Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN JIWA DENGAN

HARGA DIRI RENDAH

Diajukan untuk memenuhi nilai mata kuliah Stase Jiwa Profesi

Program Profesi Ners XXXVI

DISUSUN OLEH :

RESTIASIH

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2018
A. Konsep dasar tentang harga diri rendah
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah evaluasi dari atau kemampuan diri yang negatif
dan dipertahankan dalam waktu yang lam (Nanda 2005 dalam Direja, 2011).
Menurut Keliat (2010), Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang
menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir
adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan
tidak berprestasi.
Menurut Fitria (2009) harga diri rendah dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Harga diri rendah situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (Kehilangan,
perubahan).
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waaktu
lama.
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan idealdiri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi peran
Dimasyarakat umumnya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri, kurang obyektif dan rasional.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan
struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan
anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan
dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Kontrol orang tua
yang berat pada anak remaja akan menimbilkan perasaan benci pada orang
tua.
4) Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja
hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak.
b. Faktor Presipitasi
Stresor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya
bagian tubuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan
struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, prosedur tindakan dan
pengobatan. Sedangkan stresor yang dapat mempengaruhi harga diri dan
ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan
orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat misalnya selalu dituntut,
dituruti, persaingan dengan sodara, kesalahan dan kegagalan berulang,
cita- cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri.
3. Tanda dan gejala
a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.

c. Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi, gangguan pengunaan


zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi.
h. Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak meneima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan terhadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
4. Proses terjadinya masalah
Harga diri rendah kronis disebabkan banyak faktor. Awalnya individu
berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran
bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran.
Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi
dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak
memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara
terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah
kronis.

Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Aktualisasi Konsep Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
Diri diri positif rendah identitas

Keterangan :
a. Respon adaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun
(konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon maladaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak
(destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan
kemampuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif :
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur
dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan
realistis.
e. Harga diri rendah :
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif
f. Kekacauan identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi
masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
g. Depersonalisasi :
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan.
Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji
realitas. Individu mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri dan
orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.

5. Psikopatologi
Psikopatologi Harga Diri Rendah
Faktor Predisposisi

Faktor yang Faktor yang Faktor yang mempunyai


mempengaruhi harga diri mempengaruhi peran
identitas personal,
penampilan
ketidakpercayaan orang tua
- Penolakan orang tua, Faktor presipitasi
tekanan dari kelompok,
- Harapan orang tua yang
tidak realistis Trauma ketergantungan sebaya perubahan struktur
- Kegagalan yang berulang
sosial
- Kurang mempunyai Penilaian stressor
tanggung jawab personal
- Ketergantungan pada Integritas ego
orang lain
- Ideal diri yang tidak Mekanisme koping
realistis
-

Jangka Pendek Jangka Panjang Orientasi

Rentang Respons

Respon Adaptif Respon


Maladaptif
Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri rendah Kerancauan Depersonalisasi
Rendah

6. Mekanisme Koping
a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
1) Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas
diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara
obsesif )
2) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya,
ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau
genk)
3) Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas).
4) Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat
identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya,
penyalahgunaan obat )
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi
diri individu.
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.
7. Sumber Koping

Semua orang tanpa memperhatikan gangguan prilakunya,


mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi :
Aktifitas olah raga dan aktifitas diluar rumah, hobi dan kerajinan
tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan perwatan diri, pendidikan
atau pelatihan, pekerjaan, vokasi atau posisi, bakat tertentu,
kecerdasan, imajinasi dan kreatifitas, hubungan interpersonal. ( Stuart
& Gail,2007 ).
8. Penatalaksanaan Penunjang
a. Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
b. CT Scan, untk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.

c. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), melihat


wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otakdan
menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI), suatu tehnik radiologi dengan
menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer untuk
mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi
perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak.

B. Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian
Data-data tersebut dikelompokan menjadi faktor predisposisi, presipitasi,
penilaian, terhadap stresor, sumber koping, dan kemampuan koping yang
dimiliki klien. Data subjektif merupakan data yang disampaikan secara lisan
oleh klien maupun keluarga klien melalui proses wawancara. Sedangkan data
objektif adalah data yang ditemukan secara nyata pada klien melalui observasi
atau pemeriksaan langsung oleh perawat (Keliat, Panjaitan & Helena, 2006).
a. Keluhan utama atau alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah
sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah ini.
b. Faktor presdisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis (Fitria, 2009).
c. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas
d. Konsep diri
1) Gambaran diri : Persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak
disukai dan bagian yang disukai.
2) Ideal diri : Persepsi individu tentang bagaimana
dia seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau
nilai personal tertentu.
3) Harga diri : Penilai individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisis sebagai seberapa perilaku dirinya
dengan ideal diri.
4) Identitas : Prinsip pengorganisasian kepribadian
yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan,
konsentrasi, dan keunikan individu.
5) Peran : Serangkaian pola perilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu
di berbagai kelompok sosial.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah kronis.
b. Koping individu tidak efektif.
c. Isolasi sosial.
d. Perubahan persepsi sensori : halusinasi.
e. Resiko perilaku kekerasan
3. Intervensi
a. Harga diri rendah kronis.
1) Tum : Klien dapat meningkatkan harga dirinya.
2) Tuk :
a) Klien mampu membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
c) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
d) Klien dapat merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimilki.
e) Klien dapat melakukan kegiatan.
3) Intervensi :
a) Bina hubungan terapeutik.
b) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilki klien.
c) Beri kesempatan klien untuk mencoba.
d) Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif.
e) Utamakan memberikan pujian realistik.
f) Diskusikan dengan klien kegiatan yang masih bisa digunakan.
g) Rencanakan bersama.
h) Beri reinforcement positif atas usaha klien.
b. Koping individu tidak efektif
1) Tuk : Klien dapat meningkatkan koping individu tidak efektif.
2) Tik :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b) Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya
c) Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif
d) Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanisme koping
e) Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik, dan aktivitas
yang terjadwal
3) Intervensi :
a) Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apa adanya dan
bersifat empati
b) Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri
perawat sendiri (Misalnya : Rasa marah, frustasi, simpati)
c) Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang suportif
d) Beri waktu untuk klien berespon pujian
e) Tunjukkan respon emosional dan menerina klien apa adanya

f) Gunakan tehnik komunikasi terapeutik


g) Bantu klien mengekspresikan perasaanya
h) Bantu mengidentifikasi area situasi kehidupannya yang tidak berada
dalam kemampuannya untuk mengontrol
i) Diskusikan masalah yang dihadapi klien
j) Identifikasi pemikiran negatif, bantu menurunkan interupsi/
subsitusi
k) Bantu meningkatkan pemikiran yang positif
l) Terima klien apa adanya, jangan menentang keyakinannya
m) Kenalkan realitas
n) Beri umpan balik tentang perilaku, stressor dan sumber koping
o) Kuatkan ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan
emosional
p) Beri batasan perilaku maladaptif
q) Beri klien aktivitas yang produktif
r) Beri latihan fisik sesuai bakatnya
s) Bersama klien buat jadwal aktivitas yang dapat dilakukan sehari –
hari
t) Libatkan keluarga dan sistem pendukung lainnya
c. Isolasi sosial.
1) Tum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

2) Tuk :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berhubungan
dengan orang lain.
c) Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
d) Klien dapat berkenalan.
e) Klien dapat menentukan topik pembicaraan.
f) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
berkenalan dengan orang lain (perawat).
g) Klien dapat berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan dengan
orang kedua (pasien lain).
3) Intervensi :
a) Beri salam dan panggil nama klien.
b) Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan.
c) Jelaskan tujuan interaksi.
d) Jelaskan kontrak yang akan dibuat.
e) Beri rasa aman dan tunjukan sikap empati.
f) Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.
g) Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa ke rumah sakit.
h) Beri kesempatan klien mengatakan keuntungan berhubungan atau
berinteraksi.

