Anda di halaman 1dari 20

HARGA DIRI RENDAH

1. DEFINISI

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap
diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri ,
merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai
keinginansesuai ideal diri.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang
lama (NANDA, 2005).Individu cenderung untuk menilai dirinya negative
dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).
Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negative dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
(Towsend, 1998).Perasaan negative terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat,
1998).

2. ETIOLOGI/ PENYEBAB
Menurut Kelliat, B.A. 1998, gangguan harga diri yang disebut harga
diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba tiba, misalnya operasi kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, di penjara tiba-tiba)
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :
1) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya : Pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
2) Harapan akan struktur ,bentuk dan fungsi yang tidak tercapai
dirawat/sakit atau penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai.
b. Maturasional
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan maturasi adalah :
1) Bayi/Usia bermain/Pra sekolah
Berhubungan dengan kurang stimulasi atau kedekatan ,perpisahan
dengan orang tua, evaluasi negative dari orang tua, tidak adekuat
dukungan orang tua , ketidak mampuan mempercayai orang terdekat
2) Usia sekolah
Berhubungan dengan kegagalan mencapai tingakat atau peringkat
objektif, kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negative berulang
3) Remaja
Pada usia remaja penyebab harga diri rendah,jenis kelamin, gangguan
hubungan teman sebagai perubahan dalam penampilan,masalah-masalah
pelajaran an kehilangan orang terdekat.
4) Usia sebaya
Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan penuaan.
5) Lansia
Berhubungan dengan kehilangan ( orang, financial, pensiun )
c. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri yang berlangsung lama yaitu
sebelum sakit atau dirawat.Klien mempunyai cara berfikir yang negative.
Kejadian dirumah sakit akan menabah persepsi negative terhadap dirinya.

3. PROSES
a. Faktor Predisposisi
Menurut stuart and sundeen ( 1998 ), berbagai factor penunjang
terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi
sebagai berikut :
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang kali.
2. Faktor yang mempengarui penampilan peran adalah tuntunan
peran kerja, dan harapan peran cultural.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidak
percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan
perubahan dalam struktur social.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal:

1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau


menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada
tiga jenis transisi peran :
a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative
yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini
termasuk perubahan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian
diri.
b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
c) Transisi peran sehat - sakit sebagai pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :
1. Kehilangan sebagian tubuh.
2. Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
3. Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang
normal.
4. Prosedur medis dan keperawatan.

4. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa ditimbulkan dari harga diri adalah menarik
diri, halusinasi, resiko mencederai diri sendiri dan lingkungan.

5. RENTANG RESPON
Rentang respon pada Harga Diri Rendah (HDR) berfluktuasi dari
rentang adaptif hingga rentang maladaptif.

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi diri
Konsep diri positif Harga
(+) diri rendah
Kekacauan identitas
Depersonalisasi
Penjelasan bagan di atas:
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma,
meliputi:
o Aktualisasi diri
Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
o Konsep diri positif
Klien memiliki pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri/perwujudan diri. Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan
kelemahan secara jujur dalam menilai suatu masalah berdasarkan
norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat. Jika terjadi
penyimpangan, dapat dikatakan sebagai respon maladaptif.
Respon maladaptif, terdiri dari:
o Harga diri rendah
Transisi antara respon adaptif dan respon maladaptif sehingga
seseorang cenderung berfikir ke arah negatif
o Kekacauan identitas
Kegagalan individu mengintegrasi aspek-aspek masa kanak-kanak
dalam pematangan aspek psikologis, kepribadian pada masa dewasa
secara harmonis
o Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, dan tidak dapat
membedakan dirinya dari orang lain sehingga tidak dapat mengenali
dirinya sendiri

