang dimiliki Kriteria hasil: b. Kegiatan dengan bantuan
Setelah…..x interaksi, pasien mampu c. Kegiatan yang
membuat rencana kegiatan harian membutuhkan bantuan
total
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi pasien
3. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh pasien
lakukan

TUK 5 : 1. Beri kesempatan pada pasien


Pasien dapat melakukan kegiatan untuk mencoba kegiatan yang
sesuai dengan rencana yang telah telah direncanakan
dibuat 2. Pantau kegiatan yang
Kriteria hasil: dilaksanakan pasien
Setelah…..x pertemuan,pasien dapat 3. Beri pujian atas
melakukan kegiatan jadwal yang telah keberhasilan pasien
dibuat
4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah
pasien pulang

TUK 6 : 1. Beri pendidikan kesehatan pada


Pasien dapat memanfaatkan system keluarga tentang cara merawat
pendukung yang ada pasien dengan harga diri rendah
Kriteria hasil: 2. Bantu keluarga
memberikan dukungan selama
Setela…..x pertemuan,pasien
pasien dirawat
memanfaatkan system pendukung 3. Bantu keluaga menyiapkan
yang ada di keluarga lingkungan rumah
TUK 7 : Diskusikan dengan pasien dan keluarga
Pasien dapat memanfaatkan obat tentang dosis ,frekuensi dan manfaat obat
dengan baik 1. Anjurkan pasien meminta sendiri
Kriteria hasil: obat pada perawat, dan merasakan
Setelah….. pertemuan manfaatnya
1. Pasien dan keluarga dapat 2. Anjurkan pasien dengan bertanya
menyebutkan manfaat,dosis kepada dokter tentang efek dan
dan efek samping obat efek samping obat yang dirasakan.
2. Pasien dapat 3. Diskusikan akibat berhentinya
mendemonstrasikan tanpa konsultasi
penggunaan obat 4. Bantu pasien menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar
3. Pasien termotivasi untuk
berbicara dengan perawat
apabila dirasakan ada efek
samping obat
4. Pasien memahami akibat
berhentinya obat
5. Pasien dapat menyebutkan
prinip 5 benar penggunaan
obat
VI. DAFTAR PUSTAKA

Herdman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika


Aditama.

Keliat. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC.

Prabowo, E. (2014). Konsep&Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.


Yogyakarta : Nuhamedika.

Sundeen, S. &. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Townsend. (2008). Nursing Diagnosis in Psuchiatric Nursing a Pocket Guide for


Care Plan Construction. jakarta: EGC.

Sari, Kartika. (2015).Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.


Jakarta: CV.Trans Info Media
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH

SP I
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
Klien mengatakan bahwa dirinya orang yang tidak berguna
Klien mengatakan bahwa dirinya orang terbodoh sedunia
Klien mengaatakan bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan apapun.
Klien mengatakan bahwa dirinya hany aseorang pengangguran.
Klien mengatakan bahwa dirinya lebih senang menyendiri.
Klien mengatakan bahwa dirinya orang paling menderita di dunia.
b. Data Objektif
Klien tampak sering menyendiri
Klien tampak berbicara dengan suara lirih dk terdengaran hampir tidak
terdengar.
Klien tampak lebih banyak menunduk ketika berbicara sambil
memainkan jari-jari dan menggigit kukunya.
2. Diagnosa Keperawatan :
Harga Diri Rendah
3. Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemmapuan dan aspek positif yang
dimiliki.
4. Tindakan keperawatan :
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
b. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
d. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
f. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan


1. FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bu, saya Nadia Nur Alfu, mahasiswa dari Poltekkes
Kemenkes Banten yang sedang praktek dirumah sakit ini?” “Nama ibu
siapa?” “Ibu lebih senang dipanggil apa?”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini?” “silahkan ibu boleh cerita apa saja
kepada saya”
c. Kontrak
1) Topik
“Maukah ibu berbincang-bincang dengan saya mengenai
kemampuan yang ibu miliki dan juga hobi yang sering dilakukan
dirumah, bagaimana apakah ibu bersedia?”
2) Waktu
“Berapa lama ibu ingin berbincang-bincang?”
“Bagaimana jika 20 menit?”
3) Tempat
“Ibu ingin berbincang-bincang dimana?” “bagaimana jika kita
berbincang-bincang dikursi saja, baiklah bu”
4) Tujuan interaksi
“Tujuan kita berbincang – bincang saat ini adalah untuk mengenali
aspek positif yang dimiliki ibu”
2. FASE KERJA
“Kegiatan apa saja yang ibu lakukan jika dirumah?” “memasak, mencuci
pakaian, merapikan baju, mencuci piring, mengepel lantai. Wahh bagus
sekali, banyak kegiatan yang ibu lakukan”
“Lalu kegiatan apalagi yang ibu lakukan?” “Kalau tidak salah ibu juga
senang mencuci piring ya?” “Wah hebat sekali!”

“baik, ibu dari 6 kegiatan atau kemampuan ini yang mana yang masih ibu
kerjakan di Rumah Sakit. Coba kita lihat di daftar yah buk ( Ada 3
kegiatan yang bias dilakukan). ‘Wah bagus sekali ada 3 kegiatan yang bisa
ibu lakukan Rumah Sakit ini “.

“Sekarang coba ibu pilih satu kegiatan yang bisa ibu lakukan” “Ibu
memilih merapikan pakaian ? kalau begitu sekarang kita melakukan
latihan merapihkan pakaian ibu yah bu”

“Baik ibu, disini sudah ada 1 pakaian yang akan ibu coba rapihkan. Kita
coba yah buk, pertama coba lipat bagian kanan pakaian. Wahh bagus buk.
“Sekarang coba ibu lipat bagian kiri. Nah, sekarang kita lipat pakaian nya
menjadi 2 pakaian” “Wahh bagus sekali ibu”.

“Ibu sudah bisa melipat pakaian dengan baik, sekarang coba ibu bedakan
pakaian yang sudah dirapihkan dan yang belum, terlihat lebih rapihkan bu,
bagus sekali”

“Baik ibu, untuk kegiatan yang sudh kita lakukan hari ini kita masukan
kedalam jadwal harian ibu yah buk. Jika dalam satu hari ibu melakukan
kegiatan ini secara mandiri ibu bisa tulis dengan keterangan hurus M, Jika
ibu melakukannya dengan bantuan ibu bisa is dengan huruf B, Jika ibu
tidak melakukan kegiatan ibu bisa isi dengan huruf T”.
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
1) Evaluasi klien (Subjektif)
“Untuk hari ini ibu sudah sangat bagus karena ibu sudah mau
bekerjasama dengan saya. Bagaimana perasaan ibu setelah kita
berbincang-bincang dan melakukan kegiatan sebelumnya?”
2) Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement
“Tolong ibu ceritakan kembali kemampuan dan kegiatan yang sering
ibu lakukan? “Bagus bu”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baik ibu, ternyata ibu banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan
di Rumah Sakit ini, salah satunya merapikan pakaian yang sudah ibu
praktekkan dengan baik sekali”.
c. Kontrak Topik yang akan datang
1) Topik
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang ke-2. Ibu masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di Rumah Sakit selain
merapikan baju ? Yahh bagus mencuci piring. Kalau begitu kita akan
latihan mencuci piring besok”.
2) Waktu
“Jam berapa kita akan mulai mencuci piring ? Bagaimana jika jam
08.00 WIB pagi”.
3) Tempat
“Tempat untuk latihan mencuci piring besok di dapur yah buk”.
“Sampai bertemu lagi besok ya bu, Assalamualaikum

Anda mungkin juga menyukai