i) Beri kesempatan klien untuk mengatakan kerugian berhubungan


atau berinteraksi dengan orang lain.
j) Beri kesempatan klien mencontohkan teknik berkenalan.
k) Beri kesempatan klien menerapkan teknik berkenalan.
l) Beri kesempatan klien dan bantu klien menentukan topik
pembicaraan.
m) Latih berhubungan sosial secara bertahap dengan perawat.
n) Masukan dalam jadwal kegiatan klien.
o) Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih dengan teman
satu ruangan atau sesama pasien.
p) Masukan dalam jadwal kegiatan klien.
d. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
1) Tum : Klien dapat mengontrol halusinasi
2) Tuk :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat mengenal halusinasi.
c) Klien dapat mengontrol halusinasi.
d) Klien memilih cara mengatasi seperti yang telah didiskusikan.
e) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinansi.
f) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

3) Kriteria Hasil :
a) Ekspresi wajah bersahabat
b) Menunjukan rasa senang
c) Ada kontak mata
d) Mau berjabat tangan
e) Mau menyebutkan nam
f) Mau menjawab salam
g) Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
h) Mau mengutarakan masalah yang dihadapinya
i) Klien dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
j) Klien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi timbulnya
halusinasi
k) Klien dapat menyebutkan tindakan yang dilakukan untuk
mengontrol halusinasinya.
l) Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat.
m) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda, dan tindakan
untuk mengendalikan halusinasi.
n) Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis, dan efek
samping.
o) Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping obat.

p) Klien dapat memahami akibat pemakaian obat tanpa konsultasi.


q) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
4) Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik.
b) Sapa klien dengan ramah
c) Perkenalkan diri dengan sopan.
d) Tanya nama lengkap klien.
e) Jelaskan tujuan pertemuan.
f) Jujur dan tepati janji.
g) Tujukan sikap empati.
h) Beri perhatian kepada klien.
i) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasi.
j) Bantu klien mengenal halusinasi.
k) Diskusikan dengan klien situasi yang
menimbulkan halusinansi.
l) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi.
m) Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian pada
klien.
n) Bantu klien melatih cara memutus halusinansi.
o) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih

p) Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami


halusinansi.
q) Diskusikan dengan keluarga pada saat berkunjung tentang gejala
halusinasi yang dialami.
r) Cara yang dapat dilakukan klien untuk memutuskan halusinansi.
s) Cara merawat halusinansi dirumah, beri kegiatan, jangan biarkan
sendiri.
t) Cara merawat halusinasi di rumah, beri kegiatan, jangan biarkan
sendiri.
u) Beri reinforcement karena sudah berinteraksi.
v) Diskusikan dengan klien keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat obat.
w) Anjurkan klien minta obat sendiri pada perawat dan merasakan
manfaat.
x) Anjurkan klien bicara minta pada dokter tentang manfaat, efek
samping obat
y) Bantu klien minum obat.
e. Resiko perilaku kekerasan
1) Tum : Klien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasaan
baik secara fisik, sosial, verbal, dan spiritual.

2) Tuk :
a) Bina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan.
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan.
d) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
3) Intervensi :
a) Binahubungan saling percaya dengan menerapkan
komunikasi terapeutik.
b) Bantu klien mengungkapkan perasaan.
c) Bantu klien untuk mengungkapkan tanda perilaku
kekerasan.
d) Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian perilaku
kekerasan.
e) Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku
kekerasan.
f) Anjurkan klien mempraktekan latihan.
4. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Pada situasi nyata implementasi seringkali jauh berbeda dengan
rencana (Direja, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan
menggunakan pendekatan S.O.A.P yaitu subjektif, objektif, analisis,
perencanaan pada klien dan perencanaan pada perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatam. Jakarta : Salemba.

Farida & Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Keliat, Budi A. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN


(Intermediete Course). Jakarta : EGC.

Keliat, B.A & Akemat, Susanti, H. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa
CMHN (Intermediate Course). Jakarta : EGC

Kusumawati, F & Hartono, Y. 201. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.

Maramis, W.F. 2008. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga


University Press.

Perry, Poter. 2009. Fundamental Keperawatan, Edisi Ketujuh. Jakrta : Penerbit:


Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai