Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara patofisiologis syok merupakan gangguan hemodinamik yang menyebabkan tidak


adekuatnya hantaran oksigen dan perfusi jaringan.Gangguan hemodinamik tersebut dapat
berupa penurunan tahanan vaskuler sitemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik,
penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung. Gangguan faktor-faktor
tersebut disbabkan oleh bermacam-macam proses baik primer pada sistim kardiovaskuler,
neurologis ataupun imunologis. Diantara berbagai penyebab syok tersebut, penurunan hebat
volume plasma intravaskuler merupakan faktor penyebab utama.Terjadinya penurunan hebat
volume intravaskuler dapat terjadi akibat perdarahan atau dehidrasi berat, sehingga
menyebabkan yang balik ke jantung berkurang dan curah jantungpun menurun.Penurunan
hebat curah jantung menyebabkan hantaran oksigen dan perfusi jaringan tidak optimal dan
akhirnya menyebabkan syok.Pada tahap awal dengan perdarahan kurang dari 10%, gejala
klinis dapat belum terlihat karena adanya mekanisme kompensasi sisitim kardiovaskuler dan
saraf otonom. Baru pada kehilangan darah mulai 15% gejala dan tanda klinis mulai terlihat
berupa peningkatan frekuensi nafas, jantung atau nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah,
penurunan tekanan nadi, kulit pucat dan dingin, pengisian kapiler yang lambat dan produksi
urin berkurang. Perubahan tekanan darah sistolik lebih lambat terjadi akibat adanya
mekanisme kompensasi tadi, sehingga pemeriksaan klinis yang seksama harus dilakukan.

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan
dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume
sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.Paling sering,
syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik).

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah asuhan keperawatan tentang pasien dengan gangguan syok
hipovolemik?
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentangSyok Hipovolemik pada Kegawat Daruratan.
1.3.2. Tujuan Khusus
2. Untuk mengetahui kegawat daruratan pada pasien dengan syok hipovolemik.
3. Untuk mengetahuiEtiologi dari Syok Hipovolemik.
4. Untuk mengetahuiTanda dan Gejala dari Syok Hipovolemik.
5. Untuk mengetahui Cara asuhan keperawatan kegawat daruratan pada pasien
syok hipovolemik.
6. Untuk mengetahui Peran dan Fungsi Perawat di Kegawatan Daruratan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Syok Hipovolemik


Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume
plasma darah di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik),
trauma yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non
fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat.
Kasus-kasus syok hipovolemik yang paling sering ditemukan disebabkan oleh
perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. Perdarahan
hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-organ tubuh atau
fraktur yang yang disertai dengan luka ataupun luka langsung pada pembuluh arteri
utama (Hardisman, 2013).

2.2 Etiologi Syok Hipovolemik

Menurut Toni Ashadi, 2006, Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya
cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:
1. Kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar
tubuh seperti hematotoraks, ruptur limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.
2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah
yang besar. Misalnya: fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan
atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml perdarahan.
3. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein
plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
a. Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis
b. Renal: terapi diuretik, krisis penyakit addison
c. Luka bakar (kompustio) dan anafilaksis
Kemungkinan besar yang dapat mengancam nyawa pada syok hipovolemik berasal dari
penurunan volume darah intravascular, yang menyebabkan penurunan cardiac output dan
tidak adekuatnya perfusi jaringan.

3
2.3 Tanda dan Gejala Syok Hipovolemik

Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, dan besarnya
volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung.Kecepatan kehilangan cairan
tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi.Pasian muda dapat dengan mudah
mengkompensasi kehilangan cairan denganjumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia.
Kehilangan volume yang cukupbesar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia
lanjut, masih dapatditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau
singkat. (ToniAshadi, 2006).

 Primari Survay

Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang mengancam


nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda vital awal (baseline
recordings) penting untuk memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa
adalah tanda-tanda vital, produksi urin dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan penderita yang
lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita mengijinkan. Metode pengkajian dalam
primary survey ini yaitu: cepat, ermat, dan tepat yang dilakukan dengan melihat (look),
mendengar (listen), dan Merasakan (feel).

Airway (jalan napas):

Ada tiga hal utama dalam tahapan airway ini yaitu look, listen, dan feel. Look atau
melihat yaitu perawat melihat ada tidaknya obstruksi jalan napas, berupa agitasi:
(hipoksemia), penurunan kesadaran (hipercarbia), pergerakan dada dan perut pada saat
bernapas (see saw-rocking respiration), kebiruan pada area kulit perifer pada kuku dan
bibir (sianosis), adanya sumbatan di hidung, posisi leher, keadaan mulut untuk melihat
ada tidaknya darah. Tahapan kedua yaitu listen atau mendengar, yang didengar yaitu
bunyi napas. Ada dua jenis suara napas yaitu suara napas tambahan obstuksi parsial,
antara lain: snoring, gurgling, crowing/stidor, dan suara parau(laring) dan yang kedua
yaitu suara napas hilang berupa obstruksi total dan henti napas. Terakhir yaitu Feel,
pada tahap ini perawat merasakan aliran udara yang keluar dari lubang hidung pasien.

4
Breathing (bernapas):

Pada tahap look (melihat), yang dilakukan yaitu: melihat apakah pasien bernapas,
pengembangan dada apakah napasnya kuat atau tidak, keteraturannya, dan frekuensinya.
Pada tahap listen( mendengar) yang didengar yaitu ada tidaknya vesikuler, dan suara
tambahan napas. Tahap terakir yaitu feel, merasakan pengembangan dada saat bernapas,
lakukan perkusi, dan pengkajian suara paru dan jantung dengan menggunakan
stetoskop.

Circulation – kontrol perdarahan

Pengkajian circulation, yaitu hubungan fungsi jantung, peredaran darah untuk


memastikan apakah jantung bekerja atau tidak. Pada tahap look atau melihat, yang
dilakukan yaitu mengamati nadi saat diraba, berdenyut selama berapa kali per menitnya,
ada tidaknya sianosis pada ekstremitas, ada tidaknya keringat dingin pada tubuh pasien,
menghitung kapilery reptile, dan waktunya, ada tidaknya akral dingin. Pada tahap feel,
yang dirasakan yaitu gerakan nadi saat dikaji (nadi radialis, brakialis, dan
carotis),Lakukan RJP bila apek cordi tidak berdenyut. Pada tahapan lesson, yang
didengar yaitu bunyi aliran darah pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah.

Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat,


memperoleh akses intra vena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan.Perdarahan dari
luka luar biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan langsung pada tempat
pendarahan.PASG (Pneumatick Anti Shock Garment) dapat digunakan untuk
mengendalikan perdarahan dari patah tulang pelvis atau ekstremitas bawah, namun
tidak boleh menganggu resusitasi cairan cepat.Cukupnya perfusi jaringan menentukan
jumlah cairan resusitasi yang diperlukan.Mungkin diperlukan operasi untuk dapat
mengendalikan perdarahan internal.

Disability – pemeriksaan neurologi

Yang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale), dan kedaan pupil
dengan menggunakan penlight. Pupil normal yaitu isokor, mengecil: miosis, melebar:
dilatasi.Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran,
pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini

5
bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi
dan meramalkan pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu
disebabkan cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang
kurang.Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum penemuan tersebut
dapat dianggap berasal dari cidera intra kranial.

Exposure – pemeriksaan lengkap

Setelah mengurus prioritas-prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita


harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki sebagai bagian dari
mencari cidera.

