Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HDR

A. KONSEP DASAR
1. DEFENISI

Harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana evaluasi diri dan

perasaan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif, yang

secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 1995 hal

74).

Harga diri adalah penilaian diri terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Sunaryo, 2004

hal 32).

Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri

atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang

lama (NANDA, 2005). Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif

dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).

2. ETIOLOGI

Menurut Keliat (1995) harga diri rendah dapat terjadi secara:

a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,

kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll.

Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena

privasi yang kurang diperhatikan: pemeriksaan fisik yang

sembarangan, harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang


tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang

tidak menghargai.

b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,

yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien mempunyai cara fakir yang negatif,

kejadian sakit, dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap

dirinya.

Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1998) penyebab harga diri

rendah dibedakan menjadi dua yaitu faktor predisposisi dan stressor

presipitasi.

a. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi dapat menunjang terjadinya perubahan

dalam konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibedakan sebagai

berikut:

1) Perkembangan

Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dapat

mempengaruhi gangguan konsep diri, misal: krisis psikososial pada

masa perkembangan, harapan orang yang penting dalam hidupnya,

peran sosial yang diharapkan, aspek budaya yang mempengaruhi,

keadaan kesehatan fisik, dan pola penyelesaian masalah yang

dimiliki.

2) Faktor yang mempegaruhi harga diri

Pengalaman masa kanak-kanak merupakan faktor kontribusi

pada gangguan konsep diri diantaranya: anak sangat peka terhadap


perlakuan dan respon orang tua yang kasar, membenci, tidak

menerima atas usaha anak, ketidak pastian diri, dan anak yang tidak

menerima kasih sayang maka anak tersebut akan gagal mencintai

dirinya dan menggapai cinta orang lain.

3) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran

Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu telah

diterima masyarakat bahwa wanita kurang mampu, kurang mandiri,

kurang obyektif, dan kurang rasional dibandingkan dengan pria

sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, dan

kurang ekspresif dibandingkan dengan wanita.

4) Faktor yang mempengaruhi identitas personal

Orang tua selalu curiga pada anak sehingga anak akan ragu

apakah yang ia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang

tua maka akan timbul rasa bersalah. Kontrol orang tua pada anak

remaja akan menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua.

Anak remaja ingin diterima, dibutuhkan, diinginkan, dan dimiliki

oleh kelompoknya.

b. Faktor presipitasi

Gangguan konsep diri dapat disebabkan dari luar dan dari

dalam. Dimana situasi-situasi yang dihadapi individu tidak mampu

menyesuaikan stressor yang mempengaruhi gambaran diri seperti:

1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau

menyaksikan kejadian yang megancam.


2) Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang

diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis

transisi peran:

a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang

berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap

perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan

norma-norma budaya atau nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian

diri.

b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau

berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

c) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari

keadaan sehat menuju keadaan sakit. Transisi ini mungkin

dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,

bentuk, penampilan, dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur

medis, dan keperawatan

3. TANDA DAN GEJALA

Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri

rendah (Stuart dan Sundeen, 1995)

a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri

b. Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri

c. Rasa bersalah atau khawatir

d. Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan

penyalahgunaan zat.
e. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan

f. Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan social

g. Menarik diri dari realitas

h. Merusak diri

i. Merusak atau melukai orang lain

j. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri

4. MEKANISME Sebab – Akibat

Sebab

a. Gangguan citra tubuh

Gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi tentang

tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur,

fungsi, keterbatasan makna dan objek yang sering kontak dengan

tubuh, klien biasanya tidak dapat menerima kondisinya, merasa

kurang sempurna kemudian akan timbul harga diri rendah

Tanda dan Gejala :

1) Menolak melihat, menyentuh bagian tubuh yang berubah.

2) Menolak penjelasan perubahan tubuh.

3) Persepsi negative terhadap perubahan tubuh.

4) Mengungkapkan keputusasaan.

5) Mengungkapkan ketakutan.

b. Ideal diri tidak realistic

Ideal diri yang terlalu tinggi sukar dicapai dan tidak realitas, ideal

diri yang suram dan tidak jelas, cenderung menuntut. Kegagalan –


kegagalan yang dialami dan fantasi yang terlalu tinggi yang tidak

dapat dicapai membuat frustasi dan timbul harga diri rendah.

Tanda dan gejala :

1) Merasa diri tak berharga

2) Perasaan tidak mampu

3) Rasa bersalah

4) Ketegangan peran yang dirasakan

5) Pandangan hidup yang pesimis

6) Penolakan terhadap kemampuan personal atau

ketidakmampuan untuk mendapatkan penghargaan yang

positif

c. Isolasi sosial : menarik diri

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi

dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.

Selain itu menari diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri

baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial

secara langsung (isolasi diri) (Stuart dan Sundeen, 1995).

Tanda dan Gejala

1) Apatis

2) Ekspresi wajah sedih

3) Afek tumpul

4) Menghindar dari orang lain

5) Klien tampak memisahkan diri dengan orang lain


6) Komunikasi kurang

7) Kontak mata kurang

8) Berdiam diri

9) Kurang mobilitas

10) Gangguan pola tidur (Tidur berlebihan/ kurang tidur)

11) Mengambil posisi tidur seperti janin

12) Kemunduran kesehatan fisik

13) Kurang memperhatikan keperawatan diri

B. POHON MASALAH menurut Keliat (1998)

Isolasi sosial : menarik diri


Akibat

Gangguan konsep diri : harga diri rendah Core problem

Gangguan citra tubuh Penyebab


C. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

1. Menarik diri

Data Obyektif :

a. Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul.

b. Komunikasi kurang atau tidak ada.

c. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering

menunduk.

d. Berdiam diri dikamar/ tempat terpisah ; klien

kurang mobilisasi.

e. Menolak berhubungan dengan orang lain.

f. Tidak melakukan kegiatan sehari- hari.

Data Subyektif

Klien mengatakan lebih suka sendiri daripada berhubungan dengan orang

lain.

2. Harga diri rendah.

Data Obyektif :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri.

b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri

(mengkritik diri).

c. Merendahkan martabat.

d. Gangguan hubungan social, menarik diri,

lebih suka sendiri.

e. Percaya diri kurang (sukar mengambil

keputusan)

f. Menciderai diri akibat harga diri rendah

serta tatapan yang suram.

Data Subyektif

a. Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak

mampu, bodoh, tidak tahu apa-apa.

b. Klien megungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri

3. Gangguan citra tubuh

Data Obyektif :

a. Menolak melihat, menyentuh bagian tubuh yang berubah.

b. Menolak penjelasan perubahan tubuh.

c. Persepsi negative terhadap perubahan tubuh.


d. Mengungkapkan keputusasaan.

e. Mengungkapkan ketakutan.

Data Subyektif

Klien mengatakan malu terhadap dirinya sendiri.

D. DIAGNOSA KEPERWATAN

1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri :

harga diri rendah.

2. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh.

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan: Isolasi sosial : menarik diri b.d gangguan konsep

diri: harga diri rendah

1. Tujuan Umum

Klien dapat mencegah terjadinya isolasi sosial : menarik diri, dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Khusus

a. Klien dapat membina berhubungan saling percaya

Kriteria evaluasi:

1) Ekspresi wajah bersahabat

2) menunjukkan rasa senang

3) Ada kontak mata

4) Mau berjabat tangan dan menyebut nama

5) Mau menjawab salam

6) Klien mau duduk berdampingan dengan perawat\


7) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi

Intervensi:

1) Sapa klien dengan ramah baik dengan verbal maupun non verbal

2) Perkenalkan diri dengan sopan

3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

klien

4) Jelaskan tujuan pertemuan

5) Jujur dan menepati janji

6) Tunjukkan sikap menerima klien apa adanya

7) Beri perhatian kepada kllien dan perhatika kebutuhan dasar klien

Rasionalisasi: hubungan saling percaya merupakan dasar untuk

hubungan interaksi selanjutnya.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

Kriteria Evaluasi:

1) Daftar kemampuan yang dimiliki klien di RS, rumah, sekolah

dan tempat kerja.

2) Daftar positif keluarga klien

3) Daftar positif lingkungan klien

Intervensi:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,

buat daftarnya.

2) Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian

negatif

3) Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan

aspek positif klien

Rasionalisasi:

1) Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas,

kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan

keperawatannya.

2) Reinforcemen positif akan meningkatkan harga diri klien

3) Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan

kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.

c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Kriteria evaluasi:

1) Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit

2) Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan dirumah

Intervensi Keperawatan:

1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan

selama sakit
2) Diskusikan kemampuan yang dapt dilanjutkan pengguanaan di

rumah sakit

3) Berikan pujian

Rasionalisasi:

1) Diskusikan pada klien tentang kemampuan yang dimiliki

adalah prasarat untuk berubah

2) Pengertia tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi

untuk tetap mempertahankan penggunaannya.

d. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki.

Kriteria Evaluasi:

1) Klien memiliki kemampuan yang akan dilatih

2) Klien mencoba

3) Susun jadwal hariaz

Intervensi Keperawatan:

1) Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan

di rumah sakit.

2) Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.

3) Beri pujian atas keberhasilan klien.

4) Diskusikan jadwal kegiatan haria atas kegiatan yang telah

dilatih.

5) Catatan : ulangi untuk kemampuan lain sampai semuanya

selesai
6) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan

setiap hari sesuai kemampuan, buat jadwal.

a) Kegiatan mandiri

b) Kegiatan dengan bantuan sebagian

c) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total

d) Tingkatkan kegiatan yang disukai sesuai dengan

kondisi klien

e) eri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien

lakukan.

Rasionalisasi:

1) Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap

dirinya sendiri

2) Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.

3) Contoh peran yang dilihat klien akan memotovasi klien untuk

melaksanakan kegiatan.

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan

kemampuanya.

Kriteria Evaluasi:

1) Klien melakukan kegiatan yang telah dilatih (mandiri, dengan

bantuan atau tergantung)

2) Klien mampu melakukan beberapa kegiatan mandiri

Intervensi Keperawatan:
1) Beri kesempatan pada untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

2) Beri pujian atas keberhasilan klien

3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

Rasionalisasi:

1) Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri kllien

2) Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan

kegiatan yang biasa dilakukan

f. Klien dapt memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Kriteria Evaluasi :

1) Keluarga dapat memberi dukungan dan pujian

2) Keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien

Intervensi Keperawatan :

1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara

merawat klien denga harga diri rendah.

2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat

3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

4) Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah

5) Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil

Rasionalisasi :

1) Mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam

mempercepat proses penyembuhan klien


2) Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di

rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC, Jakarta.

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jiwa. Edisi 3.

EGC. Jakarta.

Keliat, Budi Anna. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai