Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

A. MASALAH UTAMA
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

B. PROSES TERJADI MASALAH


1. Definisi
a) Konsep Diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan,kepercayaan, seta
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri belum
muncul saat bayi, tetapi mulai berkembang secara bertahap. Bayi
mampu mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain serta
mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu,
hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia di luar
dirinya. Memahami konsep diri penting bagi perawat karena asuhan
keperawatan diberikan secara utuh bukan hanya penyakit melainkan
menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai dan pendapat
tertentu tentang dirinya.(Yusuf, Ah 2015 halaman : 92)
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden,
1995). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari.

b) Harga Diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan menganalisis
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari
diri sendiri dan orang lain. Individu akan merasa harga dirinnya tinggi
bila sering mengalami keberhasilan. Sebaliknya, individu akan merasa

1
harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai,
atau tidak diterima lingkungan. Harga diri dibentuk sejak kecil dari
adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai
meningkatnya usia dan sangat terancam pada masa pubertas.
Coopersmith dalam buku Stuard dan Sudden (2002) menyatakan
bahwa ada empat hal yang dapat meningkatkan harga diri anak, yaitu :
1) Memberi kesempatan untuk berhasil
2) Menanamkan idealisme
3) Mendukumg aspirasi/ide
4) Membantu mewmbentuk koping.

c) Harga Diri Rendah

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap
diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal
diri. Menurut Schult and Videbeck (1998) gangguanharga diri rendah
adalah penilainan negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999).
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu
yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.
Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga
diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama
adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.

Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang


negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri,

2
penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain,
perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara
sosial.

2. Tanda dan Gejala


Ciri-ciri harga diri rendah adalah sebagai berikut :
1) Perasaan bersalah/penyesalan
2) Mengukum diri
3) Merasa gagal
4) Gangguan hubungan interpersonal
5) Mengkritik diri sendiri dan orang lian
6) Menganggap diri lebih penting dari orang lain.

Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B. A (1994 : 20)

1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat


tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan
terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek
dan mengkritik diri sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu,saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak
ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka menyendiri.
5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan,
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
6) Menciderai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

3
3. Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :
- Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
- Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
- Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara
berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respons yang maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam
tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan
tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai,
tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok
(Yosep, 2007)
Tanda dan Gejalanya :
- Data Subyektif :

4
Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang
lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak
melakukan sesuatu.
- Data Obyektif :
Tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan
tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan,
wajah tampak murung.

Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,


harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :

1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau


menaksika kejadian yang megancam.
2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis
transisi peran :
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif
yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini
termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
tekanan untuk peyesuaian diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
c. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari
keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan
fisik, prosedur medis dan keperawatan.

5
4. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjadi tidak mau maupun
tidak mampu bergaul dengan orang lain dan terjadi isolasi sosial :
menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian
yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI 1998 : 336)
Tanda dan gejala :
Data subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan/pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang
lain.
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tiadalk ada kontak mata saat
berbicara.

6
C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIUJI

1) Masalah keperawatan:
a. Resiko isolasi sosial: menarik diri.
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c. Gangguan citra tubuh.

2) Data yang perlu diuji :


1. Isolasi sosial : menarik diri.
Data yang perlu dikaji :
- Data Obyektif :
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di
kamar, banyak diam.
- Data Subyektif :
Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan
tidak jelas.
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah.
Data yang perlu dikaji :
- Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
- Data Obyektif :
Klien lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin menciderai diri/ingin mengakhiri
hidup.
3. Gangguan citra tubuh.
Data yang perlu dikaji :
- Data subyektif
Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, mengungkapkan sedih
karena keadaan tubuhnya, klien malu bertemu dan berhadapan
dengan orang lain karena tubunya yang cacat.

7
- Data obyektif
Wajah sedih, tidak ada kontak mata ketika diajak biacara, suara
pelan dan tidak jelas, tampak menangis.

D. POHON MASALAH

Resiko isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Core problem

Gangguan Citra Tubuh

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan citra tubuh.

8
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan
harga diri rendah.
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menetapi janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien.
2. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tanda nya.
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atu tidak mau bergaul
c. Diskusikan dengan klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasannya.
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :

9
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri, dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan denga orang lain.
d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
f. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
h. Diskusikan bersama klien tentang kerugianm tidak berhubungan
dengan orang lian
i. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial.
Tindakan :
a. Kaji kemapuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
- Klien-perawat
- Klien-perawat-perawat lain
- Klien-perawat-perawat lain-klien lain
- Klien-keluarga atau kelompok masyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu

10
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan.
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
- Salam, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
- Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
- Perilaku menarik diri
- Penyebab perilkau menarik diri
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
- Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
- Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
- Beri reinforcement positif atas hal – hal yang telah dicapai oleh
keluarga.

11
Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan
dengan gangguan citra tubuh.

Tujuan Umum : klien dapat berhubungan dengan orang lain secara


optimal.

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik :
a. Sapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap enmpati dan meneriam klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b. Hindarkan memberikan penilaian negatif setiap bertemu klien
c. Utamakan memberi pujian yang realistik
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan
b. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.

12
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan di rumah.
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st


edition. Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.

Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999.

Kusumawati Farida, Hartono Yudi, Buku Ajar Keperawatan Jiwa/ Farida


Kusumawati dan Yudi Hartono. – Jakarta : Salemba Medika, 2012 – Cetakan
Ketiga.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th
edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995.

Stuart, G.W. & Michele T. Laraia, Principles and Practice of Psychiatric Nursing,
6 th Edition, Mosby Company, St. Louis, 1998.

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,


RSJP Bandung, 2000.

Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan


Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.

Yusuf, Ah, dkk, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. – Jakarta : Salemba
Medika, 2015.

14

Anda mungkin juga menyukai