 Sekunderi Survey

Harus segera dapat akses kesistem pembulu darah.Ini paling baik dilakukan dengan
memasukkan dua kateter intravena ukuran besar (minimun 16 gaguage) sebelum
dipertimbangkan jalur vena sentral kecepatan aliran berbanding lurus dengan empat kali
radius kanul, dan berbanding terbalik dengan panjangnya (hukum poiseuille).Karena itu
lebih baik kateter pendek dan kaliber besar agar dapat memasukkan cairan terbesar dengan
cepat.

Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah lengan bawah
atau pembulu darah lengan bawah.Kalau keadaan tidak memungkinkan pembuluh darah
periver, maka digunakan akses pembuluh sentral (vena-vena femuralis, jugularis atau vena
subklavia dengan kateter besar) dengan menggunakan tektik seldinger atau melakukan vena
seksi pada vena safena dikaki, tergantung tingkat ketrampilan dokternya. Seringkali akses
vena sentral didalam situasi gawat darurat tidak bisa dilaksanakan dengan sempurna atau pu
tidak seratus persen steril, karena itu bila keadaan penderita sedah memungkinya, maka jalur
vena sentral ini harus diubah atau diperbaiki.

Juga harus dipertimbangkan potensi untuk komplikasi yang serius sehubungan


dengan usaha penempatan kateter vena sentral, yaitu pneumo- atau hemotorak, pada
penderita pada saat itu mungkin sudah tidak stabil.

6
Pada anak-anak dibawah 6 tahun, teknik penempatan jarum intra-osseus harus
dicoba sebelum menggunakan jalur vena sentral.Faktor penentu yang penting untuk memilih
prosedur atau caranya adalah pengalaman dan tingkat ketrampilan dokternya.

Kalau kateter intravena telah terpasang, diambil contoh darah untuk jenis dan
crossmatch, pemerikasaan laboratorium yang sesuai, pemeriksaan toksikologi, dan tes
kehamilan pada wanita usia subur. Analisis gas darah arteri juga harus dilakukan pada saat
ini. Foto torak haris diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia atau vena
jugularis interna untuk mengetahui posisinya dan penilaian kemungkinan terjadinya pneumo
atau hemotorak.

Adapun pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain pada kulit, tekanan darah,
status jantung, status respirasi, status mental, dan fungsi ginjal(oliguri, anuria).

2.4 Manajen Penanganan Kegawat Daruratan

Penanganan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-tanda vital dan


hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya kondisi tersebut
dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi satabil. Penatalaksanaan syok
hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau darah
yang hilang. Jika ditemukan oleh petugas dokter atau petugas medis, maka
penatalaksanaan syok harus dilakukan secara komprehensif yang meliputi penatalaksanaan
sebelumdan di tempat pelayanan kesehatan atau rumah sakit Penatalaksanaan sebelum
di tempat pelayanan kesehatan harus memperhatikan prinsip-prinsip tahapan resusitasi.
Selanjutnya bila kondisi jantung, jalan nafas dan respirasi dapat dipertahankan,
tindakan selanjutnya adalah adalah menghentikan trauma penyebab perdarahan yang
terjadi dan mencegah perdarahan berlanjut. Menghentikan perdarahan sumber
perdarahan dan jika memungkinkan melakukan resusitasi cairan secepat mungkin.
Selanjutnya dibawa ke tempat pelayaan kesehatan, dan yang perlu diperhatikan juga
adalah teknik mobilisai dan pemantauan selama perjalanan. Perlu juga diperhatikan posisi
pasien yang dapat membantu mencegah kondisi syok menjadi lebih buruk, misalnya
posisi pasien trauma agar tidak memperberat trauma dan perdarahan yang terjadi, pada
wanita hamil dimiringkan kea rah kiri agar kehamilannya tidak menekan vena cava

7
inferior yang dapat memperburuh fungsi sirkulasi. Sedangkan saat ini posisi
tredelenberg tidak dianjurkan lagi karena justru dapat memperburuk fungsi ventilasi paru.

2.5 Peran Dan Fungsi Perawat Gawat Darurat pada Pasien Dengan Syok Hipovolemik
Peran perawat:
1. Memantau A, B, C, D, E.
2. Membuka Jalan Nafas.
3. Kaji jumlah kehilangan volume cairan dan mulai lakukan penggantian cairan sesuai
order. Pastikan golongan darah untuk pemberian terapi transfuse.
4. Kaji AGD / Analisa Gas Darah, jika pasien mengalami cardiac atau respiratory
arrest lakukan CPR.
5. Berikan terapi oksigen sesuai order.
6. Monitor vital sign, status neurologis, dan ritme jantung secara berkesinambungan,
observasi warna kulit dan cek capillary refill.
7. Monitor Hb secara serial dan HCT.
8. Awasi tanda-tanda adanya koagulopati seperti petekie, perdarahan, catat segera.
9. Memeriksa GCS pasien
10. Memeriksa nadi pasien

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

IDENTITAS KLIEN

1. Nama : Ny. R

2. Umur : 48Tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Pendidikan : SMA

5. Pekerjaan : IRT

6. Tgl Masuk RS : 13-01-2014

7. Diagnosa Medis : P.O Pyelolitomy

8. Alamat : Tanggamus

RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan utama : Nyeri luka post operasi pyelolitomi


2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pada saat melakukan pengkajian pada tanggal 21-01-2014 keluarga klien


mengatakan klien masuk RSAM pada tanggal 13-01-2014 dengan keluhan nyeri pada
pinggang kiri, warna BAK merah disertai mual.Kemudian klien masuk ke ruangan
mawar pada tanggal 14–01-2014 untuk menunggu rencana operasi yang akan
dilakukan pada tanggal 20-01-2014. Pada tanggal 20-01-2014 klien melakukan operasi
pada pukul 09.30 – 10.30 WIB.Dan pada tanggal 21-01-2014 klien masuk ICU pada
pukul 09.30 WIB.Klien mengatakan nyeri pada luka operasi.Nyeri timbul spontan,
terutama saat klien melakukan pergerakan dan berkurang saat klien istirahat
(tidur).Nyeri dirasakan ± 1 menit, nyeri timbul tidak tentu. K/u lemah, kesadaran
Composmentis, TD : 57/31 mmHg, S : 36o C , RR : 12 x/menit, N : 109 x/menit.

9
3. Riwayat penyakit dahulu

Keluarga mengatakan sebelumnya klien tidak pernah masuk rumah sakit, Klien tidak
memiliki riwayat penyakit menular ataupun menurun.Klien hanya mengalami sakit
biasa seperti batuk, flu, dan berobat ke puskesmas.

4. Riwayat penyakit keluarga

Keluarga mengatakan tidak ada di dalam anggota keluarga yang mengalami Penyakit
yang sama seperti klien.

5. Riwayat Kebiasaan

Keluarga klien mengatakan kebiasaan klien sering tidur malam

6. Riwayat Alergi

Keluarga klien mengatakan klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap


makanan, minuman ataupun obat-obatan.

7. Riwayat Kesehatan lain

Klien tidak mempunya riwayat kesehatan lain

PENGKAJIAN BERDASARKAN RESPONS

1. .Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4, V5, M6 )


2. Keadaan Umum : Klien tampak lemah, sesak dan gelisah
3. TTV : TD : 88/45 mmHg, N : 109 x/menit, RR : 36 x/menit, S : 35,9o C
4. Oksigenisasi

Respon : Sesak Nafas

Hasil : Pasien terpasang 02 10 L/menit dengan face mask, RR 36 x/menit

10
5. Nutrisi

Respon : -

Hasil : Cairan lambung hitam,klien terpasang NGT, turgor kulit kurang elastis,
mukosa bibir kering

6. Cairan dan elektrolit

Respon : -

Hasil : Terpasang RL 500cc

7. Eliminasi

Respon : Klien terpasang kateter

Hasil : Warna urine merah, output 1100 cc

8. Personal Hygiene

Respon : Klien lemah dan bedrest

Hasil : Klien dimandikan pada pagi dan sore hari.