6. MANIFESTASI KLINIS
a. Berhubungan dengan harga diri rendah
o Mengkritik diri sendiri dan/atau orang lain
o Penurunan produktivitas
o Gangguan dalam menjalin hubungan dengan orang lain
o Sikap merusak (destruktif) terhadap diri sendiri dan orang lain
o Perasaan tidak mampu
o Rasa bersalah
o Mudah tersinggung atau marah berlebihan
o Perasaan negatif tentang diri sendiri
o Pandangan hidup yang pesimis
o Penolakan terhadap kemampuan personal
o Menarik diri
o Penyalahgunaan zat
o Sering merasa khawatir
b. Berhubungan dengan kekacauan identitas
o Sifat kepribadian yang bertentangan
o Perasaan hampa
o Perasaan yang fluktuatif terhadap diri sendiri
o Tingkat ansietas yang tinggi
o Ketidakmampuan empati kepada orang lain
c. Berhubungan dengan depersonalisasi
- Afektif (mengenai perasaan)
o Perasaan asing
o Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu
o Perasaan tidak realistis
o Rasa isolasi yang kuat
o Tidak yakin akan jenis kelaminnya
o Ketidakmampuan untuk mendapatkan kesenangan atau
perasaan mencapai sesuatu yang diinginkan
o Kehilangan identitas diri
- Persepsi
o Halusinasi pendengaran dan penglihatan
o Mengalami dunia seperti dalam mimpi
o Kesulitan membedakan diri sendiri dan orang lain
o Gangguan citra tubuh
- Kognitif
o Bingung
o Disorientasi waktu
o Gangguan berfikir
o Gangguan memori
o Gangguam penilaian
- Perilaku
o Afek tumpul
o Emosi yang pasif dan tidak berespon
o Komunikasi yang tidak sesuai
o Kurang spontanitas dan animasi
o Kehilangan kendali terhadap impuls
o Kehilangan inisiatif dalam kemampuan membuat keputusan
o Menarik diri secara sosial

7. PENATALAKSANAAN
a. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek
atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme. Mekanisme koping
merupakan pertahanan ego untuk melindungi diri dalam menghadapi
persepsi diri sendiri yang menyakitkan.
Pertahanan jangka pendek meliputi:
1. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari
krisis misalnya: pemakaian obat-obatan, kerja keras, menonton
televisi secara obsesif/terus-menerus.
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara,
misalnya ikut dalam suatu kelompok/klub.
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasan diri yang tidak menentu, misalnya: olah raga yang
kompetitif, prestasi akademis, kontes untuk mendapatkan
popularitas.
4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat
identitas di luar hidup yang tidak bermakna saat ini, misal:
penyalah gunaan obat.
Pertahanan jangka panjang dilakukan jika individu tidak
mendapatkan hasil yang diharapkan melaui pertahanan jangka pendek,
mencakup :
1. Penutupan identitas adalah adopsi identitas secara
prematur/terlalu cepat yang diinginkan dari orang terdekat
tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri
sendiri.
2. Identitas negati adalah asumsi identitas yang tidak
sesuai/bertentangan dengan nilai dan harapan yang diterima
masyarakat.

8. POHON MASALAH

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Timbul rasa khawatir, cemas (Ansietas)

Diagram 8.1 Pohon Masalah Harga Diri Rendah

Stressor yg memicu
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik.M. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktek klinik. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Carpenito,Lynda Juall. 2009. Diagnosis keperawatan: aplikasi pada praktik


klinis. Jakarta:EGC

Doenges. M. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri, Edisi


3. Jakarta: EGC.

Hawan. D. 2004. Manajemen Stress, cemas dan depresi. Jakarta : Gaya


Baru.

Keliat, BA, dkk. 1997. Proses Keperawatan Jiwa, Ed.I. Jakarta: EGC

Keliat, B. A. 2006. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik


Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Keliat,.B.A. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :


EGC.

(NANDA 2012-2014)
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Definisi

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia


dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan
kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk


melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu


tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah
kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).

B. Jenis-Jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan


untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan


kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan


untuk menunjukkan aktivitas makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan


untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri
(Nurjannah : 2004, 79 ).

C. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang


perawatan diri adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

2. Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri


adalah :

1. Faktor prediposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga


perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu


melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas


yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri


lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri


adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau
perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor faktor yang


mempengaruhi personal hygiene adalah:

1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat


mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial

Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,


maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti


sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena


pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak


boleh dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu


dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan
lain- lain.

