Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN DAN SPTK HARGA DIRI RENDAH


Pembimbing RSJ : Tri Yuli Herawati. S.Kep, Ners

Disusun Untuk Memenuhi


Tugas Individu Keperawatan Jiwa

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIZKI SABANI


NIM : P27901119044
TINGKAT : 3A D3 KEPERAWATAN
MK : KEPERAWATAN JIWA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TANGERANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Harga diri rendah
Definisi : Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
tidak berdaya akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri dalam waktu yang lama dan terus menerus (SDKI,
2016). Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang
lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih
sayang, perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan
interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada
dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga
diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu
beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa
aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman.
(Keliat, 2011).

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Faktor Predisposisi
a) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis.
b) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Yaitu peran yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam
pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu,
kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria
dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif
dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita
atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan
konflik diri maupun hubungan sosial.
c) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak
akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan
melakukan sesuatu. Control orang yang berat pada anak remaja akan
menimbulkan perasaan benci kepada orang tua. Teman sebaya
merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja
ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya.
d) Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja
hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang
menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada
pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran -
pikiran negatif dan tidak berdaya.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal
misalnya ada salah satu anggota yang mengalami gangguan mental
sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri. Pengalaman traumatik
juga dapat menimbulkan harga diri rendah seperti penganiayaan seksual,
kecelakaan yang menyebabkan seseorang dirawat di rumah sakit dengan
pemasangan alat bantu yang tidak nyaman baginya, hilangnya anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, Mengalami kegagalan
serta menurunnya produktivitas.
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi
yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas
stressor dapat mempengaruhi komponen. Stressor yang dapat
mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuh, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,
proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan
stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang
berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti,
persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita - cita
tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri. Stressor
pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:
o Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
o Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga
jenis transisi peran :
1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma - norma budaya, nilai - nilai serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3. Transisi peran sehat - sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat
ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan
bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi
tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh
kembang normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua
komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran
dan harga diri.
c. Jenis
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai
personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah
perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa
sebagai seseorang yang penting dan berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang
dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.
Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri
dan menolak diri sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah dapat
terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba - tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja.
Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
prifasi yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat
atau penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit atau dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir
yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptif, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik
yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa.
d. Fase - fase
Menurut Carpenito dalam Keliat (2011) perilaku yang berhubungan
dengan harga diri rendah antara lain :
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Menarik diri dari hubungan sosial.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Perasaan lemah dan takut.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri.
f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
g. Hidup yang berpolarisasi.
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan.
i. Merasionalisasi penolakan.
j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.
k. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan).
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda - tanda klien dengan harga
diri rendah yaitu :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dari
akibat tindakan terhadap penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri.
c. Merendahkan martabat.
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri.
e. Percaya diri kurang.
f. Menciderai diri.
e. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Diri Konsep Diri Harga Diri Rendah Keracunan Peran Deporsonalisa
1. Respon+Adaptif s
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
a) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima.
b) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai
pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan
menyadari hal - hal positif maupun yang negatif dari dirinya.

2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu
ketika dia tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan
orang lain.
f. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis :
Pemakaian obat - obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara : Ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik.
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : Kompetisi olah raga
kontes popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara :
Penyalahgunaan obat - obatan.
Jangka Panjang :
1. Menutup identitas : Terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi dari orang - orang yang berarti, tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negatif : Asumsi yang pertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat.

Mekanisme Pertahanan Ego :


Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : Fantasi,
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri
sendiri dan orang lain.

III. POHON MASALAH

Effect Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Core Problem Harga diri rendah

Causa Koping individu inefektif

MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


a. Data Subjektif
o Klien mengatakan bahwa dirinya orang yang tidak berguna.
o Klien mengatakan bahwa dirinya orang terbodoh sedunia.
o Klien mengaatakan bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan
apapun.
o Klien mengatakan bahwa dirinya hanya seorang pengangguran.
o Klien mengatakan bahwa dirinya lebih senang menyendiri.
o Klien mengatakan bahwa dirinya orang paling menderita di dunia.
b. Data Objektif
o Klien tampak sering menyendiri.
o Klien tampak berbicara dengan suara lirih dan hampir tidak
terdengar.
o Klien tampak lebih banyak menunduk ketika berbicara sambil
memainkan jari - jari dan menggigit kukunya.

No Data Masalah
1. Data Subjektif Harga diri rendah
o Klien mengatakan bahwa dirinya
orang yang tidak berguna.
o Klien mengatakan bahwa dirinya
orang terbodoh sedunia.
o Klien mengaatakan bahwa dirinya
tidak memiliki kemampuan apapun.
o Klien mengatakan bahwa dirinya
hanya seorang pengangguran.
o Klien mengatakan bahwa dirinya lebih
senang menyendiri.
o Klien mengatakan bahwa dirinya
orang paling menderita di dunia.
Data Objektif
o Klien tampak sering menyendiri.
o Klien tampak berbicara dengan suara
lirih dan hampir tidak terdengar.
o Klien tampak lebih banyak menunduk
ketika berbicara sambil memainkan
jari - jari dan menggigit kukunya.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Gangguan konsep diri : Harga diri rendah.

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama klien : Ny. P Ruangan :
No. CM : 1234 DX Medis :

Dx Perencanaan
Tgl
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
28/08 Harga diri TUM : Setelah 3 x SP I Pasien
/2021 rendah Klien mampu pertemuan 1. Idenfikasi 1. Aspek positif
mengatasi harga o Klien mampu kemampuan dan penting untuk
diri rendah yang menyebutkan aspek positif yang meningkatkan
dialaminya. kemampuan dan dimiliki pasien. percaya diri serta
aspek positif harga diri.
TUK : yang dimiliki. 2. Bantu pasien 2. Mencari cara yang
o Klien dapat o Klien mampu menilai konstruktif dan
mengidentifi menyebutkan kemampuan menunjukkan
kasi kemampuan pasien yang masih potensi yang
kemampuan yang dimiliki dapat digunakan. dimiliki klien dan
dan aspek dan dapat mengubah dirinya
positif yang digunakan. menjadi lebih baik
dimiliki o Klien mampu 3. Bantu pasien dan berharga.
o Klien dapat menentukan memilih kegiatan 3. Menghargai
melatih kegiatan yang yang akan dilatih kemampuan klien
kegiatan akan dilatih sesuai dengan serta menunjukkan
pertama sesuai dengan kemampuan kemampuan yang
yang sudah kemampuan. pasien. klien miliki.
dipilih o Klien mampu 4. Latih pasien
sesuai merencanakan sesuai 4. Membantu
dengan kemampuan yang mengembangkan
kemampuan. kegiatan yang dipilih. kemampuan yang
o Klien dapat sesuai dengan dimiliki klien dan
menyusun kemampuan untuk meningkatkan
jadwal yang percaya diri serta
kegiatan dimilikinya. harga diri.
yang telah o Klien mampu 5. Berikan pujian 5. Menghargai
dilatih. melakukan yang wajar kemampuan klien
kegiatan sesuai terhadap serta menunjukkan
jadwal yang keberhasilan kemampuan yang
sudah dibuat. pasien. klien miliki.
6. Anjurkan pasien 6. Memasukkan
memasukkan kegiatan ke dalam
dalam jadwal jadwal kegiatan
kegiatan harian harian merupakan
proses untuk
membiasakan klien
melakukan aktivitas
rutin yang dapat
meningkatkan harga
diri klien.
29/08 Harga diri TUK 2 : SP II Pasien
/2021 rendah o Mengevaluasi 1. Evaluasi jadwal 1. Mengetahui
jadwal kegiatan harian sampai mana
kegiatan pasien. kemampuan yang
harian klien. klien memiliki dan
o Dapat memilih supaya dapat lebih
dan melatih baik lagi.
kegiatan kedua 2. Latih kemampuan 2. Membantu
sesuai kedua. mengembangkan
kemampuan. kemampuan yang
o Dapat dimiliki klien dan
memasukkan untuk
kemampuan meningkatkan
kedua ke percaya diri serta
dalam jadwal harga diri.
kegiatan 3. Anjurkan pasien 3. Memasukkan
harian klien. memasukkan kegiatan ke dalam
dalam jadwal jadwal kegiatan
kegiatan harian. harian merupakan
proses untuk
membiasakan klien
melakukan
aktivitas rutin yang
dapat
meningkatkan
harga diri klien.
30/08 Harga diri TUK 3 : SP III Pasien
/2021 rendah o Mengevaluasi 1. Evaluasi jadwal 1. Mengetahui
jadwal kegiatan harian sampai mana
kegiatan pasien. kemampuan yang
harian klien. klien memiliki dan
o Dapat memilih supaya dapat lebih
dan melatih baik lagi.
kegiatan 2. Latih kemampuan 2. Membantu
ketiga sesuai ketiga. mengembangkan
kemampuan. kemampuan yang
o Dapat dimiliki klien dan
memasukkan untuk
kemampuan meningkatkan
ketiga ke percaya diri serta
dalam jadwal harga diri.
kegiatan 3. Anjurkan pasien 3. Memasukkan
harian klien. memasukkan kegiatan ke dalam
dalam jadwal jadwal kegiatan
kegiatan harian. harian merupakan
proses untuk
membiasakan klien
melakukan
aktivitas rutin yang
dapat
meningkatkan
harga diri klien.

VI. SUMBER
Stuart, W. Gail. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore : Elsevier
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas :
CMHN(Basic Course). Jakarta : EGC
Budi Anna K & Akemat. 2014. Model Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : ANDI
Wuryaningsih, Emi Wuri, dkk. 2018. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa 1. Jember : UNEJ Press
Zaini, Mad. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di
Pelayanan Klinis dan Komunitas. Yogyakarta : Deepublish
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH

Pertemuan ke : I
Hari/Tanggal : 1 November 2021
Nama Klien :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
Klien mengatakan bahwa dirinya orang yang tidak berguna.
Klien mengatakan bahwa dirinya orang terbodoh sedunia.
Klien mengaatakan bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan apapun.
Klien mengatakan bahwa dirinya hanya seorang pengangguran.
Klien mengatakan bahwa dirinya orang paling menderita di dunia.
b. Data Objektif
Klien tampak berbicara dengan suara lirih dan hampir tidak terdengar.
Klien tampak lebih banyak menunduk ketika berbicara sambil
memainkan jari - jari dan menggigit kukunya.
2. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
4. Tindakan keperawatan
a. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
b. Bantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan.
c. Bantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien.
d. Latih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.
e. Berikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
f. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan


1. FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bu, saya perawat Rizki sabani, saya mahasiswia
poltekkes kemenkes banten yang sedang praktek dirumah sakit ini, ibu
bisa panggil saya perawat Rizki”. “Nama ibu siapa?” “Ibu lebih senang
dipanggil apa?”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini?” “silahkan ibu boleh ceritakan apa
saja kepada saya”
c. Kontrak
1) Topik
“Maukah ibu berbincang - bincang dengan saya mengenai
kemampuan yang ibu miliki dan juga hobi yang sering dilakukan
dirumah?”
2) Waktu
“Berapa lama ibu ingin berbincang - bincang?”
“Bagaimana jika 10 menit?”
3) Tempat
“Ibu ingin berbincang - bincang dimana?” “bagaimana jika kita
berbincang - bincang dikursi saja, baiklah bu”
4) Tujuan interaksi
“Tujuan kita berbincang - bincang saat ini adalah untuk mengenali
aspek positif yang dimiliki ibu atau kita mengobrol tentang
kemampuan ibu agar ibu tahu bahwa ibu mempunyai banyak sekali
kemampuan yang dimiliki namun ibu masih belum
mengetahuinya”

2. FASE KERJA
“Kegiatan apa saja yang ibu lakukan jika dirumah?” “memasak, mencuci
pakaian, merapikan baju, berkebun, menyulam. Wahh bagus sekali,
banyak kegiatan yang ibu lakukan”
“Lalu kegiatan apalagi yang ibu lakukan?” “Kalau tidak salah ibu juga
senang berkebun ya?” “Wah hebat sekali!”

“Baik, ibu dari 6 kegiatan atau kemampuan ini yang mana yang masih ibu
kerjakan di Rumah Sakit. Coba kita lihat didaftar yah buk (Ada 3 kegiatan
yang bisa lakukan). “Wah bagus sekali ada 3 kegiatan yang bisa ibu
lakukan Rumah Sakit ini “
“Sekarang coba ibu pilih satu kegiatan yang bisa ibu lakukan” “Ibu
memilih merapikan pakaian? kalau begitu sekarang kita melakukan latihan
merapihkan pakaian ibu yah bu”
“Baik ibu, disini sudah ada 1 pakaian yang akan ibu coba rapihkan. Kita
coba yah buk, pertama coba lipat bagian kanan pakaian. Wahh bagus bu.
“Sekarang coba ibu lipat bagian kiri. Nah, sekarang kita lipat pakaian nya
menjadi 2 pakaian” “Wahh bagus sekali ibu”.
“Ibu sudah bisa melipat pakaian dengan baik, sekarang coba ibu bedakan
pakaian yang sudah dirapihkan dan yang belum, terlihat lebih rapihkan bu,
bagus sekali”

“Baik ibu, untuk kegiatan yang sudah kita lakukan hari ini kita masukan
kedalam jadwal harian ibu yah buk. Jika dalam satu hari ibu melakukan
kegiatan ini secara mandiri ibu bisa tulis dengan keterangan hurus M, Jika
ibu melakukannya dengan bantuan ibu bisa isi dengan huruf B, Jika ibu
tidak melakukan kegiatan ibu bisa isi dengan huruf T”.
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
1) Evaluasi klien (Subjektif)
“Untuk hari ini ibu sudah sangat bagus karena ibu sudah mau
bekerjasama dengan saya. Bagaimana perasaan ibu setelah kita
berbincang - bincang dan melakukan kegiatan sebelumnya?”
2) Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
“Tolong ibu ceritakan kembali kemampuan dan kegiatan yang
sering ibu lakukan? “Bagus bu”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baik ibu, ternyata ibu banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di Rumah Sakit ini, salah satunya merapikan pakaian yang
sudah ibu praktekkan dengan baik sekali”.
c. Kontrak Topik yang akan datang
1) Topik
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang ke-2. Ibu masih
ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di Rumah Sakit
selain merapikan baju? Yahh bagus berkebun. Kalau begitu kita
akan latihan berkebun besok”.
2) Waktu
“Jam berapa kita akan mulai berkebun? Bagaimana jika jam 08.00
WIB pagi”.
3) Tempat
“Tempat untuk latihan berkebun besok di taman yah buk”.
“Sampai bertemu lagi besok ya bu, Assalamualaikum”

Anda mungkin juga menyukai