9. Aktivitas

Respon : Klien lemah dan gelisah

Hasil : Segala keperluan pasien dibantu perawat

10. Istirahat dan tidur

Respon : Klien gelisah

Hasil : Klien dapat tidur

11. Kenyamanan

Respon : Klien gelisah

11
Hasil : Klien sesak

PENGKAJIAN PRIMER

Airway

Tidak ada sumbatan jalan nafas


Pola nafas tidak efektif
Reflek Batuk baik
Reflek menelan baik

Breathing

Sesak nafas
RR 36 x/menit
Terpasang O2 10 L/Menit
Pernafasan cepat dan dangkal
Terpasang NGT

Circulation

Pucat / sianosis
TD 88/45 mmHg
T : 35, 9 o C
Nyeri luka post operasi
Akral dingin
Terdapat selang drain
CRT 4 detik
TTV : TD : 88/45 mmHg
S : 35,9 x/menit
HR:109
HB :10,8 gr/dl x/menit

Disability

Kesadaran Composmentis

12
GCS 15 (E4, V5, M6)
Keadaan umum lemah
Pupil isokor diameter
Reflek cahaya +/+
Gelisah

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hematologi Tanggal 21-01-2014

Pemeriksaan Hasil Normal / Satuan

Hemoglobin 10,8 Lk : 13,5 – 18.0 gr/dl

Wn : 12 -16.0 gr/dl

LED 5 Lk ; 40 – 54 %

Wn : 0 – 20 mm/jam

Trombosit 67.000 150.000 – 400.000 / ul

Leukosit 18.100 4500 – 10.700 / ul

Hitung jenis

. Basophil 0 0 -1 %

. Eosinopil 0 1–3%

. Batang 0 2-6 %

. Segmen 69 50 – 70 %

. Limposit 6 20 – 40 %

. Monosit 1 2–8%

13
ANALISA DATA

NO Data Masalah Etiologi

1 Ds : Klien mengatakan sesak. Gangguan pola nafas Penurunan ekspansi


paru
Do :

Klien tampak sesak

RR : 36 x/menit

Retraksi dinding dada (+)

Terpasang O2 face mask 10


l/menit

Oernafasan cepat dan


dangkal

Klien tampak gelisah

Klien tampak pucat

2 Ds : Klien mengatakan lemas Gangguan perfusi Perdarahan luka drain


jaringan perifer

Do :

Klien tampak lemah

Anemis (+)

14
CRT 4 detik

HB : 10,8 gr/dl

Sianosis (+)

Pucat

TD : 88/45

S : 35,9 o C

HR : 109 x/menit

3 Ds : Klien mengatakan nyeri Nyeri Luka post operasi


pyelolitomy
Do :

- Klien tampak meringis

- Skala nyeri 6

- Terdapat luka post


op. pyelolitomy

- Panjang luka 15 cm

- Luka tampak kering

- Terapat selang drain pada


abdomen kiri

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pola nafas penurunan ekspansi paru.


2. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan luka drain.

15
3. Nyeri b.d luka post operasi pyelolitomy.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Dx Tujuan & KH Intervensi Rasional


Keperawatan

1 Gangguan Setelah dilakukan 1. awasi frekuensi 1. Berguna


pola nafas asuhan keperwatan dan kedalaman dalam
berhubungan masalah gangguan pernafasan evaluasi
dengan pola nafas 2. Tinggikan kepala distress
penurunan teratasi dengan criteria tempat tidur 30 pernafasan
ekspansi paru hasil : derajat dan
3. dorong latihan kronisnya
.sesak nafas (-)
nafas dalam penyakit.
.RR normal 16- 4. Beri bantalan 2. Peninggian
pada pagar kepala
24 x/ menit
tempat tidur u/ tempat tidur
.Tidak terpasang o2 mengistirahatkan mempermud
tangan ah fungsi
. pucat (-)
5. Kolaborasi pemb pernapasan
erian o2, sesuai dengan
indikasi menggunaka
n gravitasi
3. meningkatka
n ekspansi
paru
4. Dapat
meningkatka
n
5. Pengisian
udara
seluruh

16
segmen
paru.
6. Dapat
membatasi
ekspansi
paru.