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat


diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang


karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan
dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik
pada kuku.

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal


hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

D. Tanda Dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan


defisit perawatan diri adalah:

1. Fisik

Badan bau, pakaian kotor.

Rambut dan kulit kotor.

Kuku panjang dan kotor

Gigi kotor disertai mulut bau


Penampilan tidak rapi

2. Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif.

Menarik diri, isolasi diri.

Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

Interaksi kurang.

Kegiatan kurang

Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang


tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri


adalah :

a. Data subyektif

1. Pasien merasa lemah

2. Malas untuk beraktivitas

3. Merasa tidak berdaya.

b. Data obyektif

1. Rambut kotor, acak acakan


2. Badan dan pakaian kotor dan bau

3. Mulut dan gigi bau.

4. Kulit kusam dan kotor

5. Kuku panjang dan tidak terawatt

E. Mekanisme Koping

1. Regresi

2. Penyangkalan

3. Isolasi diri, menarik diri

4. Intelektualisas

F. Rentang Respon Kognitif

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak


dapat merawat diri sendiri adalah :

a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.

Bina hubungan saling percaya.

Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.

Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.


Bantu klien merawat diri

Ajarkan ketrampilan secara bertahap

Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

c. Ciptakan lingkungan yang mendukung

Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.

Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.

Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien


misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup.

G. Pohon Masalah

Penurunan
kemampuan dan
motivasi merawat diri

Isolasi sosial

Defisit perawatan diri : mandi,


toileting, makan, berhias

H. .Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data didapat, masalah keperawatannya adalah


defisit perawatan diri :Personal Higiene,berhias,makan,dan
eliminasi.
I. Tindakan keperawatan

a. Tindakan Keperawatan pada pasien


1) Tujuan keperawatan
Pasien mampu melakukan keberishan diri secara mandiri
Pasien mampu melakukan berhias secara baik
Pasien mampu melakukan makan dengan baik
Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri
2) Tindakan keperawatan pada pasien
a) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan
cara :
Menjelaskan pentingnya menjaga akebersihan diri
Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga
kebersihan diri
b) Membantu pasien latihan berhias
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan
wanita. Pada pasien laki-laki, latihan meliputi latihan
berpakaian, menyisir rambut dan bercukur, sedangkan
pada psien perempuan latihan meliputi latihan
berpakaian, menyisir rambut dan berhias ataua
berdandan.
c) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara :
Menjelaskan cara mempersiapkan makan
Menjelaskan cara makan yang tertib
Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah
makan
Mempraktikkan cara makan yang baik
d) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
dengan cara :
Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
Menjelaskan cara membersihan diri setelah BAB/BAK
Menjelaskan cara membersikan tempat BAB/BAK

b. Tindakan keperawatan pada keluarga


1) Tujuan Keperawatan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami defisit perawatan diri.
2) Tindakan keperawatan
Untuk memantau pasien dalam melakukan cara
perawatan diri yang baik, perawat harus melakukan tindakan
agar keluarga dapat meneruskan melatih dan mendukung
pasien sehingga kemampuan pasien perawatan diri
meningkat . Tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat
antara lain :
a) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang
dihadapi oleh keluarga dalam merawat pasien
b) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurasi
stigma
c) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas perawatan
diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawat
diri pasien
d) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam melakukan
perawatan diri pasien dan membantu mengingatkan
pasien untuk perawatan diri.
e) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas
keberhasilan pasiendalam merawat diri
f) Bantu keluarga dalam melatih merawat pasien drefisit
perawata diri.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi


8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan
Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon
Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta :
EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005
2006. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada
Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC.

Gail Wiscarz Stuart, Santra J. Sundeen.1995 Keperawatan Jiwa edisi 3.


EGC.

Lynda Juall Carpenito, 1998. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada


praktik Klinis. Edisi 6. EGC.

Sigmund Freud. Teori Kepribadian. Maret 2007 Primasophieurnawan


Junadi, dkk, Kapita Selekta Kedokteran FKUI 1982.

Suliswati,S.Kp,M.Kes,dkk.2005.Konsep Dasar Keperawatan


Kesehatan JIWA.Jakarta: Buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai