PENDAHULUAN
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan
dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume
sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.Paling sering,
syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik).
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah asuhan keperawatan tentang pasien dengan gangguan syok
hipovolemik?
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentangSyok Hipovolemik pada Kegawat Daruratan.
1.3.2. Tujuan Khusus
2. Untuk mengetahui kegawat daruratan pada pasien dengan syok hipovolemik.
3. Untuk mengetahuiEtiologi dari Syok Hipovolemik.
4. Untuk mengetahuiTanda dan Gejala dari Syok Hipovolemik.
5. Untuk mengetahui Cara asuhan keperawatan kegawat daruratan pada pasien
syok hipovolemik.
6. Untuk mengetahui Peran dan Fungsi Perawat di Kegawatan Daruratan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Toni Ashadi, 2006, Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya
cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:
1. Kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar
tubuh seperti hematotoraks, ruptur limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.
2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah
yang besar. Misalnya: fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan
atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml perdarahan.
3. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein
plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
a. Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis
b. Renal: terapi diuretik, krisis penyakit addison
c. Luka bakar (kompustio) dan anafilaksis
Kemungkinan besar yang dapat mengancam nyawa pada syok hipovolemik berasal dari
penurunan volume darah intravascular, yang menyebabkan penurunan cardiac output dan
tidak adekuatnya perfusi jaringan.
3
2.3 Tanda dan Gejala Syok Hipovolemik
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, dan besarnya
volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung.Kecepatan kehilangan cairan
tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi.Pasian muda dapat dengan mudah
mengkompensasi kehilangan cairan denganjumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia.
Kehilangan volume yang cukupbesar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia
lanjut, masih dapatditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau
singkat. (ToniAshadi, 2006).
Primari Survay
Ada tiga hal utama dalam tahapan airway ini yaitu look, listen, dan feel. Look atau
melihat yaitu perawat melihat ada tidaknya obstruksi jalan napas, berupa agitasi:
(hipoksemia), penurunan kesadaran (hipercarbia), pergerakan dada dan perut pada saat
bernapas (see saw-rocking respiration), kebiruan pada area kulit perifer pada kuku dan
bibir (sianosis), adanya sumbatan di hidung, posisi leher, keadaan mulut untuk melihat
ada tidaknya darah. Tahapan kedua yaitu listen atau mendengar, yang didengar yaitu
bunyi napas. Ada dua jenis suara napas yaitu suara napas tambahan obstuksi parsial,
antara lain: snoring, gurgling, crowing/stidor, dan suara parau(laring) dan yang kedua
yaitu suara napas hilang berupa obstruksi total dan henti napas. Terakhir yaitu Feel,
pada tahap ini perawat merasakan aliran udara yang keluar dari lubang hidung pasien.
4
Breathing (bernapas):
Pada tahap look (melihat), yang dilakukan yaitu: melihat apakah pasien bernapas,
pengembangan dada apakah napasnya kuat atau tidak, keteraturannya, dan frekuensinya.
Pada tahap listen( mendengar) yang didengar yaitu ada tidaknya vesikuler, dan suara
tambahan napas. Tahap terakir yaitu feel, merasakan pengembangan dada saat bernapas,
lakukan perkusi, dan pengkajian suara paru dan jantung dengan menggunakan
stetoskop.
Yang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale), dan kedaan pupil
dengan menggunakan penlight. Pupil normal yaitu isokor, mengecil: miosis, melebar:
dilatasi.Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran,
pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini
5
bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi
dan meramalkan pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu
disebabkan cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang
kurang.Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum penemuan tersebut
dapat dianggap berasal dari cidera intra kranial.
Sekunderi Survey
Harus segera dapat akses kesistem pembulu darah.Ini paling baik dilakukan dengan
memasukkan dua kateter intravena ukuran besar (minimun 16 gaguage) sebelum
dipertimbangkan jalur vena sentral kecepatan aliran berbanding lurus dengan empat kali
radius kanul, dan berbanding terbalik dengan panjangnya (hukum poiseuille).Karena itu
lebih baik kateter pendek dan kaliber besar agar dapat memasukkan cairan terbesar dengan
cepat.
Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah lengan bawah
atau pembulu darah lengan bawah.Kalau keadaan tidak memungkinkan pembuluh darah
periver, maka digunakan akses pembuluh sentral (vena-vena femuralis, jugularis atau vena
subklavia dengan kateter besar) dengan menggunakan tektik seldinger atau melakukan vena
seksi pada vena safena dikaki, tergantung tingkat ketrampilan dokternya. Seringkali akses
vena sentral didalam situasi gawat darurat tidak bisa dilaksanakan dengan sempurna atau pu
tidak seratus persen steril, karena itu bila keadaan penderita sedah memungkinya, maka jalur
vena sentral ini harus diubah atau diperbaiki.
6
Pada anak-anak dibawah 6 tahun, teknik penempatan jarum intra-osseus harus
dicoba sebelum menggunakan jalur vena sentral.Faktor penentu yang penting untuk memilih
prosedur atau caranya adalah pengalaman dan tingkat ketrampilan dokternya.
Kalau kateter intravena telah terpasang, diambil contoh darah untuk jenis dan
crossmatch, pemerikasaan laboratorium yang sesuai, pemeriksaan toksikologi, dan tes
kehamilan pada wanita usia subur. Analisis gas darah arteri juga harus dilakukan pada saat
ini. Foto torak haris diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia atau vena
jugularis interna untuk mengetahui posisinya dan penilaian kemungkinan terjadinya pneumo
atau hemotorak.
Adapun pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain pada kulit, tekanan darah,
status jantung, status respirasi, status mental, dan fungsi ginjal(oliguri, anuria).
7
inferior yang dapat memperburuh fungsi sirkulasi. Sedangkan saat ini posisi
tredelenberg tidak dianjurkan lagi karena justru dapat memperburuk fungsi ventilasi paru.
2.5 Peran Dan Fungsi Perawat Gawat Darurat pada Pasien Dengan Syok Hipovolemik
Peran perawat:
1. Memantau A, B, C, D, E.
2. Membuka Jalan Nafas.
3. Kaji jumlah kehilangan volume cairan dan mulai lakukan penggantian cairan sesuai
order. Pastikan golongan darah untuk pemberian terapi transfuse.
4. Kaji AGD / Analisa Gas Darah, jika pasien mengalami cardiac atau respiratory
arrest lakukan CPR.
5. Berikan terapi oksigen sesuai order.
6. Monitor vital sign, status neurologis, dan ritme jantung secara berkesinambungan,
observasi warna kulit dan cek capillary refill.
7. Monitor Hb secara serial dan HCT.
8. Awasi tanda-tanda adanya koagulopati seperti petekie, perdarahan, catat segera.
9. Memeriksa GCS pasien
10. Memeriksa nadi pasien
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Ny. R
2. Umur : 48Tahun
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT
8. Alamat : Tanggamus
RIWAYAT KESEHATAN
9
3. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan sebelumnya klien tidak pernah masuk rumah sakit, Klien tidak
memiliki riwayat penyakit menular ataupun menurun.Klien hanya mengalami sakit
biasa seperti batuk, flu, dan berobat ke puskesmas.
Keluarga mengatakan tidak ada di dalam anggota keluarga yang mengalami Penyakit
yang sama seperti klien.
5. Riwayat Kebiasaan
6. Riwayat Alergi
10
5. Nutrisi
Respon : -
Hasil : Cairan lambung hitam,klien terpasang NGT, turgor kulit kurang elastis,
mukosa bibir kering
Respon : -
7. Eliminasi
8. Personal Hygiene
9. Aktivitas
11. Kenyamanan
11
Hasil : Klien sesak
PENGKAJIAN PRIMER
Airway
Breathing
Sesak nafas
RR 36 x/menit
Terpasang O2 10 L/Menit
Pernafasan cepat dan dangkal
Terpasang NGT
Circulation
Pucat / sianosis
TD 88/45 mmHg
T : 35, 9 o C
Nyeri luka post operasi
Akral dingin
Terdapat selang drain
CRT 4 detik
TTV : TD : 88/45 mmHg
S : 35,9 x/menit
HR:109
HB :10,8 gr/dl x/menit
Disability
Kesadaran Composmentis
12
GCS 15 (E4, V5, M6)
Keadaan umum lemah
Pupil isokor diameter
Reflek cahaya +/+
Gelisah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Wn : 12 -16.0 gr/dl
LED 5 Lk ; 40 – 54 %
Wn : 0 – 20 mm/jam
Hitung jenis
. Basophil 0 0 -1 %
. Eosinopil 0 1–3%
. Batang 0 2-6 %
. Segmen 69 50 – 70 %
. Limposit 6 20 – 40 %
. Monosit 1 2–8%
13
ANALISA DATA
RR : 36 x/menit
Do :
Anemis (+)
14
CRT 4 detik
HB : 10,8 gr/dl
Sianosis (+)
Pucat
TD : 88/45
S : 35,9 o C
HR : 109 x/menit
- Skala nyeri 6
- Panjang luka 15 cm
DIAGNOSA KEPERAWATAN
15
3. Nyeri b.d luka post operasi pyelolitomy.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
16
segmen
paru.
6. Dapat
membatasi
ekspansi
paru.
17
BAB IV
PEMBAHASAN
18
Organ vital juga bereaksi terhadap pengurangan volume darah.Laju
filtrasiglomeroulus ginjal berkurang yang mengurangi pengeluran urin.Kemampuan hati
untukmembentuk glukosa baru, terganggu.Daerah paru-paru tertentu menjadi atelektasis
karenakurangnya perfusi.Jantung dan otak tidak terkena kurangnya perfusi.Jantung dan otak
tidakterkena sampai tahap akhir syok, yang fungsinya menjadi rusak.(Sabiston, 1995).
a. Pemantauan
Parameter yang harus dipantau selama stabilisasi dan pengobatan antaralain:denyut
jantung, frekuensi pernafasan, tekanan darah, tekanan vena sentral (CVP),
danpengeluaran urine. Pengeluaran urine yang kurang dari 30 ml/jam (0,5
ml/kg/jam)menunjukkan prkusi ginjal yang tidak adekuat. (Eliastam, 1998).
b. Penatalaksanaan pernafasan
Pasien diberikan aliran oksigen yang tinggi melalui masker atau kanula.Jalannafas
yang bersih harus dipertahankan dengan posisi kepala dan mandibula yang tepatdan
aliran pengisapan darah dan sekret yang sempurna.Penentuan gas darah arterialharus
dilakukan untuk mengamati ventilasi dan oksegenasi. Jika ditemukan kelainansecara
klinis atau laboratorium analisis gas darah, pasien harus diintubasi dan
diventilasidengan ventilator yang volumenya terukur, volume tidal harus diatur
sebesar 12-15ml/kg, frekuensi pernafasan sebesar 12-16 per menit. Oksigen harus
diberikan untukmempertahankan PO2 sekitar 100mlHg. Jika cara pemberian
ini gagal untukmenghasilkan oksigenasi yang adekuat atau jika fungsi paru-
paru menurun harusditambahkan 3-10 cm tekanan ekspirasi akhir positif. (Eliastam,
1998).
c. Pengobatan penyebab yang mendasari
Jika pasien mengalami hemorage, upaya dilakukan untuk
menghentikanpendarahan.Upaya ini dapat mencakup pemasangan tekanan pada
19
tempat pendarahanatau mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan
pendarahan internal.Jikapenyebab hipovelemia adalah diare atau muntah-muntah,
medikasi untuk mengatasi diaredan muntah-muntah diberikan.(Brunner & Suddarth,
2002).
d. Penggantian cairan dan darah
Dua jarum intravena dengan jarum besar dipasang untuk membuat akses
intravenaguna pemberian cairan.Dua akses intravena memungkinkan pemberian secara
simultanterapi cairan dan komponen darah jika diperlukan. Karena tujuan penggantian
cairanadalah untuk memulihkan volume intravaskular, penting artinya untuk
memberikancairan yang akan tetap berada dalam kompartemen intravaskular dan
dengan demikianmenghindari terciptanya perpindahan cairan dari kompertemen
intravaskular ke dalamkompertemen intraselular. (Brunner & Suddarth, 2002).
1) Ringer laktat dan natrium klorida 0,9 % keduanya adalah cairan kristaloid, adalah
duacairan isotonik yang umumnya digunakan dalam mengatasi syok
hipovolemik.(Brunner & Suddarth, 2002).
2) Koloid (albumin, hetastarch, dan dekstran 6%) kini banyak digunakan. Dekstran
tidakdiindikasikan jika penyebab syok hipovolemik adalah hemoragi
karena akanmengganggu agregasi trombosit. (Brunner & Suddarth, 2002).
3) Produk darah, juga koloid mungkin harus diberikan terutama adalah penyebab
syokhipovolemik adalah hemoragik. Namun,karena resiko transmisi virus melalui
darahdan kelangkaan produk darah, produk ini hanya diberikan jika alternatif lain
ataukehilangan darah sangat banyak dan cepat. (Brunner & Suddarth, 2002).
4) Ototransfusi, pengumpulan dan retransfusi darah pasien sendiri, mungkin
sajadilakukan. Tindakan ini mengurangi resiko penularan penyakit menular atau
reaksitransfusi, dan meniadakan waktu yang lama yang dibutuhkan untuk
pemeriksaangolongan darah dan cocok silang darah. Ototransfusi dilakukan bila
klien mengalamiperdarahan dalam rongga tertutup seperti dalam dada atau rongga
abdomen. (Brunner& Suddarth, 2002).
e. Redistribusi cairan
Selain memberikan cairan untuk memulihkan volume intravaskular, pengaturanposisi
pasien yang tepat juga membantu redistribusi cairan.Posisi trendelenburg
20
yangdimodifikasi dianjurkan dalam syok hipovolemik. Dengan meninggikan tungkai
pasien,arus balik vena lebih ditingkatkan oleh pengaruh gaya gravitasi. Memberikan
posisi kliendalam posisi trendelenburg sempurna akan membuat kesulitan bernafas dan
karenanyatidak dianjurkan. (Brunner & Suddarth, 2002).
Military antishock trousers (MAST) mungkin digunakan dalam situasi yangbenar-
benar gawat di masa perdarahan tidak dapat dikendalikan seperti pada trauma
atauperdarahan retroperitoneal. Military antishock trousers (MAST) adalah pakaian
yangdirancang untuk memperbaiki perdarahan internal dan hipovolemia dengan
memberikantekanan balik di sekitar tungkai dan abdomen. Alat in menciptakan
tahanan perifer antiartifisial dan membantu menahan perfusi koroner. Alat ini
harus dipasang secepatmungkin setelah cedera, lebih baik lagi sebelum pasien
dipindahkan ke bagian emergensi.(Brunner & Suddarth, 2002).
f. Medikasi
Jika pemberian cairan gagal untuk menangani syok, maka medikasi yang
samadiberikan pada syok kardiogenik digunakan karena syok hipovolemik yang tidak
teratasiakan mengarah pada syok kardiogenik (“lingkaran setan”). (Brunner &
Suddarth, 2002).
Jika penyebab yang mendasari hipovolemia adalah dehidrasi, medikasi akandiresepkan
untuk mengatasi penyebab dehidrasi. Sebagai contoh, insulin akan diberikanpada
pasien dengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia; desmopresin (DDVP)untuk
diabetes insipidus, preparat anti diare untuk diare, dan anti emetik untuk muntah-
muntah. (Brunner & Suddarth, 2002).
g. Vasopresor
Pada kebanyakan kasus vasopresor tidak boleh digunakan karena
akanmengurangi perkusi jaringan. Vasopresor dapat diberikan sebagai tindakan
sementarauntuk meningkatkan tekanan darah sampai didapatkannya cairan
pengganti yangadekuat.Hal ini terutama bermanfaat bagi pasien yang lebih tua
dengan penyakit koroneratau penyakit pembuluh darah otak yang berat. Zat yang
digunakan adalah norepineprin4-8 mg yang dilarutkan dalam 500 ml 5% dekstrosa
dalam air (D5W), atau metaraminol,5-10 mg yang dilarutkan dalam 500 ml D5W,
21
yang bersifat vasokonstriktor predominandengan efek yang minimal pada jantung.
Dosis harus disesuaikan dengan tekanan darah.(Eliastam, 1998).
22
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan
dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ dan disebabkan oleh volume
sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.Gejala syok
hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, dan besarnya volume cairan
yang hilang, dan lamanya berlangsung.Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan
faktor kritis respon kompensasi.Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas.
Pada keadaanhipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali
dalambeberapa menit.Penanganan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-tanda
vital dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya kondisi
tersebut dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi satabil. Penatalaksanaan
syok hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau
darah yang hilang.
3.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24