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Kasus tersebut merupakan gambaran syok perdarahan atau hipolemik,


mungkinsekunder dari perdarahan tractus gastrointestinal atas.Kehilangan volume karena
perdarahanlambung atau ulkus duodenum merangsang reseptor tekanan aorta, jantung dan
arteria carotisuntuk mengeluarkan epinefrin, aldosteron dan hormon antideuretik. Hormon-
hormon iniakan menambah denyut jantung dan tekanan kontraksi, merangsang
vasokontriksi, danmengurangi kehilangan volume dari ginjal. Kenaikan curah
jantung membantumempertahankan volume darah agar tetap memenuhi kebutuhan jaringan
akan oksigenasi.Vasokontriksi perifer, sekunder terhadap epinefrin dan norefineprin,
membawa darah kejaringan vital, mengurangi aliran darah ke organ nonvital.Bila ini terjadi,
walaupun TDnormal atau hampir normal pada arteri sistematik atau arteri besar, maka syok
timbul padajaringan nonvital dengan mikrosirkulasi. Aliran mimikrosirkulasi yang
mengganggumenyebabkan penurunan perpindahan oksigen ke sel, yang mempunyai massa
sel lebih besardari pada jaringan vital. Tanpa oksigen, sel tidak dapat memetabolisme
glukosa dengansempurna dan harus berpindah ke metabolisme anaerobik, yang
mengahasilkan asammetabolik (terutama asam laktat).Penumpukan asam metabolik ini
menyebabkan asidosismetabolik.

Pasien ini dalam syok dan walaupun td 110/60 mmHg, ia sudah


mengalamirangsangan simpatis atau adrenergik dengan tanda khas konstriksi perifir : pucat,
berkeringat,kulit dingin dan lembab, lapar, nadi halus. Bila perdarahan terus berlangsung,
walaupun adatakikardi dan pintas, volume darah akan menjadi kurang untuk perfusi organ
vital. Tekanandarah menurun dan denyut nadi bertambah.Aliran darah yang kurang ke otak,
menimbulkananoksia dan gelisah.Sianosis sirkumoral adalah tanda akhir anoksia sel yang
parah padawajah dan kepala.Membran mukosa yang kering menunjukkan dehidrasi sel.
Anoksia selmerangsang asidosis metabolik yang hebat karena dikeluarkannya konsentrasi
asam laktatyang besar karena metabolisme anaerobik. Selain itu tiap sel mengeluarkan 15-
20% airdalam usaha menggantikan volume vaskuler, yang menimbulkan dehidrasi sel,

18
Organ vital juga bereaksi terhadap pengurangan volume darah.Laju
filtrasiglomeroulus ginjal berkurang yang mengurangi pengeluran urin.Kemampuan hati
untukmembentuk glukosa baru, terganggu.Daerah paru-paru tertentu menjadi atelektasis
karenakurangnya perfusi.Jantung dan otak tidak terkena kurangnya perfusi.Jantung dan otak
tidakterkena sampai tahap akhir syok, yang fungsinya menjadi rusak.(Sabiston, 1995).

Penatalaksanaa syok hipovolemik

Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovelemik adalah memulihkan


volumeintravaskular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah
pada perfusijaringan yang tidak adekuat, meredistribusi volume cairan, dan memperbaiki
penyebab yangmendasari kehilangan cairan secepat mungkin.(Brunner & Suddarth, 2002).

a. Pemantauan
Parameter yang harus dipantau selama stabilisasi dan pengobatan antaralain:denyut
jantung, frekuensi pernafasan, tekanan darah, tekanan vena sentral (CVP),
danpengeluaran urine. Pengeluaran urine yang kurang dari 30 ml/jam (0,5
ml/kg/jam)menunjukkan prkusi ginjal yang tidak adekuat. (Eliastam, 1998).
b. Penatalaksanaan pernafasan
Pasien diberikan aliran oksigen yang tinggi melalui masker atau kanula.Jalannafas
yang bersih harus dipertahankan dengan posisi kepala dan mandibula yang tepatdan
aliran pengisapan darah dan sekret yang sempurna.Penentuan gas darah arterialharus
dilakukan untuk mengamati ventilasi dan oksegenasi. Jika ditemukan kelainansecara
klinis atau laboratorium analisis gas darah, pasien harus diintubasi dan
diventilasidengan ventilator yang volumenya terukur, volume tidal harus diatur
sebesar 12-15ml/kg, frekuensi pernafasan sebesar 12-16 per menit. Oksigen harus
diberikan untukmempertahankan PO2 sekitar 100mlHg. Jika cara pemberian
ini gagal untukmenghasilkan oksigenasi yang adekuat atau jika fungsi paru-
paru menurun harusditambahkan 3-10 cm tekanan ekspirasi akhir positif. (Eliastam,
1998).
c. Pengobatan penyebab yang mendasari
Jika pasien mengalami hemorage, upaya dilakukan untuk
menghentikanpendarahan.Upaya ini dapat mencakup pemasangan tekanan pada

19
tempat pendarahanatau mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan
pendarahan internal.Jikapenyebab hipovelemia adalah diare atau muntah-muntah,
medikasi untuk mengatasi diaredan muntah-muntah diberikan.(Brunner & Suddarth,
2002).
d. Penggantian cairan dan darah
Dua jarum intravena dengan jarum besar dipasang untuk membuat akses
intravenaguna pemberian cairan.Dua akses intravena memungkinkan pemberian secara
simultanterapi cairan dan komponen darah jika diperlukan. Karena tujuan penggantian
cairanadalah untuk memulihkan volume intravaskular, penting artinya untuk
memberikancairan yang akan tetap berada dalam kompartemen intravaskular dan
dengan demikianmenghindari terciptanya perpindahan cairan dari kompertemen
intravaskular ke dalamkompertemen intraselular. (Brunner & Suddarth, 2002).
1) Ringer laktat dan natrium klorida 0,9 % keduanya adalah cairan kristaloid, adalah
duacairan isotonik yang umumnya digunakan dalam mengatasi syok
hipovolemik.(Brunner & Suddarth, 2002).
2) Koloid (albumin, hetastarch, dan dekstran 6%) kini banyak digunakan. Dekstran
tidakdiindikasikan jika penyebab syok hipovolemik adalah hemoragi
karena akanmengganggu agregasi trombosit. (Brunner & Suddarth, 2002).
3) Produk darah, juga koloid mungkin harus diberikan terutama adalah penyebab
syokhipovolemik adalah hemoragik. Namun,karena resiko transmisi virus melalui
darahdan kelangkaan produk darah, produk ini hanya diberikan jika alternatif lain
ataukehilangan darah sangat banyak dan cepat. (Brunner & Suddarth, 2002).
4) Ototransfusi, pengumpulan dan retransfusi darah pasien sendiri, mungkin
sajadilakukan. Tindakan ini mengurangi resiko penularan penyakit menular atau
reaksitransfusi, dan meniadakan waktu yang lama yang dibutuhkan untuk
pemeriksaangolongan darah dan cocok silang darah. Ototransfusi dilakukan bila
klien mengalamiperdarahan dalam rongga tertutup seperti dalam dada atau rongga
abdomen. (Brunner& Suddarth, 2002).
e. Redistribusi cairan
Selain memberikan cairan untuk memulihkan volume intravaskular, pengaturanposisi
pasien yang tepat juga membantu redistribusi cairan.Posisi trendelenburg

