DISUSUN OLEH :
RESTIASIH
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
A. Konsep dasar tentang harga diri rendah
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah evaluasi dari atau kemampuan diri yang negatif
dan dipertahankan dalam waktu yang lam (Nanda 2005 dalam Direja, 2011).
Menurut Keliat (2010), Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang
menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir
adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan
tidak berprestasi.
Menurut Fitria (2009) harga diri rendah dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Harga diri rendah situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (Kehilangan,
perubahan).
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waaktu
lama.
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan idealdiri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi peran
Dimasyarakat umumnya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri, kurang obyektif dan rasional.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan
struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan
anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan
dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Kontrol orang tua
yang berat pada anak remaja akan menimbilkan perasaan benci pada orang
tua.
4) Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja
hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak.
b. Faktor Presipitasi
Stresor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya
bagian tubuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan
struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, prosedur tindakan dan
pengobatan. Sedangkan stresor yang dapat mempengaruhi harga diri dan
ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan
orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat misalnya selalu dituntut,
dituruti, persaingan dengan sodara, kesalahan dan kegagalan berulang,
cita- cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri.
3. Tanda dan gejala
a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
Keterangan :
a. Respon adaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun
(konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak
(destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan
kemampuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif :
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur
dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan
realistis.
e. Harga diri rendah :
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif
f. Kekacauan identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi
masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
g. Depersonalisasi :
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan.
Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji
realitas. Individu mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri dan
orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.
5. Psikopatologi
Psikopatologi Harga Diri Rendah
Faktor Predisposisi
Rentang Respons
6. Mekanisme Koping
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
1) Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas
diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara
obsesif )
2) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya,
ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau
genk)
3) Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas).
4) Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat
identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya,
penyalahgunaan obat )
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi
diri individu.
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.
7. Sumber Koping
2) Tuk :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berhubungan
dengan orang lain.
c) Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
d) Klien dapat berkenalan.
e) Klien dapat menentukan topik pembicaraan.
f) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
berkenalan dengan orang lain (perawat).
g) Klien dapat berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan dengan
orang kedua (pasien lain).
3) Intervensi :
a) Beri salam dan panggil nama klien.
b) Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan.
c) Jelaskan tujuan interaksi.
d) Jelaskan kontrak yang akan dibuat.
e) Beri rasa aman dan tunjukan sikap empati.
f) Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.
g) Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa ke rumah sakit.
h) Beri kesempatan klien mengatakan keuntungan berhubungan atau
berinteraksi.
3) Kriteria Hasil :
a) Ekspresi wajah bersahabat
b) Menunjukan rasa senang
c) Ada kontak mata
d) Mau berjabat tangan
e) Mau menyebutkan nam
f) Mau menjawab salam
g) Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
h) Mau mengutarakan masalah yang dihadapinya
i) Klien dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
j) Klien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi timbulnya
halusinasi
k) Klien dapat menyebutkan tindakan yang dilakukan untuk
mengontrol halusinasinya.
l) Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat.
m) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda, dan tindakan
untuk mengendalikan halusinasi.
n) Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis, dan efek
samping.
o) Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping obat.
2) Tuk :
a) Bina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan.
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan.
d) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
3) Intervensi :
a) Binahubungan saling percaya dengan menerapkan
komunikasi terapeutik.
b) Bantu klien mengungkapkan perasaan.
c) Bantu klien untuk mengungkapkan tanda perilaku
kekerasan.
d) Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian perilaku
kekerasan.
e) Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku
kekerasan.
f) Anjurkan klien mempraktekan latihan.
4. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Pada situasi nyata implementasi seringkali jauh berbeda dengan
rencana (Direja, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan
menggunakan pendekatan S.O.A.P yaitu subjektif, objektif, analisis,
perencanaan pada klien dan perencanaan pada perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatam. Jakarta : Salemba.
Farida & Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Keliat, B.A & Akemat, Susanti, H. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa
CMHN (Intermediate Course). Jakarta : EGC
Kusumawati, F & Hartono, Y. 201. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.