20
yangdimodifikasi dianjurkan dalam syok hipovolemik. Dengan meninggikan tungkai
pasien,arus balik vena lebih ditingkatkan oleh pengaruh gaya gravitasi. Memberikan
posisi kliendalam posisi trendelenburg sempurna akan membuat kesulitan bernafas dan
karenanyatidak dianjurkan. (Brunner & Suddarth, 2002).
Military antishock trousers (MAST) mungkin digunakan dalam situasi yangbenar-
benar gawat di masa perdarahan tidak dapat dikendalikan seperti pada trauma
atauperdarahan retroperitoneal. Military antishock trousers (MAST) adalah pakaian
yangdirancang untuk memperbaiki perdarahan internal dan hipovolemia dengan
memberikantekanan balik di sekitar tungkai dan abdomen. Alat in menciptakan
tahanan perifer antiartifisial dan membantu menahan perfusi koroner. Alat ini
harus dipasang secepatmungkin setelah cedera, lebih baik lagi sebelum pasien
dipindahkan ke bagian emergensi.(Brunner & Suddarth, 2002).
f. Medikasi
Jika pemberian cairan gagal untuk menangani syok, maka medikasi yang
samadiberikan pada syok kardiogenik digunakan karena syok hipovolemik yang tidak
teratasiakan mengarah pada syok kardiogenik (“lingkaran setan”). (Brunner &
Suddarth, 2002).
Jika penyebab yang mendasari hipovolemia adalah dehidrasi, medikasi akandiresepkan
untuk mengatasi penyebab dehidrasi. Sebagai contoh, insulin akan diberikanpada
pasien dengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia; desmopresin (DDVP)untuk
diabetes insipidus, preparat anti diare untuk diare, dan anti emetik untuk muntah-
muntah. (Brunner & Suddarth, 2002).
g. Vasopresor
Pada kebanyakan kasus vasopresor tidak boleh digunakan karena
akanmengurangi perkusi jaringan. Vasopresor dapat diberikan sebagai tindakan
sementarauntuk meningkatkan tekanan darah sampai didapatkannya cairan
pengganti yangadekuat.Hal ini terutama bermanfaat bagi pasien yang lebih tua
dengan penyakit koroneratau penyakit pembuluh darah otak yang berat. Zat yang
digunakan adalah norepineprin4-8 mg yang dilarutkan dalam 500 ml 5% dekstrosa
dalam air (D5W), atau metaraminol,5-10 mg yang dilarutkan dalam 500 ml D5W,

21
yang bersifat vasokonstriktor predominandengan efek yang minimal pada jantung.
Dosis harus disesuaikan dengan tekanan darah.(Eliastam, 1998).

22
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan
dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ dan disebabkan oleh volume
sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.Gejala syok
hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, dan besarnya volume cairan
yang hilang, dan lamanya berlangsung.Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan
faktor kritis respon kompensasi.Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas.
Pada keadaanhipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali
dalambeberapa menit.Penanganan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-tanda
vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya kondisi
tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi satabil. Penatalaksanaan
syok hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau
darah yang hilang.

3.2 Saran

Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan diharapkannantinya menjadi


seorang perawat professional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala ketika
menemukan pasien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan segera,
dan mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan pertolongan
segera kepada pasien terutama yang mengalami syok hipovolemik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Hardisman.2013.MemahamiPatofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik.

Jurnal Kesehatan Andalas.

Dewi,Enita.2010.KEGAWAT DARURATAN SYOK HIPOVOLEMIK.Jurnal Kesehatan.

Sumber online: http://journals.ums.ac.id

Fitria,Cemy Nur.2010.Penanganan Syok.Sumber online: http://jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id

Ashadi,Toni.2006.Syok Hipovolemik.Sumber online: http:// www. Medicastore.com

24

Anda mungkin juga menyukai